Makalah Agama 2
Makalah Agama 2
PERINGKAS
: NAMA
: TENZARA TWIASYUNI
NRP
: 4112100018
KELAS
: 40
ABSTRAK
Dalam prinsip persamaan gender, perempuan memiliki hak-hak yang sama dengan
laki-laki di hadapan Islam, yaitu:
Hak-hak Kewarganegaraan
Hak Menuntut Ilmu
Hak Berpendapat
Meski begitu, perempuan tetap harus bertanggung jawab apabila ada pelanggaran yang telah
dilakukannya. Mereka tetap akan mendapat sanksi dan kewajiban, sama halnya seperti lakilaki.
Kedudukan hak-hak politik bagi kaum wanita sama dengan laki-laki pada umumnya.
Adapun hak-hak politik ini mencakup :
1. Hak dalam mengungkapkan pendapat dalam pemilihan dan referendum dengan
berbagai cara.
2. Hak dalam pencalonan menjadi anggota lembaga perwakilan dam laembaga setempat.
3. Hak dalam pencalonan menjadi presiden, dan hal-hal lain yang mengandung
persekutuan dan penyampain pendapat yang berkaitan dengan politik.
Masalah hak perempuan dalam pencalonan memiliki dua dimensi lain, yaitu
Pertama, perempuan menjadi anggota di parlemen.
Kedua, ikut serta dalam pemilihan anggota parlemen.
Untuk mengetahui ketentuan dalam kedua masalah ini, yang pertama mengandung
kewenangan dalam urusan-urusan umum, maka harus dijelaskan bahwa kewenangan itu ada
dua, yaitu kewenangan umum dan kewenangan khusus.
Kewenangan umum adalah kekuasaan dalam urusan-urusan masyarakat, seperti
kewenangan pembuatan undang-undang, keputusan proses engadilan, implementas hukum,
dan kontrol terhadap para penegak hukum.
Kewenangan khusus adalah kekuasaan mengatur masalah tertentu, seperti wasiat
kepada anak yang masih kecil, kewenangan terhadap harta, dan pengaturan wakaf.
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
ABSTRAK.............................................................................................................................2
KATA PENGANTAR..........................................................................................................4
BAB-BAB RINGKASAN
BAB I. PRINSIP PERSAMAAN GENDER
Islam datang membawa prinsip persamaan di antara seluruh manusia. Tidak ada
perbedaan antara satu individu dengan individu lain. Sebab, Allah SWT menciptakan manusia
dalam satu asal.
13. Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah
orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal. (QS. Al Hujuraat [49]: 13)
1. Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari
seorang diri, dan dari padanya [263] Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya
5
Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah
kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain
[264], dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan
mengawasi kamu. (QS. AnNisaa [4]; 1)
Tidak ada perbedaaan gender antara laki-laki dan perempuan, sebab sebagian mereka
berasal dari sebagian yang lain, laki-laki dari perempuan, dan perempuan dari laki-laki. Tidak
ada perbedaan di antara mereka dalam hal esensi alami.
A. HAK DAN KEWAJIBAN
Dalam persamaan hak dan kewajiban antara perempuan dan laki-laki terdapat
beberapa contoh sebagai berikut:
1. Hak-hak Kewarganegaraan
Perempuan secara sempurna sama dengan laki-laki dalam memperoleh
hak-hak sipil.permpuan memilki hak penuh untuk memikul tanggung jawab,
memilki dan bertindak karena persamaannya dengan kaki-laki. Perempuan
mempunyai hak dalam memilih suami yang disukai. Syariat melarang
perkawinan perempuan tanpa keridaannya.
Sebagian orang memandang bahwa Islam membedakan antara laki-laki
dan perempuan dalam masalah penting, yaitu waris.
11. Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anakanakmu. Yaitu : bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua
orang anak perempuan [272]; dan jika anak itu semuanya perempuan lebih
dari dua [273], maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan;
jika anak perempuan itu seorang saja, maka ia memperoleh separo harta. Dan
untuk dua orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang
ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang
meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya (saja),
6
18. Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang
berhak disembah), Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang
yang berilmu [188] (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan
melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.
(QS.
