Anda di halaman 1dari 26

DAFTAR ISI

I. Anamnesis dan Pemeriksaan Obstetri.......................................................................................


Diagnosis Awal................................................................................................................
Rencana Terapi.................................................................................................................
Diagnosis Akhir...............................................................................................................
II. Follow Up Dokter....................................................................................................................
III. Pembahasan............................................................................................................................
IV. Kesimpulan............................................................................................................................
V. Daftar Pustaka.........................................................................................................................

I.

ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN OBSTETRI


Reg/RM : 09012xxx/00847xxx
Dokter : Spesialis Kebidanan

Tgl masuk
Nama pasien
Nama suami
Pekerjaan
Alamat
Pendidikan
Tinggi badan
Berat Badan

: 13 Juni 2009
Jam
: 19.25 WIB
: Ny. D.F.
Umur : 28 tahun
: Tn. E
Umur : 29 tahun
: karyawan swasta
Pekerjaan suami: karyawan swasta
: Taman Kopo Indah Blok I 106 RT3/ RW10 Kota Bandung.
: SMP
: 160 cm
: 55 kg

Anamnesis (Auto/Hetero) Autoanamnesa


Keluhan Utama
: sakit kepala
Rujukan/Dengan
: dr. Sp.OG dengan diagnosa G1P0A0 Gravid 32 minggu + PEB

Anamnesis khusus
:
Pasien G1P0A0 merasa hamil 8 bulan datang dengan keluhan utama sakit kepala 1 hari
SMRSI, Sakit kepala disertai penglihatan kabur, tanpa disertai nyeri ulu hati. Sesak dirasakan terus
menerus semakin lama semakin berat sehingga pasien sering terbangun pada malam hari. Pasien juga
mengeluhkan batuk yang timbul sejak sesak dirasakan. Pasien mengeluh dahaknya berbusa dan
berwarna merah muda. Sesak tidak dipengaruhi cuaca, pasien merasa sesak berkurang jika pasien
beristirahat dan tidur dengan menggunakan 2 bantal. 1 minggu SMRSI pasien memeriksakan
kehamilannya ke bidan dan diketahui adanya tekanan darah tinggi, tetapi pada kehamilan sebelumnya
pasien menyangkal adanya darah tinggi. Pasien merasa kedua kaki bengkak dan tidak hilang bila
pasien istirahat. Pasien juga mengeluhkan adanya mulas yang dirasakan semakin kuat dan semakin
sering sejak 2 jam SMRSI. Mulas dirasakan dari pinggang ke perut bawah dan tidak hilang bila
dibawa berjalan. Keluar darah dan lendir dari jalan lahir (-), panas badan (-), nyeri kepala (+), nyeri
ulu hati (+), pergerakan janin (+).
USG terakhir : Laki-laki, tunggal, ketuban cukup, lilitan tali pusat (-), TBBA : tidak tahu.
Anamnesis tambahan :
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit keluarga
Riwayat penyakit interne
Riwayat operasi
Riwayat menstruasi
HPHT
TTP
Riwayat PNC
Riwayat menikah
Riwayat KB
Riwayat obstetri

: TB paru (4 Maret 2009), Hipertensi


: HT (+) orang tua
: (-)
: (-)
: 35 hari, 5 7 hari, teratur 7 hari
: 12 Oktober 2008
: 26 Juli 2009
: dr, SpOG
: 1x, 8 bulan
: (-)
: G1PoA0

No. Perkawinan

Lama

1.

kehamilan
Hamil ini

1 (8 bulan)

Penolong

Persalinan & BBL

Umur

Keadaan

kompliklasi

skrg

(sehat/tdk)

Pemeriksaan Fisik (Status interne) :


Keadaan umum : Baik
Tanda vital
: Tensi
: 160/120 mmHg
Respirasi : 24x/menit
Kepala
: Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/Leher
: KGB tidak teraba membesar.
Thorax
: Cor: BJM reguler, murmur (-)
Pulmo: VBS+/+, Rh -/-, Wh -/-

Kesadaran : CM
Nadi
: 80x/menit
Temp
: 36,4C

skrg

Abdomen
Extremitas

: cembung, gravid.
: edema +/+, akral hangat

Pemeriksaan Fisik (Status obstetri) :


Pemeriksaan Luar
Palpasi
: TFU
: 21 cm
LP
: 78 cm
Leopold I : kurang keras, kurang melenting, kurang bundar
Leopold II : tahanan terbesar sebelah kiri
Leopold III : keras, melenting, bundar
Leopold IV : konvergen
HIS
: (+), jarang
TBBA
: 1300 gram
Auskultasi
: 11 12 12 (140x/menit)
Inspekulo (pada KPSW dan perdarahan): tidak dilakukan
Pemeriksaan panggul : tidak dilakukan
Pemeriksaan dalam (tidak dilakukan)
Vulva/vagina
Portio
Pembukaan
Ketuban
Letak terendah
Diagnosis

: G1P0A0 gravida 32 minggu + Preeklampsia Berat

Usul pemeriksaan

: - Hb, Ht, l, Tc, BT, CT


- Urine : protein
- Foto thorax
- fungsi hati

Rencana terapi
:
MgSO4 40% loading dose iv
Infus NaCl 0,5% 2500 ml
Pasang kateter dan urine bag (pemantauan input dan output)
Terminasi kehamilan
Prognosis:
Quo ad Vitam
: ad bonam
Quo ad Functionam : dubia ad bonam

II.

FOLLOW UP DOKTER

TANGGAL

JAM

HIS

BJJ

13-6-2009

20.00

+ Jarang

11-12-12

TINDAKAN
MgSo4 6,2 cc dlm RL 500 cc (30
tts/mnt)
Kalmethason 1 amp

Pasien G2P0A1 merasa hamil 9


bulan

datang dengan

keluhan

utama sesak nafas 1 hari


SMRSI. Sesak dirasakan terus
menerus semakin lama semakin
berat

sehingga

terbangun

pasien

pada

malam

sering
hari.

Pasien juga mengeluhkan batuk


yang timbul sejak sesak dirasakan.
Pasien

mengeluh

berbusa

dan

dahaknya

berwarna

merah

muda. Sesak tidak dipengaruhi


cuaca,

pasien

merasa

sesak

berkurang jika pasien beristirahat


dan tidur dengan menggunakan 2
bantal. 1 minggu SMRSI pasien
memeriksakan kehamilannya ke
bidan

dan

diketahui

adanya

tekanan darah tinggi, tetapi pada


kehamilan

sebelumnya

pasien

menyangkal adanya darah tinggi.


