OLEH:
TRINI PUJI LESTARI1
MOCHSUDIN2
WILHELMUS HARY SUSILO3
ARTIKEL ILMIAH
1 Mahasiswa
STIK SintCarolus
2 DosenTetap
3 Dosen
STIK SintCarolus
ABSTRAK
Waham paranoid adalah kecurigaan yang berlebihan dan tidak rasional dimana pasien yakin
bahwa ada seseorang atau kelompok orang yang berusaha merugikan atau mencurigai
dirinya.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran perilaku pasien
dengan waham paranoid di unit intermediate Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan
Jakarta Barat. Metode penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan desain
fenomenologi. Peneliti berperan sebagai instrument penelitian. Pengumpulan data dilakukan
melalui wawancara mendalam dengan menggunakan pedoman wawancara yang direkam
menggunakan tape recorder. Dianalisis menggunakan metode Colaizzi serta menggunakan
program analisis untuk penelitian kualitatif yaitu program NVivo 10. Jumlah informan
sebanyak 6 orang. Hasil penelitian menemukan sepuluh tema yaitu persepsi, keraguan, hak,
reaksi, perilaku, perasaan, jangka panjang, jangka pendek, positif dan negatif. Diharapkan
bagi penelitian keperawatan jiwa yang akan dating melakukan penelitian perilaku pasien
waham paranoid di rawat oleh keluarga tanpa bantuan petugas kesehatan.Bagi informan
waham paranoid agar informan untuk teratur dalam mengkonsumsi obat dan menerapkan
koping mekanisme. Bagi perawat unit intermediate Meningkatkan komunikasi yang efektif
untuk proses penyembuhan pasien selama masa perawatan selain terapi obat yang diberikan.
Kata Kunci
ABSTRACT
Paranoid delusions was a suspicion of being excessive and irrational where patients believed
that there is a person or group of people that are trying to harm or suspect them.The purpose
of this research was for conducted about find out how the description of the behavior of
patients with paranoid delusions in unit intermediate mental hospital Dr.SoehartoHeerdjan
West Jakarta. This research method was qualitative research with phenomenology design.
Researchers act as the research instrument. Data was collected through depth interviews
with guidance interview as a recorded interview guide using the tape recorder. Analyzed use
Colaizzimethod and used the analysis program, namely NVivo 10 for qualitative research.
The number of informants as many 6 people. The research was found ten themes namely
perception, doubt, rights, reactions, behavior, feelings, long term, immediateterm, positive
and negative. Excepted for the soul of nursing research would come researching the behavior
of patient care by paranoid delusions family without the help of health workers.For
informants to be informants for the paranoid delusions regularly taking medication and
3
apply in coping mechanism. For intermediate unit nurses improve effective communication
for healing during treatment in addition to drug therapy is given.
Keywords
PENDAHULUAN
Latar Belakang.
Globalisasi, moderenisasi, industrialisasi, kemajuan ilmu dan teknologi mengakibatkan
perubahan sosial yang sangat cepat sehingga kehidupan masyarakat menjadi semakin
kompleks dan rumit. Kompleksitas dan kerumitan kehidupan mengakibatkan proses adaptasi
menjadi semakin sulit. Apabila orang tidak mampu beradaptasi dengan perubahan zaman dan
tuntutan sosial yang baru, maka akan menimbulkan kecemasan, ketakutan, konflik, dan
ketegangan emosional dan gangguan batin. Semua masalah sosial tersebut apabila tidak
tersalurkan dan ditangani dengan baik dan berlangsung terus menerus dalam jangka waktu
yang lama dapat menimbulkan gangguan mental dari taraf ringan sampai taraf berat
(UNDHR, 2011).
World Health Organization (WHO) pada tahun 2002 memperkirakan 154 juta orang
diseluruh dunia mengalami depresi dan 25 juta orang menderita skizofrenia (The Lancet,
2007). Di Indonesia berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (2007), setidaknya terdapat 4,6
per 1000 penduduk yang mengalami gangguan mental berat. Prevalensi tertinggi berada di
DKI Jakarta, yakni 20,3 per 1000 penduduk(Human Development Index, 2010).Gangguan
jiwa sebagai suatu sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara klinis
yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan adanya distres atau disabilitas dan disertai
peningkatan risiko kematian yang menyakitkan, nyeri, disabilitas, atau sangat kehilangan
kebebasan. (Sheila L. Videbeck, 2008).
