Anda di halaman 1dari 20

GAMBARAN PERILAKU PASIEN DENGAN WAHAM PARANOID DI UNIT

INTERMEDIATE RUMAH SAKIT JIWA Dr. SOEHARTO HEERDJAN JAKARTA


BARAT, 2014

DESCRIPTION OF THE BEHAVIOR OF PATIENTS WITH PARANOID


DELUSIONS IN UNIT INTERMEDIATE MENTAL HOSPITAL Dr. SOEHARTO
HEERDJAN WEST JAKARTA, 2014

OLEH:
TRINI PUJI LESTARI1
MOCHSUDIN2
WILHELMUS HARY SUSILO3

ARTIKEL ILMIAH

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN SI-A


STIK SINT CAROLUS, JAKARTA
BULAN JUNI, TAHUN 2014

1 Mahasiswa

STIK SintCarolus

2 DosenTetap
3 Dosen

STIK SintCarolus

Tidak Tetap STIK SintCarolus.

ABSTRAK
Waham paranoid adalah kecurigaan yang berlebihan dan tidak rasional dimana pasien yakin
bahwa ada seseorang atau kelompok orang yang berusaha merugikan atau mencurigai
dirinya.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran perilaku pasien
dengan waham paranoid di unit intermediate Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan
Jakarta Barat. Metode penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan desain
fenomenologi. Peneliti berperan sebagai instrument penelitian. Pengumpulan data dilakukan
melalui wawancara mendalam dengan menggunakan pedoman wawancara yang direkam
menggunakan tape recorder. Dianalisis menggunakan metode Colaizzi serta menggunakan
program analisis untuk penelitian kualitatif yaitu program NVivo 10. Jumlah informan
sebanyak 6 orang. Hasil penelitian menemukan sepuluh tema yaitu persepsi, keraguan, hak,
reaksi, perilaku, perasaan, jangka panjang, jangka pendek, positif dan negatif. Diharapkan
bagi penelitian keperawatan jiwa yang akan dating melakukan penelitian perilaku pasien
waham paranoid di rawat oleh keluarga tanpa bantuan petugas kesehatan.Bagi informan
waham paranoid agar informan untuk teratur dalam mengkonsumsi obat dan menerapkan
koping mekanisme. Bagi perawat unit intermediate Meningkatkan komunikasi yang efektif
untuk proses penyembuhan pasien selama masa perawatan selain terapi obat yang diberikan.
Kata Kunci

: Perilaku, Waham Paranoid.

ABSTRACT
Paranoid delusions was a suspicion of being excessive and irrational where patients believed
that there is a person or group of people that are trying to harm or suspect them.The purpose
of this research was for conducted about find out how the description of the behavior of
patients with paranoid delusions in unit intermediate mental hospital Dr.SoehartoHeerdjan
West Jakarta. This research method was qualitative research with phenomenology design.
Researchers act as the research instrument. Data was collected through depth interviews
with guidance interview as a recorded interview guide using the tape recorder. Analyzed use
Colaizzimethod and used the analysis program, namely NVivo 10 for qualitative research.
The number of informants as many 6 people. The research was found ten themes namely
perception, doubt, rights, reactions, behavior, feelings, long term, immediateterm, positive
and negative. Excepted for the soul of nursing research would come researching the behavior
of patient care by paranoid delusions family without the help of health workers.For
informants to be informants for the paranoid delusions regularly taking medication and
3

apply in coping mechanism. For intermediate unit nurses improve effective communication
for healing during treatment in addition to drug therapy is given.
Keywords

: Behavior, Paranoid Delusions.

PENDAHULUAN
Latar Belakang.
Globalisasi, moderenisasi, industrialisasi, kemajuan ilmu dan teknologi mengakibatkan
perubahan sosial yang sangat cepat sehingga kehidupan masyarakat menjadi semakin
kompleks dan rumit. Kompleksitas dan kerumitan kehidupan mengakibatkan proses adaptasi
menjadi semakin sulit. Apabila orang tidak mampu beradaptasi dengan perubahan zaman dan
tuntutan sosial yang baru, maka akan menimbulkan kecemasan, ketakutan, konflik, dan
ketegangan emosional dan gangguan batin. Semua masalah sosial tersebut apabila tidak
tersalurkan dan ditangani dengan baik dan berlangsung terus menerus dalam jangka waktu
yang lama dapat menimbulkan gangguan mental dari taraf ringan sampai taraf berat
(UNDHR, 2011).
World Health Organization (WHO) pada tahun 2002 memperkirakan 154 juta orang
diseluruh dunia mengalami depresi dan 25 juta orang menderita skizofrenia (The Lancet,
2007). Di Indonesia berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (2007), setidaknya terdapat 4,6
per 1000 penduduk yang mengalami gangguan mental berat. Prevalensi tertinggi berada di
DKI Jakarta, yakni 20,3 per 1000 penduduk(Human Development Index, 2010).Gangguan
jiwa sebagai suatu sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara klinis
yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan adanya distres atau disabilitas dan disertai
peningkatan risiko kematian yang menyakitkan, nyeri, disabilitas, atau sangat kehilangan
kebebasan. (Sheila L. Videbeck, 2008).
Waham merupakan salah satu tanda dan gejala gangguan jiwa. Waham terjadi karena
munculnya perasaan terancam oleh lingkungan, cemas, merasa sesuatu yang tidak
menyenangkan terjadi sehingga individu mengingkari ancaman dari persepsi diri atau objek
realitas

