Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

PEND. AGAMA ISLAM


(IG091301)
PEREMPUAN DAN KEKUASAAN
MENELUSURI HAK POLITIK DAN PERSOALAN GENDER DALAM
ISLAM

DOSEN : Drs. ACHMAD


PENYUSUN

: IKHWAN FAUZI, Lc.

PERINGKAS

: NAMA

: TENZARA TWIASYUNI

NRP

: 4112100018

KELAS

: 40

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER (ITS)


SURABAYA
TAHUN AJARAN 2012-2013

ABSTRAK

Perempuan sebelum Islam tidak memiliki peranan apapun. Dirampas haknya,


diperjualbelikan seperti budak, dan diwariskan, tetapi tidak mewarisi. Bahkan sebagian
bangsaa melakukan hal itu terus-menerus dan menganggap perempuan tidak punya roh,
hilang dengan kematiannya, dan tidak tunduk pada syariat, berbeda dengan laki-laki.
Secara umum, kedudukan perempuan di masa Jahiliyah ada dalam 3 butir ini:
Pertama, perempuan dinggap sebagai pelayan bagi laki-laki dan diwariskan, tetapi
tidak mewarisi.
Kedua, perempuan berada di bawah kekuasaan dan perwalian laki-laki, tidak punya
kebebasan dan kehendak.
Ketiga, perempuan dikubur hidup-hidup.

Dalam prinsip persamaan gender, perempuan memiliki hak-hak yang sama dengan
laki-laki di hadapan Islam, yaitu:
Hak-hak Kewarganegaraan
Hak Menuntut Ilmu
Hak Berpendapat
Meski begitu, perempuan tetap harus bertanggung jawab apabila ada pelanggaran yang telah
dilakukannya. Mereka tetap akan mendapat sanksi dan kewajiban, sama halnya seperti lakilaki.
Kedudukan hak-hak politik bagi kaum wanita sama dengan laki-laki pada umumnya.
Adapun hak-hak politik ini mencakup :
1. Hak dalam mengungkapkan pendapat dalam pemilihan dan referendum dengan
berbagai cara.
2. Hak dalam pencalonan menjadi anggota lembaga perwakilan dam laembaga setempat.
3. Hak dalam pencalonan menjadi presiden, dan hal-hal lain yang mengandung
persekutuan dan penyampain pendapat yang berkaitan dengan politik.
Masalah hak perempuan dalam pencalonan memiliki dua dimensi lain, yaitu
Pertama, perempuan menjadi anggota di parlemen.
Kedua, ikut serta dalam pemilihan anggota parlemen.
Untuk mengetahui ketentuan dalam kedua masalah ini, yang pertama mengandung
kewenangan dalam urusan-urusan umum, maka harus dijelaskan bahwa kewenangan itu ada
dua, yaitu kewenangan umum dan kewenangan khusus.
Kewenangan umum adalah kekuasaan dalam urusan-urusan masyarakat, seperti
kewenangan pembuatan undang-undang, keputusan proses engadilan, implementas hukum,
dan kontrol terhadap para penegak hukum.
Kewenangan khusus adalah kekuasaan mengatur masalah tertentu, seperti wasiat
kepada anak yang masih kecil, kewenangan terhadap harta, dan pengaturan wakaf.

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Saya panjatkan puja dan puji syukur kepada Allah SWT karena dengan rahmat dan
hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Perempuan dan
Kekuasaan (Menelusuri Hak politik dan Persoalan Gender dalam Islam) ini dengan lancar..
Maksud dan tujuan saya dalam menjalankan tugas makalah ini untuk memenuhi
tugas Pendidikan Agama Islam.
Saya menyadari bahwa makalah yang berjudul Perempuan dan Kekuasaan
(Menelusuri Hak politik dan Persoalan Gender dalam Islam) ini masih jauh dari kata
sempurna yang disebabkan karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan saya.
Meskipun demikian, saya telah berusaha semaksimal mungkin sesuai kemampuan saya
disertai adanya dorongan dan bimbingan dari bebagai pihak yang membantu dalam proses
pembuatan makalah ini. Saya berharap makalah yang berjudul Perempuan dan Kekuasaan
(Menelusuri Hak politik dan Persoalan Gender dalam Islam) ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Surabaya, 12 September 2012

DAFTAR ISI

ABSTRAK.............................................................................................................................2
KATA PENGANTAR..........................................................................................................4

BAB. I. PRINSIP PERSAMAAN GENDER


A. HAK DAN KEWAJIBAN .................................................................................11
1. Hak dan Kewajiban..........................................................................................7
2. Hak Menuntut Ilmu..........................................................................................7
3. Hak Berpendapat............................................................................................10
B. SANKSI DAN KEWAJIBAN............................................................................12

BAB. II. KEDUDUKAN HAK POLITIK PEREMPUAN


A. TENTANG HAK-AK POLITIK......................................................................14
B. KEWENANGAN UMUM.................................................................................15
1. Pendapat yang Tidak Memperbolehkan Perempuan Berpolitik.....................15
2. Pendapat yang Memperbolehkan Perempuan Berpolitik...............................19
C. MENGGUNAKAN HAK-HAK POLITIK......................................................21
1. Alquran...........................................................................................................21
2. Sunah..............................................................................................................22
D. HAK POLITIK DAN IRITASI KEKUASAAN.............................................

BAB III. EMANSIPASI ANTARA PERJUANGAN POLITIK DAN EKSISTENSIAL


A. HAK-HAK POLITIK PEREMPUAN DALAM HUKUM MODERN
1. Pendapat Pertama
2. Pendapat Kedua
B. KASUS MESIR MODERN
C. TOKOH DAN GERAKAN
1. Rifaah Thahthawi
2. Qasim Amin
4

3. Malik Hafni Nashif


4. Huda Syarawi dan Munirah Tsabit Musa

BAB-BAB RINGKASAN
BAB I. PRINSIP PERSAMAAN GENDER
Islam datang membawa prinsip persamaan di antara seluruh manusia. Tidak ada
perbedaan antara satu individu dengan individu lain. Sebab, Allah SWT menciptakan manusia
dalam satu asal.

13. Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah
orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal. (QS. Al Hujuraat [49]: 13)

1. Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari
seorang diri, dan dari padanya [263] Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya
5

Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah
kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain
[264], dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan
mengawasi kamu. (QS. AnNisaa [4]; 1)
Tidak ada perbedaaan gender antara laki-laki dan perempuan, sebab sebagian mereka
berasal dari sebagian yang lain, laki-laki dari perempuan, dan perempuan dari laki-laki. Tidak
ada perbedaan di antara mereka dalam hal esensi alami.
A. HAK DAN KEWAJIBAN
Dalam persamaan hak dan kewajiban antara perempuan dan laki-laki terdapat
beberapa contoh sebagai berikut:

1. Hak-hak Kewarganegaraan
Perempuan secara sempurna sama dengan laki-laki dalam memperoleh
hak-hak sipil.permpuan memilki hak penuh untuk memikul tanggung jawab,
memilki dan bertindak karena persamaannya dengan kaki-laki. Perempuan
mempunyai hak dalam memilih suami yang disukai. Syariat melarang
perkawinan perempuan tanpa keridaannya.
Sebagian orang memandang bahwa Islam membedakan antara laki-laki
dan perempuan dalam masalah penting, yaitu waris.

11. Allah mensyari'atkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anakanakmu. Yaitu : bahagian seorang anak lelaki sama dengan bagahian dua
orang anak perempuan [272]; dan jika anak itu semuanya perempuan lebih
dari dua [273], maka bagi mereka dua pertiga dari harta yang ditinggalkan;
jika anak perempuan itu seorang saja, maka ia memperoleh separo harta. Dan
untuk dua orang ibu-bapa, bagi masing-masingnya seperenam dari harta yang
ditinggalkan, jika yang meninggal itu mempunyai anak; jika orang yang
meninggal tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu-bapanya (saja),
6

maka ibunya mendapat sepertiga; jika yang meninggal itu mempunyai


beberapa saudara, maka ibunya mendapat seperenam. (Pembagian-pembagian
tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah
dibayar hutangnya. (Tentang) orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak
mengetahui siapa di antara mereka yang lebih dekat (banyak) manfa'atnya
bagimu. Ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS. An Nisaa [4]:11)

176. Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah) [387]. Katakanlah :


"Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu) : jika seorang
meninggal dunia, dan ia tidak mempunyai anak dan mempunyai saudara
perempuan, maka bagi saudaranya yang perempuan itu seperdua dari harta
yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mempusakai (seluruh
harta saudara perempuan), jika ia tidak mempunyai anak; tetapi jika saudara
perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang
ditinggalkan oleh yang meninggal. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari)
saudara-saudara laki dan perempuan, maka bahagian seorang saudara laki-laki
sebanyak bahagian dua orang saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum
ini) kepadamu, supaya kamu tidak sesat. Dan Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu. (QS. An Nisaa [4]:176).
Pembedaan itu dilakukan berdasarkan perbedaan dalam memikul tanggung
jawab ekonomi dalam kehidupan yang dibebankan kepada mereka. Dalam
waris, laki-laki memperoleh bagian dua kali dari bagian perempuan, hal itu
kembali pada tanggung jawab yang dipikulnya dalam kehidupan.
Maka perbedaan tanggung jawab gender meyebabkan perbedaan
dalam hak waris tanpa bertujuan melebihkan seseorang dari orang lain.
2. Hak menuntut Ilmu
Islam mempersamakan antaera lik-laki dan perempuan dalam hak
belajar. Masing-masing memiliki hak untuk memperoleh apa saja yang mereka
inginkan, berupa berbagai jenis pengetahuan, sastra, dan budaya.
Prinsip pengajaran perempuan telah diterapkan pada zaman Rasullah
saw. Dan dilanjutkan pada masa kekhalifahan Khulafaur Rasyidin. Maka
Aisyah mendalami ilmu pengetahuan dan menjadi perempuan paling berilmu
7

pada masanya. Juga termasuk orang-orang yang mencintai ilmu adalah


Fatimah az Zahra, Sakinah binti Imam al-Husain, Asma binti abu Bakar, dan
perempuan lainnya yang meraih ilmu sama seperti laki-laki.
Al-Quran mendorong seluruh manusia untuk mencari ilmu tanpa
membedakan antara laki-laki dan perempuan.

18. Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang
berhak disembah), Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang
yang berilmu [188] (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan
melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.
(QS.
Ali
Imran
[3]:
18)

11. Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapanglapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al. Mujaadilah
[58]:11)

9. (Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang
beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut
kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah:
"Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima
pelajaran. (QS. Az. Zumar [39]: 9)
3. Hak Berpendapat
Menurut syariat, perempuan mempunyai hak untuk mengemukaan

pendapat dalam masalah-masalah dan urusan-urusan umum. Bahkan masalah

ini sampai pada suatu batas terpenting dalam syariat Islam. Hal itu
diungkapkan dalam Al Quran pada:

1. Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan wanita yang mengajukan


gugatan kepada kamu tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada
Allah. Dan Allah mendengar soal jawab antara kamu berdua. Sesungguhnya
Allah
Maha
Mendengar
lagi
Maha
Melihat
[1462].

2. Orang-orang yang menzhihar isterinya di antara kamu, (menganggap


isterinya sebagai ibunya, padahal) tiadalah isteri mereka itu ibu mereka. Ibuibu mereka tidak lain hanyalah wanita yang melahirkan mereka. Dan
sesungguhnya mereka sungguh-sungguh mengucapkan suatu perkataan
mungkar dan dusta. Dan sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha
Pengampun.
3. Orang-orang yang menzhihar isteri mereka, kemudian mereka hendak
menarik kembali apa yang mereka ucapkan, maka (wajib atasnya)
memerdekakan seorang budak sebelum kedua suami isteri itu bercampur.
Demikianlah yang diajarkan kepada kamu, dan Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan.
4. Barangsiapa yang tidak mendapatkan (budak), maka (wajib atasnya)
berpuasa dua bulan berturut-turut sebelum keduanya bercampur. Maka siapa
yang tidak kuasa (wajiblah atasnya) memberi makan enam puluh orang
miskin. Demikianlah supaya kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan
itulah hukum-hukum Allah, dan bagi orang kafir ada siksaan yang sangat
pedih.
(QS. Al Mujaadilah [58]: 1-4)
Ayat-ayat ini, khususnya turun berkenaan dengan kasus yang terjadi
antara Aws bin Al-Shamit dan istrinya Khawlah binti Tsalab. Sebab turunnya
ayat ini ialah berhubungan dengan persoalan seorang wanita bernama Khaulah
binti Tsa'labah yang telah dizhihar oleh suaminya Aus ibn Shamit, yaitu
dengan mengatakan kepada isterinya: "Kamu bagiku seperti punggung ibuku"
dengan maksud dia tidak boleh lagi menggauli isterinya, sebagaimana ia tidak
boleh menggauli ibunya. Menurut adat Jahiliyah kalimat zhihar seperti itu
sudah sama dengan menthalak isteri. Maka Khaulah mengadukan hal itu
kepada Rasulullah SAW Rasulullah menjawab, bahwa dalam hal ini belum ada
keputusan dari Allah. Dan pada riwayat yang lain Rasulullah mengatakan:
"Engkau telah diharamkan bersetubuh dengan dia". Lalu Khaulah berkata:
"Suamiku belum menyebutkan kata-kata thalak" Kemudian Khaulah berulang
kali mendesak Rasulullah supaya menetapkan suatu keputusan dalam hal ini,
sehingga kemudian turunlah ayat ini dan ayat-ayat berikutnya.
Surah ini mengungkapkan pemikiran perempuan dan merupakan lembaran
Illahi yang kekalyang selama beberapa masa memancarkan penghargaan pada
pendapat perempuan.

