Paper Mioma Uteri RUDY
Paper Mioma Uteri RUDY
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Myoma uteri adalah neoplasma jinak yang tersusun dari otot polos uteri
dan jaringan ikat yang menumpangnya dan sering juga disebut sebagai
fibromioma, leiomioma, fibroid.
2.2 Etiologi
Etiologi yang pasti terjadinya mioma uteri saat ini belum diketahui.
Mioma uteri banyak ditemukan pada usia reproduktif dan angka kejadiannya
rendah pada usia menopause, dan belum pernah dilaporkan terjadi sebelum
menarche. Diduga penyebab timbulnya mioma uteri paling banyak oleh stimulasi
hormon estrogen.
Apakah estrogen secara langsung memicu pertumbuhan mioma uteri, atau
memakai mediator masih menimbulkan silang pendapat. Dimana telah ditemukan
banyak sekali mediator didalam mioma uteri, seperti estrogen growth factor,
insulin growth factor 1 (IGF-1). Awal mulanya pembentukan tumor adalah
terjadinya mutasi somatik dari sel-sel miometrium. Mutasi ini mencakupi rentetan
perubahan pada kromosom, baik secara parsial maupun secara keseluruhan.
2.3 Klasifikasi
Sarang mioma di uterus dapat berasal dari serviks uteri (1-3%) dan
selebihnya adalah dari korpus uteri. Menurut tempatnya di uterus dan menurut
2
arah pertumbuhannya, maka mioma uteri dibagi 4 jenis antara lain mioma
submukosa, mioma intramural, mioma subserosa, dan mioma intraligamenter.
Jenis mioma uteri yang paling sering adalah jenis intramural (54%), subserosa
(48,2%), submukosa (6,1%) dan jenis intraligamenter (4,4%).
1.
Mioma submukosa
Berada dibawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus. Jenis ini
di jumpai 6,1% dari seluruh kasus mioma. Jenis ini sering memberikan keluhan
gangguan perdarahan. Mioma uteri jenis lain meskipun besar mungkin belum
memberikan keluhan perdarahan, tetapi mioma submukosa, walaupun kecil sering
memberikan keluhan gangguan perdarahan. Mioma submukosa umumnya dapat
diketahui dari tindakan kuretase, dengan adanya benjolan waktu kuret, dikenal
sebagai Currete bump. Tumor jenis ini sering mengalami infeksi, terutama pada
mioma submukosa pedinkulata. Mioma submukosa pedinkulata adalah jenis
mioma submukosa yang mempunyai tangkai. Tumor ini dapat keluar dari rongga
rahim ke vagina, dikenal dengan nama mioma geburt atau mioma yang di
lahirkan, yang mudah mengalami infeksi, ulserasi, dan infark. Pada beberapa
kasus, penderita akan mengalami anemia dan sepsis karena proses di atas.
2.
Mioma intramural
Terdapat di dinding uterus diantara serabut miometrium. Karena pertumbuhan
tumor, jaringan otot sekitarnya akan terdesak dan terbentuklah semacam simpai
yang mengelilingi tumor. Bila didalam dinding rahim dijumpai banyak mioma,
maka uterus akan mempunyai bentuk yang berdungkul dengan konsistensi yang
padat. Mioma yang terletak pada dinding depan uterus, dalam pertumbuhannya
akan menekan dan mendorong kandung kemih keatas, sehingga dapat
menimbulkan keluhan miksi.
3.
Mioma subserosa
Apabila tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada permukaan
uterus diliputi oleh serosa. Mioma subserosa dapat tumbuh diantara kedua lapisan
ligamentum latum menjadi mioma intraligamenter.
4.
Mioma intraligamenter
Mioma subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke
ligamentum atau omentum dan kemudian membebaskan diri dari uterus. Jarang
sekali ditemukan satu macam mioma saja dalam satu uterus. Mioma pada serviks
dapat menonjol ke dalam satu saluran serviks sehingga ostium uteri eksternum
berbentuk bulan sabit. Apabila mioma dibelah maka tampak bahwa mioma terdiri
dari berkas otot polos dan jaringan ikat yang tersusun seperti kumparan (whorle
like pattern) dengan pseudokapsul yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang
terdesak karena pertumbuhan sarang mioma ini.