dengan

menyalah

artikan

kesan

terhadap

kejadian,

kemudian

individu

memproyeksikan pikiran dan perasaan internal pada lingkungan sehingga perasaan,pikiran,


dan keinginan negatif tidak dapat diterima menjadi bagian eksternal dan akhirnya individu
mencoba memberi pembenaran personal tentang realita pada diri sendiri atau orang lain
(Purba, 2008).Prevalensi titik gangguan waham jauh lebih rendah dari pada skizofrenia,
sekitar 0,03%, dengan risiko seumur hidup 0,05% dan 0,1%. Usia rata-rata 40-55 tahun,
4

secara keseluruhan gangguan waham terjadi sedikit lebih sering pada perempuan (B.K Puri,
2011).
Menurut data yang diperoleh dari Laporan Tahunan (LAPTAH) tahun Anggaran 2013
Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta Barat, pasien gangguan jiwa berjumlah
72.153 orang (79.64%), dari jumlah tersebut penderita skizofrenia adalah sebanyak 15.090
orang (70.50%). Pasien gangguan jiwa yang dirawat inap berjumlah 2624 orang sedangkan
untuk pasien rawat inap yang mengalami skizofrenia paranoid sebanyak 1582 orang
(58.23%). Pasien rawat inap yang mengalami gangguan jiwa skizofrenia paranoid dan
gangguan psikotik dengan perilaku curiga yang berlebihan, perilaku agresif, ketakutan,
murung, bicara sendiri, galak dan bersikap bermusuhan. Gejala ini merupakan tanda dari
skizofrenia dengan perilaku waham sesuai dengan jenis waham yang diyakininya (Laporan
Tahunan (LAPTAH) Tahun Anggaran 2013).
Secara umum Waham Paranoid terlihat lebih normal dibandingkan dengan waham yang
lainnya. Terutama pasien dengan Waham Paranoid mampu mengendalikan diri, mampu
bekerja dan bersosialisasi secara umum atau wajar. Waham Paranoid cenderung berpotensi
melakukan tindakan perilaku kekerasan. Menurut APA (American Association Psychiatric)
pada tahun 2000 menyebutkan bahwa kelompok individu yang di diagnosa mengalami
skizofrenia mempunyai insiden yang lebih tinggi untuk mengalami perilaku kekerasan (APA,
2000 dalam Sadino,2007). Dari survei yang dilakukan oleh The National Institute of Mental
Nursing Healths Epidemiologic Catchment Area terhadap 10.000 orang yang pernah
melakukan melakukan perilaku kekerasan ditemukan 12,7% skizofrenia, 11,7% gangguan
depresi berat. (Kaplan & Saddock, 1995 dalam Keliat, 2003). Jumlah pasien skizofrenia
dengan perilaku kekerasan berdasarkan riwayat kekerasan didapatkan bahwa pasien yang
memiliki riwayat kekerasan baik sebagai pelaku, korban, atau saksi lebih banyak yaitu 62,5%
dari 72 responden yang diteliti, bahwa perilaku kekerasan banyak ditemukan pada pasien
dengan skizofrenia.(Dyah, 2009).
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah penderita skizofrenia paranoid
masih cukup tinggi, dan tipe skizofrenia paranoid dengan gejala waham paranoid yang paling
menonjol dengan waham curiga yang diderita. Waham paranoid dianggap sebagai gangguan
jiwa yang tidak menyebabkan kematian secara langsung namun beratnya gangguan
menyebabkan suatu individu atau pasien menjadi tidak produktif dan tidak efisien. Oleh
karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap perilaku pasien dengan
waham paranoid di unit intermediate.
5

Rumusan Masalah
Pasien dengan waham paranoid memiliki perilaku yang agresif. Perawat atau keluarga
mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan mereka karena kecurigaan pasien yang tinggi
menimbulkan tindakan kekerasan yang biasa dilakukan pasien untuk melawan dan
melindungi dirinya. Berdasarkan latar belakang diatas peneliti ingin mengetahui Bagaimana
gambaran perilaku pasien dengan waham paranoid di unit intermediate Rumah Sakit Jiwa
Dr.Soeharto Heerdjan Jakarta Barat?

Tujuan Penelitian.
A. Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana gambaran perilaku pasien dengan waham paranoid di
unit intermediate Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta Barat.
B. Tujuan Khusus
a. Diketahui kecurigaan dan ketidakpercayaan yang pervasive serta tidak beralasan
terhadap orang lain.
b. Diketahui hipersensitivitas pada pasien waham paranoid.
c. Diketahui kemampuan kognitif pasien dalam menilai realitas yang sebenarnya
terjadi pada dirinya.
d. Diketahui mekanisme koping yang efektif bagi pasien saat waham muncul.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain dengan pendekatan kualitatif
dengan pendekatan Collaizzi. Penelitian ini dilakukan di unit intermediateRumah Sakit Jiwa
Dr. Soeharto Heerdjan, Jakarta Barat pada bulan Januari-April 2014.Menurut Burhan Bungin
dalam Susilo (2012), dalam penelitian kualitatif dengan model fenomenologi banyaknya
informan adalah 5- 6 orang. Adapun kriteria informan dalam penelitian ini adalah; Pasien
dengan waham paranoid yang berada di unit intermediate, Pasien dapat berinteraksi secara
kooperatif dan bersosialisasi, Pasien yang berada di unit intermediate untuk jangka waktu
yang lama minimal 3 hari, Pasien bebas dari gangguan halusinasi, isolasi sosial, dan harga
diri rendah, usia informan 20-60 tahun, pasien berjenis kelamin laki-laki dan perempuan.
Teknik sampling yang digunakan adalah teknikSamplingPurposive. Informan dipilih
sendiri oleh peneliti untuk dimasukkan dalam sampel berdasarkan wawasan para peneliti
tentang populasi.Dalam penelitian kualitatif, peneliti berperan sebagai instrument yang
6