Ali
Imran
[3]:
18)
11. Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapanglapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al. Mujaadilah
[58]:11)
9. (Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang
beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut
kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah:
"Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima
pelajaran. (QS. Az. Zumar [39]: 9)
3. Hak Berpendapat
Menurut syariat, perempuan mempunyai hak untuk mengemukaan
ini sampai pada suatu batas terpenting dalam syariat Islam. Hal itu
diungkapkan dalam Al Quran pada:
10
Tugas-tugas (taklif) itu sama dalam Islam, baik berkaitan dengan laki-laki
maupun perempuan. Kedua-duanya dibebani tugas-tugas ibadah dan hukumhukum agama tanpa ada perbedaan. Salat, puasa, zakat, dan haji -ketika mampumerupakan kewajiban agama, baik bagi laki-laki maupun perempuan. Selain itu,
perempuan --seperti laki-laki-- dibebani kewajiban
menegakkan amar maruf nahi munkar dan pengajaran akhlak. Allah SWT
berfirman :
71. Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka
(adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh
(mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat,
menunaikan zakat dan mereka ta'at pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan
diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
(QS. At Taubah [9]: 71)
Akan tetapi, Islam juga telah memperhatikan sifat biologis perempuan dalam
menunaikan kewajiban-kewajibannya. Misalnya, gugurnya kewajiban salat pada
waktu-waktu tertentu. Demikian pula puasa dengan syariat mengadanya pada
waktu yang lain. Islam memperhatikan sifat perempuan dalam menunaikan
kewajiban haji dengan tidak membolehkannya mengenakan pakaian ihram. Lakilaki dan perempuan memiliki kesempatan yang sama dalam memperoleh pahala
maupun menanggung dosa.
2. Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap
seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada
keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman
kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka
disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman. (QS. An Nuur [24]:2)
11
32. Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada
sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang
laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita
(pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah
sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
(QS. An Nisaa' [4]: 32)
97. Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan
dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya
kehidupan yang baik [839] dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka
dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS. An Nahl
[16]: 97)
12
13
B. KEWENANGAN UMUM
Di antara hal terpenting bagi anggota parlemen adalaah kewenangan membuat
undang-undang dan pengawasan pelaksanaannyasyariat Islam hanya
membebankannya kepada laki-laki jika memenuhi syarat-syarat tertentu.
Kisah Safiqah Bani Saidah dalam pemilihan khalifah pertam sepeninggal
Rasulullah saw. telah menimbulkan perbedaan pendapat yang sangat tajam. Kemudian
permasalahannya diserahkan kepada Abu Bakar. Setelah itu Abu Bakar dibaiat secara
umum di dalam masjid. Tidak ada partisipasi perempuan dengan laki-laki dalam
bertukar pendapat di Safiqah itu, dan perempuan tidak diundang untuk itu.
Sebagaimana juga perempuan tidak diundang dan tidak diikutsertakan dalam baiat
umum tersebut.
1. Pendapat yang Tidak Memperbolehkan Perempuan Berpolitik
a. Alquran
Allah SWT. berfirman :
14
33. dan hendaklah kamu tetap di rumahmu [1216] dan janganlah kamu
berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu [1217]
dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ta'atilah Allah dan Rasul-Nya.
Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai
ahlul bait [1218] dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. (QS. AL Ahzab
[33]: 33)
Perempuan diharuskan selalu tinggal di rumahnya dan tidak boleh
keluar kecuali karena suatu kepentingan yang mendesak. Inilah yang
kemudian berpengarauh terhadap kehidupan politik pada umumnya.
15
b. Sunah
Hadis Nabi Muhammad saw.:
Tidak akan berjaya suatu kaum yang menyerahkan urusan kepada
perempuan
Dari hadis ini dapat disimpulkan menurut pendapat inibahwa perempuan
tidak boleh menduduki jabatan umum apapun. Sebab, dalam hal itu tidak ada
kemenangan dan kesuksesan. Maka dalam kemenangannya pun ada kerugian.
Kerugian itu harus dihindari. Mereka merujukkan larangan ini pada emosi
perempuan dan sifat-sifat kodratnya yang menjadikannya tidak mampu
mengambil keputusan yang benar. Selain itu, perempuan tidak memilki
kemauan yang teguh dalam masalah-masalh penting.
