Anda di halaman 1dari 6

BAB III

ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RAPBD KOTA


SUKABUMI TAHUN ANGGARAN 2014

3.1.

Asumsi dasar yang digunakan dalam RAPBD


Asumsi Makro Ekonomi
Asumsi-asumsi yang digunakan dalam menentukan Kebijakan Umum APBD
merupakan salah satu dasar dalam penyusunan RAPBD tahun 2014. Asumsi
dasar tersebut meliputi asumsi kondisi makro ekonomi dan sosial yang cukup
berpengaruh terhadap pelaksanaan pembangunan di Kota Sukabumi. Berbagai
tantangan yang akan dihadapi Kota Sukabumi di tahun 2014 tentunya tidak
terlepas dari perekonomian nasional yang masih akan dipengaruhi oleh faktor
eksternal yaitu perekonomian Provinsi Jawa Barat dan Nasional. Pengelolaan
arus modal (capital inflow) dan nilai tukar (exchange rate) diharapkan mampu
mengendalikan harga-harga komoditas agar tidak terus merangkak naik. Selain
itu adanya pasar bebas akan menyebabkan semakin beratnya industri kecil
dalam melakukan persaingan dunia usaha. Persaingan ini tidak hanya dalam hal
produk tapi juga menyangkut kapasitas SDM. Tingkat pengangguran dan
kemiskinan yang masih cukup tinggi juga akan terus mewarnai tantangan
perekonomian Kota Sukabumi sejak awal tahun 2014.
Di tahun 2014, kondisi ekonomi makro di tingkat Nasional yang berdampak
terhadap ekonomi makro Regional Jawa Barat dan Kota Sukabumi diperkirakan
akan membaik sejalan dengan membaiknya kinerja ekonomi global di tahun
2011-2012, Pertumbuhan ekonomi sebagaimana diatas diarahkan untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas serta memperkuat
landasan kesejahteraan masyarakat dan peningkatan upaya penanganan

KUA 2014

III - 1

kemiskinan, berbasis pada sumber daya yang ada. Pertumbuhan ekonomi yang
didorong dengan stimulus APBD Kota Sukabumi kepada sektor riil melalui
belanja daerah langsung dan tidak langsung diharapkan mampu menggerakkan
semua sektor produksi, terutama pertanian dan perdagangan.
Dari sisi penawaran, sektor-sektor perekonomian yang diharapkan dapat
memberikan kontribusi yang berarti masih didominasi oleh sektor bangunan,
sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi,
sektor jasa keuangan, dan sektor jasa-jasa lainnya. Sektor-sektor tersebut
merupakan sektor-sektor basis yang diperkirakan masih menjadi leading sector
pertumbuhan ekonomi Kota Sukabumi pada Tahun 2013 dan 2014. Dominasi
sektor-sektor tersebut juga masih akan mampu meningkatkan penyerapan
tenaga kerja meskipun belum signifikan sehingga secara bertahap masalah
pengangguran dapat dikurangi. Sektor-sektor lain yang diasumsikan dapat
tumbuh positif berdasarkan potensi yang ada adalah sektor industri dimana
akhir-akhir ini muncul kelompok baru yang dikenal dengan Sektor Industri Kreatif
yang dapat menjadi alternatif dalam pengembangan sektor industri dan
perdagangan di Kota Sukabumi ke depan.
Disamping itu, dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat dan sekaligus
mendorong peningkatan perekonomian, bantuan langsung kepada masyarakat
dalam rangka pemberdayaan ekonomi yang sudah berjalan masih diperlukan
dan akan terus dilanjutkan, namun pemberian subsidi tersebut akan terus
dievaluasi agar lebih selektif sehingga tepat sasaran. Sementara itu, dalam
rangka memenuhi kebutuhan yang penting dan mendesak, pengusulan bantuan
baru

dimungkinkan

dengan

memperhatikan

bahwa

pemberian

subsidi

merupakan pilihan kebijakan terbaik yang perlu dilakukan, memenuhi kriteria


yang telah ditetapkan, serta dengan mempertimbangkan keterbatasan dana
KUA 2014

III - 2

pemerintah daerah. Selain itu wacana pembatasan bahan bakar minyak


bersubsidi dan kenaikan tarif dasar listrik akan berpengaruh terhadap kinerja
ekonomi kota terutama akan membebani APBD dan berpotensi menekan daya
beli masyarakat yang secara eksisting di lapangan harga-harga telah mengalami
kenaikan.

Perubahan iklim (climate change) diperkirakan masih berlanjut di

tahun 2013 dan 2014 yang juga akan turut mempengaruhi pola tanam petani,
maupun siklus pengelolaan air baku, dan yang lebih luas akan berpengaruh
pada permasalahan ketahanan pangan,
Fluktuasi harga minyak dunia dan tingkat volatilitas rupiah terhadap dollar masih
cukup tinggi, masih didominasinya arus modal masuk yang bersifat jangka
pendek, masalah ketenagakerjaan dan hubungan industrial yang mungkin akan
terjadi akan banyak berpengaruh terhadap dinamika perekonomian Kota
Sukabumi secara umum dan pembebanan terhadap RAPBD Kota Sukabumi,

3.2.