digunakan untuk pengumpulan data adalah pedoman wawancara secara mendalam dan
observasi. Teknik pengumpulan datadilakukan dengan kunjungan kepada informan untuk
wawancara mendalam kemudian direkam dengan tape

recorder yang dilakukan di unit

intermediate Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta Barat. Teknik analisis data
tahap analisis data menurut Colaizzi (1978, dalam Speziale & Carpenter, 2003). Pada
prosedur Colaizzi, tiap hasil wawancara dalam bentuk teks tertulis dianalisis secara terpisah
sehingga dapat diperoleh pemahaman yang menyangkut keseluruhan esensi fenomena yang
diteliti.

HASIL PENELITIAN
A. Data Hasil Observasi Pada Pasien Waham Paranoid Di Unit Intermediate Rumah
Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta, 2014.
No

Perilaku

Ya
N/%

Tidak
N/%

N
Total

1
2
3
4
5
6

Kecurigaan.
Merasa akan ditipu atau dirugikan
Kewaspadaan yang berlebih
Sikap berjaga-jaga atau menutup-nutupi
Tidak mau menerima kritik atau kesalahan
Meragukan kesetiaan orang lain
Secara instunsif dan picik mencari kesalahan

3/50
3/50
5/83
1/17
2/33
2/33

3/50
3/50
1/17
5/85
4/67
4/67

6
6
6
6
6
6

Perhatian yang lebih terhadap motif-motif tersembunyi

4/67

2/33

Cemburu yang patologik

3/50

3/50

Hipersensitivitas.
1

Kecenderungan merasa dihina atau diremehkan.

3/50

3/50

Membesar-besarkan kesulitan yang kecil.

0/0

6/100

Siap mengadakan balasan apabila merasa terancam

0/0

6/100

Tidak dapat santai, tidak tenang, selalu gelisah, dan


tegang
Keterbatasan alam perasaan.

3/50

3/50

Penampakan yang dingin dan tanpa emosi.

1/17

5/83

0/0

6/100

Merasa bangga bahwa dirinya selalu obyektif dan


rasional.
Tidak ada rasa humor.

0/0

6/100

Tidak ada kehangatan emosional dan lembut.

0/0

6/100

Penjelasan Tabel :
7

Hampir seluruh informan (5 orang) yang diobservasi pada perilaku kecurigaan


mengalami sikap berjaga-jaga atau menutup-nutupi, perhatian yang lebih terhadap
motif-motif tersembunyi. Hanya 3 (50%) informan yang mengalami merasa akan
ditipu atau dirugikan, kewaspadaan yang berlebihan dan cemburu yang patologik.

Sebagian informan (3 informan) yang diobservasi pada perilaku hipersensitivitas


mengalami kecenderungan merasa dihinaatau diremehkan dan tidak dapat santai,
tidak tenang, selalu gelisah, dan tegang.

Sebagian kecil informan (1 orang) yang diobservasi pada perilaku keterbatasan alam
perasaan mengalami tampakan yang dingin dan tanpa emosi.

B. Interprestasi dari hasil analisis data berdasarkan tujuan penelitian, yaitu (1) Kecurigaan
dan ketidakpercayaan yang pervasive, (2) Hipersensitivitas pada pasien waham paranoid,
(3) Kemampuan kognitif pasien, (4) Mekanisme Koping pasien. Di dalam hasil
interprestasi ini akan di bahas tema-tema yang diperoleh.
1. Kecurigaan.
Kecurigaan yang terjadi pada pasien waham paranoid, khususnya yang berada di
unit intermediate Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta memberikan
hasil tentang kecurigaan yang di alami oleh pasien selama masa perawatan. Studi
ini menemukan tema (a) Persepsi, (b) Keraguan, dan (c) Hak.

