LAPORAN KASUS
2.1 IDENTITAS PASIEN
Nama pasien
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
3.1. DEFINISI
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari
bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat.
Secara klinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan paru yang
disebabkan oleh mikroorganisme.
Istilah pneumonia lazim dipakai bila peradangan terjadi oleh proses infeksi
akut yang merupakan penyebabnya yang tersering.
Pneumonia Komunitas (PK) atau pneumonia yang didapat di mayarakat
adalah pneumonia yang terjadi akibat infeksi diluar RS. Infeksi akut pada parenkim
paru yang berhubungan dengan setidaknya beberapa gejala infeksi akut, disertai
adanya gambaran infiltrat akut pada radiologi toraks atau temuan auskultasi yang
sesuai dengan pneumonia (perubahan suara napas dan atau ronki setempat) pada
orang yang tidak dirawat di rumah sakit atau tidak berada pada fasilitas perawatan
jangka panjang selama 14 hari sebelum timbulnya gejala (IDSA 2000).
Pneumonia komunitas
Pneumonia nosokomial
Pneumonia rekurens
:Terjadi
berulangkali,
berdasarkan
Pneumonia aspirasi
dan AIDS.
Pneumonia Kronik
Penyakit
paru
akibat
kelompok
pada foto thorax lebih kecil dan 50% dalam 2 minggu dan berlangsung
lebih dari 21 hari.
3.2. EPIDEMIOLOGI
Sekitar 80% dari seluruh kasus baru praktek umum berhubungan dengan
infeksi saluran nafas yang terjadi di masyarakat atau komunitas (PK) atau di dalam
rumah sakit atau pusat perawatan atau nosokomial (PN). Kejadian pneumonia
nookomial di ICU lebih sering dari pada pneumonia nosokomial di ruangan umum,
yaitu dijumpai hampir 25% dari semua infeksi di ICU, dan 90% terjadi pada saat
ventilasi mekanik. Pneumonia yang berhubungan dengan pemakaian venilator didapat
pada 9-27% dari pasien yang diintubasi. Resiko pneumonia yang berhubungan dengan
penggunaan ventilator tertinggi pada saat awal masuk ICU.
Pneumonia yang merupakan bentuk infeksi
Kebiasaan merokok.
Pasca infeksi virus.
Diabetes Mellitus.
Keadaan immunodefisiensi.
Kelainan atau kelemahan struktur organ dada.
Penurunan kesadaran.
Tindakan invasif seperti infus, intubasi, trakeostomi, atau pemasangan
ventilator.
3.5. DIAGNOSIS
Penegakan diagnosis dibuat dengan maksud pengarahan kepada pemberian
terapi yaitu dengan cara mencakup bentuk dan luas penyakit, tingkat berat penyakit
dan perkiraan jenis kuman penyebab infeksi. Dugaan mikroorganisme penyebab
infeksi akan mengarahkan kepada pemilihan terapi empiris antibiotik yang tepat.
Anamnesa ditujukan untuk mengetahui kemungkinan kuman penyebab yang
berhubungan dengan faktor infeksi. Berikut gejala klinis yang dapat kita nilai :
Sesak nafas.
Nyeri dada .
(airspace
disease),
bronkopneumonia
(segmental
3.6. PENATALAKSANAAN
Terdiri atas pengobatan empiris dan pengobatan suportif berdasarkan
mikroorganisme dan hasil uji kepekaannya :
1. Penyakit yang berat dapat mengancam jiwa.
2. Bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai penyebab
pneumonia.
3. Hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu.
Maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris yang
ditujukan pada patogen yang paling mungkin menjadi penyebab. Bila telah ada hasil
kultur dilakukan penyesuaian obat. Pada prinsipnya terapi utama pneumonia adalah
pemberian antibiotik tertentu terhadap kuman tertentu pada sesutu tipe dari infeksi
saluran nafas bawah akut baik pneumonia ataupun betuk lain, dan antibiotik ini
dimaksudkan sebagai terapi kausal terhadap kuman penyebab tersebut. Faktor-faktor
yang dipertimbangkan pada pemilihan antibiotik sebagai berikut :
1. Faktor pasien, yaitu urgensi atau cara pemberian obat berdasarkan
tingkat berat sakitnya dan keadaan umum, mekanisme imunologis,
usia, defisiensi genetik atau organ, kehamilan dan alergi.
2. Faktor antibiotik, tidak mungkin mendapatkan satu jenis antibiotik
yang ampuh untuk semua jenis kuman. Karena itu penting
dipahami berbagai aspek tentang antibiotik untuk efisiensi
pemakaian antibiotik.
Cara pemilihan antibiotik dapat berupa :
Antibiotik tunggal : dipilih yang paling cocok diberikan
pada pasien pneumonia komunitas yang asalnya sehat dan
gambaran klinisnya sugestif disebabkan oleh kuman
dapat
dijadikan
pertimbangan
untuk
pemberian
a. Terapi oksigen untuk mncapai PaO 80-100 mmHg atau saturasi 9596% berdasarkan analisis gas darah.
b. Humidifikasi dengan nebulizer untuk pengenceran dahak yang kental,
dapat disertai nebulizer untuk pemberian bronkodilator bila terdapat
bronkospasme.
c. Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak, khususnya anjuran untuk
batuk dan napas dalam.
d. Pengaturan cairan harus diatur dengan baik, termasuk pada keadaan
gangguan sirkulasi.
e. Pemberian kortikosteroid pada fase sepsis berat perlu diberikan.
f. Obat inotropik seperti dobuatmin atau dopamin kadang-kadang
diperlukan bila terdapat komplikasi gangguan sirkulasi atau gagal
ginjal prerenal.
g. Ventilasi mekanis.
h. Drainase empiema bila ada.
i. Bila terdapat gagal napas berikan nutrisi yang cukup kalori terutama
lemak (>50%), hingga dapat dihindari produksi CO yang berlebihan.
3.7. KOMPLIKASI
Dapat terjadi komplikasi pneumonia ekstrapulmoner, misalnya pada
pneumonia pneumokokus dengan bakteremi dijumpai pada 10% kasus berupa
meningitis, arthritis, endokarditis, perikarditis, peritonitis, dan empiema. Terkadang
dijumpai komplikasi ekstrpulmoer non infeksius bisa dijumpai yang memperlambat
resolusi gambaran radiologi paru, dan infark miokard akut dapat dijumpai komplikasi
lain berupa acute respiratory distres syndrome (ARDS), gagal organ jamak dan
komplikasi lanjut berupa pneumonia nosokomial.
3.8. PROGNOSIS
Kejadian pneumonia komunitas di USA adalah 3,4-4 juta kasus pertahun, dan
20% di antaranya perlu dirawat di rumah sakit. Secara umum angka kematian
pneumonia oleh pneumokokus adalah sebesar 5%, namun dapat meningkat pada
orang tua dengan kondisi buruk. Pneumonia dengan influenza di USA merupakan
penyebab kematian nomer 6 dengan kejadian sebesar 5%. Sebagian besar pada lanjut
usia yaitu sebesar 89%. mortalitas yang tinggi ini berkaitan dengan faktor perubah
yang ada pada pasien.