Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

LATAR BELAKANG
Angka kematian bayi sebesar 23/1.000 kelahiran hidup menjadi salah satu
dari delapan target MDGs ( Millenium Development Goals) yang harus
dicapai hingga tahun 2015. Angka kematian bayi di Indonesia pada tahun
2012 sebesar 32/1.000 kelahiran hidup, angka ini lebih tinggi dibanding
dengan negara-negara di Asia Tenggara.

Berdasarkan Survey Demografi Indonesia (SDKI) 2012 hanya 4% bayi yang


mendapatkan ASI dalam satu jam kelahiran dan 8% bayi indonesia yang
mendapatkan ASI eksklusif sampai enam bulan.
Sedang provinsi Lampung pemberian ASI eksklusif 41,81% atau 752.522
bayi dari jumlah keseluruhan 165.347 bayi dari target yang akan dicapai
yaitu sebesar 80% ( Dinas kesehatan Lampung, 2012).
Pemberian ASI secara eksklusif pada bayi di Indonesia berlandaskan
keputusan Menteri Kesehatan RI No. 450/Men.Kes/SK/IV/2004 tanggal 7
April 2004. Ini juga mengacu pada resolusi World Health Assembly (WHA.
2001). Disitu dikatakan, untuk mencapai pertumbuhan, perkembangan dan
kesehatan optimal, bayi harus diberi ASI eksklusif selama 6 bulan pertama,
selanjutnya untuk kecukupan nutrisi bayi mulai diberi makanan pendamping
ASI yang cukup dan aman, dengan pemberian ASI dilanjutkan sampai usia 2
tahun. Di Indonesia, pemberian ASI masih belum optimal, hanya 4% bayi
baru lahir yang disusui pada jam pertama kelahiran (26% pada hari yang
sama), hanya 39,5% yang menyusui secara eksklusif 0-6 bulan.
Rekomendasi WHO menyusui eksklusif pada 6 bulan pertama belum
optimal dilaksanakan.

Oleh karena, itu para ibu memerlukan bantuan agar proses menyusui lebih
berhasil. Banyak alasan yang dikemukakan oleh para ibu yang tidak
menyusui bayinya antara lain ibu tidak memproduksi cukup ASI, bayinya
tidak mau menghisap, payudara bengkak, kelainan putting susu, putting susu
lecet, saluran susu tersumbat, bendungan ASI, mastitis dan abses payudara.
Disamping itu cara-cara menyusui yang tidak benar dapat menimbulkan
gangguan pada putting susu ibu.
Pemberian ASI eksklusif mengurangi tingkat kematian bayi yang
disebabkan berbagai penyakit yang umum menimpa anak-anak seperti diare
dan radang paru, serta mempercepat pemulihan bila sakit dan membantu
menjarangkan

kelahiran.

ASI

eksklusif

juga

berperan

dalam

mengoptimalkan hasil akhir kesehatan.


Kurangnya pengertian dan pengetahuan ibu tentang keunggulan ASI dan
manfaat menyusui menyebabkan ibu-ibu mudah terpengaruh dan beralih
kepada pemberian susu formula atau yang lainnya.
Penelitian menunjukan peningkatan penggunaan susu formula. Jumlah ibuibu yang memberikan ASI pada bayi usia 0-3 bulan di perkotaan sebanyak
47%. Sedangkan di pedesaan sebanyak 55 %. Beberapa alasan ibu-ibu
menghentikan pemberian ASI kepada bayi adalah: Produksi ASI kurang
(32%), Ibu bekerja (16%), ingin dianggap modern (4%), masalah pada
putting susu (28%) salah satunya adalah putting susu yang terbenam,
pengaruh iklan pada susu formula (16%), pengaruh orang lain terutama
keluarga (4%). Oleh karena itu dukungan untuk pemberian ASI sangat
diperlukan dari keluarga , masyarakat dan petugas kesehatan untuk
menciptakan generasi yang sehat dan berkualitas.

1.2 TUJUAN
1.2.1

Tujuan Umum
Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan masalah
bendungan ASI dengan baik dan benar.