B. SANKSI DAN KEWAJIBAN

10

Tugas-tugas (taklif) itu sama dalam Islam, baik berkaitan dengan laki-laki
maupun perempuan. Kedua-duanya dibebani tugas-tugas ibadah dan hukumhukum agama tanpa ada perbedaan. Salat, puasa, zakat, dan haji -ketika mampumerupakan kewajiban agama, baik bagi laki-laki maupun perempuan. Selain itu,
perempuan --seperti laki-laki-- dibebani kewajiban
menegakkan amar maruf nahi munkar dan pengajaran akhlak. Allah SWT
berfirman :

71. Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka
(adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh
(mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat,
menunaikan zakat dan mereka ta'at pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan
diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
(QS. At Taubah [9]: 71)
Akan tetapi, Islam juga telah memperhatikan sifat biologis perempuan dalam
menunaikan kewajiban-kewajibannya. Misalnya, gugurnya kewajiban salat pada
waktu-waktu tertentu. Demikian pula puasa dengan syariat mengadanya pada
waktu yang lain. Islam memperhatikan sifat perempuan dalam menunaikan
kewajiban haji dengan tidak membolehkannya mengenakan pakaian ihram. Lakilaki dan perempuan memiliki kesempatan yang sama dalam memperoleh pahala
maupun menanggung dosa.

2. Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap
seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada
keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman
kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka
disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman. (QS. An Nuur [24]:2)

11

32. Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada
sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang
laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita
(pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah
sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
(QS. An Nisaa' [4]: 32)

124. Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun


wanita sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan
mereka tidak dianiaya walau sedikitpun. (QS. An Nisaa' [4]: 124)

97. Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan
dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya
kehidupan yang baik [839] dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka
dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS. An Nahl
[16]: 97)

12

BAB II. KEDUDUKAN HAK-HAK POLITIK PEREMPUAN


Yang dimaksud dengan hak-hak politik adalah hak-hak yang ditetapkan dan diakui
undang-undang atau konstitusi berdasarkan keanggotaan sebagai warga negara. Pada
umunya, konstitusi mengaitkan antara pemenuhan hak-hak ini dan syarat kewarganegaraan.
Artinya hak-hak ini tidak berlaku kecuali bagi warga negara setempat, bukan warga asing.
Hak- hak politik ini menyiratkan partisipasi individu dalam pembentukan pendapat
umum, baik dalam pemilihan wakil-wakil mereka di majelis-majelis dan berbagai lembaga
perwakilan atau pencalonan diri mereka untuk menjadi anggota majelis atau lembaga
perwakilan tersebut.
Hak-hak politik ini mencakup :
1. Hak dalam mengungkapkan pendapat dalam pemilihan dan referendum dengan
berbagai cara.
2. Hak dalam pencalonan menjadi anggota lembaga perwakilan dam laembaga setempat.
3. Hak dalam pencalonan menjadi presiden, dan hal-hal lain yang mengandung
persekutuan dan penyampain pendapat yang berkaitan dengan politik.
A.TENTANG HAK-HAK POLITIK
Pendapat ini mengatakan bahwa Islam tidak menetapkan persamaan antara
perempuan dan laki-laki, khususnya dalam memperoleh hak-hak politik. Pendapat
inipun dikuatkan dengan fatwa dari al-Azhar pada Juni 1952 atau Ramadhan 137 H.
Kutipan ringkasnya sebagai berikut.
Masalah hak perempuan dalam pencalonan memiliki dua dimensi lain, yaitu
Pertama, perempuan menjadi anggota di parlemen.
Kedua, ikut serta dalam pemilihan anggota parlemen.
Untuk mengetahui ketentuan dalam kedua masalah ini, yang pertama
mengandung kewenangan dalam urusan-urusan umum, maka harus dijelaskan bahwa
kewenangan itu ada dua, yaitu kewenangan umum dan kewenangan khusus.
Kewenangan umum adalah kekuasaan dalam urusan-urusan masyarakat,
seperti kewenangan pembuatan undang-undang, keputusan proses engadilan,
implementas hukum, dan kontrol terhadap para penegak hukum.
Kewenangan khusus adalah kekuasaan mengatur masalah tertentu, seperti
wasiat kepada anak yang masih kecil, kewenangan terhadap harta, dan pengaturan
wakaf.
Syariat memberikan kesempatan kepada perempuan dalam kewenangan kedua
di atas. Syariat menguasakan semua itu kepadanya dengan membimbingnya agar
memelihara kehormatan dan kedudukannya.

