Pengelolaan Air Sungai Sebagai Sumber Pasokan Air
Pengelolaan Air Sungai Sebagai Sumber Pasokan Air
dasar sungai untuk kemudian bisa digunakan ketika musim kemarau menggunakan
submersible pump, spindle driven pump yang diletakkan di bawah tempat penampungan
Sumber air yang berasal dari sungai merupakan salah satu sumber air yang berasal dari air
permukaan.Namun permasalahannya adalah populasi yang tinggi mengakibatkan air sungai
menjadi semakin banyak tercemar karena semakin banyak orang yang memfungsikan sungai
sebagai saluran drainase dan pembuangan akhir bukan lagi sebagai sumber air. pencemaran
udara dan tanah juga mempengaruhi penurunan kualitas air. Jumlah kendaraan bermotor di
Indonesia yang semakin bertambah (data) sehingga kadar C02 pun semakin meningkat yangs
secara tidak langusng akan mengurangi kandungan DO (dissolved oxygen) dalam sungai
sekitarnya. Pencemaran tanah juga mempengaruhi kualitas air sungai karena air sungai selain
berasal dari air hujan juga berasal dari air tanah yang kondisinya juga dipengaruhi oleh
kandungan tanah tersebut.
1.2 Penyulingan Air
Beban pencemaran limbah domestik maupun limbah industri terhadap Daerah Aliran
Sungai (DAS) Brantas semakin meningkat. Selain itu pemanfaatan air serta tuntutan akan
kebutuhan kualitas air yang memadai dari tahun ke tahun terus meningkat. Dengan adanya
kondisi tersebut diperlukan perencanaan pengelolaan kualitas air dan pemantauan yang andal.
Untuk perencanaan pengelolaan kualitas air dan pemantauan yang andal diperlukan lokasi
titik sampling yang mewakili / representatif yang dapat menggambarkan kondisi kualitas air
yang sesungguhnya. Jumlah titik sampling yang telah ditetapkan oleh Perum Jasa Tirta I di
Sungai Brantas ada 15 titik sampling. Peneliti menetapkan 6 lokasi titik sampling di Sungai
Brantas Tengah dan Brantas Hilir untuk dievaluasi berdasarkan buangan limbah industri ke
sungai dan pengaruh masukkan anak sungai. Penelitian dilakukan dengan menggunakan
model HP2S (Hidrodinamika Penyebaran Polutan di Sungai) yang didasarkan pada hukum
kekekalan energi dan kekekalan massa dan dapat mengidentifikasikan arah penyebaran
polutan 2 dimensi (horisontal) di sungai dengan variasi kecepatan. Model HP2S
menggunakan metode numerik beda hingga eksplisit leap frog yang divisualisasikan dengan
program komputer Matlab. Running model menggunakan data sekunder parameter COD dari
Perum Jasa Tirta I yang diambil pada musim kemarau. Sedangkan kalibrasi koefisien
menggunakan data primer. Kondisi aliran sungai Brantas Tengah dan Brantas Hilir pada
musim kemarau bersifat laminer dengan nilai kecepatan berkisar antara 0.05 m/detik 0.9
m/detik dan arah aliran sungai berbelok dan lurus. Kualitas air masih memenuhi persyaratan
baku mutu sungai. Berdasarkan hasil running model HP2S, dari 6 (enam) lokasi titik
sampling yang dievaluasi, 3 (tiga) titik sampling dianggap mewakili / representatif sedangkan
3 (tiga) lokasi yang lain perlu dikaji ulang titik pengambilan sampelnya agar sesuai dengan
arah penyebaran polutan di sungai.
2.2. Air Sungai (water river)
a. Screening
Unit screening berada di dalam tanah mirip seperti resapan. Media resapan berupa
tumpukan batu dan ijuk. Media penyaring dengan ijuk berfungsi menyaring sampahsampah
besar yang mengapung dan terapung di sungai seperti batang-batang, kayu, dan sampah.
saringan ijuk membantu dalam proses pengolahan air bersih. Besarnya debit air sungai yang
diolah tiap hari rata-rata 12 m3/jam. Untuk menjaga filter ijuk dapat bekerja dengan baik
maka perlu dilakukan perawatan yaitu dengan pencucian ijuk setiap 6 bulan sekali atau jika
endapan kotoran pada bagian atas ijuk sudah banyak karena akan menghambat laju air.