1.2.2

Tujuan Khusus
1. Mampu mengkaji dan mengidentifikasi data pada ibu nifas
dengan bendungan ASI.
2. Mampu menentukan mendiagnosa dari data yang terkumpul
pada ibu nifas
3. Mampu mengidentifikasi dan mengantisipasi masalah potensial
yang akan terjadi pada ibu nifas dengan bendungan ASI.
4. Mampu mengidentifikasi kebutuhan segera dan kolaborasi
pada ibu nifas dengan bendungan ASI.
5. Mampu menyusun rencana asuhan kebidanan pada ibu nifas
dengan bendungan ASI
6. Mampu mengimplestasikan rencana asuhan yang telah dibuat
pada ibu nifas dengan bendungan ASI
7. Mampu mengevaluasi asuhan kebidanan yang telah diberikan
ibu hamil dengan bendungan ASI.

1.2.3

Hasil Yang Diharapkan


Dengan melakukan manajemen kebidanan pada ibu nifas dengan
masalah bendungan ASI diharapkan dapat mengatasi masalah ibu
nifas dengan bendungan ASI pada masa nifas dengan indikator
keberhasilan ibu tidak mengalami bendungan ASI .

1.3

Metode
Asuhan Kebidanan ini menggunakan metode langsung pada kehamilan
dengan bendungan ASI menggunakan penerapan SOAP.

1.4

Waktu dan Tempat


Kegiatan ini dilaksanakan secara komprehensif. Komprehensif ini mulai
tanggal 09 Oktober 2013 sampai dengan 26 November 2013. Penulis
melakukan Asuhan Kebidanan Komprehensif di BPM Lisnani Ali, S.ST
Teluk Betung Bandar Lampung.

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 MASALAH PADA NIFAS BENDUNGAN ASI
Bendungan ASI yaitu suatu keadaan dimana payudara terasa lebih penuh,
tegang dan nyeri yang terjadi pada hari ke-3 sampai 5 pasca persalinan yang
disebabkan karena adanya bendungan atau peningkatan aliran pada vena dan
limfa pada daerah payudara dalam rangka mempersiapkan untuk proses
laktasi. Bendungan ASI biasanya terjadi pada kedua payudara. Tanda dan
gejalanya payudara terasa nyeri dan tegang, payudara mengeras dan
membesar, payudara menjadi besar, suhu ibu meningkat.
2.2 Etiologi
2.2.1 Faktor Hormonal
Setelah bayi lahir dan plasenta keluar, kadar estrogen dan progesteron
turun dalam 2-3 hari. Dengan ini faktor hipotalamus yang
menghalangi keluarnya Pituitary Lactogenic Hormone waktu hamil
yang sangat dipengaruhi oleh estrogen tidak dikeluarkan lagi dan
terjalin sekresi prolaktin oleh hipofisis. Hormon ini menyebabkan
alveolus-alveolus kelenjar mamae terisi air susu, tetapi untuk
mengeluarkannya dibutuhkan refleks yang menyebabkan kontraksi
sel-sel mioepitelial yang mengelilingi alveolus dan duktus kecil
kelenjar-kelenjar tersebut, reflek ini timbul jika bayi menyusui.
2.2.2 Faktor Bayi
Pada permulaan nifas apabila bayi belum menyusui dengan baik, atau
kemudian apabila kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan
sempurna terjadi pembendungan air susu ibu.
2.2.3 Faktor Payudara Ibu
Puting susu yang datar dapat menyulitkan bayi untuk menyusui,
kadang-kadang pengeluaran susu juga terhalang sebab duktus
laktiferus menyempit karena pembesaran vena serta pembuluh limfe.

2.3 Gejala dan Tanda


1. Gejala dan tanda yang selalu ada :
a. Payudara terasa nyeri dan tegang
b. Terjadi pada hari ke 3-5 nifas
2. Gejala dan tanda yang kadang-kadang ada
a.
Payudara mengeras dan membesar ( pada kedua payudara)
b.
Payudara menjadi besar
c.
Suhu tubuh ibu meningkat
2.4 Penanganan
a

Jika ibu menyusui

Jika ibu menyusui tetapi bayi tidak mampu menyusui, perah air susu ibu
dengan tangan atau dengan pompa. Jika ibu menyusui dan bayinya
mampu menyusui, bantu ibu untuk menyusui bayinya lebih sering pada
kedua payudara secara bergantian setiap kali menyusui.
1) Berikan penyuluhan cara menyusui bayinya yang benar, yaitu :
Posisi menyusui
1. Lengan ibu menopang kepala, leher dan seluruh badan bayi
(kepala dan tubuh bayi berada pada satu garis lurus), muka bayi
menghadap kepayudara ibu, hidung bayi didepan puting susu ibu,
sedemikian rupa sehingga perut bayi menghadap keperut ibu.
2. Ibu mendekatkan bayinya ke tubuh ibu dan mengamati bayinya
siap menyusui : membuka mulut, bergerak mencari dan menoleh.
3. Ibu menyentuhkan putting susunya kebibir bayi, menunggu
hingga mulut bayi terbuka lebar, sehingga bibir bayi dapat
menangkap putting susu ibu.
2) Tanda-tanda posisi bayi menyusui dengan baik :
- Dagu menyentuh payudara ibu
- Mulut terbuka lebar, hidung bayi mendekati dan kadang-kadang
-