Waham merupakan salah satu tanda dan gejala gangguan jiwa. Waham terjadi karena
munculnya perasaan terancam oleh lingkungan, cemas, merasa sesuatu yang tidak
menyenangkan terjadi sehingga individu mengingkari ancaman dari persepsi diri atau objek
realitas
dengan
menyalah
artikan
kesan
terhadap
kejadian,
kemudian
individu
secara keseluruhan gangguan waham terjadi sedikit lebih sering pada perempuan (B.K Puri,
2011).
Menurut data yang diperoleh dari Laporan Tahunan (LAPTAH) tahun Anggaran 2013
Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta Barat, pasien gangguan jiwa berjumlah
72.153 orang (79.64%), dari jumlah tersebut penderita skizofrenia adalah sebanyak 15.090
orang (70.50%). Pasien gangguan jiwa yang dirawat inap berjumlah 2624 orang sedangkan
untuk pasien rawat inap yang mengalami skizofrenia paranoid sebanyak 1582 orang
(58.23%). Pasien rawat inap yang mengalami gangguan jiwa skizofrenia paranoid dan
gangguan psikotik dengan perilaku curiga yang berlebihan, perilaku agresif, ketakutan,
murung, bicara sendiri, galak dan bersikap bermusuhan. Gejala ini merupakan tanda dari
skizofrenia dengan perilaku waham sesuai dengan jenis waham yang diyakininya (Laporan
Tahunan (LAPTAH) Tahun Anggaran 2013).
Secara umum Waham Paranoid terlihat lebih normal dibandingkan dengan waham yang
lainnya. Terutama pasien dengan Waham Paranoid mampu mengendalikan diri, mampu
bekerja dan bersosialisasi secara umum atau wajar. Waham Paranoid cenderung berpotensi
melakukan tindakan perilaku kekerasan. Menurut APA (American Association Psychiatric)
pada tahun 2000 menyebutkan bahwa kelompok individu yang di diagnosa mengalami
skizofrenia mempunyai insiden yang lebih tinggi untuk mengalami perilaku kekerasan (APA,
2000 dalam Sadino,2007). Dari survei yang dilakukan oleh The National Institute of Mental
Nursing Healths Epidemiologic Catchment Area terhadap 10.000 orang yang pernah
melakukan melakukan perilaku kekerasan ditemukan 12,7% skizofrenia, 11,7% gangguan
depresi berat. (Kaplan & Saddock, 1995 dalam Keliat, 2003). Jumlah pasien skizofrenia
dengan perilaku kekerasan berdasarkan riwayat kekerasan didapatkan bahwa pasien yang
memiliki riwayat kekerasan baik sebagai pelaku, korban, atau saksi lebih banyak yaitu 62,5%
dari 72 responden yang diteliti, bahwa perilaku kekerasan banyak ditemukan pada pasien
dengan skizofrenia.(Dyah, 2009).
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah penderita skizofrenia paranoid
masih cukup tinggi, dan tipe skizofrenia paranoid dengan gejala waham paranoid yang paling
menonjol dengan waham curiga yang diderita. Waham paranoid dianggap sebagai gangguan
jiwa yang tidak menyebabkan kematian secara langsung namun beratnya gangguan
menyebabkan suatu individu atau pasien menjadi tidak produktif dan tidak efisien. Oleh
karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap perilaku pasien dengan
waham paranoid di unit intermediate.
5
Rumusan Masalah
Pasien dengan waham paranoid memiliki perilaku yang agresif. Perawat atau keluarga
mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan mereka karena kecurigaan pasien yang tinggi
menimbulkan tindakan kekerasan yang biasa dilakukan pasien untuk melawan dan
melindungi dirinya. Berdasarkan latar belakang diatas peneliti ingin mengetahui Bagaimana
gambaran perilaku pasien dengan waham paranoid di unit intermediate Rumah Sakit Jiwa
Dr.Soeharto Heerdjan Jakarta Barat?
Tujuan Penelitian.
A. Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana gambaran perilaku pasien dengan waham paranoid di
unit intermediate Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta Barat.