13

B. KEWENANGAN UMUM
Di antara hal terpenting bagi anggota parlemen adalaah kewenangan membuat
undang-undang dan pengawasan pelaksanaannyasyariat Islam hanya
membebankannya kepada laki-laki jika memenuhi syarat-syarat tertentu.
Kisah Safiqah Bani Saidah dalam pemilihan khalifah pertam sepeninggal
Rasulullah saw. telah menimbulkan perbedaan pendapat yang sangat tajam. Kemudian
permasalahannya diserahkan kepada Abu Bakar. Setelah itu Abu Bakar dibaiat secara
umum di dalam masjid. Tidak ada partisipasi perempuan dengan laki-laki dalam
bertukar pendapat di Safiqah itu, dan perempuan tidak diundang untuk itu.
Sebagaimana juga perempuan tidak diundang dan tidak diikutsertakan dalam baiat
umum tersebut.
1. Pendapat yang Tidak Memperbolehkan Perempuan Berpolitik
a. Alquran
Allah SWT. berfirman :

228. Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu)


tiga kali quru' [142]. Tidak boleh mereka menyembunyikan apa yang
diciptakan Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah dan hari
akhirat. Dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti itu,
jika mereka (para suami) menghendaki ishlah. Dan para wanita mempunyai
hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma'ruf. Akan
tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya
[143]. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. Al Baqarah [2]:
228)
Maksud ayat ini adalah bahwa laki-laki memilki tingkatan yang lebih
tinggi daripada perempuan dalam tanggung jawab rumah tangga, ketaatan
pada perintah, pemberian nafkah, dan pemenuhan berbagai kepentingan.

14

Oleh karena itu, laki-laki memilki kelebihan daripada perempuan


dalam mengatur kepentingan-kepentingan umum dan menikmati hak-hak
politik.

33. dan hendaklah kamu tetap di rumahmu [1216] dan janganlah kamu
berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu [1217]
dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ta'atilah Allah dan Rasul-Nya.
Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai
ahlul bait [1218] dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. (QS. AL Ahzab
[33]: 33)
Perempuan diharuskan selalu tinggal di rumahnya dan tidak boleh
keluar kecuali karena suatu kepentingan yang mendesak. Inilah yang
kemudian berpengarauh terhadap kehidupan politik pada umumnya.

15

b. Sunah
Hadis Nabi Muhammad saw.:
Tidak akan berjaya suatu kaum yang menyerahkan urusan kepada
perempuan
Dari hadis ini dapat disimpulkan menurut pendapat inibahwa perempuan
tidak boleh menduduki jabatan umum apapun. Sebab, dalam hal itu tidak ada
kemenangan dan kesuksesan. Maka dalam kemenangannya pun ada kerugian.
Kerugian itu harus dihindari. Mereka merujukkan larangan ini pada emosi
perempuan dan sifat-sifat kodratnya yang menjadikannya tidak mampu
mengambil keputusan yang benar. Selain itu, perempuan tidak memilki
kemauan yang teguh dalam masalah-masalh penting.
Perempuan punya kekurangan dalam akal dan agama
Makna harfiah hadis itu sendiri sebagaimana pandangan para penganut
pendapat iniadalah perempuan mempunyai kekurangan dalam akal dan
agamanya. Selama keadaanya seperti itu, ia tidak diperkenankan menduduki
jabatan umum.
Jika para pemimpin kamu adalah orang-orang jahat, kaum kaya di antara
kamu adalah orang-orang bakhil, dan diserahkan urusanmu kepada kaum
perempuan, maka isi bumi lebih baik ketimbang permukaannya
maksud hadis ini adalah tidak diperkenankannya menyerahkan urusan kepada
kaum perempuan.

c. Ijma
Ijma adalah kesepakatan para mujtahid dari kalangan kaum
Muslimpada suatu zaman untuk menetapkan hukum syariat. Pendapat ini pun
didasarkan pada ijma untuk menguatkan pendapat mereka dan mereka
mengatakn bahwa hal itu sudah dipraktekkanpada beberapa masa. Atau
setidaknya pada masa Rasulullah saw. dan para khulafaur Rasyidi yang
berlaku tanpa kesertaan perempuan dalam kehidupan politik negara. Kendati
ada sejumlah besar kaum perempuan yang terlibat di bidang budaya dan
intelektual pada masa awal Islam, seperti istri-istri Nabi Muhammad saw.,
tetapi mereak tidak berpartisipasi dalam masalah-masalah kenegaraan. Mereka
pun tidak diminta untuk berpartisipasi dalam masalah itu.
d. Qiyas
Qiyas adalah mengikutkan suatu perkara yang tidak tercantum
ketentuannya dalam Alquran, Sunah, atau ijma pada perkara lain yang diatur
ketentuannya pada sumber-sumber di atas karena ada kesamaan illat hukum.
Dalam bersandar pada qiyas, para pencetus pendapat ini melihat
perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Oleh karena itu, memungkinkan
dilakukan qiyas dalam hal itu. Di antara contoh-contohnya adalah :
a. Tidak aadanya perkenan untuk menjadi pemimpin bagi masyarakat umum
dalam salat lima waktu, salat Jumat, dan salat Id
b. Perempuan tidak mempunyai hak menentukan talak yang ditetapkan
syariat melekat pada laki-lai , bukan pada perempuan.
16

c. Perempuan tidak boleh berpergian sendiri tanpa diseratai muhrimnya atau


teman yang dipercaya.
d. Perempuan tidak diwajibkan salat Jumat dalam jamaah. Sebab,
dalam hadist disebutkan
Pendapat ini berakhir pada anggapan bahwa syariat Islam tidak
Memperbolehkan perempuan memperoleh hak-hak politik secara umum.
Sebagaimana perempuan tidak boleh menduduki tugas apapun yang beralaitan
dengan kekuasaan kehakiman. Sebab disitu terdapat tuntutan pendapat dan
keteguhan keyakinan yang tidak dapat dilakukan kaum perempuan.

17

2. Pendapat yang Memperbolehkan Perempuan Berpolitik


a. Alquran
Pendapat ini berargumen dengan firman Allah SWT. :

34. Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah
telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain
(wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta
mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi
memelihara diri [289] ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah
memelihara (mereka) [290]. Wanita-wanita yang kamu khawatirkan
nusyuznya [291], maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat
tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka
janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya [292].
Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. (QS. An Nisaa [4]: 34)
Sebab turunnya ayat ini adalah Ibnu Abu Hatim mengetengahkan dari Hasan,
katanya, "Seorang wanita datang kepada Nabi saw. mengadukan suaminya
karena telah memukulnya, maka sabda Rasulullah saw., 'Berlaku hukum kisas,'
maka Allah pun menurunkan, 'Kaum lelaki menjadi pemimpin atas kaum
wanita...' sampai akhir ayat." (Q.S. An-Nisa 34.) Demikianlah wanita itu
kembali tanpa kisas. Ibnu Jarir mengetengahkan pula dari beberapa jalur dari
Hasan, yang pada sebagiannya terdapat bahwa seorang laki-laki Ansar
memukul istrinya, hingga istrinya itu pun datang menuntut kisas. Nabi saw.
pun menitahkan hukum kisas di antara mereka, maka turunlah ayat, "Dan
janganlah kamu mendahului Alquran sebelum diputuskan mewahyukannya
bagimu." (Q.S. Thaha 114) dan turunlah ayat, "Kaum lelaki menjadi pemimpin
kaum wanita..." Dan dikeluarkan pula yang serupa dengan ini dari Ibnu Juraij
dan Saddiy. Ibnu Murdawaih mengetengahkan juga dari Ali, katanya,
"Seorang laki-laki Ansar datang kepada Nabi saw. dengan membawa istrinya,
maka kata istrinya, 'Wahai Rasulullah! Dia ini memukul saya hingga berbekas
pada wajah saya.' Jawab Rasulullah, 'Tidak boleh ia berbuat demikian', maka
Allah swt. pun menurunkan ayat, 'Kaum lelaki menjadi pemimpin kaum
wanita...sampai akhir ayat.' (Q.S. An-Nisa 34) Maka hadis-hadis ini menjadi
saksi, yang masing-masingnya menguatkan yang lainnya."
18

Ayat tersebut turun karen sebab khusus, yaitu berkenaan dengan kasus
tertentu, masalah keluarga, dan tidak ada kaitan dengan keterlibatan
perempuan dalam hak-hak politik.
Allah SWT berfirman :

32. Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa.
Maka janganlah kamu tunduk [1214] dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang
ada penyakit dalam hatinya [1215] dan ucapkanlah perkataan yang baik,
[1214] Yang dimaksud dengan "tunduk" di sini ialah berbicara dengan sikap yang
menimbulkan keberanian orang bertindak yang tidak baik terhadap mereka.
[1215] Yang dimaksud dengan "dalam hati mereka ada penyakit" ialah: orang yang
mempunyai niat berbuat serong dengan wanita, seperti melakukan zina.

surah / surat : Al-Ahzab Ayat : 33

33. dan hendaklah kamu tetap di rumahmu [1216] dan janganlah kamu berhias dan
bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu [1217] dan dirikanlah shalat,
tunaikanlah zakat dan ta'atilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak
menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait [1218] dan membersihkan kamu sebersihbersihnya.
[1216] Maksudnya: Isteri-isteri Rasul agar tetap di rumah dan ke luar rumah bila ada
keperluan yang dibenarkan oleh syara'. Perintah ini juga meliputi segenap mu'minat.
[1217] Yang dimaksud "Jahiliyah yang dahulu" ialah Jahiliah kekafiran yang terdapat sebelum
Nabi Muhammad SAW Dan yang dimaksud "Jahiliyah sekarang" ialah Jahiliyah kemaksiatan,
yang terjadi sesudah datangnya Islam.

19

[1218] "Ahlul bait" di sini, yaitu keluarga rumah tangga Rasulullah SAW

(QS. Al Ahzab [33]: 32-33)


Makna ayat ini (menurut mereka) adalah Alquran mengharuskan perempuan
tetap ytinggal di dalam rumah, dan maka tidak boleh mereka keluar rumah untuk
urusan umum dan berpartisipasi dalam kehidupan politik.
Namun ayat ini termasuk ayat-ayat yang khusus berkenaan dengan istri-istri
nabi Muhammad saw. oleh karena itu, hukum tersebut berlaku terbatas pada mereka
saja. Itu dilakukan agar mereka dapat dibedakan dengan perempuan-perempuan lain.
Mereka harus tinggal di rumah dalam sebagian besar waktunya.
Terlebih lagi, ayat tersebut tidak berarti bahwa mereka harus tinggal di dalam
rumah secara mutlak. Semata-mata yang dimaksud adalah tinggal di dalam rumah
selama tidak ada keperluan yang memaksa untuk keluar rumah. Dalilnya dalah yang
disebutkan dalam Tafsir Ibn Katsir, bahwa maksud firman Allah SWT., Dan
hendaklah kamu tetap tinggal di dalam rumahmu, adalah kamu harus membiasakan
diri tinggal di dalam rumah. Kamu tidak boleh keluar rumah tanpa keperluan yang
dibenarkan syariat, seperti salat di masjid dengan memenuhi segala persyaratannya.
Sebagaimana Rasulullah saw. bersabda, janganlah kalian cegah hamba-hamba
perempuan Allah untuk mendatangi masjid-Nya dan hendaklah mereak keluar rumah
tanpa memakai wewangian.
b. Hadis
Kelompok ini pun bersandar pada hadis Nabi Muhammad saw, Tidak
akan berjaya suatu kaum kalau menyerahkan urusan kepada perempuan
Hadis ini termasuk hadis-hadis yang berkenaan dengan Putri Kisra,
penguasa Persia yang menjabat kepala negara.
c. Ijma
Mereka memandang bahwa secara praktis berlaku pada berabagai
zaman, atau setidaknya pada zaman Rasulullah saw. dan khulafaur Rasyidin
tidak adanya partisipasi kaum perempuan dalam kehidupan politik dalam
negara.
Namun pada kenyataannya itu tidak benar. Jelas-jelas Rasulullah saw.
dan para khulafaur Rasyidin mengajak kaumperempuan bermusyawarah
tentang berbagai hal. Sebagai contoh, perhatikanlah peristiwa-peristiwa
berikut ini:
a. Dalam perdamaian Hudaibiyah, Rasulullah bermusyawarah dengan
istrinya Ummu Salamah mengenai para sahabat yang tidak melaksanakan
perintah nabi untuk mencukur rambut dan menyembelih hewan kurban
untuk bertahalul dari umrah mereka.
b. Sebelum berangkat perang, Rasulullah saw. mengumpulkan para sahabat
untuk bermusyawarah dan bertukar pendapat. Istri-istri para sahabat pun
20

menghadiri pertemuan-pertemuan seperti ini dan ikut memberikan


pendapat.
c. Umar bin al-Khattab mengangkat salah seorang perempuan untuk
menduduki jabatan pengawas keuangan, yaitu Al-Syifa binti Abdullah.
d. Khalifah Ustman bin Affan bermusyawarah dengan istrinya, Nailah,
dalam berbagai masalah. Dan Nailah pun selalu memberikan
pendapatnya.
C. MENGGUNAKAN HAK-HAK POLITIK
Pendapat ini berdasarkan pada argumen-argumen sebagai berikut.
1. Alquran
surah / surat : At-Taubah Ayat : 72

72. Allah menjanjikan kepada orang-orang mu'min, lelaki dan perempuan, (akan
mendapat) surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di
dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di surga 'Adn. Dan
keridhaan Allah adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan yang besar.
Allah swt berfirman :
surah / surat : Al-Israa' Ayat : 70

70. Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut
mereka di daratan dan di lautan [862], Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik
dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan
makhluk yang telah Kami ciptakan.
21

Maksudnya: Allah memudahkan bagi anak Adam pengangkutan-pengangkutan di


daratan dan di lautan untuk memperoleh penghidupan.
Ayat ini menunjukan bahwa perempuan seperti laki-laki. Masingmasing mereka boleh berpartisipasi dalam politik dan mengatur urusan
masyarakat. Perempuan sepeti laki-laki, mempunyai hak berpartisipasi
dalam mengatur kepentingan umum.