Bagan 5.1 Kecurigaan.


a. Persepsi
8

Partisipan menggambarkan bahwa Persepsi dari pasien waham paranoid


diantaranya mendengarkan sembunyi-sembunyi, tatapan mata, diikat, bicara,
postur tubuh, botak, dan bekas luka. Ilustrasi Persepsi

ini tampak dari

ungkapan partisipan berikut:


Mendengarkan Sembunyi-Sembunyi.
Ada yang nguping tuch di kamar saya.(P4)
Yang nguping ga kenal.(P4).
Tatapan Mata
Tatapan matanya sinis.(P1)
Diliatin melulu.(P1)
Diikat
Ikat tangan kaki saya.(P1)
Kadang tuch dipegang tangan saya.(P2).
Bicara
Semua di bongkar ma dia.(P4).
Banyak bicara terus, jadi yach di sampaikan ke Polda.(P4).
Postur Tubuh
Karena kan dah bongkok (pasien bicara tanpa henti dan suara
kecil).(P4)
Botak.
Lama-kelamaan aku botak.(pasien menunjukkan kepala yang
botak).(P6)
Bekas Luka.
Bekas luka di tembak ma lelaki itu.(P4).
Kena peluru hitam.(P4).
Persepsi adalah proses pengorganisasaan, penginterpretasian terhadap
rangsangan yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan
sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang integrated dalam diri
individu (Bimo Walgito, 2001 dalam Sunaryo, 2004). Menurut premis
peneliti, persepsi merupakan proses yang digunakan oleh pasien untuk
memilih, dan menginterprestasikan masukan-masukan informasi yang di dapat
untuk menciptakan gambaran tentang sekitar pasien yang memiliki arti yang
luas bagi pasien sendiri.Pasien waham paranoid sering mengalami persepsi
karena adanya kecurigaan yang tak berasalan pada seseorang, benda bahkan
pada dirinya sendiri seperti curiga pada bagian tubuh yang dirasa tidak sesuai
dan membuatnya ketakutan sehingga menimbulkan gangguan jiwa berat.

b. Keraguan.
9

Partisipan menggambarkan bahwa Keraguan diantaranya merasa kesetiaan


pada keluarga, orang lain dan benda. Ilustrasi Keraguan ini tampak dari
ungkapan partisipan berikut :
Keluarga
Suami saya tuch selingkuh.(P1)
Kadang-kadang sama kakak.(P2)
Kalo kamu marah-marah terus saya bawa ke Rumah
Sakit.(P2).
Ngusir saya.(P3)
Curiga dia selingkuh.(P5)
dia tuch yach culas dan jahat.(P6).
Dia tuch jahat dan berniat mau membunuh aku.(P6).
Perempuan itu suka marah-marah ke aku.(P6).
Orang Lain
Dibawa orang ga dikenal.(P3)
Mau berantas pelaku-pelaku yang berniat jahat ma aku kayak
ke siti ma laki-laki tebet.(P4).
Takut kalo di sebelahnya.(P5)
Benda
Saya tidak dapat berpikir dengan normal lagi.(P3).
Ga suka aja makan nasi (pasien hanya makan sayur labu dan
telur.(P5).
Menurut Bagus, (1996) Suatu keadaan terpotongnya persetujuan terhadap
suatu proposisi dan terhadap kontradiksinya. Menurut premis peneliti, pasien
waham paranoid sering mengalami keraguan, kebingungan dalam proses pikir
mereka. Pasien waham paranoid merasa curiga terhadap seseorang atau
sesuatu yang tidak ada kenyataannya, itu menjadi kan mereka tidak bisa
mempercayai terhadap sesuatu yang ada sekitar mereka,mereka tidak mau
menerima dengan mudah apa yang dirasa meragukan dan mencurigakan bagi
dirinya.
c. Hak.
Partisipan menggambarkan bahwa Hak. Diantaranya merasa dirampas,
dipaksa, dan ribut. Ilustrasi Hak ini tampak dari ungkapan partisipan berikut :
Dirampas
Ngambil makanan saya. (pasien tampak waspada saat makan
siang).( P1).
Gara-gara dia mama aku meninggal.(P6)
Dipaksa
Dipaksa minum obat.(P1)
Makan di suruh cepet-cepet.(P1)
Di paksa melulu ma orangtua saya.(P1).
Dibawa kesini ato di bunuh.(P3).
10

Di paksa suruh naik, aku kan ga mau.(P4)


Ribut
Dia aja yang suka cari masalah.(P1).
perempuan itu nampar.(P6).
Hak mungkin merupakan tuntutan sebagaimana mestinya dengan dasar keadilan,
moralitas atau legalitas. Menurut premis peneliti setiap manusia memiliki hak
yang bebas untuk mengekspresikan dirinya dan hak untuk mengungkapkan isi
pikirnya terhadap orang lain untuk menumbuhkan kesadaran akan harkat dan
martabatnya sebagai manusia, akan tetapi pasien yang mengalami gangguan jiwa
sulit untuk mendapatkan haknya untuk dapat hidup dengan layak dan
mengekspresikan dirinya. Pasien gangguan jiwa memiliki hak nya sebagai
manusia yang berharkat dan bermartabat.
2. Hipersensitivitas.
Hipersensitivitas yang terjadi pada pasien waham paranoid, khususnya yang
berada di unit intermediate Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta
memberikan hasil tentang hipersensitivitas yang di alami oleh pasien selama masa
perawatan. Studi ini menemukan tema (a) Reaksi, (b) Perilaku, dan (c)
Perasaan.

Bagan 5.2 Hipersensitivitas.