Laju Inflasi
Dari hasil evaluasi terhadap kondisi perekonomian makro dapat dilihat
kecenderungan Laju Inflasi di Kota Sukabumi 2 (dua) tahun terakhir dimana Laju
Inflasi Kota Sukabumi masih berada di atas rata-rata Laju Inflasi Jawa Barat, hal
ini harus disikapi dengan baik dan dicarikan solusi yang multi sektor, dengan
telah terbentuknya Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kota Sukabumi,
diharapkan upaya pengendalian Laju Inflasi terutama yang berkaitan dengan sisi
permintaan dan penawaran komoditi di Kota Sukabumi dapat berjalan dengan
baik. Laju Inflasi Kota Sukabumi didominasi oleh kelompok bahan makanan dan
sandang yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok lainnya. Namun
demikian dalam diharapkan Laju Inflasi dapat ditekan tidak melebihi angka 5 %

KUA 2014

III - 3

dengan asumsi bahwa tidak ada faktor eksternal maupun internal yang
mengganggu baik dari sisi penawaran maupun permintaan seperti arus distribusi
dan ketersediaan barang di pasaran. Penetapan laju inflasi Kota Sukabumi
dibawah 5%, merupakan upaya dalam meningkatkan gairah untuk bekerja dan
melaksanakan diversifikasi usaha, menabung dan mengadakan investasi yang
berdampak

pada

peningkatan

pendapatan

masyarakat

dan

daerah.

Pengendalian laju inflasi sangat berpengaruh pada daya beli masyarakat.


Pertumbuhan ekonomi yang bagus harus diiringi dengan pengendalian laju
inflasi. Tingginya laju inflasi menjadikan arti pertumbuhan ekonomi yang tinggi
menjadi kecil oleh karena kemampuan masyarakat untuk membeli suatu produk
akan tetap atau bahkan menurun. Dengan pertumbuhan ekonomi yang bagus
diharapkan laju inflasi rendah sehingga daya beli masyarakat juga semakin baik
yang selanjutnya diiringi dengan perubahan pola konsumtif menjadi produktif
yaitu dengan menabung dan atau mengembangkan usaha (investasi).

Asumsi Keuangan Daerah


Dari sisi keuangan daerah, pada Tahun 2014 fungsi APBD Kota Sukabumi
sebagai stimulus pertumbuhan ekonomi. Hal ini harus ditunjukkan dengan
meningkatnya tingkat penyerapan APBD Kota Sukabumi, efisiensi dan
efektivitas penggunaan anggaran, serta program dan kegiatan pembangunan
yang dapat membangkitkan pertumbuhan ekonomi masyarakat dan peningkatan
penyerapan tenaga kerja di Kota Sukabumi.
Dari sisi Pendapatan Daerah diasumsikan masih sangat bergantung pada Dana
Perimbangan yang berupa Dana Alokasi Umum yang memiliki porsi terbesar
dalam sisi Pendapatan dan cenderung akan bertambah, selain itu Dana Bagi

KUA 2014

III - 4

Hasil Pajak / Dana Bagi Hasil Bukan Pajak diasumsikan akan mengalami
peningkatan terutama dari Provinsi akibat diberlakukannya pajak progresif
kendaraan bermotor.
Dari sisi Belanja Daerah diasumsikan akan mengalami penambahan terutama
pada Belanja Tidak Langsung pada pos Belanja Pegawai yang disebabkan oleh
Pemilu 2014 yang diperkirakan akan banyak menyedot Anggaran Belanja
Daerah.
Dari sisi Pembiayaan Daerah, diasumsikan masih berasal dari penerimaan
pembiayaan dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) Tahun Anggaran
sebelumnya dan pengeluaran pembiayaan diasumsikan dari pos Pembentukan
Dana Cadangan dan Penyertaan Modal (investasi) Daerah.

3.3.

Lain-lain asumsi
Pada Tahun Anggaran 2014 ada beberapa asumsi yang terkait dengan
kabijakan pemerintah pusat diantaranya adalah kenaikan gaji PNS yang
tentunya harus dialokasikan dalam RAPBD Kota Sukabumi Tahun Anggaran
2014.
Asumsi lainnya yang merupakan pendukung peningkatan pertumbuhan ekonomi
di Kota Sukabumi adalah keterlibatan pihak ketiga dalam pembiayaan atas
aktifitas yang dilaksanakan oleh masyarakat. Keterlibatan pihak ketiga dalam
pembiayaan merupakan salah satu bentuk stake holder dalam pembangunan di
Kota Sukabumi. Bentuk keterlibatannya yang dimaksud adalah penyediaan
kredit oleh pihak perbankan kepada aktifitas masyarakat yang produktif dan
bantuan keuangan atau bantuan infrastruktur dari perusahaan yang biasa

KUA 2014

III - 5

disebut corporate social responsibility (CSR) sehingga akan mampu mendorong


pergerakan ekonomi. Demikian juga dengan beberapa perusahaan swasta
nasional maupun BUMN yang memberikan program pendampingan kepada
masyarakat program bina lingkungan Pendanaan non APBD yang dilakukan
oleh pihak ketiga sebagai bentuk partisipasi dalam pembangunan diharapkan
tiap tahunnya semakin besar dan bentuk kegiatannya semakin diarahkan sesuai
dengan kebutuhan masyarakat sehingga semakin nyata hasilnya.

KUA 2014

III - 6

Anda mungkin juga menyukai