B. Tujuan Khusus
a. Diketahui kecurigaan dan ketidakpercayaan yang pervasive serta tidak beralasan
terhadap orang lain.
b. Diketahui hipersensitivitas pada pasien waham paranoid.
c. Diketahui kemampuan kognitif pasien dalam menilai realitas yang sebenarnya
terjadi pada dirinya.
d. Diketahui mekanisme koping yang efektif bagi pasien saat waham muncul.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain dengan pendekatan kualitatif
dengan pendekatan Collaizzi. Penelitian ini dilakukan di unit intermediateRumah Sakit Jiwa
Dr. Soeharto Heerdjan, Jakarta Barat pada bulan Januari-April 2014.Menurut Burhan Bungin
dalam Susilo (2012), dalam penelitian kualitatif dengan model fenomenologi banyaknya
informan adalah 5- 6 orang. Adapun kriteria informan dalam penelitian ini adalah; Pasien
dengan waham paranoid yang berada di unit intermediate, Pasien dapat berinteraksi secara
kooperatif dan bersosialisasi, Pasien yang berada di unit intermediate untuk jangka waktu
yang lama minimal 3 hari, Pasien bebas dari gangguan halusinasi, isolasi sosial, dan harga
diri rendah, usia informan 20-60 tahun, pasien berjenis kelamin laki-laki dan perempuan.
Teknik sampling yang digunakan adalah teknikSamplingPurposive. Informan dipilih
sendiri oleh peneliti untuk dimasukkan dalam sampel berdasarkan wawasan para peneliti
tentang populasi.Dalam penelitian kualitatif, peneliti berperan sebagai instrument yang
6
digunakan untuk pengumpulan data adalah pedoman wawancara secara mendalam dan
observasi. Teknik pengumpulan datadilakukan dengan kunjungan kepada informan untuk
wawancara mendalam kemudian direkam dengan tape
intermediate Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta Barat. Teknik analisis data
tahap analisis data menurut Colaizzi (1978, dalam Speziale & Carpenter, 2003). Pada
prosedur Colaizzi, tiap hasil wawancara dalam bentuk teks tertulis dianalisis secara terpisah
sehingga dapat diperoleh pemahaman yang menyangkut keseluruhan esensi fenomena yang
diteliti.
HASIL PENELITIAN
A. Data Hasil Observasi Pada Pasien Waham Paranoid Di Unit Intermediate Rumah
Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta, 2014.
No
Perilaku
Ya
N/%
Tidak
N/%
N
Total
1
2
3
4
5
6
Kecurigaan.
Merasa akan ditipu atau dirugikan
Kewaspadaan yang berlebih
Sikap berjaga-jaga atau menutup-nutupi
Tidak mau menerima kritik atau kesalahan
Meragukan kesetiaan orang lain
Secara instunsif dan picik mencari kesalahan
3/50
3/50
5/83
1/17
2/33
2/33
3/50
3/50
1/17
5/85
4/67
4/67
6
6
6
6
6
6
4/67
2/33
3/50
3/50
Hipersensitivitas.
1
3/50
3/50
0/0
6/100
0/0
6/100
3/50
3/50
1/17
5/83
0/0
6/100
0/0
6/100
0/0
6/100
Penjelasan Tabel :
7
Sebagian kecil informan (1 orang) yang diobservasi pada perilaku keterbatasan alam
perasaan mengalami tampakan yang dingin dan tanpa emosi.
B. Interprestasi dari hasil analisis data berdasarkan tujuan penelitian, yaitu (1) Kecurigaan
dan ketidakpercayaan yang pervasive, (2) Hipersensitivitas pada pasien waham paranoid,
(3) Kemampuan kognitif pasien, (4) Mekanisme Koping pasien. Di dalam hasil
interprestasi ini akan di bahas tema-tema yang diperoleh.
1. Kecurigaan.
Kecurigaan yang terjadi pada pasien waham paranoid, khususnya yang berada di
unit intermediate Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta memberikan
hasil tentang kecurigaan yang di alami oleh pasien selama masa perawatan. Studi
ini menemukan tema (a) Persepsi, (b) Keraguan, dan (c) Hak.
b. Keraguan.
9
11
a. Reaksi.
Partisipan menggambarkan Reaksi diantaranya perilaku kekerasan. Ilustrasi
Reaksi ini tampak dari ungkapan partisipan berikut :
Marah-marah
Saya ga suka sama uli artha ma diyanti.(P1) (pasien marahmarah dengan mereka).
Sama keluarga gara-gara saya tahu kalo suami saya tuch
selingkuh.(P1)
Marah-marah minta di belikan motor.(P2)
Marah-marah kalau ga di beli in barang-barang.(P6).