11

a. Reaksi.
Partisipan menggambarkan Reaksi diantaranya perilaku kekerasan. Ilustrasi
Reaksi ini tampak dari ungkapan partisipan berikut :
Marah-marah
Saya ga suka sama uli artha ma diyanti.(P1) (pasien marahmarah dengan mereka).
Sama keluarga gara-gara saya tahu kalo suami saya tuch
selingkuh.(P1)
Marah-marah minta di belikan motor.(P2)
Marah-marah kalau ga di beli in barang-barang.(P6).
Mukul
Salah paham dengan teman sampai ribut.(P1)
Merusak Barang
Kendaraan aja yang saya kasih penyok dikit.(P2)
Paling kasi jatuh satu, gelas.(P2).
Terus motor adik aku juga di hancurin.(P4)
Mecahin barang-barang aja.(P5).
pecahin barang-barang yang ada di sekitar ku seperti gelas,
computer sama perabotan rumah.(P6).
Diusir
Jadi beban mereka dan aib.(P3)
Menghadapi Langsung
Kalo dibilangin ato di nasehati ga didengerin.Langsung
samperin uli(P1)
Aku bilang langsung ke orangnya.(P6).
Takut.
Takut ketularan saya.(P1)
Kalo saya ga minum obat,ibu takut. Takut di bacok(P2).
Sedikit takut sich, makanya ga pernah tidur malam.(P6).
Abdul Natsir (2011), Reaksi merupakan pengembangan sikap dan pola
perilaku yang ia sadari, yang bertentangan dengan apa yang sebenarnya ia
rasakan atau ingin lakukan. Menurut premis peneliti, pasien waham paranoid
sering mengalami reaksi yang tidak terduga terhadap suatu perilaku yang
menurut mereka salah dan tidak benar. Sehingga reaksi mereka di luar
perkiraan dan diluar batasan kesadaran mereka. Sehingga banyak reaksi yang
mereka dapat dari pihak keluarga dan lingkungan yang dapat melukai,
mencederai serta menimbulkan risiko kekerasan bagi pasien dan keluarga.
b. Perilaku.
Partisipan menggambarkan bahwa Perilaku diantaranya merokok, cium pipi,
dan perilaku seperti sersan. Ilustrasi Perilaku ini tampak dari ungkapan
partisipan berikut :

12

Merokok
Paling minta rokok.(P3).
Boleh kok, malah bebas, boleh merokok di nuri.(P3).
Cium Pipi
Khawatirnya tiba-tiba suster cium pipi saya.(P3).
Perilaku Seperti Sersan.
Secara kan ini namanya kan sersan mayor jenderal.(P4).
Notoatmodjo (2012) mengungkapkan perilaku adalah suatu kegiatan atau
aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Richard dkk (2010)
mengungkapkan bahwa perilaku aneh dalam budaya kita yang mungkin dapat
menjadi informasi penting bagi petugas kesehatan untuk mengembangkan
pemahaman yang lebih mendalam dan berguna untuk proses diagnosis,
pergerakan tubuh seseorang dan tingkat aktivitas. Menurut premis peneliti
bahwa setiap manusia dapat membedakan antara lamunan dan kenyataan
sehingga perilaku dapat dimengerti dan dapat di pahami serta diamati secara
langsung dan di ukur sesuai dengan karakteristik perilaku itu sendiri. Perilaku
dapat dilihat dari ekspresi wajah dan pergerakkan tubuh pasien. Perilaku aneh
serta menonjol dapat menjadi bahan dalam pengamatan serta pemeriksaan
yang lebih lanjut. Perilaku curiga yang di alami oleh pasien dengan waham
paranoid ada yang agresif, pendiam serta kooperatif. Pasien hanya
membutuhkan seseorang untuk memahami dan mengerti perilaku mereka yang
agresif.
c. Perasaan.
Partisipan menggambarkan bahwa Perasaan diantaranya senang, jengkel,
benci, sedih, dan bingung. Ilustrasi Perasaan ini tampak dari ungkapan
partisipan berikut :
Senang
Punya banyak teman dan bisa ngobrol-ngobrol dengan suster
di sini.(P1)
Saya senang kalo ikut kegiatan rehab.(P2).
Senang, lega di kepala saya.(P3).
Iya..seneng.(P4).
Senang terus lega ada yang ngajakin ngobrol, daripada ma
mereka.(P5).
Senang banget suster apalagi, suster mau dengerin serita aku
dan mau ngasi solusi.(P6).
Jengkel
Perasaan aja yang jengkel.(P2).
Aku kan dah sakit, ga pernah kenalan lagi!!!(P4).
Benci
13

Dia juga begini melulu (pasien tampak melipat tangan).(P4).


Ga suka sama ismawati.(P5)
Pokoknya aku benci ma perempuan itu (P6).
Sedih.
Aku suka kasian ma susi.(P6)
Bingung
Aduh bingung gimananya????(P4).
Abis bingung yang penting bukan masalah duit kan.(P5).
Aku bingungsetiap pagi tuch rambut aku rontok melulu.(P6).
Abdul Natsir (2013), Perasaan adalah emosional seseorang yang menyenangkan
atau tidak yang menyertai suatu pikiran yang berlangsung lama.Menurut premis
peneliti, dalam pengendalian perasaan dan emosi sangat diperlukan sehingga
dapat menjalani kehidupan secara seimbang dan tidak mengalami stress walau ada
masalah yang datang. Perasaan dapat di alami semua makhluk hidup dalam
kehidupan sehari-hari akan tetapi pasien waham paranoid lebih merasakan rasa
curiga yang tidak berasalan terhadap seseorang atau sesuatu tanpa adanya
penjelasan yang nyata dan konkrit.
3. Kemampuan Kognitif.
Kemampuan kognitif yang terjadi pada pasien waham paranoid, khususnya yang
berada di unit intermediate Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta
memberikan hasil tentang kemampuan kognitif yang di alami oleh pasien selama
masa perawatan. Studi ini menemukan tema (a) Jangka Panjang, dan (b)
Jangka Pendek.