32. Berkata dia (Balqis): "Hai para pembesar berilah aku pertimbangan dalam urusanku (ini)
aku tidak pernah memutuskan sesuatu persoalan sebelum kamu berada dalam majelis(ku)".
33. Mereka menjawab: "Kita adalah orang-orang yang memiliki kekuatan dan (juga) memiliki
keberanian yang sangat (dalam peperangan), dan keputusan berada ditanganmu: maka
pertimbangkanlah apa yang akan kamu perintahkan".

(QS. An Naml [27]: 32-33)


Disitu dijelaskan bahwa perempuan mampu mengemukakan pendapatyang
benar, berpartisipasi dalam kegiatan politik, dan menanggung tanggung jawabnya.
2. Sunah
Perempuan punya hak untuk menjadi imam masjid seperti laki-laki. Rasulullah
saw bersabda : Janganlah kalian cegah hamba perempuan Allah untuk datang ke
masjid-masjidnya.
Dalam hadis lain beliau bersabda, jika perempuan (istri meminta izin kepada
siapa saja dari kalian, maka janganlah kalian melarangnya)
Sebagian pengikut pendapat ini memandang bahwa kendati Islam tidak
melarang perempuan menggunakan hak-hak politik, namun kadang-kadang situasi
yang ada merintanginya menggunakan hak-hak tersebut. Sebab, kewajiban utama
perempuan adalah menjadi ibu dan pengatur rumah tangga. Maka kepemimpiana
keluarga dibebankan kepada perempuan agar dilaksanakan sepenuhnya. Dan sebagian

22

agi ada yang menyimpulkan dengan penuh keyakina bahwa kegiatan perempuan di
luar rumah bertentangan dengan kodrat dan tugas utamanya, yaitu menjadi ibu.
D. HAK POLITIK DAN IRITASI KEKUASAAN
Pencetus pendapat ini berkata, karena tidak ada hukum syariat yang
melarang perempuan menggunakan hak-hak politik, maka keliru berupaya
memecahkan masalh ini dengan menganggapnya sebagai masalah agam atau fikih.
Pencetus pendapat ini menjelaskan bahwa kalau kita memnadang persoalan itu
dari sisi ini, semata-mata kita memasukannya ke dalam lingkup psikologi :
a. Kodrat dan tugas utama perempuan adalah menjadi ibu;
b. Perepmpua bekerja di luar rumah berdamoak buruk bagi kejiwaan dan
kepribadiannya;
c. Emosi memainkan peranan penting dalam mengarahkan aktivitas rasional dan
kecenderungan jiwanya;
d. Tidak ada alasan untuk mengingkari adanya perbedaan antara laki-laki dan
perempuan dalam hal bakat-bakat ketrampilan
e. Beberapa pakr di negara-negara Barat mengkritik perempua bekerja di luar rumah.
Pencetus pendapat ini menyimpulkan bahwa segala yang disebutkan para
psikolog dan dicermati para pakar tentang masalah ini adalah benar, tidak diragukan
lagi. Akan tetapi, apakah hal itu pantas dijadikan alasan untuk mengeluarkan undangundang yang melarang perempuan bekerja di luar rumah dan menggunakan hak-hak
politiknya?
Perempuan dalam Islam berhak menggunakan hak-hak politiknya sama seperti
laki-laki. Karena Islam memandang sama di antara keduanya. Perempuan berhak ikut
serta dalam kehidupan politik secara mutlak dan memikul tugas-tugas politik dengan
syarat berpegeng teguh pada semua hukum syariat Islam.

23

BAB III. EMANSIPASI ANTARA PERJUANGAN POLITIK DAN


EKSISTENSIAL
A. HAK-HAK POLITIK PEREMPUAN DALAM HUKUM MODERN
Ada yang berpendapat bahwa perempuan tidak mempunyai hak untuk
menggunakan hak-hak politik. Sebaliknya ada yang menegaskan hak perempuan
untuk menggunakan hak-hak politik. Selain itu, ada pendapat ketiga bahwa hak-hak
politik perempuan bukan persoalan agam atau fikih, melainkan masalah sosial poltik.
1. Pendapat Pertama
Pendapat ini mengatakan bahwa perempuan dilarang menggunakan hakhak poltiknya. Pendapat ini didasarkan pada argumentasi berikut.
a. Perempuan berbeda dengan laki-laki dalam aspek fisik, intelektual, dan
moral.
b. Perbedaan alami dalam menunaikan tugas-tugas antara laki-laki dan
perempuan menuntut pengkhususan perempuan pada pekerjaan-pekerjaan
rumah tangga dan memelihara anak.
c. Jika perempuan terlibat langsungdalam kegiatan politik, hal itu akan
membahayakan kehidupan keluarganya.
d. Pada umumnya perempuan cenderung pada politik konservatif dan
tradisional.
e. Perempuan tidak dituntut untuk mengikuti tugas wajib militer.
f. Kadang-kadang keikutsertaan perempuan dalam kegiatan politik dan
persamaannya dengan laki-laki akan menyebabkannya laki-laki tidak
menghormatinya.
2. Pendapat Kedua
Sebagian ahli fikih dan ahli perbandingan hukum berpendapat bahwa
penting adanya persamaan hak antara laki-laki dan perempuan dalam
menggunakan hak-hak politik. Karena, kepentingan umum dan praktek
demokrasi yang benar menghendaki hal itu.
Perempuan tidak boleh dihalangi dari hak alaminya dalam pemilihan,
karena logika demokrasi menuntut hal itu. Perempuan mempunyai kepentingankepentingan yang harus dibela, dan di pundaknya terpikul beban tanggung jawab
dan misi yang harus ditunaikan untuk masyarakat. Sesungguhnya keikutsertaan
perempuan dalam hak-hak poltik adalah masalah keadilan dan logika pada
tingkatan pertama, karena prinsip dempkraasi memberikan kepada setiap orang
kesempatan untuk berpolitik untuk menjaga dan membela kepribadiannya.
Sebagian ahli fikih mengatakan bahwa hak pilih bagi perempuan harus
diakui, tetapi pelaksanaannya tidak harus sama di seluruh negara. Pernyataan ini
merupakan langkah pertama untuk perempuan dalam menggunakan hak pilih.
Perlu disebutkan bahwa kebanyakan negara maju mengakui hak pilih bagi
perempuan setara dengan laki-laki. Sebagai contoh, negara-negara bagian
Amerika Serikat, seperti Wyoming, Idaho (1869), Utah (1896), Colorado (1893),
Washington (1910), California (1911), dan alaska (1912).
24