Perempuan punya kekurangan dalam akal dan agama
Makna harfiah hadis itu sendiri sebagaimana pandangan para penganut
pendapat iniadalah perempuan mempunyai kekurangan dalam akal dan
agamanya. Selama keadaanya seperti itu, ia tidak diperkenankan menduduki
jabatan umum.
Jika para pemimpin kamu adalah orang-orang jahat, kaum kaya di antara
kamu adalah orang-orang bakhil, dan diserahkan urusanmu kepada kaum
perempuan, maka isi bumi lebih baik ketimbang permukaannya
maksud hadis ini adalah tidak diperkenankannya menyerahkan urusan kepada
kaum perempuan.
c. Ijma
Ijma adalah kesepakatan para mujtahid dari kalangan kaum
Muslimpada suatu zaman untuk menetapkan hukum syariat. Pendapat ini pun
didasarkan pada ijma untuk menguatkan pendapat mereka dan mereka
mengatakn bahwa hal itu sudah dipraktekkanpada beberapa masa. Atau
setidaknya pada masa Rasulullah saw. dan para khulafaur Rasyidi yang
berlaku tanpa kesertaan perempuan dalam kehidupan politik negara. Kendati
ada sejumlah besar kaum perempuan yang terlibat di bidang budaya dan
intelektual pada masa awal Islam, seperti istri-istri Nabi Muhammad saw.,
tetapi mereak tidak berpartisipasi dalam masalah-masalah kenegaraan. Mereka
pun tidak diminta untuk berpartisipasi dalam masalah itu.
d. Qiyas
Qiyas adalah mengikutkan suatu perkara yang tidak tercantum
ketentuannya dalam Alquran, Sunah, atau ijma pada perkara lain yang diatur
ketentuannya pada sumber-sumber di atas karena ada kesamaan illat hukum.
Dalam bersandar pada qiyas, para pencetus pendapat ini melihat
perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Oleh karena itu, memungkinkan
dilakukan qiyas dalam hal itu. Di antara contoh-contohnya adalah :
a. Tidak aadanya perkenan untuk menjadi pemimpin bagi masyarakat umum
dalam salat lima waktu, salat Jumat, dan salat Id
b. Perempuan tidak mempunyai hak menentukan talak yang ditetapkan
syariat melekat pada laki-lai , bukan pada perempuan.
16
17
34. Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah
telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain
(wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta
mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi
memelihara diri [289] ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah
memelihara (mereka) [290]. Wanita-wanita yang kamu khawatirkan
nusyuznya [291], maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat
tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka
janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya [292].
Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. (QS. An Nisaa [4]: 34)
Sebab turunnya ayat ini adalah Ibnu Abu Hatim mengetengahkan dari Hasan,
katanya, "Seorang wanita datang kepada Nabi saw. mengadukan suaminya
karena telah memukulnya, maka sabda Rasulullah saw., 'Berlaku hukum kisas,'
maka Allah pun menurunkan, 'Kaum lelaki menjadi pemimpin atas kaum
wanita...' sampai akhir ayat." (Q.S. An-Nisa 34.) Demikianlah wanita itu
kembali tanpa kisas. Ibnu Jarir mengetengahkan pula dari beberapa jalur dari
Hasan, yang pada sebagiannya terdapat bahwa seorang laki-laki Ansar
memukul istrinya, hingga istrinya itu pun datang menuntut kisas. Nabi saw.
pun menitahkan hukum kisas di antara mereka, maka turunlah ayat, "Dan
janganlah kamu mendahului Alquran sebelum diputuskan mewahyukannya
bagimu." (Q.S. Thaha 114) dan turunlah ayat, "Kaum lelaki menjadi pemimpin
kaum wanita..." Dan dikeluarkan pula yang serupa dengan ini dari Ibnu Juraij
dan Saddiy. Ibnu Murdawaih mengetengahkan juga dari Ali, katanya,
"Seorang laki-laki Ansar datang kepada Nabi saw. dengan membawa istrinya,
maka kata istrinya, 'Wahai Rasulullah! Dia ini memukul saya hingga berbekas
pada wajah saya.' Jawab Rasulullah, 'Tidak boleh ia berbuat demikian', maka
Allah swt. pun menurunkan ayat, 'Kaum lelaki menjadi pemimpin kaum
wanita...sampai akhir ayat.' (Q.S. An-Nisa 34) Maka hadis-hadis ini menjadi
saksi, yang masing-masingnya menguatkan yang lainnya."