b. Bak Penampung
Air sungai setelah disaring di unit screening dipompa dan ditampung pada 2 bak
dengan kapasitas tiap bak 21 m3. Bak penampung ini berbentuk silinder dengan diameter 3
m, tinggi 3 m dan freeboard 0,45
c.Koagulasi
Air dari bak penampung dipompakan kebak koagulan untuk diberi tambahan
koagulan. Pada unit koagulasi diharapkan partikel-partikel koloid dapat diendapkan menjadi
partikel-partikel flok yang lebih besar sehingga mudah mengendap. Penambahan koagulan ke
dalam air baku didikuti dengan pengadukan cepat yang bertujuan untuk mencampur antara
koagulan dengan koloid. Pengadukan dilakukan dengan menggunakan mixer. Zat koagulan
tersebut adalah alum/aluminium sulfat (Al2 (SO4)3.18 H2O), kaustik soda, dan polymer
(kuriflok Pa322). Alum dan polimer berfungsi untuk memperbesar flok agar mudah untuk
mengendap. Penambahan alum akan menyebabkan air baku mempunayai pH rendah, untuk
menaikkan ph antara 6,5-8,5 ditambahkan kaustik sehingga proses pengendapan bias
optimal. Penambahan kaustik soda dan polymer menggunakan dosing pump, sedangkan
penambahan alum menggunakan pompa yang penggunaannya diatur sedemikian rupa sesuai
kebutuhan
d. Flokulasi dan Sedimentasi
Air dari bak koagulasi dialirkan ke unit flokulasi dan sedimentasi secara gravitasi.
Jenis sedimentasi (clarifier) adalah sistem cone dengan aliran vertikal (up flow) yang terdiri
dari 2 bak yang disusun secara seri. Pengadukan lambat (flokulasi) terjadi dalam cone dengan
menggunakan blade (mixer) diharapkan dapat terbentuk flok-flok yang lebih besar sehingga
dapat diendapkan pada unit sedimentasi. Proses sedimentasi terjadi setelah proses upflow
flokulasi, yaitu setelah partikel-pertikel yang lebih kecil bergabung atau tersedimentasi pada
partikel-partikel yang lebih besar (stationary) pada sludge blanket. Clarifier sistem cone ini
mempunyai diameter 5 m.Aliran air yang keluar menembus sludge blanket secara upflow
akan mengalir melalui gutter dengan lubang pada bagian atasnya. Diameter orifice 2,5 cm
dan jarak antar lubang 5 cm. Jumlah pipa gutter 3 buah. Saluran gullet atau saluran
pengumpul mengelilingi bak sedimentasi dengan lebar saluran 20 cm dan kedalaman 30 cm
dan selanjutnya secara gravitasi air akan mengalir ke tangki filter.
e. Bak Penampung
Setelah air masuk ke unit flokulasi dan sedimentasi, flok-flok yang sudah mengendap
dikeluarkan (dibuang) melalui sludge blanket, sedangkan air yang sudah disisihkan dialirkan
ke bak penampung secara gravitasi. . Untuk menghindari dari kemungkinan terkena kotoran
terutama daun-daun yang berjatuhan, bak penampung ini ditutup dengan papan kayu. Bak
penampung berbentuk rectanguler bak dengan kapasitas tiap bak 62,5 m3 dengan dimensi 5
m x 5 m x 2,5 m dan freeboard 0,38 m
f. Filtrasi
Air dari bak penampung dipompakan ke carbon filter untuk disaring, dimana air
dilewatkan pada benda dengan porous dengan kecepatan tinggi. Proses penyaringan
menggunakan sistem saringan bertekanan sehingga kecepatan filtrasi cukup tinggi. Filtrasi
yang dipakai adalah rapid sand filter atau saringan pasir cepat dengan system gravitasi
tertutup (closed gravity system). Proses filtrasi dimaksudkan untuk menyisihkan partikel
koloid yang tidak dapat disisihkan pada proses sebelumnya dan juga untuk mengurangi
jumlah bakteri organisme lain. Pengolahan Lanjutan (softener treatment)
Teknologi Pengolahan Air Bersih Dengan Proses Saringan Pasir Lambat "Up
Flow"dengan Bahan Baku Air Sungai
3.1 Saringan Pasir Lambat Konvensional
Secara umum, proses pengolahan air bersih dengan saringan pasir lambat
konvensional terdiri atas unit proses yakni bangunan penyadap, bak penampung, saringan
pasir lambat dan bak penampung air bersih .