menyentuh payudara ibu


Mulut bayi mencakup sebanyak mungkin areola mamae ( tidak
hanya putting saja ), lingkar aerola atas terlihat lebih banyak

dibandingkan lingkar aerola bawah


Lidah bayi menopang putting susu dan aerola bagian bawah
Bibir bawah bayi melengkung keluar

Bayi mengisap kuat dan dalam secara perlahan dan kadang-

kadang disertai dengan berhenti sesaat


Mengurangi nyeri sebelum menyusui bayinya, dengan cara :
- Berikan kompres hangat pada kedua payudara sebelum

3)

menyusui bayinya atau mandi air hangat


Pijat punggung dan leher ibu
Pijat lembut pada payudara untuk permulaan menyusui
Memeras air susu secara manual sebelum menyusui dan basahi

putting susu dengan ASI agar bayi mudah menyusui


Mengurangi nyeri setelah menyusui bayinya, dengan cara :
- Gunakan BH yang menyangga payudara
- Therapi Paracetamol 500 mg peroral per 4 jam

4)

b. Jika ibu tidak menyusui bayinya


1)

Gunakan BH yang ketat

2)

Kompres

dingin

pada

payudara

untuk

mengurangi bengkak dan


nyeri
3)

Hindari pijat dan kompres dengan air hangat

4)

Berikan Paracetamol 500 mg / 4 jam

5)

Evaluasi setelah 3 hari

2.5 Pencegahan
a.

Inisiasi menyusui secara dini, anjurkan ibu untuk


menyusui bayinya sedini mungkin, sebelum 30 menit setelah persalinan.

b.

Susui bayi tanpa dijadwal ( on demand ) bergantian


pada payudara kanan dan kiri.

c.

Keluarkan ASI dengan manual / pompa, bila produksi


ASI melebihi kebutuhan bayi.

d.

Lakukan perawatan payudara post partum.

2.6 Larangan untuk memberikan ASI


Sekalipun upaya memberikan ASI digalakkan tetapi pada beberapa kasus
pemberian ASI tidak dibenarkan, beberapa faktor diantaranya adalah :
1.

Faktor Ibu

Ibu dengan penyakit jantung yang berat, akan menambah beratnya


penyakit ibu.
Ibu dengan preeklamsi dam eklamsi, karena banyaknya obat-obatan
yang telah diberikan, sehingga dapat mempengaruhi bayinya.
Ibu dengan psikis dengan pertimbangan kesadaran ibu sulit
diperlihatkan sehingga dapat membahayakan bayi.
Ibu dengan infeksi virus.
Ibu dengan TBC atau lepra.
2.
Faktor Bayi

Bayi dalam keadaan kejang-kejang yang

dapat menimbulkan bahaya aspirasi ASI.


Bayi menderita

sakit

berat,

dengan

pertimbangan dokter anak tidak dibenarkan mendapatkan ASI.

Bayi dengan berat lahir rendah, karena


reflek menelannya sulit sehingga bahaya aspirasi mengancam.

Bayi cacat bawaan yang tidak mungkin


menelan ( labioskisis, palatogenatoskisis, labiopalatogenatoskisis ).

Bayi yang tidak dapat menerima ASI,


penyakit metabolisme seperti alergi ASI.