18
Ayat tersebut turun karen sebab khusus, yaitu berkenaan dengan kasus
tertentu, masalah keluarga, dan tidak ada kaitan dengan keterlibatan
perempuan dalam hak-hak politik.
Allah SWT berfirman :
32. Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa.
Maka janganlah kamu tunduk [1214] dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang
ada penyakit dalam hatinya [1215] dan ucapkanlah perkataan yang baik,
[1214] Yang dimaksud dengan "tunduk" di sini ialah berbicara dengan sikap yang
menimbulkan keberanian orang bertindak yang tidak baik terhadap mereka.
[1215] Yang dimaksud dengan "dalam hati mereka ada penyakit" ialah: orang yang
mempunyai niat berbuat serong dengan wanita, seperti melakukan zina.
33. dan hendaklah kamu tetap di rumahmu [1216] dan janganlah kamu berhias dan
bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu [1217] dan dirikanlah shalat,
tunaikanlah zakat dan ta'atilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak
menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait [1218] dan membersihkan kamu sebersihbersihnya.
[1216] Maksudnya: Isteri-isteri Rasul agar tetap di rumah dan ke luar rumah bila ada
keperluan yang dibenarkan oleh syara'. Perintah ini juga meliputi segenap mu'minat.
[1217] Yang dimaksud "Jahiliyah yang dahulu" ialah Jahiliah kekafiran yang terdapat sebelum
Nabi Muhammad SAW Dan yang dimaksud "Jahiliyah sekarang" ialah Jahiliyah kemaksiatan,
yang terjadi sesudah datangnya Islam.
19
[1218] "Ahlul bait" di sini, yaitu keluarga rumah tangga Rasulullah SAW
72. Allah menjanjikan kepada orang-orang mu'min, lelaki dan perempuan, (akan
mendapat) surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di
dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di surga 'Adn. Dan
keridhaan Allah adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan yang besar.
Allah swt berfirman :
surah / surat : Al-Israa' Ayat : 70
70. Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut
mereka di daratan dan di lautan [862], Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik
dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan
makhluk yang telah Kami ciptakan.
21
32. Berkata dia (Balqis): "Hai para pembesar berilah aku pertimbangan dalam urusanku (ini)
aku tidak pernah memutuskan sesuatu persoalan sebelum kamu berada dalam majelis(ku)".
33. Mereka menjawab: "Kita adalah orang-orang yang memiliki kekuatan dan (juga) memiliki
keberanian yang sangat (dalam peperangan), dan keputusan berada ditanganmu: maka
pertimbangkanlah apa yang akan kamu perintahkan".
22
agi ada yang menyimpulkan dengan penuh keyakina bahwa kegiatan perempuan di
luar rumah bertentangan dengan kodrat dan tugas utamanya, yaitu menjadi ibu.
D. HAK POLITIK DAN IRITASI KEKUASAAN
Pencetus pendapat ini berkata, karena tidak ada hukum syariat yang
melarang perempuan menggunakan hak-hak politik, maka keliru berupaya
memecahkan masalh ini dengan menganggapnya sebagai masalah agam atau fikih.
Pencetus pendapat ini menjelaskan bahwa kalau kita memnadang persoalan itu
dari sisi ini, semata-mata kita memasukannya ke dalam lingkup psikologi :
a. Kodrat dan tugas utama perempuan adalah menjadi ibu;
b. Perepmpua bekerja di luar rumah berdamoak buruk bagi kejiwaan dan
kepribadiannya;
c. Emosi memainkan peranan penting dalam mengarahkan aktivitas rasional dan
kecenderungan jiwanya;
d. Tidak ada alasan untuk mengingkari adanya perbedaan antara laki-laki dan
perempuan dalam hal bakat-bakat ketrampilan
e. Beberapa pakr di negara-negara Barat mengkritik perempua bekerja di luar rumah.
Pencetus pendapat ini menyimpulkan bahwa segala yang disebutkan para
psikolog dan dicermati para pakar tentang masalah ini adalah benar, tidak diragukan
lagi. Akan tetapi, apakah hal itu pantas dijadikan alasan untuk mengeluarkan undangundang yang melarang perempuan bekerja di luar rumah dan menggunakan hak-hak
politiknya?