Pasien merasa kedua kaki bengkak
dan tidak hilang bila pasien
istirahat. Pasien juga mengeluhkan
adanya

mulas yang dirasakan

semakin kuat dan semakin sering


sejak 2 jam SMRSI. Mulas
dirasakan dari pinggang ke perut
bawah dan tidak hilang bila
dibawa berjalan. Keluar darah dan
lendir dari jalan lahir (-), panas

NADI

TENSI

(mnt)
80x/mnt

(mmhg)
160/120

RESPIRASI
(mnt)

SUHU
(C)

badan (-), nyeri kepala (+), nyeri


ulu hati (+), pergerakan janin (+).
USG terakhir : Laki-laki, tunggal,
ketuban cukup, lilitan tali pusat
(-), TBBA : tidak tahu

PF: Status interne:


Keadaan
umum:

sedang,

kesadaran : Compos mentis


Kepala : Konjungtiva anemis -/-,
sklera ikterik -/Leher : KGB

tidak

teraba

membesar.
Thorax : Cor: membesar, murmur
(+)
Pulmo: Rh +/+, Wh +/+
Abdomen : cembung, gravid.
Extremitas : edema +/+
Pemeriksaan

Fisik

(Status

obstetri) :
Pemeriksaan Luar
Inspeksi: Cholasma gravidarum
Hiperpigmentasi areola mamae +/
+
+/+
Hiperpigmentasi linea alba (-)
Palpasi :TFU: 33 cm
LP: 104 cm
Leopold I: kurang keras,
kurang melenting, kurang bundar
Leopold II :
tahanan
terbesar sebelah kiri
Leopold IV : konvergen
HIS : (+)
TBBA : 3100 gram
Auskultasi
: 12 12 12
(144x/menit)
Inspekulo (pada

KPSW

dan

perdarahan): tidak dilakukan


Pemeriksaan panggul : tidak
dilakukan
Pemeriksaan dalam
Vulva/vagina
:

Tidak

ada

kelainan
Portio : Tebal, lunak
Pembukaan : 1 2 cm
Ketuban : (+)
Letak terendah : Kepala, hodge
sulit dinilai

23.00

20 25
1 x 10

12-12-12

Tgl.

Follow Up

10/509
23.52

Hb: 12 g/dl
Ht: 37 %
L: 22600/mm3
Tc:412000/mm3
BT: 3
CT: 8
Gol. Darah: O
Nat: 132 meq/L
Kal: 4,6 meq/L
Ureum: 30
GDS: 156 mg/dl

11/509
01.30

FU pasien dokter Sp.OG


Dokter Sp.PD : G2P0A1 PEB
KU: Cm, sesak
T: 170/90 HR: 120 R: 16 SpO2: 90%
Konjungtiva anemis -/Thorax cor BJM murmur (-)
Pulmo VBS +/+ , Rh -/-

02.35

Os merasa mulas
Ph: 7,397
PCO2:29,0
PO2: 69,0
HCO3: 17,7

MgSO4 boka-boki 10 cc i.m

170/120

40x/mnt

Order
MgSO4 40% 10mL IM
Infus NaCl 2500mL
Foley catheter + urine bag
Lab urine

Urine
BJ: 1,015
Ph: 6,5
Red: +++
Keton: ++
Urob: N
Bil: (-)
Nit: (-)
Epitel: 5 - 7
Eri: 4 7
Leuko: 12 20
Bakteri: (-)
Kristal: (-)
Lain-lain: granular, hyalin

O2 mask
Infus D5 250 ml/24 jam
Lihat output urine
Cek: Hb, Ht, Tc, GDS, urine rutin

Sat O2: 90,8 %


BE: -5,9

Lapor dokter Sp.PD


Atasi dulu oedem paru
Start isoket

02.50
03.00

88x/mnt

Telp dokter Sp.OG


Telp dokter Sp.An

Setuju untuk terminasi


Lapor KU pasien
Persiapan untuk terminasi kehamilan

03.10

BJJ: 12-12-12

Jenis persalinan : S.C atas indikasi preelampsia berat


+ edema paru

Laporan persalinan :
KU : sedang
Perdarahan Kala III : 600 cc
Kala IV : 30 cc
Tekanan darah :
Respirasi
24x/menit
Nadi

:
Suhu

121/69

mmHg
:
98x/menit
:

36,4C

36,6C
03.30
05.30

Uterus : TFU setinggi pusat, Kontraksi baik


Placenta: Berat
500
Ukuran 18 x 2 x 2 cm

gram Biocef 2 x 1

Panjang
Insersi sentral

50cm

Kaltrofen 3 x 1
Infus RL:D5 1:1
Puasa
Hb post Op
Follow up IPD
Dokter Sp.OG

Perineum : Utuh
Anak

: Laki-laki, BB 3300 gram, TB 51 cm

Jenis persalinan : S.C atas indikasi PEB + edema


paru
06.30

T: 164/81

HR: 122

Noted: MV: ASV BB 60kg/MV


PEEP 10/R 0260
Bolus Hipnoz 3 mg
Kaltrofen supp tunda dulu
Dokter Sp.An

SpO2: 96 %

Kesadaran post operasi


KU: CM
Abdomen : datar, lunak
Luka opersi tutup verban

09.20

Pasien keluar dari OKB post S.C


KU: kurang sadar
T: 152/100
HR: 76

ASV, MV 140%, PEEP 10


O2 60%
Puasa w RA untuk 42L (4 jam)
Drip: Tramal 200 mg
Inj: Remopain 3 x 1 amp
Rantin 2 x 1 amp
Lasix 3 x 1amp
Biocef 2 x 1 gr
Bolus Hipnoz 3 mg bila gelisah
Kaltrofen syr
Cek lab, Hb, Ht, APTT, PT, BGA

S: 37C

SpO2: 96 %
Puasa
RA untuk 24 jam
Timol 200gr 1,5 2 x/hr
Rantin 2 x 1gr
Lasik 3 x 1
Biocef 2 x 1
Kalcifen 3 x 1
Cek lab: Hb, Ht, L, Tc
Dr. F (ICU)
11.00

15.00

Biocef 2 x 1
Lasik 3 x 20 mg
Yang lain tetap
Dr.Sp.PD

KU: CM
T: 130/100 R: 18
SpO2: 100%
PP: konjungtiva anemis -/Pupil bula, isokor, RC +/+
Thorax: Cor: BJ S1S2
Pulmo: VBS ki=ka, Rh /
Abdomen: soepel, BS (-)