B. KASUS MESIR MODERN


Telah banyak ratu yang menduduki singgasan kekuasaan di Mesir. Di antara
maereka yag paling terkenal adalah Hatsybisut yang berkuasa di Mesir selama dua
puluh dua tahun. Selama kekuasaannya, ia telah berhasil meraih kemajuan dan
kesejahteraan bagi Mesir.
Demikian pula Sabak Nafsu Ra yang berkuasa sepeninggal saudaranya , Raja
Imnahat IV. Sejarah juga mencatat nama Ratu Nifrititi yang berjuang bersama
suaminya, Khnatun, seorang pemikir monoteis. Ratu Cleopatra pun memegang
tampuk kekuasaan di Mesir. Pada masa kekuasaannya, harapan-harapan bangsa untuk
menciptakan negeri yang aman dan damai telah terwujud. Cleopatra termasuk
penguasa paling populer di Mesir.
Akibat pendudukan Batlemeusyang menyerang Mesir tahun 332 SM. Mesir
secara umum mengalami masa-masa kemunduran dan keterbelakangan yang
dipaksakan kaum penjajah atas negeri ini. Sudah barang tentu keadaan semacam itu
berpengaruh terhadap kedudukan perempuan. Meski demikian, perempuan Mesir
tidak ketinggalan untuk menjalankan perannya melawan penjajah dan ikut serta
dengan laki-laki dalam perjuangan membebaskan tanah air.
C. TOKOH DAN GERAKAN
1. Rifaah Thahthawi
Rifaah Thahthawi adalah pemikir terdepan yang kembali dari Eropa
yang dikirim ke Prancis. Ketika kembali, mulailah ia mengembangkan
gerakan pemikiran di Mesir. Buku pertamnya yang sangat populer berjudul
Takhlish al-Ibriz fi Talkhish Bariz. Iamenyimpulkan bahwa Mesir
membutuhkan hubungan dengan Barat agar dapat menguasai ilmu-ilmu yang
telah menjadikan negara-negara Eropa maju pesat. Yaitu ilmu-ilmu fisika,
matematika dan metefisika, serta prinsip dan cabang-cabangnya.
Rifaah telah merintis gerakan perbaikan di Mesir dalam berbagai
aspek kehidupan, agam pendidikan, dan sosial. Termasuk diantaranya
kedudukan perempuan dan pemberian hak-hak yang ditetapkan syariat Islam
yan telah dirampas darinya sepanjang masa-masa kegelapan, serata
memperbaiki keadaan perempuan di seluruh sektor kehidupan.
Rifaah adalah benar-benar pemikir Mesir pertama di Mesir pertam di
zaman modern ini. Ia memberikan waktu, tenaga, dan pikirannya kepada
kaum perempuan.
Rifaah termasuk orang-orang pertama yang menyerukan emansipasi
perempuan di Mesir modern. Mesi demikian, ia tidak sependapat dengan
emansipasi perempuan di Barat. Emansipasi perempuan harus berada dalam
batas-batas ajaran agama islam yang lurus.

25

2. Qasim Amin
Nama Qasim Amin sering disebut-sebut pada setiap pembicaraan
mengenai emansipasi perempuan. Tulisan-tulisannya yang pertama berupa
artikel-artikel yang dimuat di majalah al-Muayyad. Artikelnya yang paling
populer Kedudukan Perempuan dalam Struktur Sosial Mengikuti Kondisi
Tradisi Bangsa.
Masalah-masalah penting yang menimbulkan perdebatan dalam karya
Qasim Amin adalah :
a. Hijab bagi perempuan. Qasim Amin menganjurkan pemakaian
hijab menurut syariat atau hijab syari. Syariat Islam membolhkan
perempuan menampakkan beberapa anggota tubuhnya, seperti
muka, kedua telapak tangan, dan kedua telapak kaki berdasarkan
firman Allah SWT. :
surah / surat : An-Nuur Ayat : 31

31. Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya,
dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa)
nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan
janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka,
atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau
saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau puteraputera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang
mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap
wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka
memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan
bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu

26

beruntung.

