Laba-Rugi
Ketimbang sekedar menjiplak format laporan keuangan yang telah ada, menurut saya
pribadi, jauh lebih masuk akal dan lebih penting untuk mengetahui teknikal dan logika-logika
dari format laporan keuangan itu sendiri. Jika teknikal dan logika-logikanya sudah dipahami
dengan baik, maka saya yakin anda bisa membuat format laporan keuangan untuk jenis
perusahaan apapun.
Sudah pasti, untuk bisa menyajikan laporan keuangan yang sungguh-sungguh mendekati
kondisi keuangan perusahaan yang sesungguhnya, seseorang harus paham (sedikitbanyaknya) alur-proses operasional perusahaan yang akan dibuatkan laporan, paham karakter
dan behavior perusahaan tersebut.
Sebaliknya, jika sebuah laporan menggunakan template hasil jiplak, lalu dipaksakan untuk
digunakan untuk perusahaan berbedasementara tidak paham teknikal dan logikanya, tak
paham operasional perusahaansaya yakin tak seorangpun yang akan bisa membaca dan
memahami isi laporan yang dihasilkan.
Format Laporan Laba-Rugi (Income Statements)
Dalam Format Laporan Keuangan Bagian 1 ini saya akan menyajikan contoh format
dasar Laporan Laba-Rugi, beserta penjelasan-penjelasan yang diperlukan:
Penjelasan:
PT. JAK Ini adalah nama perusahaan yang dilaporkan
LAPORAN LABA-RUGI Ini adalah nama laporannya, yaitu Laporan-Laba Rugi
1 31 Januari 2012 Ini adalah periode laporan. Periodisasi laporan keuangan lumrahnya
ada 4, sehingga format inipun ada empat macam, yaitu:
(1) Bulanan (monthly), formatnya: seperti pada contoh di atas
(2) Kuartalan (quarterly), fromatnya: Kuartal I (1 Januari 31 Maret) 2012
(3) Semesteran (semi-annually), formatnya: Semester I (1 Januari 30 Juni) 2012
(4) Tahunan (Annually), formatnya: 1 Januari 31 Desember 2012
Pendapatan Dalam kelompok ini lah segala macam pendapatan ditampung, yang
rinciannya bisa dibuat dibawahnya (dalam contoh ini dari a hingga d).
Penjualan Ini adalah akun yang khusus menampung penjualan, baik itu penjualan barang
maupun jasa, sepanjang itu adalah barang/jasa utama yang dijual oleh perusahaan. Bisa
dibilang akun penjualan adalah sumber pendapatan utama perusahaan.
Diskon/Potongan Ini adalah diskon/potongan yang diberikan kepada pelanggan
sehubungan dengan penjualan barang/jasa utama yang dihasilkan oleh perusahaan. Sehingga,
akun diskon ini bersifat mengurangi penjualan bersih perusahaan. Misal: Penjualan 3 unit
monitor @800,000, dalam masa promosi perusahaan mengadakan program Beli 2 Gratis 1.
Maka ke dalam akun penjualan dimasukan 2,400,000 (=3 x 800,000), tetapi 1 barang yang
diberikan secara percuma 800,000 bisa dimasukkan ke akun diskon. Sehingga penjualan
bersih menjadi hanya 1,600,000 (=2,400,000 800,000) saja.
Retur Ini akun untuk barang retur/kembali, entah karena cacat atau karena pembelian
memang dibatalkan. Sifatnya sama seperti diskon, yaitu mengurangi penjualan bersih.
Catatan: Ada juga perusahaan yang laporan laba-rugi-nya tidak menampilkan diskon
maupun retur. Yang disajikan dalam laporan laba-rugi hanya nilai penjualan bersih saja. Jika
menggunakan contoh laba-rugi di atas, maka yang tampil hanya Penjualan = 2,150,
sedangkan akun diskon dan retur tidak ditampilkan. Tetapi pada jurnal harian maupun buku
besar (ledger), tetap saja diskon dan retur di jurnal. Hanya saja, untuk diskon dan retur dibuat
kebalikan dari jurnal penjualan. Mengapa tetap dijurnal? Karena Harga PokokPenjualan
dan pengurangan nilai persediaan barangjadi dari barang terdiskon tetap harus diakui.