Lanjutkan therapi
TD
Dr. Sp.OG
ASV MV 100%
Fi O2 40%
Dr. J (ICU)

KU: CM, sakit sedang


oedem
VBS +/+ , Rh /

AVS MV 100
Puasa
RA %
Tramal 200 untuk 24 jam
Rantin 2 x 1 amp
Biocef 2 x 1
Lasisx 3 x 1 amp
Bolus Hipnoz 3 mg PRN

HR: 108 R: 18 SatO2: 100%


T: 128/80 Tc: 450000

ASV MV80 %
Fi O2 40 %

SpO2: 100%

Rh /

Dr.Ida

Urine 120 ((+) 242)


Hb: 8,9 Ht : 26 L: 18700 Tc: 327000
W.prot: 14,3 Fibrinogen: 216
APTT: 26 SGOT: 26 SGPT: 9 GDS: 109

IVF (500 cc/ 24 jam)


KaEN Mg3 1000 cc

KU: CM
T:140/90 HR: 106 R: 16
Sat O2: 100%
Urine output 120 cc/ 6jam

MV 60 40 %
PS 8/ PEEP 5/ FiO2 40 %
Rencana ekstubasi sore ini bila Ppeak

RA

300 cc/ 24 jam

15.30
S: 36,5

15cmH2O
Obs I/O

18.00

Dr. Sp.An
Urine obsservasi dulu
Dr. I (ICU)

21.30

Resp. ASV MV 50%


PEEP 5 FiO2 40%
Infus KaEN Mg3 1000 cc
RA 500
Puasa
Drip : Tramal 200 mg/24 jam
Biocef 2 x 1 amp
Lasix 3 x 1
Rantin 2 x 1
Remopain 3 x 1
Hipnoz PRN

12/509
05.10
Urine 500 cc (+ 452)
T: 140/90 HR: 102 R: 20
Ppeak: 22

06.00

07.00

Besok cek Hb, Ht, L, Na, ureum, Cr, F (+)

Sat O2: 95%

KU: CM
Ppeak: 21
T: 148/91
HR: 100 R: 18 S: 36,7
Konjungtiva anemis -/Thorax: Cor: BJ S1S2
Pulmo: VBS ki=ka, Rh -/-, Wh -/Abdomen: cembung, soepel, BS ()
Extremitas: oedem +/+
Urine 30 (+ 786)

24 jam

Sat O2: 96%


Dr. J (ICU)

Advise dr. J (ICU)


Rencana extubasi
08.00

Urine 400

09.30
12.00

Dr. J (ICU)

Ku: CM
muka oedem (+)
T: 147/95
HR: 111
R: 20
SatO2: 99%
Konjungtiva anemis -/Thorax: Cor BJ S1S2
Pulmo VBS ki=ka, Rh -/Abdomen: cembung, soepel, BS ()
Extremitas: oedem +/+

ASV MV 50% PEEP 5 O2 40% spontan


u
IV KaENMg3 1000 cc
/ 24 jam
RA
500 cc
Puasa
Drip : Tramal 200 mg/24 jam
Inj: Biocef 2 x 1 amp
Lasix 3 x 1 amp
Rantin 2 x 1 amp
Remopain 3 x 1 amp
Hipnoz PRN
Lab: cek Hb, Ht, Na, K, ureum, kreatinin
Rencana extubasi
Dr. R (ICU)
Lanjutkan terapi

I: 1383
O: 600
(+): 784

KU: CM
T: 160/100 HR 122 R: 19 SatO2: 99%
Konjungtiva anemis /
Pupil bulat, isokor, RC +/+
Thorax: Cor BJ S1S2 tachycardia
Pulmo VBS ki=ka, Rh -/Abdomen: cembung, soepel, BS ()

Dr. Sp.OG
Lepaskan ventilator
Terapi tetap
Dr. Sp.PD
MV: SpO2 mode P5%
PEEP 5/FiO2
Bila stabil: extubasi 7 M 8 jam

14.00

Diet: cair 1500 Kkal/hari

15.05

O2 FM 81/mnt

Dr. Sp.An
KU: CM T: 150/83
Thorax: VBS +/+, Rh -/Abdomen: datar, lembut, Defense Myscular (-), Pekak
samping/Pekak pindah (-/-), luka opersasi kering terawat.TFU: 2
jari di bawah pusat.
Verband diganti
T: 144/81
HR: 99

17.00

Urine: 1000 cc (- 631 cc)


KU: baik
MV: Ppeak <15 cmH2O

TV: 350 400 ml

Os extubasi
18.00
21.45

KU: CM
T: 140/100 HR: 115 R: 22 S: 37C
Sat O2: 98%
Konjungtiva anemis-/Cor: BJ S1S2
Pulmo: VBS ki=ka, Rh -/Abdomen: soepel, BS (+), defense muscular (-), pekak

Dr. F (ICU)
O2
Diet cair 1500 Kkal
Infus KaENMg3 1000 s/s RA 50% inj
Tramal drip 200 g/24 jam
Biocef 2 x 1 amp
Lasix 3 x 1 amp
Rantin 2 x 1 amp
Remopain 3 x 1 amp
Hipnoz PRN
Dr. I (ICU)
Dr. Sp.An
PRC 2 labu pelan-pelan, 1 labu untuk 6 jam
Dr. Sp.OG
Acc PRC 2 labu
Obs Bleeding
Dr. I (ICU)

samping/pekak pindah (-/-). TFU 2 jari dibawah pusat.