Bagan 5.3 Kemampuan Kognitif.


14

a. Jangka Panjang.
Partisipan menggambarkan Jangka Panjang bahwa diantaranya, skizofrenia,
insomnia, putus obat, bunuh anak, perawatan, tidak sakit, nama obat, waktu.
Ilustrasi Jangka Panjang ini tampak dari ungkapan partisipan berikut :

Memori

Skizofrenia
Skizofrenia Paranoid.(P3)
Insomnia
insomnia sejak 2012
Putus Obat
Saya malas minum obat.(P1)
1 tahun ga minum obat. Ternyata saya masih tergantung
dengan obat. (P2)
Saya stop trus,saya lanjut lagi minum obat.(P3)
Bunuh Anak
Saya pernah bunuh anak saya. Sekitar 9 tahun yang lalu.(P1)
Perawatan
Dirawat selama 2 minggu di daerah RS Pondok Kopi (P1).
setelah di rawat di sini ada 5 hari ada perubahan (P2).
Saya kan pernah terapi ampe 9 bulan. (P3).
saya ga boleh banyak mikirin kecurigaan saya ma menantu
saya itu biarin itu jadi masalah anak.(P5).
Tidak Sakit
Ga sakit dah sembuh.(P5)
Aku ga ada gangguan jiwa.(P6).
Nama Obat
Saya juga pernah yang dulu di kasih apa itu namanya
Risperidon? (P2).
Waktu
Saya aja yang 2 minggu ditinggal, suami selingkuh apalagi
yang 3 tahun di tinggal istri. (P5).
jangka panjang diasumsikan sebagai tempat penyimpanan

pengetahuan secara permanen, karena pengetahuan dapat ditahan di dalam


memori ini dalam waktu lama. Memori ini juga mempunyai kapasitas yang
tidak terbatas (Pass et al., 2004; Sweller, 2004). Memori ini dapat menyimpan
pengetahuan deklaratif, prosedural dan kondisional (Bruning et al., 2004).
Menurut premis peneliti, pasien waham paranoid memiliki kemampuan
kognitif jangka panjang yang merupakan memori terakhir, tidak terbatas dan
memiliki durasi yang lama. Pasien memiliki kemampuan untuk mengingat
sesuatu yang secara kondisional baik itu kondisi menyenangkan atau pun
menyedihkan.

15

b. Jangka Pendek.
Partisipan menggambarkan bahwa Jangka Pendek diantaranya teknik nafas
dalam dan mengenal orang lain. Ilustrasi Jangka Pendek ini tampak dari
ungkapan partisipan berikut :

Menurut

Teknik Nafas Dalam


Melakukan nafas dalam sebanyak 3x (P1).
Kenal Orang Lain.
Ada suster bara, suster Hilda ma suster trini di sini.(P1)
ohhh trini. (P6)
Deasy (2008), memori jangka pendek memang memiliki

keterbatasan,sebagai tempat penampungan sementara informasi yang akan diolah.


Memori jangka pendek merupakan suatu proses aktif. Menurut premis peneliti,
pasien waham paranoid memang menyadari dan memahami bahwa adanya
kemampuan kognitif jangka pendek yang dilakukan dibutuhkan pengulangpengulangan apabila pasien tersebut telah dapat terapi ECT yang dapat
menghilangkan memori jangka pendek yang sedang berlangsung.

4.

Mekanisme Koping.
Mekanisme Kopingyang terjadi pada pasien waham paranoid, khususnya yang
berada di unit intermediate Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta
memberikan hasil tentang kecurigaan yang di alami oleh pasien selama masa
perawatan. Studi ini menemukan tema (a) Positif, dan (b) Negatif.

Bagan 5.4 Mekanisme Koping.


16

a. Positif.
Partisipan menggambarkan bahwa Positif mereka diantaranya beribadah,
rileksasi, dan motivasi. Ilustrasi Positif ini tampak dari ungkapan partisipan
berikut :
Beribadah.
Saya berdoa tiap hari.(P1)
Berdoa di dalam hati dan pikiran saya.(P3)
Berdoa aja sus.(P5).
Berdoa pake Al-Kitab.(P6).
Saya masih bisa salat 5 waktu.(P2)
Saya salat. (P5).
Alhamduliallah luar biasa Allahu Akbar yes yes yes.(P1)
Soalnya kan di sini banyak yang orang-orang baik.(P5).
Rileksasi.
Menenangkan diri, diam sebentar, duduk sebentar terus minum
air putih.(P2).
Muncul keinginan jahat saya langsung liat ke arah
dispenser.(P3)
Bantu-bantu perawat di sini ma ikut kegiatan-kegiatan di
sini.(P5)
Motivasi
Pengen saya supaya sehat, ke pengen supaya lebih baik dari
sekarang.(P1).
Saya punya motivasi untuk sembuh.(P2)
Mekanisme koping adalah berbagai usaha yang dilakukan individu untuk
menanggulangi stress yang dihadapinya (Stuart, 2005). Menurut premis
peneliti, Pasien dengan waham paranoid yang mengunakan mekanisme koping
yang positif sangat adaptif dan efektif bagi pasien dalam menanggulangi stress
dan kebutuhan psikologis yang efektif.
b. Negatif.
Partisipan menggambarkan bahwa Negatif mereka diantaranya tenggelamkan
anak, minum obat tidur, meracau, dan amarah. Ilustrasi Negatif ini tampak
dari ungkapan partisipan berikut :
Tenggelamkan Anak
saya masukin ke dalam bak terus meninggal.(P1).
Minum Obat Tidur.
Aku minum 4 pil biar aku bisa tidur.(P6).
Meracau.
Perempuan itu tinggal di rumah melulu ga pernah pergi-pergi
mungkin perempuan itu takut kali kalo aku laporin ke
Polisi.(P6).
Amarah.
Marah-marah terus pecahin barang-barang yang ada.(P6).
17

