PENYAJIAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
No. Rekam Medik
Nama
: Ny. K.L
Umur
: 54 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
Suku
: Dayak
Agama
: Kristen
Status
: Menikah
Pekerjaan
Tanggal Masuk
: 30 November 2014
Tanggal Operasi
: 8 November 2014
Mata
GCS E4M6V5
TD
: 120/80 mmHg
Suhu
: 36,9
BB : 58 kg
Mulut
: malampati derajat 1
Jalan nafas
Thorax
: Inspeksi
Palpasi
- - -
akral dingin
3. Pemeriksaan penunjang :
a. Laboratorium
Hemoglobin
: 13,1
Hct
35,6
GDS
: Kualitatif (-)
Ureum
: 28,2
Eritrosit
: 4,44
Creatinin
: 0,8
Leukosit
: 8,9
Albumin
: TD
Trombosit
: 224
Natrium
: TD
Gol darah
: A
Kalium
TD
Clorida
: TD
HbsAg
: TD
PT
:
APTT
:
b. Foto Polos thorax : dalam batas normal
c. EKG : normal
4. Kesimpulan :
Kelainan sistemik
Kegawatan
: Tidak Ada
:I
C. RENCANA ANESTESI
1. Persiapan Operasi
-
Informed consent
Persetujuan operasi tertulis (+)
Puasa 6 jam
Persiapan WB 1 kolf
2. Jenis Anestesi
: Anestesi umum
3. Teknik Anestesi
tanda-tanda
vital,
kedalaman
D. TATALAKSANA ANESTESI
1. Di ruang persiapan
- Pasien masuk ke ruang persiapan operasi
- Pemeriksaan kembali : identitas pasien, persetujuan operasi, lama
puasa 6 jam, dan darah yang akan diperlukan.
- Pastikan pasien terlah terpasang infus dan lancer serta kateter urin.
- Persiapkan peralatan dn obat-obatan anestesi.
2. Di ruang operasi
- Pasien masuk ke ruang operasi, manset dan indikator saturasi oksigen
-
secara IV
Dilakukan induksi dengan propofol 150 mg IV, segera kepala
diekstensikan, facemask didekatkan pada hidung dengan O2 4 lpm.
Setelah refleks bulu mata menghilang, atracurium besilat 30 mg
diinjeksikan secara IV. Dilakukan pemijatan ambu hingga saturasi
100%. Sesudah tenang dilakukan intubasi dengan endotrakeal tube no.
7. Setelah terpasang dengan baik dihubungkan dengan mesin anestesi
untuk mengalirkan O2 2 lpm, N2O 2lpm dan isoflurance 1,5 vol %.
Tensi
137/74
107/73
100/70
105/71
110/74
115/80
124/85
135/85
140/85
Nadi
71
71
67
62
73
71
73
72
74
Sa02
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
11.45
11.50
11.55
12.00
12.05
12.10
12.15
12.20
12.25
12.30
12.35
12.40
12.45
12.50
12.55
13.00
13.05
140/85
125/90
122/77
114/78
112/77
127/76
128/80
118/78
117/69
127/83
131/85
129/79
115/69
124/81
127/82
134/80
121/76
72
76
76
78
76
78
74
81
73
75
78
71
80
73
76
76
71
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
3. Di ruang pemulihan
Monitoring Pasca Anestesi
Jam
13.1
Tensi
140/85
Nadi
74
RR
100%
5
13.2
140/85
72
100%
0
13.2
125/90
76
100%
5
13.3
122/77
76
100%
0
13.3
114/78
78
100%
5
13.4
112/77
76
100%
0
13.4
127/76
78
100%
5
13.5
128/80
74
100%
0
13.5
118/78
81
100%
5
14.0
117/69
73
100%
0
14.0
127/83
75
100%
5
4. Instruksi Pasca Anestesi
- Posisi terlentang
- Tirah baring 24 jam
- Kontrol tanda-tanda vital
- Infus RL 20 tpm
- Inj. Ketorolac 30 mg tiap 8 jam
- Drip Tramadol 200mg dalam 500 cc RL 10 tpm
- Inj. Ondansentron 4 mg bila pasien mengeluh mual
BAB IV
PEMBAHASAN
Pembedahan atau operasi akan dilakukan pada seorang wanita, 47 tahun
dengan berat badan 58 kg. Setiap pembedahan akan dilakukan anestesi untuk
e. ASA V
hampir tak ada harapan. Tidak diharapkan hidup dalam 24 jam tanpa
operasi / dengan operasi. Angka mortalitas 98%.
Berdasarkan klasifikasi tersebut, pasien ini termasuk dalam ASA I dimana
pasien dalam keadaan sehat, kelainan bedah terlokalisir tanpa adanya kelainan
sistemik lainnya.
Pada pasien dipilih untuk dilakukan tindakan anestesi umum dengan
intubasi endotrakeal napas terkendali dengan pertimbangan keuntungan yang
didapat dari tindakan anesthesia tersebut. Keuntungan dari tindakan ini antara
lain: jalan nafas yang aman dan terjamin karena terpasang ETT, pasien akan
merasa lebih nyaman karena dalam keadaan tertidur dan terhindar dari trauma
terhadap operasi serta kondisi pasien lebih mudah dikendalikan sesuai dengan
kebutuhan operasi, dimana pada operasi ini pasien dalam keadaan lateral
decubitus atau miring ke kanan yang bila pasien dalam keadaan sadar
dikhawatirkan akan muncul keluhan pegal ataupun kesulitan jalan napas.
Untuk mencapai trias anestesi yaitu analgesic, hypnosis dan relaksasi otot
maka setelah dipasang jalur intravena dengan cairan RL (ringer Laktat) sebagai
loading mulai dimasukkanlah obat-obat premedikasi, midazolam 5 mg bertujuan
untuk memberikan efek sedasi dan amnesia retrograde, fentanyl 100 mcg sebagai
analgetik opioid, propofol 150 mg sebagai obat induksi anestesia, muscle relaksan
dengan golongan non-depolarisasi jenis intermediete acting yaitu atrakurium dosis
30 mg. Sebagai obat anestesi diberikan isofluran 1,5 vol % dengan tambahan O2 2
lpm dan N2O 2 lpm.
Setelah operasi selesai, pasien segera dipindahkan ke ruang recovery room.
Pasien segera diperiksa nilai kesadarannya menggunakan Aldrette score. Penilaian
tersebut mencakup penilaian terhadap kesadaran, warna kulit, aktivitas,
kardiovaskuler dan respirasi. Pasien ini mendapat nilai 9/10 yang berarti pasien
dapat dipindahkan ke ruang perawatan.
Pemberian obat-obatan analgesik tetap dilnjutkan hingga pasien kembali di
ruangan untuk mengurangi rasa sakit atau nyeri pada luka pasca operasi. Selain
c.
Jadi kekurangan cairan sebesar 624 cc 1124 cc maka penambahan cairan masih
diperlukan saat pasien dibangsal ditambah kebutuhan cairan per hari selama 24
jam.
g. Terapi cairan pasca bedah
febris)
Melanjutkan penggantian defisit pre operatif dan durante operatif
Koreksi gangguan keseimbangan karena terapi cairan
Na+
= 2 - 4 mEq / kgBB
= (2 x 58) (4 x 58) = 116 232 mEq
K+
= 1 2 mEq / kgBB
= (1 x 58) (2x58) = 58 116 mEq