Perempuan dalam Islam berhak menggunakan hak-hak politiknya sama seperti
laki-laki. Karena Islam memandang sama di antara keduanya. Perempuan berhak ikut
serta dalam kehidupan politik secara mutlak dan memikul tugas-tugas politik dengan
syarat berpegeng teguh pada semua hukum syariat Islam.
23
25
2. Qasim Amin
Nama Qasim Amin sering disebut-sebut pada setiap pembicaraan
mengenai emansipasi perempuan. Tulisan-tulisannya yang pertama berupa
artikel-artikel yang dimuat di majalah al-Muayyad. Artikelnya yang paling
populer Kedudukan Perempuan dalam Struktur Sosial Mengikuti Kondisi
Tradisi Bangsa.
Masalah-masalah penting yang menimbulkan perdebatan dalam karya
Qasim Amin adalah :
a. Hijab bagi perempuan. Qasim Amin menganjurkan pemakaian
hijab menurut syariat atau hijab syari. Syariat Islam membolhkan
perempuan menampakkan beberapa anggota tubuhnya, seperti
muka, kedua telapak tangan, dan kedua telapak kaki berdasarkan
firman Allah SWT. :
surah / surat : An-Nuur Ayat : 31
31. Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya,
dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa)
nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan
janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka,
atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau
saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau puteraputera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang
mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap
wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka
memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan
bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu
26
beruntung.
PENUTUP
Peran sosial perempuan berkembang melalui pembangunan peradaban dan normanorma yang berlaku dalam masyarakat. Oleh karena itu, kaidah dan aturan yang diusulkan
gerakan-gerakan sosial politik resmi berkaitan dengan kaum perempuan sangat sulit
diterapkan. Bahkan dalam banyak hal, tidak mungkin mengubah kondisi sosial yang telah
terbentuk dan mengakar melalui fase-fase sejarah masa lalu. Namun hal itu hanya merupakan
fase sementara yang tidak akan mengaburkan pemahaman masyarakat terhadap kandungan
hukum.
28
BUKU RUJUKAN
1. Umaymah Manha, Dr., al-Marah wa al Wazhifah al- Ammah, disertasi di Fak.
Hukum Univ. Kairo, 1983 hlm. 17
2. Will Durrant,
Qishash al-Hadharah, hlm. 182-187 dan Qamus al-Atsar alMasihiyyah, juz 5, hlm. 1.300
3. Umar Mamduh Mushthafa, Prof. Dr., al-Qanun al-Rumani, 1954, hlm. 205
4. Maruf Mamduh Mushtafa, Dr., Wadhal-Marah fi al-Islam, hlm. 12
5. Ibn al-Qayyim, Zad al-maad fi Huda Khayr al-Ibad, juz 4, hlm. 3
6. Al-Islam Aqidah wa Syariah, hlm. 239
7. Ali abd al-Wahid Wafi, Prof. Dr., al-Marah fi al-Islam, hlm. 25
8. Al-Islam Aqidah wa al-Syariah, hlm. 227
9. Muhammad Abu Zahrah, Al-Uqubah fi al Fiqh al-Islami, hlm. 370 dan
seterusnya
10. Abd al-Hayy Hijazi, Dr., Nazhirah al-Haqq, hlm. 160, tahun 1970
11. Abu al-Ala al-Mawdudi, tadwin al-Dustur al-Islami, hlm.88
12. Sunan Abi Dawud, juz 1, hlm. 245
13. Fatwa al-Azhar al-Syarif, hlm. 6
14. Syekh Zakiyuddin Syaban, Ushul al-Fiqh al-Islami, hlm. 115-118
15. Ibn Hazm , al-Mahalli, juz 10, hlm. 631
29
: Tenzara Twiasyuni
: Surabaya, 24 Juni 1994
: Perempuan
: Islam
: Indonesia
: Belum kawin
: 151 / 41
: Ds. Banjarsari RT. 10 RW. 02 Kec. Trucuk
Kab. Bojonegoro
: Keputih Gg. 3 D no. 1A Surabaya
: -/0896779399092
: tenzara.twiasyuni12@mhs.na.its.ac.id
Non Formal
-
III. Kemampuan
Kemampuan Komputer (MS Word, MS Excel, MS PowerPoint)
IV.
Pengalaman Bekerja
Belum ada
Tenzara Twiasyuni
30