Ga punya sopan santun banget bikin aku emosi pengen rasa


nya aku usir dia.(P6).
Perasaan negatif menampilkan hal-hal yang mengarah ke kebutuhan
psikologis. Menurut premis peneliti, mekanisme koping yang negatif
merupakan koping yang maladaptif. Apabila ini berlangsung secara terusmenerus akan mengalami gangguan jiwa dari taraf ringan sampai taraf berat.
Sehingga dibutuhkan seseorang yang dapat memberikan dan membantu dalam
membimbing akan kebutuhan psikologisnya.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Penelitian ini berhasil menemukan bahwa kecurigaan adalah pada persepsi, keraguan
dan hak. Penelitian ini berhasil menemukan bahwa hipersensitivitas adalah reaksi, perilaku
dan perasaan. Penelitian ini berhasil menemukan bahwa kemampuan kognitif yang dapat
dilakukan oleh pasien adalah jangka panjang dan jangka pendek. Penelitian ini berhasil
menemukan bahwa mekanisme koping yang dilakukan adalah positif dan negatif.

Saran.
1. Bagi Penelitian Keperawatan Jiwa : Melakukan pengembangan penelitian kualitatif
dengan topik yang sama namun lebih ditekankan pada metode pengumpulan data
grounded research sehingga dapat memperkuat hasil yang akan didapatkan terkait
perilaku pasien waham paranoid. Melakukan penelitian gambaran perilaku pasien
waham paranoid di unit akut untuk mendapatkan data yang akurat dan keefektifan
data tentang perilaku pasien. Melakukan pengembangan penelitian tentang perilaku
pasien dengan waham paranoid yang di rawat oleh pihak keluarga secara sendiri tanpa
adanya bantuan dari petugas medis dan stigma dari masyarakat sekitar tempat
tinggalnya.
2. Bagi Informan Penelitian Waham Paranoid. Peneliti menyarankan agar informan
untuk teratur dalam mengkonsumsi obat dan menerapkan koping mekanisme yang
sudah di ajarkan oleh petugas kesehatan selama masa perawatan serta berfokus dalam
pengobatan tanpa adanya pikiran lainnya yang mengganggu proses kesembuhan.
3. Bagi Perawat di Unit intermediate. Meningkatkan dan mempertahankan pelayanan
yang diberikan selama masa perawatan dan rehabilitasi untuk kesembuhan pasien.
Meningkatkan komunikasi yang efektif untuk proses penyembuhan pasien selama
18

masa perawatan selain terapi obat yang diberikan. Memberikan kesempatan dan
peluang bagi pasien yang dapat diberdaya untuk membantu bersosialisasi dengan
lingkungan serta beradaptasi dengan dunia di luar Rumah Sakit Jiwa.

DAFTAR PUSTAKA
Alegria C, Diez.,& Vazquez C. (2008). Covariation Assessment for Neutral and Emotional
Verbal Stimuli In Paranoid Delusions.Source :The British Journal Of Clinical
Psychology / The British Psychological Society [Br J Clin Psychol] 2008 November;
Vol. 47 (Pt 4), pp. 427-37. Date of Electronic. Publication: Juli
23.http://www.ebscohost.com.Diaksespada tanggal 26 Juni 2013.
Triono,
Soendoro.
(2006).
Data
Riset
Kesehatan
Dasar.
http://www.riskesdas.litbang.depkes.go.id.Diaksespada 01 Juli 2013.
Fitria, Nita. (2011). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Gunarsa, Singgih. D.,&Singgih. D, Gunarsa. (2003). PsikologiPerawatan. Jakarta: PT BPK
GunungMulia.
Halgin, Richard P.,& Susan, Krauss.Whitbourne. (2010). Psikologi Abnormal: Persepsi
Klinis pada Gangguan Psikologis. Edisi 6. Buku 1 Jakarta: Salemba Humanika.
(2010). Psikologi Abnormal: Persepsi Klinis pada Gangguan Psikologis. Edisi 6. Buku
2. Jakarta: Salemba Humanika.
Harianti, Deasy. (2008). Metode Jitu Meningkatkan Daya Ingat (Memory Power).Cetak 1.
Jakarta: Tangga Pustaka.
Hawari, Dadang. (2003). Skizofrenia: Pendekatan Holistik (BPSS) Bio-Psiko-SosialSpiritual. Edisi Ketiga. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Herri, Zan Pieter., Bethsaida. Janiwarti.,& Marti, Saragih. (2011). Pengantar Psikopatologis
untuk Keperawatan. Jakarta: Kencana.
Ibrahim, H. Ayub Sani. (2011). Skizofrenia ;Spliting Personality. Edisi Pertama. Tangerang:
Jelajah Nusa.
Junaidi, Iskandar. (2012). Anomali Jiwa : Cara Mudah Mengetahui Penyimpangan Jiwa dan
Perilaku Tidak Normal. Edisi Pertama. Yogyakarta: ANDI.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Diperoleh dari http://kamusbahasaindonesia.org/. Di akses
pada tanggal 31 Me1 2014.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jendral Bina Upaya Kesehatan.
(2012). Laporan Rencana Bisnis Anggaran Tahun 2012. Jakarta: Rumah Sakit Jiwa
Dr.
Soeharto
Heerdjan.
Diperoleh
dari
www.rsjsh.com/files/biskitz/post/201312/RBA_2012.pdf. Di akses pada tanggal 13
Mei 2014.
(2013). Laporan Tahunan (LAPTAH) Tahun Anggaran 2013. Jakarta: Rumah Sakit
Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan.
Kusumawati, Farida.,&Yudi Hartono. (2010). Buku Ajar KeperawatanJiwa. Jakarta: Salemba
Medika.
Malleong, Lexy (2004).Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Nasir, Abdul ., & Abdul Muhith. (2011). Dasar-Dasar Keperawatan Jiwa: Pengantar dan
Teori. Jakarta: Salemba Medika.