24.00
05.15

Dr. F (ICU)
Lab: Hb: 6,8
Ht: 20

Na: 133
K: 3,7

kreatinin: 1,6
ureum: 37
Th/ sama dengan diatas
Transfusi PRC 1 labu

Jumlah urine 620 (-63)

13/509
06.00

06.30

06.55
7.50

KU: CM px. transfusi labu ke-1


T: 127/81
HR: 101 R: 20 Sat O2: 95 97%
Mata: konjungtiva anemis -/pupil bulat, isokor, RC +/+
Thorax: Cor BJ S1S2
Pulmo VBS ka=ki, Rh -/Abdomen: soepel, BS (+)
Urine 100 cc
I: 544
U: 400 (-491)
KU: CM T: 142/90 HR: 97 R: 29
Konjungtiva anemis /
Thorax: Cor BJ S1S2
Pulmo VBS ka=ki, Rh -/
Abdomen: soepel BS (+)
I : 1935 (406)
O: 3020 (1000)
(-) 1085

Dr. F (ICU)

Sat O2: 94 95%

Aduk IVF 500cc / 24 jam


Lasix 2 x 1 amp
MO 3 mg
Siapkan SIT untuk intubasi
Inf: PSMU RR 15/PC/5
PEEP 10/PO2 100%
IVF: RA 500 cc/ 14 jam
Perabaan suhu
Tramal drip & Remopain stop
Drip :Morphine 1 mg/ jam
Isoket 0.25 mg/ jam = 1.3 cc
Tunda transfusi PRC ke-2
Dr. Sp.An
Advise acc terapi dr. Sp.An
Dr. Sp.PD
PSIVN RR 15 Pc 12 PEEP O2 90%
IV: RA 500 ml/ 24 jam
Puasa
Drip: morphine 1 mg/jam
Isoket 0,25 mg/jam = 1,3 cc/ jam
Inj: Biocef 2 x 1 amp
Lasix 3 x 1 amp
Rantin 2 x 1 amp
Remopain 3 x 1 amp

T: 92/57 HR: 133 R: 34 SatO2: 53%


Telp. Dr. Sp.An
Intubasi dengan Hipnoz 2 mg IV
Morphine 3 mg IV
Cek Hb, Ht, L, Tc, Na, K, GDS, BGA, F (+)

Tunda PRC
Cek Hb, Ht, L, Tc, Na, K, GDS, BGA, F (+),
13/509
05.11

FeIBC, Ret, Mc
Teruskan terapi
Dr. Sp.PD

12.00

KU: CM
T: 120/70 HR: 110
R: 22
Sat O2: 94%
Mata: konjungtiva anemis /
Pupil bulat, isokor, RC +/+
Thorax: Cor BJ S1S2
Pulmo VBS ki=ka, Rh -/Abdomen soepel, BS (+)

Invitec 3 tab per rectal


Lainnya lanjutkan
Dr. Sp.OG
Visbes:
Alinamin 2 x 1 IV
Anemia
CHF
Pasang NGT
PSIMU RR 15/PC12/PEEP 10/ O2 60
RA 500 cc/ 24 jam
Sore 5 V 750
Drip : Morphine 1 mg/jam
Isoket 0,25 mg/jam = 1,3 cc
Biocef 2 x 1 amp
Rantin 2 x 1
Lasix 3 x 1 amp
Alinamin 2 x 1
Invitec 3 tab per rectal
Obat besok tolong tanya dr. Sp.OG
Dr. Sp.PD

16.00

KU: CM
T: 110/75
18.00
13/509
21.45

HR: 115

KU: CM
Adbomen: datar, lunak
TFU 2 jari dibawah pusat

Th/ Invitex
Urine 1600 + 400 = 2000
(-) 1711

14/509

08.30

Dr. Sp.OG

KU: CM
T: 134/90 HR: 98 R: 19 SpO2: 100%
Pupil bulat, isokor, RC +/+
Konjungtiva anemis /
Thoarax: Cor BJ S1S2
Pulmo VBS ka=ki, Rh-/Abdomen cembung, soepel, BS (+)
Ekstremitas akral hangat, oedem-/Urine 450 (-1578)

Lanjutkan terapi

Dr. F (ICU)

08.45

KU: CM
T: 140/90 HR: 98 R: 15 S: 36,2
Konjungtiva anemis +/+
Thoarax: Cor BJ S1S2
Pulmo VBS ka=ki, Rh-/Ekstremitas reflex fisiologis +/+
I : 450
O: 400

Invitex stop
Biocef lanjut
Diet cair

SpO2: 96%

Dr. Sp.OG
Lasix Iv
V Block drip
MO drip
Isoket
Spirola 25 mg
Lanoxin 40 mg
Preparat Fe

- 1518
KU: CM
T: 140/92 HR: 113

Dr. Sp.PD
Resp. PC 12, RR 15, RS 12, PEEP 7,

R: 17 S: 37,1 SpO2: 100%

Thoarax: Cor BJ S1S2


Pulmo VBS ka=ki, Rh-/-

FiO240%
Diet cair 1500 Kkal
Infus RA 500 cc/ 24 jam
Drip: MO 7 Isoket sup.
Th/: IV Lasix 1 x 1 amp
Rantin 2 x 1 amp
Biocef 2 x 1 amp

Abdomen soepel
KU: CM
T: 155/103 mmHg

10

09.15

Thoarax: Cor BJ S1S2


Pulmo VBS ka=ki, Rh-/-

Alinamin 2 x 1 amp
p.o: Spirola 1 x 25 mg
Lanoxin 1 x
Isoket R 2 x1

Abdomen datar, lunak


Ganti verband
12.00
12.45

T: 110/90

HR: 90

13.45
14.45

KU: CM
T: 165/100 HR: 102

R: 15 S: 37,2 Sat O2: 99%

PD: mata konjungtiva anemis -/Thoarax: Cor BJ S1S2


Pulmo VBS ka=ki, Rh-/Abdomen: soepel, BS (+)
18.00
21.00

Extremitas: oedem +/+

KU: Baik
Hemodinamik stabil
MV Ppeak < 15
24.00
15/509
05.30

Urine 1100 (-277)


BP: 160/108

Dr. J (ICU)
SpON: PS 8, PEEP 5, FiO2 40 %
Drip MO stop
Warning! Ventilator th/
Extubasi sore ini
Dr. Sp.An
Anti hipertensi IV/po
Tanya IPD
Dr. Sp.An
Adv. dr. Hary
Adalat oros 30 mg 1 x 1
Sp.PS 8, PEEP 5, FiO2 40%
Rencana extubasi
Diet cair 1500 Kkal
RA 500 cc/ 24 jam
Lasix 1 x 1 amp
Biocef 2 x 1 amp
Rantin 2 x 1
Alinamin 2 x 1
Spirola 1 x 25 mg
Lanoxin 1 x
Isoket R 2 x 1
Adalat oros 1 x 300
Novalgin 500 mg IV
Dr. Sp.An
Dr. Sp.An acc extubasi
O2 facemask 10 Lt/menit bila satO2 98%
O2 8 5 Lt/menit
Diet cair 1500 Kkal
Infus RA 500 cc/ 24 jam
Th/ IV: Lasix 1 x 1 amp
Biocef 2 x 1 gr
Rantin 2 x 1 amp
Alinamin F 2 x 1 gr
Th/ p.o: Spirola 1 x 25 mg
Lanoxin 1 x
Adalat oros 1 x 30 mg
Isoket R 2 x 1
Besok echo oleh dr. E
Dr. F (ICU)

