Anda di halaman 1dari 48

REFERAT

GANGGUAN PANIK

RENI SUSIANTI
RAHMAWATI RISNA
Pembimbing :

dr. Tumpak Saragih, Sp.KJ


Semangattt!!

PENDAHULUAN

Semangattt!!

2/2/16

Gangguan panik merupakan salah satu jenis gangguan

cemas kronik yang ditandai oleh serangan panik parah


yang berulang dan tak terduga
Individu yang mengalami kecemasan umum dan
gangguan panik kadang tidak mengetahui secara pasti
mengapa mereka merasakan ketakutan

Bila seseorang pernah mengalami serangan panik pada


suatu kondisi atau tempat tertentu, individu akan
merasakan kecemasan berulang ketika berhadapan
dengan situasi atau tempat yang sama, dan kemungkinan
serangan panik kembali dapat muncul (free floating)
sering disertai agorafobia

Semangattt!!

2/2/16

RUMUSAN MASALAH

Bagaimana gambaran gangguan panik ?

Tujuan
Untuk mengetahui dan meningkatkan pemahaman tentang
gangguan panik.

Semangattt!!

2/2/16

TINJAUAN PUSTAKA

Semangattt!!

2/2/16

DEFINISI
Menurut
DSM-IV,
gangguan
panik
adalah
gangguan yang sekurang-kurangnya terdapat 3
serangan panik dalam waktu 3 minggu dan tidak
dalam kondisi stres berat atau dalam situasi yang
mengancam kehidupan. Gangguan panik bersifat
rekuren
(kambuh)
dan
akan
mengakibatkan
terjadinya serangan panik yang tidak diduga-duga
dan mencapai puncaknya kurang dari 10 menit
Gangguan panik sering disertai agorafobia, yaitu
rasa takut sendirian ditempat umum.
Semangattt!!

2/2/16

Subtipe gangguan
panik:

Gangguan panik dengan agorafobia


Gangguan panik tanpa agorafobia
Agorafobia tanpa gangguan panik

Semangattt!!

2/2/16

Tiga model fenomenologi gangguan panik :

Serangan panik akut


Antisipasi kecemasan
fobia

Semangattt!!

2/2/16

Epidemiologi
Gangguan panik dialami oleh lebih kurang 1,7% dari populasi
orang dewasa.
Angka kejadian sepanjang hidup gangguan panik dilaporkan
1,5-5 % dan untuk serangan panik adalah 3 5.6 %.
Gangguan panik pada wanita 2-3 kali lebih sering terkena
dari pada laki-laki.
Di indonesia belum dilakukan studi epidemiologi yang dapat
menggambarkan berapa jumlah individu yang mengalami
gangguan panik.

Semangattt!!

2/2/16

Stadium Supurasi

Edem yang hebat pada mukosa telinga tengah dan


hancurnya sel epitel superficial.
Terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani,
menyebabkan membran timpani menonjol (bulging)
kearah liang telinga luar.
Pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu tubuh
meningkat, serta rasa nyeri ditelinga bertambah hebat.

Semangattt!!

2/2/16

10

Stadium Perforasi

Terjadi ruptur membran


timpani dan nanah keluar
mengalir dari telinga tengah
ke liang telinga luar.
Anak yang tadinya gelisah
sekarang menjadi tenang.

Gambar 2.6 Stadium Perforasi

Suhu badan turun dan anak


dapat tertidur nyenyak.

Semangattt!!

2/2/16

11

Stadium Resolusi

Bila sudah terjadi


perforasi, maka
sekret akan
berkurang dan
akhirnya kering.

Gambar 2.7 Stadium resolusi


Semangattt!!

2/2/16

12

TERAPI
Stadium oklusi obat tetes hidung HCL efedrin 0,5 %
dalam larutan fisiologik ( anak < 12 tahun ) atau HCL
efedrin 1 % dalam larutan fisiologik untuk umur > 12
tahun dan orang dewasa.
Stadium presupurasi antibiotika, obat tetes hidung dan
analgetika. Bila membran timpani hiperemis difus
miringotomi.
Stadium supurasi antibiotika, miringotomi, bila membran
timpani masih utuh.
Stadium perforasi obat cuci telinga H2O2
hari serta antibiotik.
Semangattt!!

2/2/16

3 %

3-5

13

Infeksi Saluran Pernafasan Atas Akut

Proses infeksi akut yang berlangsung selama 14 hari yang


disebabkan oleh mikroorganisme dan menyerang salah
satu bagian atau lebih saluran pernafasan atas mulai dari
hidung hingga faring beserta jaringan adneksanya yang
terdiri atas rinitis akut, faringitis akut, tonsilitis akut,
sinusitis akut.

Semangattt!!