BAB III
PERKEMBANGAN KASUS

3.1 Post Natal


Tanggal 18 Oktober 2013 pukul 09.00 WIB, dilakukan pemeriksaan masa
nifas, dengan hasil keadaan umum baik, kesadaran composmentis, TD: 120/80
mmHg, R: 24x/menit, N: 80x/menit, S: 36,5C, TFU 3 jari bawah pusat dan
kontraksi uterus baik. Pengeluaran lochea rubra, warna merah dengan jumlah
50 cc, pengeluaran kolostrum positif. Kemudian menjelaskan hasil
pemeriksaan yang telah dilakukan, mengajarkan ibu untuk memeriksa uterus
8

secara mandiri, mengobservasi perdarahan, megajarkan ibu untuk melakukan


mobilisasi dini, menjelaskan kepada ibu cara menyusui yang benar,
memberitahukan kepada ibu untuk memberikan ASI sedini mungkin,
mengajarkan cara melakukan perawatan payudara, menganjurkan ibu untuk
mengkonsumsi makanan yang bergizi, menjelaskan pentingnya personal
hygiene, menjelaskan tanda-tanda bahaya nifas
Pada tanggal 24 Oktober 2013 pukul 11.00 WIB yakni hari ke-7 post partum
dilakukan kunjungan rumah yang ke-2 dengan hasil pemeriksaan yaitu TD:
120/80 mmHg, R: 24x/menit, N: 80x/menit, S: 36,5C, TFU pertengahan
sympisis dan pusat dan kontraksi uterus baik. Pengeluaran lochea
sanguinolenta. Menjelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan, menganjurkan ibu
untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi, menganjurkan kepada ibu untuk
menjaga personal hgine, menganjurkan kepada ibu untuk melakukan
perawatan payudara, ibu di ajarkan bagaimana cara melakukan senam nifas
untuk mempercepat pemulihan organ-organ kandungan ibu,menjelaskan
tanda-tanda bahaya masa nifas, menjelaskan kepada ibu jadwal kunjungan,
mendokumentasikan hasil pemeriksaan.

Pada tanggal 31 Oktober 2013 ialah hari ke-14 post partum. pukul 15.00 WIB
ibu datang ke BPM Lisnani Ali, S.ST dengan membawa bayinya. Ibu
mengatakan bahwa ASI lancar, ibu mengatakan payudaranya sakit dan keras,
Kemudian ibu dilakukan pemeriksaan postnatal pada ibu yang meliputi
pemeriksaan fisik, TTV, dan pemeriksaan palpasi. Setelah dilakuakan
pemeriksaan tersebut diperoleh hasil yaitu TD: 120/80 mmHg, R: 24x/menit,
N: 80x/menit, S: 38,5C, TFU tidak teraba diatas sympisis dan kontraksi
uterus baik. Pengeluaran lochea serosa, berwarna kecoklatan, berupa flek
konsistensi cair dan berbau khas. Pemeriksaan fisik pada payudara, saat
dilakukan inspeksi payudara terlihat bengkak dan saat dilakukan palpasi
payudara terasa nyeri, keras, berbenjol-benjol, dan berwarna kemerahan.

Asuhan yang diberikan mengingatkan ibu untuk memberikan ASI secara on


demand/ kapanpun bayi mau, menganjurkan ibu untuk makan makanan yang
bergizi simbang, ajarkan kepada ibu cara menyusui yang benar, Ajarkan ibu
cara melakukan perawatan payudara ( post natal breast care), Anjurkan kepada
ibu untuk tetap mengeluarkan ASI dengan cara dipera atau dengan cara di
pompa, Anjurkan kepada ibu untuk mengompres payudara dengan air hangat
sebelum menyusui, Anjurkan kepada ibu untuk menggunakan BH yang
menopang, Anjurkan kepada ibu untuk tetap menjaga personal hygne,
memberikan konseling kepada ibu tentang KB.
Pada tanggal 3 November 2013 ialah hari ke-17 post partum. pukul 10.00
WIB Ibu mengatakan payudaranya sudah tidak terasa sakit lagi, ibu
mengatakan ASInya lancar. Dilakukan pemeriksaan kembali . Didapatkan
hasil pemeriksaan TD 110/80 mmHg, pernafasan 21 x/menit, nadi 73 x/menit,
suhu 36,5 C. TFU tidak teraba lagi di atas sympisis. Sudah tidak terlihat
adanya pengeluaran pervaginam hanya berupa keputihan dengan jumlah
sedikit, kemudian dilakukan pemeriksaan fisik pada payudara, saat dilakukan
inspeksi payudara tidak terlihat bengkak, saat dilakukan palpasi payudara
tidak terasa nyeri, keras dan tidak terasa berbenjol-benjol, dan pada payudara
sudah tidak terdapat warna kemerahan. Asuhan yang dilakukan, Mengingatkan
ibu untuk tetap memberikan ASI secara on demand/ kapanpun bayi mau,
menganjurkan

