Anda di halaman 1dari 8

NORMA DAN PRAKTIK SOSIAL YANG

MEMPENGARUHI PERAN GENDER


OLEH:
HALIMAYUL LOPINDA
1410222005
KELOMPOK 5

Sistem nilai, norma, dan stereotipe tentang


perempuan dilihat sebagai salah satu faktor yang
mempengaruhi posisi maupun hubungan
perempuan dengan laki-laki atau dengan
lingkungannya dalam struktur sosial yang ada.
Ideologi gender memang banyak mempangaruhi
tingkah laku perempuan dan hubungan sosial
antara laki-laki dan perempuan.
Ini bisa terlihat dari asal ide dan gagasan mengenai
pembagian perempuan dan laki-laki dan proses
pelestarian pada konteks tertentu menjadi tradisi
yang dominan.

Sistem nilai atau ideologi merupakan konsep yang amat sering


dipakai dalam analisis dan penjelasan sosial sifatnya kompleks
dan sulit dicerna. Rumusan yang paling sederhananya ialah
bahwa sistem nilai mengatur tingkah laku manusia.
Norma-norma tersebut di pengaruhi oleh beberapa hal, di
antaranya:
Stereotipe: menempatkan wanita sebagai mahluk lemah,
mahluk yang perlu dilindungi, tidak penting, tidak punya nilai
ekonomi, orang rumah, bukan pengambil keputusan
Subordinasi: akibat bentuk stereotipi menempatkan
perempuan pada posisi di bawah laki-laki, tidak boleh
mengambil keputusan dibandingkan laki-laki, tidak mempunyai
kesempatan yang sama untuk bekerja atau berproduksi,
pendidikan,

Marginalisasi: terpinggirkan, tidak diperhatikan atau


diakomodasi dalam berbagai hal, yang menyangkut
kebutuhan, kepedulian
Beban Majemuk: perempuan bekerja lebih beragam
daripada laki-laki, dan lebih lama waktu kerjanya,
misalnya fungsi reproduktif dan peran sebagai pengelola
rumah tangga, termasuk bekerja di luar rumah.
Kekerasan Berbasis Gender: perempuan mendapatkan
serangan fisik, seksual atau psikologis tertentu yang
mengakibatkan kesengsaraan atau penderitaan.
Kekerasan bisa berbentuk ancaman tindakan tertentu,
pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara
sewenang-wenang, baik yang terjadi diranah publik,
tempat kerja, atau dalam kehidupan rumah tangga.

Agama, setiap agama baik dalam bentuk dalil keagamaan, operasionalisasi


aturan-aturan keagamaan maupun organisasi keagamaan mempunyai nilainilai tentang pandangan atau tindakan yang diperbolehkan atau bisa
ditolerir, dan yang tak bisa ditolerir.
Pendidikan, merupakan prioritas utama setelah agama. Kedudukannya
dapat dikatakan sebagai wadah dalam membentuk dan mencetak manusia
yang mempunyai keterampilan yang produktif.
Film, merupakan bentuk media berbagai arena ideologi dan kepentingan,
dalam hal ini bisa disebut sebagai arena sosial. Film memainkan peran yang
dominan dalam memberikan pengaruh terhadap aturan dan nilai-nilai dalam
masyarakat.
Kesusastraan, juga mempunyai pengaruh yang besar dalam melestarikan
atau membentuk ideologi-ideologi tentang feminitas dan maskulinitas.
Keluarga, secara ideologis merupakan wadah yang lembut dalam
menerapkan praktik nilai-nilai feminitas sekaligus maskulinitas mempunyai
kedudukan yang lebih dibanding kedudukan perempuan dan feminitas nya,

contoh praktik sosial yang mempengaruhi


peran gender dalam kehidupan sehari-hari
adalah :
Bidan pantas sebagai pekerjaan
perempuan karena dianggap mengurusi
bagian-bagian intim perempuan
Atau
Perempuan lebih mudah terkena penyakit
atau, perempuan merupakan makhluk
lemah

Sehingga mengakibatkan adanya persepsi apabila


seorang laki-laki menjadi bidan di anggap tidak
maskulin atau cenderung feminim dari yang
seharusnya.
Serta, pandangan terhadap perempuan yang mudah
terserang penyakit mempengaruhi persepsi perasaan
tidak nyaman serta mempengaruhi keinginan wanita
untuk menyatakan dirinya sakit. Peran perempuan
dalam mengurus rumah tangga mengakibatkan apabila
perempuan jatuh sakit tidak cepat mencari pengobatan
karena merasa tidak nyaman melalaikan tugas dan
tanggung jawab sebagai ibu rumah tangga. Kalaupun
berobat penyakitnya sudah dalam stadium lanjut.
Demikian pula pada laki-laki dewasa mencari
pengobatan terhadap penyakitnya pada stadium lanjut
karena peran maskulin laki-laki menyebabkan laki-laki
merasa harus kuat dalam menghadapi penyakit.

Sumber
Pedoman Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender Responsif
Gender Bidang Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak UNFPA. No date.
Integration gender and human rights in HIV and SRH services. UN
Women-PAN American Health Organization. 2013
World Health Organization (WHO). Integrating Gender into HIV
Programmes in the Health Sector: Tool to Improve Responsiveness to
Womens Needs. Geneva, WHO. 2009.
http://www.who.int/gender/documents/gender_hiv_guidelines_en.pdf.
Short Course Effective Community based responses to HIV in Asia
and the Pacific. Burnet Institute. 2009
Dan dari sumber-sumber lainnya.
Penulis Utama
Dr. Asti Widihastuti MHC

Anda mungkin juga menyukai