2/2/16

14

KLASIFIKASI

Rinitis akut
Faringitis akut
Tonsilitis akut
Rinosinusitis akut

Semangattt!!

2/2/16

15

Hubungan OMA dengan Infeksi Saluran


Pernafasan Atas Akut

virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran


pernafasan Kerusakan mekanisme mukosiliaris bakteribakteri patogen menyerang mukosa yang rusak peradangan
Infeksi bakteri meluas ke tuba eustachius edema pada
tuba eustachius Tuba eustachius menjadi sempit
sumbatan tekanan udara di telina tengah menjadi
negatif
refluks dan aspirasi virus atau bakteri dari
nasofaring ke dalam telinga tengah melalui tuba eustachius.

Semangattt!!

2/2/16

16

Faktor resiko OMA


Umur < 6 tahun
Infeksi
saluran
pernafasan
atas akut

Kelainan anatomi
kraniofasial
Immunodefisiensi
Minum ASI < 6
bulan
Paparan asap
rokok
immunodefisiensi
Gambar 2.8.

Infeksi meluas ke tuba


eustachius, sehingga
terjadi kongesti dan
edema tuba eustachius

Sumbatan tuba eustachius


sehingga tekanana telinga
tengah menjadi negatif
Bakteri , mukus, sekret
nasofaring mudah masuk ke
telinga tengah melalui tuba
eustachius ke telinga tengah

Kerangka
Teori
Semangattt!!

OMA

2/2/16

17

Variabel dependen
Infeksi saluran
pernafasan atas
akut:
Rhinitis akut
Tonsillitis akut
Rhinosinusitis
akut
faringitis akut

Variabel independen
Karakteristik
demografis:
Umur
Jenis kelamin

OM
A

Karakteristik
keluhan dan
kelainan telinga:
Nyeri telinga
Sisi telinga yang
terkena
Otore
demam
Semangattt!!

2/2/16

18

HIPOTESIS

H0
dengan
H1 :
infeksi

: Tidak ada hubungan antara otitis media akut


infeksi saluran pernafasan atas akut.
Ada hubungan antara otitis media akut dengan
saluran pernafasan atas akut.

Semangattt!!

2/2/16

19

METODOLOGI
PENELITIAN

Semangattt!!

2/2/16

20

Jenis dan Rancangan Penelitian


Deskriptif analitik dengan rancangan
sectional.

cross

Tempat dan Waktu Penelitian


Poliklinik THT RSUD Raden Mattaher Jambi
dengan waktu penelitian pada bulan Februari
April 2014.
Populasi Penelitian
Penderita OMA yang berobat ke Poli THT RSUD
Raden Mattaher Jambi yang berumur < 12 tahun
pada bulan Februari April 2014.
Semangattt!!

2/2/16

21

Sampel Penelitian

Besar sampel pada penelitian ini diambil


dengan
menggunakan
accidental sampling
dimana setiap responden yang ada atau
tersedia di suatu tempat sesuai dengan
konteks penelitian.

Sehingga akan ditetapkanSemangattt!!


sampel 2/2/16
minimal = 92

22

Kriteria Inklusi dan Kriteria


Eksklusi

Kriteria Inklusi :
Pasien yang berobat di Poli THT RSUD Raden Mattaher
Jambi yang berumur < 12 tahun.
Bersedia ikut dalam penelitian.
Kriteria eksklusi :
Pasien yang didiagnosis OMA karena ada kelainan pada
anatomi telinga tengah (Palatoskisis) .
OMSK

Semangattt!!

2/2/16

23

Definisi Operasional
Definisi

Cara ukur

Hasil
ukur

Skala

OMA

Anak
yang
datang diagnosa
berobat dengan tanda dokter
dan gejala klinis penyakit
OMA
berdasarkan
diagnosa dokter yang
dinyatakan
menderita
OMA.

1. Ya
2.
Tidak

Nominal

ISPA

infeksi
akut
yang diagnosa
berlangsung selama 14 dokter
hari yang disebabkan
oleh mikroorganisme dan
menyerang salah satu
bagian atau lebih saluran
pernafasan atas.

1. Ya
2.
Tidak

Nominal

Semangattt!!

2/2/16

24

Umur

usia
subjek
saat wawancara
pengambilan sampel.

1. 2 tahun Nominal
2. >2 6
tahun
3. > 6 12
tahun

Jenis
Kelamin

gender penderita

wawancara

1. Ya
2. Tidak

Nominal

Gejala
klinis

Keluhan penderita wawancara


OMA yang terdiri
atas
otalgia,
demam, otore.

1. Ya
2. Tidak

Nominal

Sisi
telinga
yang
terkena
OMA

Bagian telinga yang diagnosa


mengalami OMA
dokter

1.Unilateral
2.Bilateral

Nominal

Semangattt!!