Mukul
Salah paham dengan teman sampai ribut.(P1)
Merusak Barang
Kendaraan aja yang saya kasih penyok dikit.(P2)
Paling kasi jatuh satu, gelas.(P2).
Terus motor adik aku juga di hancurin.(P4)
Mecahin barang-barang aja.(P5).
pecahin barang-barang yang ada di sekitar ku seperti gelas,
computer sama perabotan rumah.(P6).
Diusir
Jadi beban mereka dan aib.(P3)
Menghadapi Langsung
Kalo dibilangin ato di nasehati ga didengerin.Langsung
samperin uli(P1)
Aku bilang langsung ke orangnya.(P6).
Takut.
Takut ketularan saya.(P1)
Kalo saya ga minum obat,ibu takut. Takut di bacok(P2).
Sedikit takut sich, makanya ga pernah tidur malam.(P6).
Abdul Natsir (2011), Reaksi merupakan pengembangan sikap dan pola
perilaku yang ia sadari, yang bertentangan dengan apa yang sebenarnya ia
rasakan atau ingin lakukan. Menurut premis peneliti, pasien waham paranoid
sering mengalami reaksi yang tidak terduga terhadap suatu perilaku yang
menurut mereka salah dan tidak benar. Sehingga reaksi mereka di luar
perkiraan dan diluar batasan kesadaran mereka. Sehingga banyak reaksi yang
mereka dapat dari pihak keluarga dan lingkungan yang dapat melukai,
mencederai serta menimbulkan risiko kekerasan bagi pasien dan keluarga.
b. Perilaku.
Partisipan menggambarkan bahwa Perilaku diantaranya merokok, cium pipi,
dan perilaku seperti sersan. Ilustrasi Perilaku ini tampak dari ungkapan
partisipan berikut :
12
Merokok
Paling minta rokok.(P3).
Boleh kok, malah bebas, boleh merokok di nuri.(P3).
Cium Pipi
Khawatirnya tiba-tiba suster cium pipi saya.(P3).
Perilaku Seperti Sersan.
Secara kan ini namanya kan sersan mayor jenderal.(P4).
Notoatmodjo (2012) mengungkapkan perilaku adalah suatu kegiatan atau
aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Richard dkk (2010)
mengungkapkan bahwa perilaku aneh dalam budaya kita yang mungkin dapat
menjadi informasi penting bagi petugas kesehatan untuk mengembangkan
pemahaman yang lebih mendalam dan berguna untuk proses diagnosis,
pergerakan tubuh seseorang dan tingkat aktivitas. Menurut premis peneliti
bahwa setiap manusia dapat membedakan antara lamunan dan kenyataan
sehingga perilaku dapat dimengerti dan dapat di pahami serta diamati secara
langsung dan di ukur sesuai dengan karakteristik perilaku itu sendiri. Perilaku
dapat dilihat dari ekspresi wajah dan pergerakkan tubuh pasien. Perilaku aneh
serta menonjol dapat menjadi bahan dalam pengamatan serta pemeriksaan
yang lebih lanjut. Perilaku curiga yang di alami oleh pasien dengan waham
paranoid ada yang agresif, pendiam serta kooperatif. Pasien hanya
membutuhkan seseorang untuk memahami dan mengerti perilaku mereka yang
agresif.
c. Perasaan.
Partisipan menggambarkan bahwa Perasaan diantaranya senang, jengkel,
benci, sedih, dan bingung. Ilustrasi Perasaan ini tampak dari ungkapan
partisipan berikut :
Senang
Punya banyak teman dan bisa ngobrol-ngobrol dengan suster
di sini.(P1)
Saya senang kalo ikut kegiatan rehab.(P2).
Senang, lega di kepala saya.(P3).
Iya..seneng.(P4).
Senang terus lega ada yang ngajakin ngobrol, daripada ma
mereka.(P5).
Senang banget suster apalagi, suster mau dengerin serita aku
dan mau ngasi solusi.(P6).
Jengkel
Perasaan aja yang jengkel.(P2).
Aku kan dah sakit, ga pernah kenalan lagi!!!(P4).
Benci
13
a. Jangka Panjang.
Partisipan menggambarkan Jangka Panjang bahwa diantaranya, skizofrenia,
insomnia, putus obat, bunuh anak, perawatan, tidak sakit, nama obat, waktu.