Atrofi.
Sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan berakhir mioma uteri
menjadi kecil.
5
2.
Degenerasi hialin.
Perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita usia lanjut. Tumor
kehilangan struktur aslinya menjadi homogen. Dapat meliputi sebagian besar atau
hanya sebagian kecil dari padanya seolah-olah memisahkan satu kelompok
serabut otot dari kelompok lainnya.
3.
Degenerasi kistik.
Dapat meliputi daerah kecil maupun luas, sebagian dari mioma menjadi cair,
Degenerasi membatu.
Terutama terjadi pada wanita berusia lanjut oleh karena adanya gangguan
dalam sirkulasi. Dengan adanya pengendapan garam kapur pada sarang mioma
maka mioma menjadi keras dan memberikan bayangan pada foto rontgen.
5.
Degenerasi merah.
Perubahan ini biasanya terjadi pada kehamilan dan nifas. Patogenesis
Penampilan klinik seperti ini menyerupai tumor ovarium terpuntir atau mioma
bertangkai.
6.
Degenerasi lemak.
Keadaan ini jarang dijumpai, tetapi dapat terjadi pada degenerasi hialin yang
Anamnesis
-
Timbul benjolan di perut bagian bawah dalam waktu yang relatif lama.
Kadang-kadang disertai gangguan haid, buang air kecil atau buang air
besar.
2.
Pemeriksaan fisik
-
3.
Gambaran Klinis
Pada umumnya wanita dengan mioma tidak mengalami gejala. Gejala yang
b.
c.
Nyeri bisa terjadi saat menstruasi, setelah berhubungan seksual, atau ketika
terjadi penekanan pada panggul. Nyeri terjadi karena terpuntirnya mioma yang
bertangkai, pelebaran leher rahim akibat desakan mioma atau degenerasi
(kematian sel) dari mioma. Gejala lainnya adalah:
-
Gejala gangguan berkemih akibat mioma yang besar dan menekan saluran
kemih menyebabkan gejala frekuensi (sering berkemih) dan hidronefrosis
(pembesaran ginjal)
Prolaps atau keluarnya mioma melalui leher rahim dengan gejala nyeri hebat,
luka, dan infeksi
Bendungan pembuluh darah vena daerah tungkai serta kemungkinan
Pemeriksaan luar
Teraba massa tumor pada abdomen bagian bawah serta pergerakan tumor
Pemeriksaan dalam
Teraba tumor yang berasal dari rahim dan pergerakan tumor dapat terbatas
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium. Anemia merupakan akibat paling sering dari
habisnya
2.
uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran
sarang mioma dalam menopause.
3.
diagnosa
bandingnya
adalah
adenomiosis,
khoriokarsinoma,
Konservatif
Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah ataupun
medikamentosa terutama bila mioma itu masih kecil dan tidak menimbulkan
gangguan atau keluhan. Penanganan konservatif, bila mioma yang kecil pada pra
dan post menopause tanpa gejala. Cara penanganan konservatif sebagai berikut :
-
10
Terapi agonis GnRH ini dapat pula diberikan sebelum pembedahan, karena
memberikan beberapa keuntungan: mengurangi hilangnya darah selama
pembedahan, dan dapat mengurangi kebutuhan akan transfusi darah.
2.
Pengobatan Operatif
11
a. Enukleasi Mioma
Dilakukan pada penderita infertil atau yang masih menginginkan anak atau
mempertahankan uterus demi kelangsungan fertilitas. Sejauh ini tampaknya aman,
efektif, dan masih menjadi pilihan terbaik. Enukleasi sebaiknya tidak dilakukan
bila ada kemungkinan terjadinya karsinoma endometrium atau sarkoma uterus,
juga dihindari pada masa kehamilan. Tindakan ini seharusnya dibatasi pada tumor
dengan tangkai dan jelas yang dengan mudah dapat dijepit dan diikat. Bila
miomektomi menyebabkan cacat yang menembus atau sangat berdekatan dengan
endometrium, kehamilan berikutnya harus dilahirkan dengan seksio sesarea.