ibu

untuk

makan

makanan

yang

bergizi

simbang,

Mengingatkan ibu untuk tetap menggunakan BH yang menopang,


Menganjurkan ibu untuk mengeluarkan ASI nya jika terasa penuh dengan cara
diperas atau dipompa, Anjurkan kepada ibu untuk tetap menjaga personal
hygne, memberikan konseling kepada ibu tentang KB.
Pada tanggal 26 November 2013 pukul 16.30 WIB dilakukan kunjungan
rumah hari ke-40 post partum, Ibu mengatakan ingin suntik KB 3 bulan,
didapatkan hasil pemeriksaan tekanan darah: 110/80 mmHg, Nadi: 78 x/menit,
Pernafasan: 20 x/menit, suhu: 370C, pengeluaran ASI banyak, tinggi fundus
uteri sudah tidak teraba lagi. Sudah tidak terlihat adanya pengeluaran

10

pervaginam hanya berupa keputihan dengan jumlah sedikit. Asuhan yang


diberikan yaitu Mengingatkan ibu untuk tetap memberikan ASI secara on
demand/ kapanpun bayi mau, Menganjurkan ibu untuk makan makanan yang
bergizi simbang, Anjurkan kepada ibu untuk tetap menjaga personal hygne,
kemudian klien diberikan penjelasan lagi mengenai

Keluarga Berencana

untuk memastikan bahwa ibu telah mantap dengan kontrasepsi yang akan di
gunakan, Ibu telah disuntik KB 3 bulan pada tanggal 23 November 2013 ,
beritahu ibu tentang jadwal penyuntikan selanjutnya yaitu pada tanggal 19
Januari 2014

BAB IV
PEMBAHASAN
Bendungan ASI adalah Suatu keadaan dimana payudara terasa lebih penuh, tegang
dan nyeri yang terjadi pada hari ke-3 sampai 5 pasca persalinan yang disebabkan
karena adanya bendungan atau peningkatan aliran pada vena dan limfa pada
daerah payudara dalam rangka mempersiapkan untuk proses laktasi. Bendungan
ASI biasanya terjadi pada kedua payudara. Penyempitan duktus laktiferi atau oleh
kelenjar kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada
puting susu sehingga dapat mengakibatkan mastitis, yaitu suatu peradangan pada
payudara yang disebabkan kuman, terutama Staphylococcus aureus melalui luka

11

pada putting susu atau melalui peredaran darah, bila penanganan pada mastitis
karena infeksi pada payudara tidak sempurna dan infeksi makin berat maka akan
mengakibatkan abses pada payudara. ASI yang tidak diberikan bisa juga
mengakibatkan galaktokel yaitu air susu membeku dan terkumpul pada suatu
bagian payudara menyerupai tumor kistik yang terjadi karena sumbatan air susu.
Ibu P2A0 post partum hari ke-14 Ny. R, Ibu mengatakan payudaranya sakit dan
keras. Dilakukan pemeriksaan fisik pada payudara, saat dilakukan inspeksi
payudara terlihat bengkak dan saat dilakukan palpasi payudara terasa nyeri, keras,
berbenjol-benjol dan berwarna kemerahan.
Dari hasil pemeriksaan didapatkan bahwa ibu mengalami bendungan ASI.
Sehingga ibu dianjurkan untuk memberikan ASI secara on demand/ kapanpun
bayi mau, Ajarkan kepada ibu cara menyusui yang benar, Anjurkan kepada ibu
untuk mengompres payudara dengan air hangat sebelum menyusui, anjurkan
kepada ibu untuk menggunakan BH yang menopang, Anjurkan kepada ibu untuk
mengeluarkan ASI nya bila terasa penuh dan mengajarkan ibu untuk melakukan
perawatan payudara (post natal breast care).

Tata tata cara penyimpanan ASI yaitu dapat dilakukan selama :


-

Dalam temperatur suhu ruangan ( 19-250 C) yaitu selama 4-8 jam


Dalam lemari es ( 0-40 C) yaitu selama 1-8 hari
Dalam pendingin beku ( freezer ) yaitu selama 2 minggu sampai dengan 4
bulan .

KESELARASAN
Berdasarkan pemeriksaan menurut teori untuk mengatasi bendungan ASI
dilakukan perawatan payudara (post natal breast care), memberikan ASI secara on
demand/ kapanpun bayi mau, mengeluarkan ASI saat ibu merasa payudaranya
penuh, Tanda gejala bendungan ASI yaitu payudara terasa nyeri dan tegang terjadi
pada hari ke 3-5 nifas, payudara mengeras dan membesar ( pada kedua payudara),
payudara menjadi besar, suhu tubuh meningkat.