Ilustrasi Jangka Panjang ini tampak dari ungkapan partisipan berikut :
Memori
Skizofrenia
Skizofrenia Paranoid.(P3)
Insomnia
insomnia sejak 2012
Putus Obat
Saya malas minum obat.(P1)
1 tahun ga minum obat. Ternyata saya masih tergantung
dengan obat. (P2)
Saya stop trus,saya lanjut lagi minum obat.(P3)
Bunuh Anak
Saya pernah bunuh anak saya. Sekitar 9 tahun yang lalu.(P1)
Perawatan
Dirawat selama 2 minggu di daerah RS Pondok Kopi (P1).
setelah di rawat di sini ada 5 hari ada perubahan (P2).
Saya kan pernah terapi ampe 9 bulan. (P3).
saya ga boleh banyak mikirin kecurigaan saya ma menantu
saya itu biarin itu jadi masalah anak.(P5).
Tidak Sakit
Ga sakit dah sembuh.(P5)
Aku ga ada gangguan jiwa.(P6).
Nama Obat
Saya juga pernah yang dulu di kasih apa itu namanya
Risperidon? (P2).
Waktu
Saya aja yang 2 minggu ditinggal, suami selingkuh apalagi
yang 3 tahun di tinggal istri. (P5).
jangka panjang diasumsikan sebagai tempat penyimpanan
15
b. Jangka Pendek.
Partisipan menggambarkan bahwa Jangka Pendek diantaranya teknik nafas
dalam dan mengenal orang lain. Ilustrasi Jangka Pendek ini tampak dari
ungkapan partisipan berikut :
Menurut
4.
Mekanisme Koping.
Mekanisme Kopingyang terjadi pada pasien waham paranoid, khususnya yang
berada di unit intermediate Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta
memberikan hasil tentang kecurigaan yang di alami oleh pasien selama masa
perawatan. Studi ini menemukan tema (a) Positif, dan (b) Negatif.
a. Positif.
Partisipan menggambarkan bahwa Positif mereka diantaranya beribadah,
rileksasi, dan motivasi. Ilustrasi Positif ini tampak dari ungkapan partisipan
berikut :
Beribadah.
Saya berdoa tiap hari.(P1)
Berdoa di dalam hati dan pikiran saya.(P3)
Berdoa aja sus.(P5).
Berdoa pake Al-Kitab.(P6).
Saya masih bisa salat 5 waktu.(P2)
Saya salat. (P5).
Alhamduliallah luar biasa Allahu Akbar yes yes yes.(P1)
Soalnya kan di sini banyak yang orang-orang baik.(P5).
Rileksasi.
Menenangkan diri, diam sebentar, duduk sebentar terus minum
air putih.(P2).
Muncul keinginan jahat saya langsung liat ke arah
dispenser.(P3)
Bantu-bantu perawat di sini ma ikut kegiatan-kegiatan di
sini.(P5)
Motivasi
Pengen saya supaya sehat, ke pengen supaya lebih baik dari
sekarang.(P1).
Saya punya motivasi untuk sembuh.(P2)
Mekanisme koping adalah berbagai usaha yang dilakukan individu untuk
menanggulangi stress yang dihadapinya (Stuart, 2005). Menurut premis
peneliti, Pasien dengan waham paranoid yang mengunakan mekanisme koping
yang positif sangat adaptif dan efektif bagi pasien dalam menanggulangi stress
dan kebutuhan psikologis yang efektif.
b. Negatif.
Partisipan menggambarkan bahwa Negatif mereka diantaranya tenggelamkan
anak, minum obat tidur, meracau, dan amarah. Ilustrasi Negatif ini tampak
dari ungkapan partisipan berikut :
Tenggelamkan Anak
saya masukin ke dalam bak terus meninggal.(P1).
Minum Obat Tidur.
Aku minum 4 pil biar aku bisa tidur.(P6).
Meracau.
Perempuan itu tinggal di rumah melulu ga pernah pergi-pergi
mungkin perempuan itu takut kali kalo aku laporin ke
Polisi.(P6).
Amarah.
Marah-marah terus pecahin barang-barang yang ada.(P6).
17
Saran.
1. Bagi Penelitian Keperawatan Jiwa : Melakukan pengembangan penelitian kualitatif
dengan topik yang sama namun lebih ditekankan pada metode pengumpulan data
grounded research sehingga dapat memperkuat hasil yang akan didapatkan terkait
perilaku pasien waham paranoid. Melakukan penelitian gambaran perilaku pasien
waham paranoid di unit akut untuk mendapatkan data yang akurat dan keefektifan
data tentang perilaku pasien. Melakukan pengembangan penelitian tentang perilaku
pasien dengan waham paranoid yang di rawat oleh pihak keluarga secara sendiri tanpa
adanya bantuan dari petugas medis dan stigma dari masyarakat sekitar tempat
tinggalnya.