Unit pengolahan air dengan saringan pasir lambat merupakan suatu paket. Air baku
yang digunakan yakni air sungai atau air danau yang tingkat kekeruhannya tidak terlalu
tinggi. Jika tingkat kekeruhan air bakunya cukup tinggi misalnya pada waktu musim hujan,
maka agar supaya beban saringan pasir lambat tidak telalu besar, maka perlu dilengkapi
dengan peralatan pengolahan pendahuluan misalnya bak pengendapan awal dengan atau
tanpa koagulasi bahan dengan bahan kimia.
Umumnya disain konstruksi dirancang setelah didapat hasil dari survai lapangan baik
mengenai kuantitas maupun kualitas. Dalam gambar desain telah ditetapkan proses
pengolahan yang dibutuhkan serta tata letak tiap unit yang beroperasi. Kapasitas pengolahan
dapat dirancang dengan berbagai macam ukuran sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan.
Biasanya saringan pasir lambat hanya terdiri dari sebuah bak yang terbuat dari beton,
ferosemen, bata semen atau bak fiber glass untuk menampung air dan media penyaring pasir.
Bak ini dilengkapi dengan sistem saluran bawah, inlet, outlet dan peralatan kontrol.
Untuk sistem saringan pasir lambat konvensional terdapat dua tipe saringan yakni :
Kedua sistem saringan pasir lambat tersebut mengunakan sistem penyaringan dari atas ke
bawah (down Flow).
Kapasitas pengolahan dapat dirancang dengan berbagai macam ukuran sesuai dengan
kebutuhan yang diperlukan. Biasanya saringan pasir lambat hanya terdiri dari sebuah bak
yang terbuat dari beton, ferosemen, bata semen atau bak fiber glass untuk menampung air dan
media penyaring pasir. Bak ini dilengkapi dengan sistem saluran bawah, inlet, outlet dan
peralatan kontrol.
Keterangan :
Keterangan :
Sangat cocok untuk daerah pedesaan dan proses pengolahan sangat sederhana.
Sedangkan beberapa kelemahan dari sistem saringan pasir lambat konvensiolal tersebut yakni
antara lain :
Jika air bakunya mempunyai kekeruhan yang tinggi, beban filter menjadi besar,
sehingga sering terjadi kebutuan. Akibatnya waktu pencucian filter menjadi pendek.
Kecepatan penyaringan rendah, sehingga memerlukan ruangan yang cukup luas.
Pencucian filter dilakukan secara manual, yakni dengan cara mengeruk lapisan pasir
bagian atas dan dicuci dengan air bersih, dan setelah bersih dimasukkan lagi ke dalam
bak saringan seperti semula.
Karena tanpa bahan kimia, tidak dapat digunakan untuk menyaring air gambut.
Untuk mengatasi problem sering terjadinya kebuntuan saringan pasir lambat akibat
kekeruhan air baku yang tinggi, dapat ditanggulangi dengan cara modifikasi disain saringan
pasir lambat yakni dengan menggunakan proses saringan pasir lambat "UP Flow
(penyaringan dengan aliran dari bawah ke atas).
3.2. Sistem Saringan Pasir Lambat "Up Flow"
Teknologi saringan pasir lambat yang banyak diterapkan di Indonesia biasanya adalah
saringan pasir lambat konvesional dengan arah aliran dari atas ke bawah (down flow),
sehingga jika kekeruhan air baku naik, terutama pada waktu hujan, maka sering terjadi
penyumbatan pada saringan pasir, sehingga perlu dilakukan pencucian secara manual dengan
cara mengeruk media pasirnya dan dicuci, setelah bersih dipasang lagi seperti semula,
sehingga memerlukan tenaga yang cucup banyak. Ditambah lagi dengan faktor iklim di
Indonesia yakni ada musim hujan air baku yang ada mempunyai kekeruhan yang sangat
tinggi. Hal inilah yang sering menyebabkan saringan pasir lambat yang telah dibangun
kurang berfungsi dengan baik, terutama pada musim hujan.