b. Ajakan tentang pentingnya membatasi hak cerai bagi suami, karena


hak tersebut tidak mutlak.
c. Kritiknya terhadap praktek poligami dan seruannya pada
pembatasan nikah sesuai penjelasan Alquran dan Sunah.
Ajakan Qasim Amin merupakan landasan yang mendasari kebangkitan
perempuan untuk masa berikutnya. Perempuan keluar rumah untuk belajar,
ikut serta dalam berkarya, dan terlibat secara penuh dalam kehidupan sosial.
3. Malik Hafni Nashif
Dalam seluruh pandangannya, Malik Hafni berpijak pada syariat Islam
yang sucidan bersikap adil terhadap perempuan. Di tahun 1911, ia tampil
pertama kalinya mewakili kaum perempuan. Pada seminar itu, Malik Hafni
mengajukan sebuah program perbaikan yang berkaitan dengan kepentinagnkepentinagn perempuan. Secara ringkas, butir-butir program itu adalah :
1. Pengajaran agama Islam kepada anak-anak perempuan secara
benar.
2. Perhatian terhadapa pendidikan anak perempuan denga
menetapkan program wajib belajar bagi mereka.
3. Mengadakan program pendidikan spesialisasi bagi mereka yang
telah lulus dari sekolah lanjutan pertam dalam bidang kedokteran
dan kependidikan.
4. Memberikan kesempatan kepada mereka untuk melanjutkan
pendididkan ke perguruan tinggi.
5. Berpegang teguh pada hijab Islami (yang mengecualikan muka dan
kedua telapak tangan).
6. Perceraian dan poligami harus seizin hakim (qadhi).
4. Huda Syarawi dan Munirah Tsabit Musa
Salah satu tokoh pejuang nasional melawan penjajah di Mesir adalah
Huda Syarawi. Ia memotivasi perempuan-perempuan Mesir untuk ikut serta
dalam gerakan-gerakan nasional dengan segala kemampuan di berbagai
bidang. Ia sempat memimpin suatu Organisasi Persatuan Perempuan Mesir
dan menerbitkan sebuah buku kecil yang berisi beberapa tuntutan perempua
dalam berbagai aspek.
Buku kecil itu terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama memuat
tuntutan di bidang politik dan undang-undang, bagian kedua memuat
tuntutan di bidang sosial, dan bagian ketiga tenteng keperempuanan.
Huda Syarawi hidup sezaman dengan Munirah Tsabit yang telah
memusatkan perhatianyya pada persamaan hak antara perempuan dan lakilaki dalam bidang politik. Sehingga perempuan dapat menggunakan hak-hak
poltik yang ditetapkan untuk laki-laki, dan hendaknya perempuan diberi hak
untuk memilih dan dipilih menjadi wakil rakyat.
Dalam memperjuangkan keyakinannya, dia seringkali mengalami
penolakan oleh kalangan atas. Akan tetapi, Munirah
Tsabit,
seorang
27

revolusioner tidak pernah menyerah sampai masa tuanya. Akhirnya, setelah


haknya diakui pada tahun 1956, bermunculan tokoh-tokoh perempuan lain.
Hingga, pada tahun 1964, 8 perempuan terpilih menjadi anggota DPR.

KESIMPULAN DAN PENUTUP


KESIMPULAN
Di antara hak-hak perempuan adalah partisipasi di atas landasan persamaan-- dalam
membangun, mengelola dan mengembangkan potensi masyarakat yang terpendam. Itulah
yang mengharuskan partisipasi perempuan dalam kegiatan-kegiatan politik. Maka Islam tidak
melarang perempuan menggunakan hak-hak ini. Sebaliknya, Islam menegaskan perempuan
boleh menggunakan hak-hak ini dengan meneladanai laki-laki. Di sisi lain, kebanyakan
hukum modern pun menegaskan bahwa perempuan boleh menggunakan hak-hak politiknya.

PENUTUP
Peran sosial perempuan berkembang melalui pembangunan peradaban dan normanorma yang berlaku dalam masyarakat. Oleh karena itu, kaidah dan aturan yang diusulkan
gerakan-gerakan sosial politik resmi berkaitan dengan kaum perempuan sangat sulit
diterapkan. Bahkan dalam banyak hal, tidak mungkin mengubah kondisi sosial yang telah
terbentuk dan mengakar melalui fase-fase sejarah masa lalu. Namun hal itu hanya merupakan
fase sementara yang tidak akan mengaburkan pemahaman masyarakat terhadap kandungan
hukum.

28

Persoalan hak perempuan dalam menggunakan hak-hak politik merupakan masalah


keadilan. Sebab, prinsip demokrasi menuntut pemberian kepada setiap individu bagian dan
kekuasaan politik yang dapat menjamin dan melindungi kepribadiannya.BUKU-

BUKU RUJUKAN
1. Umaymah Manha, Dr., al-Marah wa al Wazhifah al- Ammah, disertasi di Fak.
Hukum Univ. Kairo, 1983 hlm. 17

2. Will Durrant,

Qishash al-Hadharah, hlm. 182-187 dan Qamus al-Atsar alMasihiyyah, juz 5, hlm. 1.300

3. Umar Mamduh Mushthafa, Prof. Dr., al-Qanun al-Rumani, 1954, hlm. 205
4. Maruf Mamduh Mushtafa, Dr., Wadhal-Marah fi al-Islam, hlm. 12
5. Ibn al-Qayyim, Zad al-maad fi Huda Khayr al-Ibad, juz 4, hlm. 3
6. Al-Islam Aqidah wa Syariah, hlm. 239
7. Ali abd al-Wahid Wafi, Prof. Dr., al-Marah fi al-Islam, hlm. 25
8. Al-Islam Aqidah wa al-Syariah, hlm. 227
9. Muhammad Abu Zahrah, Al-Uqubah fi al Fiqh al-Islami, hlm. 370 dan
seterusnya
10. Abd al-Hayy Hijazi, Dr., Nazhirah al-Haqq, hlm. 160, tahun 1970
11. Abu al-Ala al-Mawdudi, tadwin al-Dustur al-Islami, hlm.88
12. Sunan Abi Dawud, juz 1, hlm. 245
13. Fatwa al-Azhar al-Syarif, hlm. 6
14. Syekh Zakiyuddin Syaban, Ushul al-Fiqh al-Islami, hlm. 115-118
15. Ibn Hazm , al-Mahalli, juz 10, hlm. 631

29

DAFTAR RIWAYAT HIDUP


I. Data Pribadi
Nama
Tempat, Tanggal Lahir
Jenis Kelamin
Agama
Kewarganegaraan
Status
Tinggi / Berat Badan
Alamat
Domisili
Telephon/HP
E-mail

: Tenzara Twiasyuni
: Surabaya, 24 Juni 1994
: Perempuan
: Islam
: Indonesia
: Belum kawin
: 151 / 41
: Ds. Banjarsari RT. 10 RW. 02 Kec. Trucuk
Kab. Bojonegoro
: Keputih Gg. 3 D no. 1A Surabaya
: -/0896779399092
: tenzara.twiasyuni12@mhs.na.its.ac.id

II. Latar belakang Pendidikan


Formal
1998-2000
2000-2006
2006-2009
2009-2012

: TK Bina Insani Surabaya


: SDN Siwalan Kerto I / 418 Surabaya
: SMP Negeri 5 Bojonegoro
: SMA Negeri 4 Bojonegoro

Non Formal
-

III. Kemampuan
Kemampuan Komputer (MS Word, MS Excel, MS PowerPoint)
IV.

Pengalaman Bekerja

Belum ada

Daftar riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya.


Surabaya, 12 september 2012

Tenzara Twiasyuni

30

Anda mungkin juga menyukai