2. Bagi Informan Penelitian Waham Paranoid. Peneliti menyarankan agar informan
untuk teratur dalam mengkonsumsi obat dan menerapkan koping mekanisme yang
sudah di ajarkan oleh petugas kesehatan selama masa perawatan serta berfokus dalam
pengobatan tanpa adanya pikiran lainnya yang mengganggu proses kesembuhan.
3. Bagi Perawat di Unit intermediate. Meningkatkan dan mempertahankan pelayanan
yang diberikan selama masa perawatan dan rehabilitasi untuk kesembuhan pasien.
Meningkatkan komunikasi yang efektif untuk proses penyembuhan pasien selama
18
masa perawatan selain terapi obat yang diberikan. Memberikan kesempatan dan
peluang bagi pasien yang dapat diberdaya untuk membantu bersosialisasi dengan
lingkungan serta beradaptasi dengan dunia di luar Rumah Sakit Jiwa.
DAFTAR PUSTAKA
Alegria C, Diez.,& Vazquez C. (2008). Covariation Assessment for Neutral and Emotional
Verbal Stimuli In Paranoid Delusions.Source :The British Journal Of Clinical
Psychology / The British Psychological Society [Br J Clin Psychol] 2008 November;
Vol. 47 (Pt 4), pp. 427-37. Date of Electronic. Publication: Juli
23.http://www.ebscohost.com.Diaksespada tanggal 26 Juni 2013.
Triono,
Soendoro.
(2006).
Data
Riset
Kesehatan
Dasar.
http://www.riskesdas.litbang.depkes.go.id.Diaksespada 01 Juli 2013.
Fitria, Nita. (2011). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Gunarsa, Singgih. D.,&Singgih. D, Gunarsa. (2003). PsikologiPerawatan. Jakarta: PT BPK
GunungMulia.
Halgin, Richard P.,& Susan, Krauss.Whitbourne. (2010). Psikologi Abnormal: Persepsi
Klinis pada Gangguan Psikologis. Edisi 6. Buku 1 Jakarta: Salemba Humanika.
(2010). Psikologi Abnormal: Persepsi Klinis pada Gangguan Psikologis. Edisi 6. Buku
2. Jakarta: Salemba Humanika.
Harianti, Deasy. (2008). Metode Jitu Meningkatkan Daya Ingat (Memory Power).Cetak 1.
Jakarta: Tangga Pustaka.
Hawari, Dadang. (2003). Skizofrenia: Pendekatan Holistik (BPSS) Bio-Psiko-SosialSpiritual. Edisi Ketiga. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Herri, Zan Pieter., Bethsaida. Janiwarti.,& Marti, Saragih. (2011). Pengantar Psikopatologis
untuk Keperawatan. Jakarta: Kencana.
Ibrahim, H. Ayub Sani. (2011). Skizofrenia ;Spliting Personality. Edisi Pertama. Tangerang:
Jelajah Nusa.
Junaidi, Iskandar. (2012). Anomali Jiwa : Cara Mudah Mengetahui Penyimpangan Jiwa dan
Perilaku Tidak Normal. Edisi Pertama. Yogyakarta: ANDI.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Diperoleh dari http://kamusbahasaindonesia.org/. Di akses
pada tanggal 31 Me1 2014.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jendral Bina Upaya Kesehatan.
(2012). Laporan Rencana Bisnis Anggaran Tahun 2012. Jakarta: Rumah Sakit Jiwa
Dr.
Soeharto
Heerdjan.
Diperoleh
dari
www.rsjsh.com/files/biskitz/post/201312/RBA_2012.pdf. Di akses pada tanggal 13
Mei 2014.
(2013). Laporan Tahunan (LAPTAH) Tahun Anggaran 2013. Jakarta: Rumah Sakit
Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan.
Kusumawati, Farida.,&Yudi Hartono. (2010). Buku Ajar KeperawatanJiwa. Jakarta: Salemba
Medika.
Malleong, Lexy (2004).Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Nasir, Abdul ., & Abdul Muhith. (2011). Dasar-Dasar Keperawatan Jiwa: Pengantar dan
Teori. Jakarta: Salemba Medika.
19
20