Kriteria preoperasi menurut American College of Obstetricians Gynecologists
(ACOG) adalah sebagai berikut :
b. Histerektomi
Dilakukan bila pasien tidak menginginkan anak lagi, dan pada penderita yang
memiliki leiomioma yang simptomatik atau yang sudah bergejala. Kriteria ACOG
untuk histerektomi adalah sebagai berikut:
12
c. Penanganan Radioterapi
-
Hanya dilakukan pada pasien yang tidak dapat dioperasi (bad risk
patient).
Kemungkinan abortus lebih besar karena distorsi kavum uteri khususnya pada
mioma submukosum.
Dapat menyebabkan HPP akibat inersia maupun atonia uteri akibat gangguan
mekanik dalam fungsi miometrium
Jika letaknya dekat pada serviks, dapat menghalangi kemajuan persalinan dan
menghalangi jalan lahir.
Dapat terjadi degenerasi merah pada waktu hamil maupun masa nifas seperti
telah diutarakan sebelumnya, yang kadang-kadang memerlukan pembedahan
segera guna mengangkat sarang mioma. Namun, pengangkatan sarang mioma
demikian itu jarang menyebabkan perdarahan.
14
2.11 Prognosis
Histerektomi dengan mengangkat seluruh mioma adalah kuratif.
Miomektomi yang ekstensif dan secara signifikan melibatkan miometrium atau
menembus endometrium, maka diharuskan SC pada persalinan berikutnya.
Mioma yang kambuh kembali setelah miomektomi terjadi pada 15-40% pasien
dan 2/3-nya memerlukan tindakan lebih lanjut.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Myoma uteri adalah neoplasma jinak yang tersusun dari otot polos uteri
dan jaringan ikat yang menumpangnya dan sering juga disebut sebagai
fibromioma, leiomioma, fibroid. Etiologi yang pasti terjadinya mioma uteri saat
ini belum diketahui. Mioma uteri banyak ditemukan pada usia reproduktif dan
angka kejadiannya rendah pada usia menopause, dan belum pernah dilaporkan
terjadi sebelum menarche. Diduga penyebab timbulnya mioma uteri paling
banyak oleh stimulasi hormon estrogen.
Nyeri bisa terjadi saat menstruasi, setelah berhubungan seksual, atau
ketika terjadi penekanan pada panggul. Nyeri terjadi karena terpuntirnya mioma
yang bertangkai, pelebaran leher rahim akibat desakan mioma atau degenerasi
(kematian sel) dari mioma. Histerektomi dengan mengangkat seluruh mioma
adalah kuratif.
DAFTAR PUSTAKA
16
1.
Thomas EJ. The aetiology and phatogenesis of fibroids. In : Shaw RW. eds.
Advences in
reproduktive endocrinology uterine fibroids. England New Jersey : 1992
Diakses
22
Januari
2016
http://digilib.unsri.ac.id/jurnal/health-
sciences/mioma-uteri/mrdetail/906/
2.
3.
22
Januari
2016.
http://digilib.unsri.ac.id/jurnal/health-
sciences/mioma-uteri/mrdetail/906/
4.
5.
Whary
eds.
Clinical
obstetric
and
Gynecology.
2016.
http://digilib.unsri.ac.id/jurnal/health-sciences/mioma-
uteri/mrdetail/906/
17
6.
Lumsden MA. The role of oestrogen and growth factors in the control of the
growth of uterine leiomiomata. In : R.W. Shaw, eds. Advances in reproductive
endocrinology uterine fibroids. England-New Jersey: The Parthenon
Publishing
Group,
1992;
20.
Diakses
22
Januari
2016
http://digilib.unsri.ac.id/jurnal/health-sciences/mioma-uteri/mrdetail/906/
18