2/2/16

25

Instrumen penelitian
Rekam medis pasien dan checklist berdasarkan diagnosa
yang telah dibuat oleh dokter.
Pengumpulan data
Data sekunder berupa catatan medis dan data primer
yang berasal dari wawancara dengan pasien.
Pengolahan Data
1. Editing
2. Entry data

3. Coding
4. Cleaning

Semangattt!!

2/2/16

26

ANALISA DATA

Penelitian akan disajikan dalam bentuk persentase


distribusi karakteristik OMA dengan analisa univariat dan
hubungan OMA dan Infeksi saluran pernafasan atas akut
dengan analisa bivariat.
Etika Penelitian
Informed consent
Confidentiality

Semangattt!!

2/2/16

27

Gambar 3.1 Alur Penelitian

Semua pasien berumur <12 tahun yang datang ke Poli THT RSUD
Raden Mattaher Jambi periode Februari April 2014

Teknik accidental sampling

Kriteria inklusi dan ekslusi


Penetapan sampel

Informed consent
Pengisian ceklist berdasarkan wawancara
dan diagnosa dari dokter

Pengolahan data dan analisa data


Semangattt!!

Hubungan otitis media akut dengan


infeksi saluran pernafasan atas akut

2/2/16

28

HASIL PENELITIAN
DAN PEMBAHASAN

Semangattt!!

2/2/16

29

Gambaran karakteristik sampel


Kriteria

Frekuensi Persentase
(n)

(%)

2 tahun

25

17,7

>2-6 tahun

57

38,3

>6- 12

62

43,9

Total
Jenis kelamin

141

100

Laki-laki

80

56,7

Perempuan

61

43,3

Total

141

100

Umur

30

OMA (+)

20

14,2

OMA (-)

121

85,8

Total

141

100

Infeksi saluran pernafasan atas akut (+)

40

28

Infeksi saluran pernafasan atas akut (-)

101

72

141

100

20

100

Total
OMA(+) dengan Infeksi saluran pernafasan
atas akut (+)

20

19,8

OMA (-) dengan Infeksi saluran pernafasan


atas akut (+)
31

Distribusi sampel yang menderita OMA berdasarkan umur

Umur

Frekuensi

Persentase

2 tahun

10

(%)
50

>2 - 6 tahun

40

>6 - 12

10

tahun

20

100

Total

Semangattt!!

2/2/16

32

Sejalan:
Mabrouk dkk:
(18,4%)

>1-<6 (48,3%), <1 (33,3%), dan >6

Beda :
Pa - Chun Wang: 3-5 tahun (158,8 per 1000 anak), 0-2
(71,7 kasus per 1000 anak) , 6-12 (41,0 kasus per 1000
anak)
Tan Hong Siew : >5 12 (32,9 % ), < 2 tahun (30,6 %),
>2-5 (16,5%).
OMA tinggi pada bayi dan anak-anak:
Imunitas lemah
Ukuran tuba eustachius : pendek ,lebar, horizontal

Semangattt!!

2/2/16

33

Distribusi sampel yang menderita OMA


berdasarkan jenis kelamin
Jenis kelamin

Frekuensi

Persentase(%)

Laki-laki

11

55

Perempuan

45

Total

20

100

Semangattt!!

2/2/16

34

Sejalan :
Mabrouk dkk: laki-laki 56,5 % dan perempuan 43,5%
Pa-Chun Wang : laki-laki 67,6 dan perempuan 61,2
Tan Hong Siew : laki laki 55,3% dan perempuan 44,7 %.
Berbeda :
Titissari di Poli THT sub-bagian Otologi THT RSCM dan
Harapan Kita perempuan lebih tinggi 51,2% dan laki-laki
48,8%.
Secara teori :
Mekanime efek jenis kelamin dalam kejadian otitis media
akut belum diidentifikasi.

Semangattt!!

2/2/16

35

Distribusi sampel yang menderita OMA


berdasarkan gejala klinis
Gejala Klinis

Frekuensi

Persentase(%)

Otalgia

12

60

Demam

16

80

Otore

20

Semangattt!!

2/2/16

36

Berbeda :
Titisari gejala klinis tertinggi nyeri telinga 83 % dan
demam 69,8 % .
Tan Hong Siew paling tinggi otore 84,7%, diikuti dengan
demam 49,4% , nyeri telinga 37,6 %.
Paolo M dkk tertinggi nyeri telinga 55,6 %, diikuti
dengan demam ( 38) 49,9 % dan otore 6
Secara keseluruhan kejadian
anak dengan otalgia
meningkat dengan bertambahnya usia, sementara kejadian
anak dengan demam menurun seiring bertambahnya usia,
sementara kejadian otore pada anak sedikit.