Jika tingkat kekeruhan air bakunya cukup tinggi misalnya pada waktu musim hujan,
maka agar supaya beban saringan pasir lambat tidak telalu besar, maka perlu dilengkapi
dengan peralatan pengolahan pendahuluan misalnya bak pengendapan awal atau saringan
"Up Flow" dengan media berikil atau batu pecah, dan pasir kwarsa / silika. Selanjutnya dari
bak saringan awal, air dialirkan ke bak saringan utama dengan arah aliran dari bawah ke atas
(Up Flow). Air yang keluar dari bak saringan pasir Up Flow tersebut merupakan air olahan
dan di alirkan ke bak penampung air bersih, selanjutnya didistribusikan ke konsumen dengan
cara gravitasi atau dengan memakai pompa.
Diagram proses pengolahan serta contoh rancangan konstruksi saringan pasir lambat Up
Flow ditunjukkan pada Gambar (3).
Gambar (3) : Diagram proses pengolahan air bersih dengan teknologi saringan pasir
lambat "Up Flow" ganda.
Dengan sistem penyaringan dari arah bawah ke atas (Up Flow), jika saringan telah
jenuh atau buntu, dapat dilakukan pencucian balik dengan cara membuka kran penguras.
Dengan adanya pengurasan ini, air bersih yang berada di atas lapisan pasir dapat berfungi
sebagai air pencuci media penyaring (back wash). Dengan demikian pencucian media
penyaring pada saringan pasir lambat Up Flow tersebut dilakukan tanpa pengeluran atau
pengerukan media penyaringnya, dan dapat dilakukan kapan saja.
Saringan pasir lambat "Up Flow" ini mempunyai keunggulan dalam hal pencucian
media saringan (pasir) yang mudah, serta hasilnya sama dengan saringan pasir yang
konvesional.
Kapasitas pengolahan dapat dirancang dengan berbagai macam ukuran sesuai dengan
kebutuhan yang diperlukan.
Kekeruhan air baku lebih kecil 10 NTU. Jika lebih besar dari 10 NTU perlu
dilengkapi dengan bak pengendap dengan atau tanpa bahan kimia.
Kecepatan penyaringan antara 5 - 10 M3/M2/Hari.
Unit pengolahan air dengan saringan pasir lambat merupakan suatu paket. Air baku yang
digunakan yakni air sungai atau air danau yang tingkat kekeruhannya tidak terlalu tinggi.
Jika tingkat kekeruhan air bakunya cukup tinggi misalnya pada waktu musim hujan, maka
agar supaya beban saringan pasir lambat tidak telalu besar, maka perlu dilengkapi dengan
peralatan pengolahan pendahuluan misalnya bak pengendapan awal atau saringan "Up Flow"
dengan media berikil atau batu pecah.
Secara umum, proses pengolahan air bersih dengan saringan pasir lambat Up Flow sama
dengan saringan pasir lambat Up Flow terdiri atas unit proses:
Bangunan penyadap
Bak Penampung / bak Penenang
Kapasitas pengolahan dapat dirancang dengan berbagai macam ukuran sesuai dengan
kebutuhan yang diperlukan.
Percontohan
Salah satu rancangan detail konstruksi sistem saringan pasir lampat Up Flow" dengan
kapasitas 100 M3 per hari ditunjukkan seperti pada Gambar 4.a s/d gambar 4.c.
4.1. Bahan Yang Digunakan
Bahan yang digunakan untuk pembuatan percontohan unit pengolahan air bersih dengan
proses saringan pasir lambat Up Flow antara lain :
Bak penenang manupun bak penyaring dibuat dengan konstruksi beton cor.
Perpipaan menggunakan pipa PVC (poly vinyl chloride) diameter 4".
Media filter yang digunakan yakni batu pecah (split) ukuran 2-3 cm untuk lapisan
penahan, dan pasir sungai/pasir silika untuk lapisan penyaring.
Gambar
4.a : Rancangan alat pengolah air bersih " Saringan Pasir Lambat Up Flow" kapasitas
100 M3/hari. Tampak Atas.
Gambar 4.b : Rancangan alat pengolah air bersih " Saringan Pasir Lambat Up Flow"
kapasitas 100 M3/hari. Potongan A -A.
Gambar 4.c : Rancangan " Saringan Pasir Lambat Up Flow" kapasitas 100 M3/hari.