Th/ s.d.a
`KU: CM
07.00

T: 160/ 100 HR: 118

R: 24 S: 38,3 SatO2: 100%

PD: mata konjungtiva anemis /


07.40

Dr. F (ICU)

Thoarax: Cor BJ S1S2


Pulmo VBS ka=ki, Rh-/Abdomen: soepel, BS (+)
Extremitas akral dingin-

oedem
-

09.15
O2 3Lt/menit/ kanula nasal
Pindah ruangan
Th/ lain sesuai IPD

11

Dr. Sp.An
Urine: 200 (-305)
09.30

KU: CM

sesak (-)

T: 143/96 HR: 103 R: 16 SatO2: 100%

Lain-lain s.d.a
Diet SV 1500 Kkal

PD: mata konjungtiva anemis /


12.00

Thoarax: Cor BJ S1S2


Pulmo VBS ka=ki, Rh-/Abdomen: soepel,BS (+)
Dr. J (ICU)
Dr. E

16/509
Adalat oros
Lanoxin
Furosemide
Spirola
Lasix 300
V Block 6,25 gr
Pindah ruangan

Dr. Sp.PD
O2 ganti nasal kanul 3 Lt/menit
Cek lab Hb, Ht, F(+)
Dr. J (ICU)
NGT tetap
Abdomen agak cembung

Input: 240 u: 200 (-105)

Dr. Sp.OG
Infus dicabut
Ganti verband
Opiaf 3 x 1
Kalcifen 3 x1

KU: CM

Dr.Sp.OG

T: 152/96 HR: 108 R: 25 SatO2: 97%

Bisolvon syr. 3 x 1
Biocef
Alinamin stop
Rantin
Lanoxin

PD: mata konjungtiva anemis /


Thoarax: Cor BJ S1S2
Pulmo VBS ka=ki, Rh-/Abdomen: soepel, BS (+)
KU: CM
HR & resp. stabil
KU: CM
T: 150/104 HR: 104 R: 24 SatO2: 100%
PD: mata konjungtiva anemis +/+
Thoarax: Cor BJ S1S2
Pulmo VBS ka=ki, Rh-/Abdomen: cembung, BS (+), defense muscular (-), pekak
samping/pekak pindah (-/-), Tfu 2 jari di bawah pusat.
Extremitas: oedem +/+
Echo: MR severe
T: 150/100

12

SatO2: 99%
Hb: 7,5

Ht: 23

KU: CM
VBS +/+ , Rh -/-

Urine 1500 cc (-684)

KU: CM
Abdomen

datar

lunak,

defense

muscular

(-),

pekak

samping/pekak pindah (-/-), TFU 2 jari dibawah pusat.


Luka operasi tutup verband, terawat dan kering

III.

PEMBAHASAN

PREEKLAMPSIA
Preeklampsi adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria akibat kehamilan setelah
umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah kehamilan. Preeklampsi merupakan penyulit
kehamilan yang akut dan dapat terjadi antepartum, intrapartum. Dari gejala klinik
preeklampsi dapat dibagi menjadi preeklampsi ringan dan berat.
Kriteria preeklampsi ringan, diagnosis didasarkan atas tekanan diastole antara 90-<110
mmHg disertai proteinuria ( 300mg/24 jam atau +1 dipstik).
13

Preeklampsi berat bila terdapat satu atau lebih gejala dibawah ini:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

9.
10.
11.

Tekanan darah diastole 110 mmHg


Proteinuri 2gr/24jam atau dipstick ++
Kreatinin serum > 1,2 mg% disertai oligouri (< 400cc/24jam)
Trombositopenia < 100.000 sel/mm3
Hemolisis mikroangiopathy (LDH )
Edema paru / cyanosis
Nyeri epigastrium yang menetap
Gangguan otak dan visus: perubahan kesadaran, nyeri kepala, scotoma, pandangan
kabur.
Gangguan fungsi hepar (SGOT, SGPT )
Sindroma HELLP (Hemolysis, Elevated Liver Enzyme, Low Platelet count)
Pertumbuhan janin terhambat

1. Pembagian PEB:
PEB tanpa Impending eklampsia
PEB dengan Impending eklampsia
- Nyeri kepala
- Mata kabur
- Mual dan muntah
- Nyeri epigastrium dan RUQ
2.

Faktor-faktor risiko
Terdapat banyak faktor risiko untuk terjadinya hipertensi dalam kehamilan, yang dapat

dikelompokkan dalam faktor risiko sebagai berikut:


1. Primigravida, primipaternitas
2. Hiperplasentosis, misalnya pada mola hidatidosa, kehamilan multiple, diabetes
3.
4.
5.
6.
3.

mellitus, hydrops foetalis, bayi besar.


Umur yang ekstrim
Riwayat keluarga pernah preeklampsia/ekalmpsia
Penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum kehamilan
Obesitas

Patofisiologi preeklampsia
Penyebab hipertensi dalam kehamilan hingga kini belum diketahui dengan jelas. Banyak

teori telah dikemukakan tentang terjadinya hipertensi dalam kehamilan, tetapi tidak ada
satupun dari teori tersebut yang dianggap mutlak benar. Teori-teori yang sekarang banyak
dianut adalah:

Teori kelainan vaskularisasi plasenta

14

Pada wanita dengan kehamilan normal rahim dan plasenta mendapat darah dari cabang
arteri uterina dan arteri ovarica. Terjadi invasi trofoblast kedalam lapisan otot arteri spiralis
yang menyebabkan terjadinya dilatasi arteri spiralis sehingga matriks menjadi gembur dan
lumen arteri berdistensi dan dilatasi menyebabkan penurunan tekanan darah dan
penurunan resistensi vaskuler serta peningkatan aliran darah uteroplasenta sehingga aliran
darah ke janin menjadi banyak dan perfusi jaringan meningkat Remodelling artery spiralis
sehingga pertumbuhan janin baik.
Pada wanita yang mengalami hipertensi dalam kehamilan tidak terjadi invasi sel-sel
trofoblast pada lapisan otot arteri spiralis sehingga lapisan otot tetap kaku dan keras lumen
a.spiralis tidak berdistensi dan berdilatasi (a.spiralis relatif vasokonstriksi) terjadi
kegagalan remodelling arteri spiralis aliran darah uteroplasental menurun terjadi
hipoksia dan iskemik plasenta.