Semangattt!!

2/2/16

37

Distribusi sampel yang menderita OMA


berdasarkan sisi telinga yang sakit
Sisi Telinga
yang sakit

Frekuensi

Persentase(%)

Unilateral

16

80

Bilateral

20

Total

20

100

Semangattt!!

2/2/16

38

Sejalan :
Mabrouk M unilateral 68,7%, bilateral 31,3%
Titissari unilateral 79,1%, bilateral 20,9%
Tan Hong Siew unilateral 81,2 %, bilateral 18,8 %.
OMA bilateral dianggap lebih parah dari pada OMA
unilateral. Pada penelitian Johanna M dkk tentang gejala
dan tanda tanda otoskopi pada
OMA unilateral dan
bilateral mengemukakan bahwa OMA bilateral secara
klinis hanya sedikit lebih parah daripada OMA unilateral
pada anak 6-35 bulan.

Semangattt!!

2/2/16

39

Distribusi Sampel Yang Menderita OMA Dengan


Infeksi Saluran Pernafasan Atas Akut

Infeksi saluran

Frekuensi

Persentase (%)

akut
Iya

20

100

Tidak

Total

20

100

pernafasan atas

Semangattt!!

2/2/16

40

Titissari pasien OMA anak denga riwayat ISPA 0-7


hari 62,8%, >7-14 hari 27,9%, dan >14 hari adalah
9,3%.
Penelitian Zakzouk dkk 62% anak < 12 tahun yang
menderita OMA mempunyai riwayat ISPA.
Secara teori pencetus terjadinya OMA adalah ISPA,
makin sering anak terkena ISPA makin besar kemungkinan
terjadinya OMA.

Semangattt!!

2/2/16

41

Hubungan otitis media akut dengan ISPA


OMA

Iya Tidak Total


Infeksi
saluran
Pernafasan
atas
akut

Iya

Expecte
d Count
Tidak

Total

Count

Count

20

20

40 0,00
0

5.7 34.3 40.0


0

101

101

Expecte
14.3 86.7 101.0
d Count
Count
20 121 141
Semangattt!!
2/2/16
Expecte
20.0 121.0 141.0

42

Dari tabel terdapat hubungan yang signifikan antara


otitis media akut dengan infeksi saluran pernafasan atas
akut yaitu p=0,000 ( <0,005).
Sesuai :
Krystal Revai dkk 112 pasien ISPA (6-35 bulan) 30 %
dari pasien tersebut mengalami OMA. Kejadian paling
tinggi
usia
6-11
bulan
dan
menurun
dengan
bertambahnya usia.
Pada infeksi saluran pernafasan atas akut kongesti
dan edema pada mukosa saluran nafas atas, termasuk
nasofaring dan tuba eustachius Tuba eustachius
menjadi sempit sumbatan tuba tekanan udara di
telinga tengah menjadi negatif bila berlangsung lama
refluks dan aspirasi virus atau bakteri dari nasofaring
ke dalam telinga tengah melalui tuba eustachius.
Semangattt!!

2/2/16

43

KESIMPULAN

Semangattt!!

2/2/16

44

Kesimpulan
Penderita OMA paling tinggi pada kategori umur 2
tahun, diikuti dengan >2-6 tahun dan >6 12 tahun
dengan presentase masing-masing 50 %, 40 % dan 10%.
Penderita OMA sedikit lebih banyak pada jenis kelamin
laki-laki yaitu 55 % dibandingkan perempuan yaitu 45%.
Gejala klinis yang sering ditemukan yaitu demam, diikuti
nyeri telinga dan otore dengan persentase masing-masing
yaitu 80%, 60% dan 20%.

Semangattt!!

2/2/16

45

Kejadian OMA lebih banyak pada satu sisi telinga


(unilateral) yaitu 80% dibandingkan pada kedua sisi
telinga ( bilateral) yaitu 20%.
Ada hubungan antara otitis media akut dengan infeksi
saluran pernafasan atas dengan nilai p = 0,000
( <0,005).

Semangattt!!

2/2/16

46

Saran
Umumnya kejadian OMA pada anak diakibatkan oleh
infeksi saluran pernafasan, hendaknya menjadi perhatian
semua pihak terutama dalam upaya pencegahan dengan
mengatasi faktor risikonya.
Hendaknya sampel peneliti memiliki pengetahuan tentang
faktor resiko otitis media akut sehingga dapat
menurunkan angka kejadian OMA.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah
sampel yang lebih besar sehingga diperoleh data yang
lebih presentatif.

Semangattt!!

2/2/16

47

TERIMA KASIH

Semangattt!!

2/2/16

48

Anda mungkin juga menyukai