Misalnya dalam kasus penjualan monitor di atas, jurnalnya menjadi:
[Debit]. Piutang Dagang = Rp 2,400,000
[Kredit]. Penjualan = Rp 2,400,000
(Untuk penjualan 3 monitor @800,000)
dan:
[Debit]. Harga Pokok Penjualan = Rp 1,200,000
[Kredit]. Persediaan Barang Jadi = Rp 1,200,000
(Untuk mengakui Harga Pokok Penjualan sekaligus mengurangi persediaan)
Lalu discount dicatat:
[Debit]. Penjualan = Rp 800,000
[Kredit]. Piutang Dagang = Rp 800,000
(Untuk diskon 1 monitor @800,000)
Sehingga, setelah semua transaksi terkumpul, maka buku besar Penjualan akan nampak
sbb:
3 monitor @800,000 = 2,400,000 (Di sisi kredit)
1 monitor @800,000 = (800,000) (Di sisi debit)
Saldo
= 1,600,000 (nilai netto penjualan setelah discount)
Demikian juga kalau ada retur, misalnya: 1 monitor dikembalikan, maka dicatat:
[Debit]. Penjualan = Rp 800,000
[Kredit]. Piutang Dagang = Rp 800,000
(Untuk diskon 1 monitor @800,000)
Yang nampak pada laporan laba-rugi, pada umumnya, hanya harga pokok penjualan
ditampilkan dalam satu baris saja. TETAPI, sesungguhnya, harga pokok penjualan terdiri dari
beberapa akun yang dikalkulasi secara terpisah. Sehingga, laporan laba-rugi disertai dengan
satu lampiran yang disebut dengan Rincian Perhitungan Harga Pokok Penjualan yang
item-itemnya bervariasi antara satu jenis perusahaan dengan perusahaan lainnya.
Sebagai contoh, saya sajikan format Rincian Perhitungan Harga Pokok Penjualan untuk
perusahaan MANUFAKTUR saja. Dengan penjelasan yang akan saya berikan, mudahmudahan anda bisa membuat rincian perhitungan harga pokok penjualan untuk jenis usaha
lainnya.
Berikut adalah contoh Rincian Perhitungan Harga Pokok Penjualan yang saya
maksudkan:
Penjelasan:
Seperti terlihat dalam contoh di atas, Rincian Perhitungan Harga Pokok Penjualan terdiri
dari 2 komponen utama, yaitu: (I) Harga Pokok Produksi (Manufacturing Cost) ; dan (II)
Persediaan Barang Jadi. Kita bahas satu-per-satu:
I. Harga Pokok Produksi (Cost of Goods Manufactured bisa juga disebut
Manufacturing Cost) Komponen ini hanya ada pada laporan laba rugi perusahaan
manufaktur. Setiap cost dan biaya yang timbul akibat proses produksi (proses mengolah
bahan baku dan barang dalam proses menjadi barang jadi) ditampung di dalam akunakun komponen ini, itu sebabnya mengapa disebut dengan Harga Pokok Produksi.
Komponen harga pokok produksi dibagi lagi menjadi 3 kelompok besar, yaitu:
Dengan kata lain, total penggunaan bahan baku adalah total bahan baku
yang dioleh menjadi barang dalam proses (setengah jadi). Mengenai
perhitungannya bisa dilihat dalam contoh (saldo awal persediaan
ditambah pembelian lalu dikurangi saldo akhir).
dengan lainnya. Misalnya: Bagimana bahan baku dimutasikan ke barang dalam proses (work
in process/WIP)? Bagimana WIP bersama-sama dengan Overhead dimutasikan ke
Persediaan Barang Jadi? Dan seterusnya. Dalam contoh saya sudah sertakan tanda panah
berwarna biru yang menunjukan alur tersebut. Memahami hal ini, bisa menjawab berbagai
ganjalan pertanyaan yang mungkin timbul di wilayah ini.
Sampai pada titik ini, pertanyaan yang sering muncul: Bagaimana Rincian Harga Pokok
Penjualan jika perusahaan saya bukan manufaktur? Bisa kasih contohnya tidak?
Jika anda sudah memahami apa itu penggunaan bahan baku, apa itu penggunaan barang
dalam proses, apa itu overhead, dan mengapa timbul overheadsehingga secara keseluruhan
anda memahami apa itu harga pokok produksi, apa itu penggunaan persediaan barang jadi
dan bagiamana harga pokok penjualan terbentuk, saya yakin anda tidak memerlukan contoh
lagi.