Teori iskemik plasenta, radikal bebas, dan disfungsi endotel


Plasenta yang iskemik dan hipoksia menghasilkan oksidan (radikal hidroksil yang

sangat toksis terhadap sel endothel pembuluh darah) merusak membran sel (yang
mengandung banyak asam lemak tidak jenuh menjadi peroksida lemak yang akan merusak
membran sel nukleus dan protein sel endothel).
Akibat sel endotel yang terpapar peroksida lemak menyebabkan disfungsi endotel, maka
akan terjadi :
Gangguan metabolisme prostaglandin
Agregasi sel-sel trombosit untuk menutup endotel yang mengalami kerusakan
memproduksi tromboksan (TxA2). Pada keadaan normal perbandingan
protasiklin/tromboksaan lebih tinggi kadar protasiklin, pada preeklampsi kada
tromboksan lebih tinggi dari protasiklin sehingga terjadi vasokonstriksi dengan

terjadi kenaikan tekanan darah.


Perubahan khas pada sel endotel kapiler glomerulus
Peningkatan permeabilitas kapiler
Peningkatan produksi vasopresor
Peningkatan faktor koagulasi

Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin


Hal ini dengan adanya fakta sebagai berikut:

Primigravida > multigravida


15

Ibu multipara yang menikah kembali mempunya risiko yang lebih besar dibanding

suami sebelumnya
Seks oral risiko lebih rendah

Pada perempuan hamil normal respon imum tidak menolak hasil konsepsi yang bersifat
asing karena ada HLA-G yang akan melindungi trofoblas janin dari lisis oleh sel natural
killer dan akan mempermudah invasi sel trofoblas ke dalam jaringan desidua.
Pada wanita hamil dan hipertensi HLA-G berkurang di desidua daerah plasenta sehingga
akan menghambat invasi trofoblas ke dalam jaringan desidua dilatasi arteri spiralis
terganggu.

Teori adaptasi kardiovaskuler


Pada hamil normal pembuluh darah refrakter terhadap bahan-bahan vasopresor karena

dilindungi oleh sintesis prostaglandin pada sel endotel pembuluh darah. Pada hipertensi
terjadi hilangnya daya refrakter sehingga pembuluh darah menjadi peka terhadap bahanbahan vasopresor.

Teori genetika
Genotip ibu lebih berperan dimana pada ibu dengan preeklampsia, 26% anak

perempuannya akan mengalami preeklampsia, sedangkan hanya 8% anak menantu


mengalami preeklampsia.
Teori defisiensi gizi
Minyak ikan akan menurunkan risiko preeklampsi, hal ini dikarenakan karena minyak
ikan banyak mengandung asam lemak tidak jenuh yang akan menghambat produksi
tromboksan, menghambat aktivasi trombosit, mencegah vasokonstriksi pembuluh darah.

Teori stimulus inflamasi


Pada kehamilan normal jumlah debris trofoblas masih dalam batas wajar sehingga reaksi

inflamasi masih dalam batas normal. Pada preeklampsia terjadi peningkatan stres oksidatif
sehingga terjadi peningkatan debris apoptosis dan nekrotik trofoblas yang akan mengaktivasi
sel endotel dan sel makrofag yang akan menyebabkan reaksi sistemik inflamasi sehingga
timbul gejala-gejala preeklampsi.
16

Gambar 1. Patofisiologi hipertensi pada kehamilan

4.

Perubahan sistem dan organ pada preeklampsia

Volume plasma
17

Pada kehamilan normal volume plasma meningkat untuk memenuhi kebutuhan janin. Pada
preeklampsia didapatkan penurunan volume plasma 30-40% sehingga timbul hipovolemi
vasokonstriksi hipertensi.
Hipertensi
Hipertensi terjadi akibat vasospasme menyeluruh 140/90 mmHg, bila terdapat tekanan
diastolik 90 mmHg dengan proteinuria akan menyebabkan kematian perinatal yang tinggi.
Fungsi ginjal
Perubahan fungsi ginjal disebabkan oleh:

Penurunan aliran darah ke ginjal sehingga timbul oligouria dan anuria


Kerusakan glomerulus proteinuria (dalam akhir kehamilan)
Glomerular capillary endotheliosis, yaitu terjadi pembengkakan sel endotel

glomerular sehingga timbul deposit fibrin


Gagal ginjal akut karena nekrosis tubulus ginjal yang bersifat ireversibel
Kerusakan intrinsik jaringan ginjal

Proteinuria timbul sebelum hipertensi merupakan suatu gejala penyakit ginjal. Bila tidak
disertai dengan hipertensi merupakan penyulit kehamilan. Bila tidak disertai dengan
peningkatan tekanan diastolik 90 mmHg kemungkinan berasal dari ISK atau pasien
mengalami anemia. Proteinuria diperiksa dari urine 24 jam , patologis bila 300 mg/24 jam
atau uurine dipstik +1.
Asam urat serum akan meningkat 5 mg/cc karena penurunan sekresi asam urat atau
akibat iskemik jaringan.
Kreatinin meningkat lebih dari 1 mg/cc.
Terjadi oligouri atau anuria.
Elektrolit
Elektrolit menurun pada wanita dengan kehamilan normal. Pada preeklampsia berat +
hipoksia menyebabkan gangguan keseimbangan asam basa.
Tekanan osmotik koloid plasma atau tekanan onkotik
Pada preeklampsia tekanan onkotik makin menurun karena terjadi kebocoran protein dan
peningkatan permeabilitas.
Koagulasi dan fibrinolisis
Terjadi trombositopenia, peningkatan FDP, penurunan anti-trombin III, peningkatan
fibronectin.
Viskositas darah
18

Viskositas darah yang meningkat akan mengakibatkan peningkatan resistensi perifer dan
mengurangi aliran darah ke organ.
Hematokrit
Hematokrit meningkat karena terjadi hipovolemi
Edema
Terjadi karena hipoalbuminemia atau kerusakan sel endotel kapiler. Patologik bila terdapat
pada muka atau tangan.