12

Pasien pun telah diajarkan cara melakukan post natal breast care pada ke-3 dan
ke-7 ibu tidak mengalami bendungan ASI dan pada hari ke-14 ibu mengalami
bendungan ASI, tanda gejala bendungan ASI pada ibu payudara terasa nyeri dan
tegang, terjadi pada hari ke-14 pada masa nifas payudara mengeras dan
membesar, ibu telah dianjurkan untuk memberikan ASI secara on deman/
kapanpun bayi menginginkan, dan ibu telah di ajarkan cara penyimpanan ASI.
Hasilnya pada pemeriksaan selanjutnya ibu sudah tidak ada tanda-tanda
bendungan ASI pada kunjungan hari ke-40 .

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah Penulis mengadakan Asuhan Kebidanan Komprehensif di BPM
Lisnani Ali, S.ST Teluk Betung Bandar Lampung, mulai dari Pangumpulan
Data hingga melaksanakan beberapa tindakan Asuhan Kebidanan dan
sekaligus mengevaluasi asuhan, maka Penulis menyimpulkan :
a. Dari hasil identifikasi dan pengkajian Asuhan Kebidanan Komperhensif
yang penulis lakukan ditemukan masalah pada masa nifas hari ke 14 yaitu
bendungan ASI terhadap Ny R usia 31 tahun .

13

b. Dari hasil asuhan kebidanan komperhensif terhadap Ny R didapatkan


diagnosa yaitu ibu usia 31 tahun G2 P1 A0 dengan bendungan ASI hari ke
14
c. Setelah ditegakkan diagnosa penulis merumuskan kebutuhan terhadap Ny.
R dengan bendungan ASI hari ke 14 yaitu mengajarkan ibu cara
melakukan perawatan payudara (post natal breast care), menganjurkan ibu
untuk untuk tetap memberikan ASI secara on demand/ kapanpun bayi
mau, menganjurkan ibu untuk memperas atau memompa payudara saat
terasa penuh.
d. Penulis kemudian membuat perencanaan sesuai dengan kebutuhan yaitu
mengajarkan ibu cara melakukan perawatan payudara (post natal breast
care), menganjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI secara on demand/
kapanpun bayi mau, menganjurkan ibu untuk memperas atau memompa
payudara saat terasa penuh.
e. Setelah direncanakan kemudian diberikan asuhan sesuai dengan kebutuhan
selanjutnyan tahap pengevaluasian. Dan didapatkan hasil pada kunjungan
hari ke 17 dan hari ke 40 ibu sudah tidak mengalami tanda-tanda
bendungan ASI.

5.2 Saran
Dari hasil Pemantauan Penulis dalam melaksanakan Asuhan Kebidanan
Komprehensif, Penulis ingin menyampaikan saran kepada :
a. Bagi ibu nifas
Agar melaksanakan anjuran yang telah diberikan bidan yaitu memberikan
ASI sedini mungkin, memberikan ASI secara on demand/kapanpun bayi
mau, melakukan perawatan payudara ( post natal breast care ) dan cara
menyusui yang benar.
b. Untuk lahan praktek
Sebaiknya melakukan kunjungan rumah sampai dengan hari ke 40 pada
masa nifas, menyediakan poster cara menyusui yang benar, memberi
penyuluhan cara perawatan payudara serta memberikan konseling kepada
ibu tentang tanda bahaya bendungan ASI .
c. Bagi Akademi Kebidanan Panca Bhakti Bandar Lampung
14

Agar tetap menjaga mutu pendidikan sehingga dapat meningkatkan


pengetahuan mahasiswa tentang asuhan kebidanan pada kehamilan,
persalinan, BBL, nifas dan konseling KB.

15

DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Azrul. 2004. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta. DEPKES-RI
Manuaba, Ida Bagus Gede. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta. EGC
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta. EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta. YBP-SP
Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta. YBP-SP
Sastrawinata, Sulaiman. 1983. Obstetri Fisiologi. Bandung. Eleman
Saifuddin, Abdul Bari. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.
Jakarta.YBP-SP
Sulistiayawati,ari. 2009. Buku ajar asuhan kebidanan pada ibu nifas. Yogyakarta.

16

Anda mungkin juga menyukai