Potongan B-B dan C-C.
4.2. Spesifikasi Teknis Percontohan Unit Saringan Pasir Lambat Up Flow
Salah satu contoh unit pengolahan air dengan saringan pasir lambat "Up Flow"
kapasitas 100 M3/hari seperti ditunjukkan pada gambar desain seperti pada Gambar .
Keunggulan saringan pasir lambat dengan arah aliran dari bawah ke atas
Pengolahan air bersih menggunakan sistem saringan pasir lambat dengan arah aliran
dari bawah ke atas mempunyai keuntungan antara lain :
Sangat cocok untuk daerah pedesaan dan proses pengolahan sangat sederhana.
Perawatan mudah karena pencucian media penyaring (pasir) dilakukan dengan cara
membuka kran penguras, sehingga air hasil saringan yang berada di atas lapisan pasir
berfungsi sebagai air pencuci. Dengan demikian pencucian pasir dapat dilakukan
tanpa pengerukan media pasirnya.
Hasil pengolahan
Berdasarkan hasil uji coba alat pengolah air saringan pasir lambat Up Flow yang telah
dibangun di Pesantren La Tansa, Lebak, Jawa Barat, dengan kapasitas operasi 120 M3/Hari,
didapatkan hasil analisa kualias air sebelum dan sesudah pengolahan seperti pada Tabel (1).
Dari hasil analisa tersebut dapat dilihat bahwa dengan teknologi saringan pasir lambat
tersebut dapat menurunkan zat besi dari 1,16 mg/lt menjadi 0,36 mg/lt. Konsentrasi
ammonium juga turun dari 0,4 mg/lt menjadi tak terdeteksi.
Dari hasil analisa air tersebut secara umum dapat diketahui bahwa hasil air olahan
dengan saringan pasir lambat dengan arah aliran dari bawah ke atas tersebut sudah memenuhi
syarat sebagai air bersih, dan jika direbus sudah dapat digunakan sebagai air minum sesuai
dengan standar kesehatan.
Operasi dan perawatan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam hal pengoperasian saringan pasir lambat
dengan arah aliran dari atas ke bawah antara lain yakni :
Jika kekeruhan air baku cukup tinggi sebaiknya kecepatan diatur sesuai dengan
kecepatan disain mimimum (5 M3/M2.Hari).
Pencucian media penyaring (pasir) pada saringan awal (pertama) sebaiknya dilakukan
minimal setelah 1 minggu operasi, sedangkan pencucian pasir pada saringan ke dua
dilakukan minimal setelah 3 - 4 minggu operasi.
Pencucian media pasir dilakukan dengan cara membuka kran penguras pada tiap-tiap
bak saringan, kemudian lumpur yang ada pada dasar bak dapat dibersihkan dengan
cara mengalirkan air baku sambil dibersihkan dengan sapu sehingga lumpur yang
mengendap dapat dikelurakan. Jika lupur yang ada di dalam lapisan pasir belum
bersih secara sempurna, maka pencucian dapat dilakukan dengan mengalirkan air
baku ke bak saringan pasir tersebut dari bawah ke atas dengan kecepatan yang cukup
besar sampai lapisan pasir terangkat (terfluidisasi), sehingga kotoran yang ada di
dalam lapisan pasir terangkat ke atas. Selanjutnya air yang bercampur lumpur yang
ada di atas lapisan pasir dipompa keluar sampai air yang keluar dari lapisan pasir
cukup bersih.
Gambar : Saluran irigasi yang digunakan sebagai air baku yang akan diolah.
DAFTAR RUJUKAN
Annonimous, "Design Criteria For Waterworks Facilities", Japan Water Works Association,1978.
Tambo, N., and Okasawara, K., "Jousui no Gijutsu", Gihoudo Shuppan, Tokyo, 1992.
Viessman, W. JR.and Hammer, "Water Supply And Pollution Control", Fourth Edition, Harper & Row
Publishers, New York, 1985.
PAPER
PENGOLAHAN AIR BERSIH DENGAN AIR BAKU YANG BERASAL DARI AIR
SUNGAI
Paper ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Rekayasa Lingkungan yang dibimbing oleh Ibu
Anie Sulistyorini
Oleh:
Putro Dani T.
(306522304872)