19

Nasution, Ahmad Taufik. (2009). Melejitkan SQ Dengan Prinsip 99 Asmaul Husna:


Merengkuh Puncak Kebahagiaan & Kesuksesan Hidup. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Notoatmojo, Soekidjo. (2003). Perilaku Kesehatan. Jogyakarta: Andi Offset.
(2010). Metodologi Pendidikan Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta..
(2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Edisi Revisi 2012. Jakarta: Rineka
Cipta.
Pierce, Gregory.F.A. (2010). Spiritualitas @ work: 10 Cara Menyeimbangkan Hidup Anda di
Tempat Kerja. Yogyakarta: Kanisius. Anggota IKAPI
Pilpala Triharim. K. S. (2013). Terapi Supportif dan Psikoedukasi Untuk Meningkatkan
Pemahaman Diri Pada Penderita Skizofrenia Paranoid. Procedia Studi Kasus dan
Intervensi
Psikologi
2013,
Volume 1
(1),
46-51.
Diperoleh
dari
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/pskip/article/view/1376. Di akses padatanggal 20
Juli 2013.
Puri, Basant K., & Paul.J.Laking.(2011). Buku Ajar Psikiatri.Edisi 2. Jakarta: EGC.
Rangkuti, Freddy.(2009). Strategi Promosi yang Kreatif dan Analisa Kasus Intergrated
Marketing Communication. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Rasmun, (2001). Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan Keluarga.
Jakarta: Sagung Seto.
Sadock, Benjamin J.,& Virginia.A.Sadock. (2010). Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatrik
Klinis.Edisi 2. Jakarta: EGC
Selvera, Nidya Rizky. (2013). Teknik Asosiasi Bebas dan Psikoedukasi Untuk Mengenali
Gejala Skizofrenia Paranoid. Jurnal Procedia Studi Kasus dan Intervensi Psikologi
Vol.1
(no
1),
01-06.Diperoleh
dari
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/pskip/article/view/1346. Di akses pada tanggal 24
April 2013.
Setyoadi.,& Kushariyadi. (2011). Terapi Modalitas Keperawatan Pada Klien Psikogeriatrik.
Jakarta: Salemba Medika.
Speziale, S.J.H & Carpenter, R.D. (2003). Qulitative Reasearch in Nursing: Advancing The
Humanistic Imperative. Edition 3rd. Philadelphia: Lippincott William & Wilkins.
Streubert,Helen J.,& Dona. R. Carpenter. (1999). Qualitative Research In Nursing:
Advancing The Humanistic Imperative. Second Edition. New York: Lippincott.
Suhaemi, Mimin Emi. (2003). Etika Keperawatan: Aplikasi Praktik. Editor Monica Ester.
Jakarta: EGC.
Sumijatun, (2011).Membudayakan Etika Dalam Praktik Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Sunaryo. (2004). Psikologi untuk Keperawatan. Editor Ester Monica. Jakarta: EGC.
UNHDR Indonesia,(2011).Diperoleh dari http://data.menkokesra.go.id. Di akses pada tanggal
1 Juli 2013.
Videbeck, Sheila.L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Alih Bahasa Renata Komalasari,
Alfrina Hany. Editor Bahasa Indonesia Pamilih Eko Karyuni. Jakarta: EGC.
Vika Muradriarini, dkk. (2006). Journal Proviate. Vol 2 No 2 November 2006.. Jakarta
Fakultas Psikologi Universitas Tarumanegara: Yayasan Obor.
WHO (World Health Organization).Leksikon Istilah Kesehatan Jiwa dan Psikiatrik.Edisi 2.
Jakarta: EGC.
Young, Caroline & Cyndie Koopsen.(2005). Spiritualitas, Kesehatan, dan Penyembuhan.
Medan: Bina Media Perintis.

20

Anda mungkin juga menyukai