Gambar 2. Bagan Sistem Renin-Angiotensin

Hematologik
Terjadi peningkatan hematokrit, trombositopenia (< 100.000 sel/mm), peningkatan
viskositas darah.
Hepar
Terjadi vasospasme, iskemik, perdarahan.
Neurologik

19

Karena terjadi hiperfusi otak mengakibatkan vasogenik edema sehingga akan timbul nyeri
kepala. Bila terjadi spasme arteri retina dan edema retina akan menyebabkan gangguan visus.
Dapat pula ditemukan hiperrefleksi, kejang eklamptik, perdarahan intrakranial.
Kardiovaskuler
Perubahan kardiovaskuler disebabkan oleh peningkatan cardiac afterload akibat hipertensi
dan penurunan cardiac pre-load akibat hipovolemik.
Paru-paru
Pada preeklampsi berat berisiko terjadi edema paru karena terjadi payah jantung kiri,
kerusakan sel endotel pembuluh darah kapiler paru.
Janin
Preeklampsi berpengaruh buruk pada janin karena terjadi penurunan perfusi
uteroplasenta, hipovolemik, vasospame, dan kerusakan sel endotel pembuluh darah plasenta,
sehingga mungkin akan terjadi IUGR, oligohidramnion, kenaikan morbiditas dan mortalitas
janin secara tidak langsung akibat IUGR, oligohidramnion, prematuritas, solusio plasenta.
5.

Komplikasi:
Penyulit pada ibu:
a. SSP:
- PIS
- Thrombosis vena sentral
- Hipertensi encephalopati
- Edema cerebri / retina
- Retino detachment
- Kortical blindness
b. Gastrointestinal hepatik:
- Subscapula hematom
- Ruptur capsula hepar
c. Ginjal:
- Gagal ginjal akut
- Necrosis tubular akut
d. Hematologik:
- DIC
- Trombositopeni
e. Kardiopulmoner:
- Edema paru
- Depresi napas
- Cardiac arrest
- Ischemi miokard
f. Lain-lain:
- Asites
Penyulit pada janin:
- IUGR
- Solutio plasenta
- IUFD
- Kematian neonatus
20

Prematuritas

Cerebral palsy

1. Bagaimana penatalaksanaan pada pasien ini ?


Penatalaksanaan PEB
1. Aktif indikasi:
- Ibu: Kehamilan > 37 minggu, tanda-tanda impending eklampsia, gagal terapi

o
o
o
o

konservatif.
- Janin: tanda-tanda fetal distress.
- Laboratorium: sindrom HELLP.
Tekanan darah terkontrol Rawat dalam kamar isolasi
Infus D 5% : RL = 2 : 1
Dauer kateter
Laboratorium: Hb, L, Tc, Diff count, OT / PT, Fibrinogen, Kreatinin Asam urat,

urine.
o MgSO4 8gr IM 40% (4gr IM bokong kanan, 4gr bokong kiri) diulang tiap 4 jam
4gr IM sampai 24jam post partum; tensi 140/90 mmHg.
Syarat pemberian:
- Refleks patella +/+
- Respirasi > 16 kali/menit
- Urine 30 cc/jam
- Tersedia Ca glukonas 10 %
o Anti hipertensi (Clonidin)
Pemberian bila tekanan darah 180/110 mmHg
o Diuretikum (Lasik)
Tidak diberikan secara rutin karena:
- Memperberat penurunan perfusi plasenta
- Memperberat hipovolemia
- Meningkatkan hemokonsentrasi
Hanya diberi bila:
- Edema paru
- Payah jantung
- Edema anasarka
o Kardiotonika indikasi: payah jantung; nadi > 120 x/menit
2. Konservatif indikasi:
- < 160/110 mmHg
- Kehamilan < 37 minggu
- Keadaan janin baik
o MgSO4
o Jika dalam 1 x 24 jam tidak ada perbaikan terminasi
o Induksi setelah kehamilan 37 minggu

21

Bagaimana penatalaksanaan ibu hamil dengn TBC paru?

Pada penderita dengan proses yang masih akti, kadang-kadang diperlukan perawatan, untuk
membuat diagnosis serta untuk memberikan pendidikan. Perlu diterangkan pada penderita
bahwa mereka memerlukan pendobatan yang cukup lama dengan ketekunan serta ada
kemauan untuk berobat secara teratur. Penyakit akan sembuh dengan baik bila pengobatn
yang diberikn dipatuhi oleh penderita. Pengobatan terutama dengan kemoterapi dan sangat
jarang diperlukan tindakan operasi.
Obat-obat yang digunakan:
a. Isoniazid (INH) dengan dosis 300 mg per hari. Obat ini mungkin menimbulkan
komplikasi pada hati, sehingga timbul gejala-gejala hepatitis berupa nafsu makan
berkurang, mual, dan muntah. Oleh karena itu perlu diperiksa faal hati sewaktuwaktu, dan bla ada perubahan maka obat untuk sementara harus segera dihentikan.
b. Ethambutol dengan dosis 15-20 mg/kgBB/hari. Dilaorkan obat ini dapat menimbulkan
komplikasi retrobulbar neuritis. Akan tetapi laporan efek samping obat ini dalam
kehamilan sangat sedikit, dan pada janin belum ada.
c. Streptomycin dengan dosis 1 g per hari. Obat ini harus hati-hati digunakan dalam
kehamilan dan jangan digunakan dalam kehamilan trimester pertama. Pengaruh obat
ini pada janin dapat menyebabkan tuli bawaan (ototoksik). Di samping itu, pemberian
obat ini kurang menyenangkan pada penderita karena harus disuntikkan tiap hari.
Dilaporkan bila dosis yang diberikan kurang dari 30 gram selama kehamilan, tidak
banyak atau jarang pengaaruhnya pada janin.
d. Rifampicin dengan dosis 600 mg per hari. Obat ini baik sekali untuk pengobatan TBC
paru, akan tetapi mempunyai efek potensial teratogenik yang besar pada binatang
percobaan. Pada manusia belum banyak laporan, dan dianjurkan untuk tidak
menggunakannya dalam trimester pertama.
Pemeriksaan sputum setelah 1-2 bulan pengobatan harus dilakukan, Dan kalau masih positif,
perlu diulang tes kepekaan kuman terhadap obat. Tidak ada indikasi untuk melakukan
tindakan penggugurn kehamilan pada penderita TBC paru. Antenatal care dapat dilakukan
seperti biasa. Dianjurkan penderita datang sebagai pasien permulaan atau terakhir dan segera
diperiksa, agar tidak terjadi penularan pada orang sekitarnya.
Persalinan pada wanita yang tidak dapat pengobatan dan tidak aktif lagi,dapat berlangsung
seperti biasa, akan tetapi pada mereka yang masih aktif, penderita ditempatkan di kamar
bersalin tertentu. Persalinan ditolong dengan tindakan ekstraksi vakum atau forseps dan
22

sedapat mungkin penderita tidak meneran,diberi masker untuk menutupi mulut dan hidung
agar tidak terjadi penyebaran kuman ke sekitarnya.
Cegah terjadinya perdarahan postpartum sep[erti pada pasien pada umumnya. Setelah
melahirkan, penderita dirawat di ruang observasi 6-8jam, kemudian dapat dipulangkan.
Diberi obat uterotonika dan obat TBC diteruskan. Penderita yang tidak mungkin dipulangkan,
dirawat di ruang isolasi. Perawatan bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita TBC harus
sebaik-baiknya, agar tidak tertular. Dalam keadaan ideal bayi setelah lahir segera dipisahkan
dari ibunya, sampai ibunya tidak memperlihatkan tanda-tanda proses aktif lagi, setelah
dibuktikan dengan pemeriksaan sputum sebanyak 3 kali dan hasilnya negatif. Pada bayi
diberi suntikan Mantoux sampai menunjukkan reaksi positif. Bila ada suntikan BCG,
sebaiknya diberi pada bayi setelah lahir, atau bila reaksi Mantoux negatif. Yang penting
adalah pendidikan pada penderita dan keluarganya tentang penyakit TB paru serta bahaya
penularan pada anak, sehingga penderita dan keluarga dapat melakukan perawatan bayi
dengan baik.
Oksitosin
Oksitosin adalah obat yang merangsang kontraksi uterus. Banyak obat memperlihatkan
efek ositosik, tetapi hanya beberapa saja yang kerjanya cukup selektif dan dapat berguna bagi
praktek kebidanan.
Oksitosin merangsang frekuensi dan kekuatan kontraksi otot polos uterus. Efek ini
tergantung pada konsentrasi estrogen. Pada konsentrasi estrogen yang rendah maka efek
oksitosin terhadap uterus juga berkurang. Uterus imatur kurang peka terhadap oksitosin. Pada
percobaan invitro, progesteron dapat mengantagonisasi efek perangsangan oksitosin terhadap
uterus, namun pengaruh ini sulit diperlihatkan pada uterus wanita hamil.pada hewan coba,
oksitosin meninggikan ekskresi Na walaupun efek ini tergantung adanya ADH di sirkulasi.
Pada manusia perubahan ekskresi elektrolit oleh ginjal tidak berarti. Dosis besar oksitosin
mungkin menimbulkan intoksikasi air terutama pada penderita yang mendapat cairan infus
dalam jumlah besar. Oksitosin dapat mensupresi sekresi ACTH.
Yang perlu diperhatikan dalam induksi pitosin:
1. Induksi dengan triple procedure:

23

pecahnya ketuban dan dilanjutkan dengan infus (dextrose 5% + pethidine 50mg +


pitocin 5 IU) 20 tetes/menit dan dinaikkan 5 tetes/menit tiap 15 menit sampai
mencapai his yang adekuat, pertahankan dengan tetesan tersebut.
2. Tetesan maksimal:
60 tetes/menit (sama dengan 30 ml IU/menit). Kecuali pada grande, hidramnion,
gemelli, tetesan maksimal 40 tetes/menit (sama dengan 20 mIU/menit)
3. Bila memungkinkan gunakan drip meter
4. Bila 1 labu berhasil lanjutkan dengan labu ke-2 dengan tetesan yang sama
5. Bila 1 labu tidak ada kemajuan, istirahat 2 jam kemudian dilanjutkan dengan lbu ke-2
6. Pasien dengan oksitosin drip tidak boleh ditinggal
7. Pemberian oksitosin pada uterus yang sangat besar harus hati-hati
8. Stop oksitosin drip bila lama kontraksi pada kala I 60 menit dan timbul gejala gawat
janin :
a. BJA < 120x/menit
b. BJA 120-160x/menit, tapi iregular
c. mekonium yang sangat kental
Kontraindikasi pemberian oksitosin:
1. Panggul sempit
2. Bekas SC
3. Letak lintang
4. Letak dahi
5. Hidrosefalus

Keberhasilan oksitosin drip menurut Skor Bishop :

Skor
Pembukaan
serviks (cm)
Pendarahan
serviks
Penurunan
kepala diukur
dari bidang
Hodge 3 (cm)

0
0

1
1-2

2
3-4

3
5-6

0-30%

40-50%

60-70%

80%

-3

-2

-1/0

+1/+2

24

Konsistensi
serviks
Posisi serviks

Keras

Sedang

Lunak

Ke belakang

Searah sumbu
jalan lahir

Ke arah depan

Prognosa:
< 5 : kurang baik
5-8 : cukup
>8 : baik

Misoprostol merupakan analog prostaglandin E1 yang dipasarkan sebagai obat ulkus


peptikum dan diketahui memiliki efek pada kontraksi uterus dan pematangan cervix. Dari
penelitian, didapatkan pemberian misoprostol sub lingual memiliki waktu tercepat untuk
mencapai konsentrasi puncak, pemberian misoprostol per vaginam memiliki bioavaibilitas
yang paling tinggi, pemberian per oral dan sub lingual lebih cepat dan nyata dalam
meningkatkan kontraksi uterus dibandingkan pemberian per vaginam.
Efek samping yang sering terjadi adalah diare, demam, mual, muntah, nyeri perut,
perdarahan, dan menggigil. Indikasi misoprostol pada bidang obstetri adalah abortus, Missed
Abortion,Incomplete Abortion, Induced Abortio , Intrauterine Fetal Death, Induction Of
Labour, Post Partum Haemorrhage (PPH) prophylaxis, PPH treatment, Cervical ripening.

25

IV.

Kesimpulan

Deteksi dini preeklampsia sangat penting pada ibu hamil.


Pengasuhan antenatal pada pasien PEB harus sesegera mungkin sehingga menghindari
komplikasi yang terjadi pada persalinan dan pasca persalinan.

V.

DAFTAR PUSTAKA

1. Silbernagl S., 2007. Regurgitasi Mitral dalam Teks & Atlas Berwarna
Patofisiologi. Jakarta : EGC. Halaman 196-197.
2. Sarwono Prawirohardjo. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka.
Halaman 281-300, 491-493.

26

Anda mungkin juga menyukai