Sebagai panduan dasar, anda bisa menggunakan check list berikut ini:
Apakah barang jadi yang dijual adalah hasil pembelian dari perusahaan
lain? JIKA TIDAK, berarti perusahaan anda adalah perusahaan manufaktur,
sehingga Rincian Perhitungan Harga Pokok Penjualan-nya sama seperti
contoh yang saya tampilkan (hanya perlu disesuaikan dengan kebutuhan).
JIKA IYA, lanjut ke checklist berikutnya.
Apakah barang jadi yang dibeli harus melalui proses tertentu lagi,
sebelum dijual? JIKA IYA, berarti perusahaan anda semi-manufaktur,
sehingga Rincian Perhitungan Harga Pokok Penjualan-nya tidak berisi
kelompok Bahan Baku, anda bisa menggunakan contoh di atas, tinggal
hilangkan kelompok Persediaan Bahan Baku dan beberapa penyesuaian
di kelompok Overhead. JIKA TIDAK SAMASEKALI, berarti perusahaan anda
adalah murni perusahaan dagang, sehingga Rincian Perhitungan Harga
Pokok Penjualannya hanya berisi kelompok Persediaan Barang Jadi dan
Overhead saja.
Tak banyak yang perlu saya jelaskan di wilayah ini, masing-masing akun biaya sudah selfexplanatory. Yang jelas, dalam setiap perusahaanapapun jenis usahanya, pasti timbul biayabiaya, hanya saja jenisnya mungkin bervariasi.
Dalam akuntansi biaya (cost accounting) kelompok biaya-biaya ini sering disebut dengan
istilah fixed cost. Bukan berarti nilainya tetap dari waktu-ke-waktu, disebut fixed karena
Biaya-Biaya ini adalah biaya rutin yang besar-kecilnya tidak dipengaruhi oleh volume
aktivitas produksi (dalam perusahaan manufaktur), tidak dipengaruhi volume aktivitas jualbeli barang (dalam perusahaan dagang), tidak dipengaruhi oleh volume aktivitas sehubungan
dengan proses pembentukan jasa yang diserahkan (dalam perusahaan jasa.)
Di tempat kerja saya, macam biayanya banyak, mengapa dalam contoh anda sangat
sedikit?; atau
Ditempat kerja saya, semua biaya penyusutan dijadikan satu, mengapa dalam contoh
anda dipisah-pisah?
Pada kenyataannya, anda BISA membuat akun biaya SEBANYAK atau SESEDIKIT yang
anda inginkan (lebih tepatnya yang anda butuhkan)bebas-bebas saja, karena memang
TIDAK ada aturan baku untuk hal itu.
Misalnya:
PT. ABC mungkin memasukan pembelian tissue untuk kamar mandi kantor, kertas untuk
mesin photo copy, isi staples, clip papers, dan yang sejenisnya ke dalam akun Office
Supplies saja. Nah, jika anda mau akunnya lebih banyak lagi, anda bisa membuat akun yang
berbeda-beda untuk masing-masing pengeluaran tersebut (misal: Biaya Tissue Paper,
Biaya Kertas Photo Copy, Biaya Isi Staples dan seterusnya).
Sebaliknya, anda juga bisa membuat akun biaya sesedikit mungkin. Misalnya: Akun Biaya
Stationary, Biaya Listrik dan Biaya Telepon menjadi satu akun saja, mungkin disebut akun
Biaya Kantor. Tak masalah. Sekalilagi, TIDAK ADA aturan baku untuk hal itu.
Hal yang penting untuk dipertimbangkan adalah untung-rugi-nya bagi perusahaan dan
anda sendiri sebagai orang yang menjalankan tugas tersebut sehari-hari:
Di satu sisi, semakin banyak akun biaya yang anda buat, makin detail
laporan yang akan anda hasilkan sehingga mendekati kondisi realnya, dan
pengendalian biaya menjadi semakin efektifkarena semua pengeluaran
bisa anda pantau sampai ke hal yang paling kecil. Demikian sebaliknya.
Saya menyebut fenomena ini dengan account paradox. Di sini anda harus
mempertimbangkan matang-matang sejauh mana kemanfaatan yang timbul antara pilihan
menjadi detail atau general. Setiap pilihan yang anda ambil sudah pasti ada risikonya.
Tinggal pintar-pintar menentukan titik trade-off yang paling optimum bagi perusahaan dan
anda.
Secara keseluruhan, Format Laporan Laba-Rugi terdiri dari: