PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Setiap ibu yang hamil rentan terkena perdarahan saat menjelang persalinan.
Persalinan merupakan bagian tahap dalam proses kehamilan, dimana hasil dari
konsepsi akan dikeluarkan dari ibu yang berbentuk bayi. Perdarahan merupakan
penyebab kematian ibu. Pekerjaan melayani perempuan melahirkan sunggu pekerjaan
yang tidak terhindar dari berlumuran darah. Sampai sekarang dalam obstetrik masih
memegang peran penting sebagai penyebab utama kematian maternal, sekalipun
dinegara maju terutama pada kelompok sosio ekonomi lemah.
Kematian ibu paling sering perdarahan, terutama perdarahan akibat dari atonia
uteri inversio uteri, perobekan jalan lahir dan sebagainya. kehilangan darah yang
banyak pada ibu ini akan menyebabkan syok sampai kematian. Jika perdarahan
obstetrik yang tidak dengan cepat diatasi dengan transfusi darah atau cairan infus dan
fasilitas penanggulangan lainnya (semisal upaya pencegahan dan/ atau mengatasi
syok, seksio sesarea atau histerektomi dan terapi antibiotika yang sesuai),
prognosisnya akan fatal bagi penderitanya.
MANFAAT
Dengan mempelajari tentang perdarahan kita bisa mengetahui penyebab atau
kausal dari kematian ibu dan bisa menegakkan diagnosis serta mengetahui
penatalaksanaan dan pencegahannya.
BAB II
ISI
Skenario
Pengalaman Sang Komedian
Katul Piranha (45 tahun), komedian sekaligus pembawa acaratalkshow terkenal
tampak terlihat lelah. Tangannya bergetar saat menceritakan pengalaman istrinya
melahirkan anak ke-6, di depan para wartawan infotainment yang menunggunya di
lobi rumah sakit. Katul berkata bahwa ia dan istrinyamemang memutuskan untuk
melahirkandi bidan, karena bidan yang sama telah menolong persalinananak
pertamahingga kelima Katul. Waktu datang Ny.Katul terlihat pucat dan lemas serta
mengeluh pusing dan mual. Pemeriksaan tanda vital menunjukkan tekanan darah
90/60 mmHg, denyut nadi teraba kecil 100x/menit, pernapasan 24 x/menit dan akral
teraba dingin.
Dari pengantar rujukan diketahui Ny,Katul telah melahirkan anaknya melalui
persalinan spontan pervaginam, dengan berat badan lahir 3500 gram dan panjang 50
cm. Namun setelah lahirnya plasentahingga 1 jam pasca persalinan pasien telah
mengalami pendarahan sampai kira-kira 1000 cc. Bidan yang turut mengantar
menyatakan bahwaia sudah melakukan penatalaksanaan dengan pemberian suntikan
uterotonika dan massase uterus.
Dokter Samuel yang menangani Ny.Katul mendapatkan rahim teraba lembek dan
kontraksi uterus lemah. Saat melakukan pemeriksaan, tidak didapatkan adanya
robekan jalan lahir maupun sisa plasenta. Dokter Samuel kemudian melakukan
penatalaksanaan segera untuk mencegah terjadinya komplikasi perdarahan pasca
persalinan
3. Apakah isi kandungan dari suntikan uterotonika dan berapa dosisnya serta
diberikan lewat apa?
- Oksitosin 20 unit/1.000 ml RL. Diberikan melalui cairan infus intra vena
- Derivat Prostaglandin 250 g. Diberikan melalui suntikan intra muskular
- Turunan Ergot yang diberikan secara intra vena dan bisa juga dengan intra
muskular
4. Bagaimana mekanisme massase uterus?
- Dimulai dari umbilikus kearaah luar secara sirkuler
- Menstimulasi pacemaker dari kontraksi rahim dan fundus uteri
5. Kenapa masih terjadi perdarahan padahal sudah diberikan suntikan uterotonika dan
masase uterus?
Dosis obatnya kurang
Massase uterusnya kurang tepat
Terjadi gangguan pembekuan darah
Pada pemberian obat lewat intra vena lebih lambat, sedangkan intra muskular lebih
cepat
6. Apa saja etiologi PPP?
A. Perdarahan di tempat implantasi :
a. Hipotonia - atonia uteri :
akibat anastesi
distensi berlebih
partus lama
partus persiitatus
pernah abortus
multi paritas
infeksi intrauterin
riwayat pernah atonia
b. Sisa plasenta :
kotiledon
plasenta kecil tambahan
plasenta akreta, inkreta, dan perkreta
B. Perdarahan karena robekan :
a. episiotomi yang melebar
b. perdarahan perineum
c. ruptur uteri
C. Gangguan koagulasi :
a. sindrom HELLP
b. trombofilia
c. preeklampsia- eklampsia
d. emboli air ketuban
e. DBD
f. difesiensi vitamin K
7. Patofisiologi akan dibahas di DKK 2
8. Apa diagnosis Ny. Katul dan bagaimana pemeriksaannya?
- Diagnosis : Atonia Uteri
- Pemeriksaan fisik : ukur tinggi fundus uteri
- Pemeriksaaan dalam : rahim teraba lembek, tidak ada robekan jalan lahir
9. Bagaimana cara pencegahan PPP ?
- Melakukan secara aktif medikal kala 3
- Pemberian misoprosol peroral 2-3 tablet (400-600 g) segera setelah bayi
lahir
10. Apa saja kemungkinan komplikasi PPP?
- Anemia
- Kematian
- Syok Hipovolemik
- Inversi Uteri
- Infeksi
1. Penatalaksanaan apa saja yang akan diberikan dr. Samuel untuk mencegah
komplikasi PPP?
- Transfusi darah
- Reposisi uterus
- Sikap trendelendburg
- Massase fundus uterus dan puting susu
- Kompresi aorta abdominal
- Pemberian tampon kondom
- Kompresi bimanual eksterna dan interna
12. Apakah pada sectio caesaria bisa terjadi PPP? Jelaskan !
Bisa, diakibatkan oleh trauma yang terjadi pada saat dilakukan sectio caesaria.
ETIOLOGI
PATOFISIOLOGI
DIAGNOSIS
DIAGNOSIS BANDING
Atonia Uteri
Retentio Plasenta
Inversio Uteri
Gangguan Koagulasi
Robekan Jalan Lahir
ATONIA UTERI
1. Atonia Uteri
2.. Retentio Plasenta
3.Inversio Uteri
4. Gangguan Koagulasi
5. Robekan Jalan Lahir
1. Pemeriksaan
2. Komplikasi
3. Penatalaksanaan
4.Pencegahan
STEP 7 SINTESIS
ATONIA UTERI
A. Definisi
Atonia uteri merupakan suatu keadaan dimana kontraksi rahim lemah dan
menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat
implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir.
B. Epidemologi
Atonia uteri rentan terjadi sebesar 4 kali lipat pada grande multipara .Angka
kematian ibu di Indonesia sekitar 11.534.Sedangkan yang mengalami
kematian karena perdarahan sebanyak 27 %.Dari hasil tersebut didapatkan
kematian akibat atonia uteri 50-60%.Jadi angka kematian ibu akibat atonia
uteri sebanyak1157-1868 orang.
C. Etiologi
1. Distensi uterus yang berlebihan akibat kehamilan gemeli,anak terlalu
besar ,polihidraminon
2. Kelelahan karena persalinan lama atau persalinan kasep
3. Kehamilan grande-multipara
4. Ibu dengan keadaan umum yang kurang baik,anemis,atau menderita
penyakit menahun
5. Mioma uteri yang mengganggu kontraksi rahim
6. Infeksi intrauterin (Korioamnionitis)
7. Ada riwayat pernah atonia uteri sebelumnya
D. Patofisiologi
1. Overdistensi uterus
uterus yang mengalami distensi secara berlebihan akibatnya keadaan
bayi yang besar,kehamilan kembar,hidramion,cenderung mempunyai
daya kontraksi yang buruk.
2. Kelemahan akibat partus lama
Partus yang lama menyebabkan uterus cenderung berkontraksi lemah
setelah melahirkan
3. Anestesi yang dalam & lama menyebabkan terjadinya relaksasi
miometrium yang berlebihan,kegagalan kontraksi dan retraksi
menyebabkan atonia uteri dan perdarahan postpartum.
4. Mioma uteri dapat menimbulkan perdarahan dengan mengganggu
kontraksi dan retraksi miometrium.
5. Multiparitas
uterus yang lemah karena banyak melahirkan anak cenderung bekerja
tidak efisien dalam semua kala persalinan.
E. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan apabila setelah bayi dan plasenta lahir masih
terdapat perdarahan yang aktif,banyak dan masih bergumpal dan pada palpasi
didapatkan fundus uteri masih setinggi pusat atau lebih dengankontraksi yang
lembek.Perlu diperhatikan bahwa saat atonia uteri didiagnosis ,maka pada saat
itu juga masih ada darah sebanyak 500-1000cc yang sudah keluar dari
pembuluh darah,tetapi masih terperangkap dalam uterus dan harus
diperhitungkan pemberian darah pengganti.
F. DD
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN
Retensio plasenta
G. Komplikasi
Perdarahan
Inversi uterus
H. Penatalaksanaan
Sikap trendelenburg, yaitu memasang venous line dan memberikan oksigen
Merangsang kontraksi uterus dengan cara:
Masase fundus uteri dan merangsang puting susu
Pemberian oksitosin dan turunan ergot melalui suntikan i.m , i.v atau s.c
Memberikan derivate prostaglandin F2 yang kadang memberikan efek
samping seperti diare, hipertensi, mual muntah, febris, dan takikardia
Pemberian misoprostal 800 1000 g per-rektal
Kompresi bimanual eksternal dan internal
Kompresi aorta abdominalis
Bila semua tindakan itu gagal, maka dipersiapkan untuk dilakukan tindakan
operatif laparotomi dengan pilihan bedah konservatif atau melakukan
histerektomi. Alteratifnya berupa:
Ligasi arteria uterine atau arteria ovarik
Operasi ransel B Lynch
Histerektomi supravaginal
Histerektomi total abdominal
I. Pencegahan
Melakukan secara rutin manajemen aktif kala III pada semua wanita
bersalin karena hal ini dapat menurunkan insidens perdarahan
pascapersalinan akibat atonia uteri
Pemberian misoprostol peroral 2-3 tablet (400-600g) segera setelah
bayi lahir.
J. Prognosis
Bisa baik atau buruk.jika penanganannya cepat dapat terselamatkan.
RETENSIO PLASENTA
10
A. Definisi
Istilah retentio placentae dipergunakan, kalau plasenta belum lahir setengah
jam sesudah anak lahir.
B. Epidemiologi
15%-16% dari semua perdarahan post partum.Menduduki peringkat kedua
kausa kematian ibu akibat perdarahan post partum.Sekitar 467-498 angka
kematian ibu akibat retensio plasenta.
C. Etiologi
I.
Sebab fungsionil, yaitu:
His kurang kuat / hipotonia uteri.
Tempat insersi placenta di sudut tuba sehingga sulit untuk terlepas.
Placenta Membranacea jarang terjadi, suatu keadaan dimana semua
atau sebagian besar dari membran amnion tertutup oleh villi chorialis.
Placenta membranacea dapat menyebabkan perdarahan yang sangat
serius karena berhubungan dengan placenta previa atau placenta acreta
(Greenberg dankolega, 1991).
Placenta Berbentuk Cincin (placenta anular) terjadi pada 1 bayi
dalam 6000 kelahiran, placenta ini berbentuk anular, dan terkadang
berbentuk seperti cincin yang utuh. Placenta jenis ini merupakan varian
dari placenta membranacea. Karena jaringan pada bagian cincin
mengalami atrofi, maka terbentuklah bentukan seperti tapal kuda.
Keabnormalan yang muncul kemungkinan besar berhubungan dengan
perdarahan ante dan postpartum dan IUGR. (Faye-Petersen dankolega,
2006).
Plasenta yang sangat kecil .
Plasenta yang sukar lepas karena tempatinsersi (di sudut tuba), bentuk
plasenta (plasenta membranacea dan anular) dan ukuran plasenta
(plasenta kecil) disebut Placenta Adhesiva.
Sebab patologi-anatomis
Placenta Accreta villi chorialis menempel pada batas atas
miometrium.
Placenta accretaini di bagi lagi berdasarkan banyaknya plasenta yang
menempel pada miometrium:
o Placenta accretatotalis seluruh plasenta menempel pada
miometrium.
o Placenta accretaparsialis hanya sebagian plasenta menempel pada
miometrium.
11
12
II.
Faktor Predisposisi
- Plasenta previa
- Riwayat section cesarean
- Riwayat kuretase
- Paritas tinggi grande-multipara atau lebih
- Janin dengan neural-tube defect
- Janin dengan down syndrom
D. Diagnosis
- Plasenta belum lahir 30 menit setelah bayi lahir.
- Perdarahan pervaginam yang terjadi terus-menerus .
- Kontraksi uterus baik.
E. DD
- Atonia uteri
F. Komplilasi
- syok hipovolemik
- hematom
- anemia
G. Penatalaksanaan
Kalau plasenta dalam jam setelah anak lahir belum
memperlihatkan gejala-gejala perlepasan, maka harus dilakukan pelepasan
plasenta secara manual. Telah dijelaskan bahwa perdarahan banyak, maka
mungkin plasenta dilepaskan secara manual lebih dulu, tetapi dalam hal ini
atas indikasi perdarahan bukan atas indikasi retention plasenta.
Tekhnik pelepasan plasenta secara manual yaitu dengan cara:
Perineum pasien di disinfeksi terlebih dahulu begitu pula tangan dan
lengan penolong.
Gunakan handscoon.
Labia dibeberkan, dan tangan kanan di masukkan secara obstetric
kedalam vagina.
Tangan yang berada di luar (kiri), menahan fundus uteri.
Tangan yang berada di dalam menyusur tali pusat yang sedapatdapatnya diregangkan oleh asisten.
Setelah tangan dalam sampai ke plasenta, maka tangan tersebut menuju
kepinggir plasenta dan mencari bagian plasenta yang sudah terlepas.
13
14
15
C. Perlukaan vagina
Robekan terdapat pada dinding lateral dan baru terlihat pada
pemeriksaan dengan spekulum. Robekan bagian atas vagina terjadi sebagai
akibat menjalarnya robekan serviks. Ligamentum latum terbuka dan cabangcabang arteria uterina terputus, timbul banyak perdarahan yang membahayaka
jiwa penderita, biasanya dilakukan laporotomi jika tidak dapat mengatasinya
dan ligamentum latum dibuka untuk menghentikan perdarahan, dan arteri
hipogastrika perlu diikat.
D. Kolpaporeksi
Robekan melintang atau miring pada bagian atas vagian. Terjadi
apabila pada persalinan disproporsi sefalopelvik terjadi regangan segmen
bawah uterus dengan serviks uteri tidak terjepit antara kepala janin dan tulang
panggul, sehingga tarikan ke atas langsung ditampung oleh vagina pada batas
antara bagian teratas dengan bagian yang lebih bawah dan yang berfiksasi
pada jaringan sekitarnya.
E. Fistula
Akibat pembedah vaginal makin lama makin jarang, karena tindakan
vaginal yang sulit yang akan melahirkan anak banyak diganti dengan seksio
cecarea. Fistula dapat terjadi karena perlukaan pada vagina yang menebus
kandung kencing atau rektum, misalnya perforator atau alat untuk dekapitasi
atau karena robekan serviks menjalar ke tempat-tempat tersebut. Jika kandung
kecil luka, air kencing segera keluar melalui vagina. Fistula juga dapat terjadi
karena dinding vagina dan kandung kencing atau rektum tertekan lama antar
kepala janin dan panggul, sehingga terjadi iskemia, akhirnya terjadi nekrosis
jaringan yang tertekan. Setelah lewat beberapa hari post partum, jaringan
nekrsosis terlepas, terjadinya sistula dan inkotinensia fistula.
F. Robekan Serviks
Serviks seseorang multipara berbeda daripada yang belum pernah
melahirkan per vaginam. Robekan serviks yang luas menimbulkan perdarahan
yang tidak berhenti meskipun plasenta sudah lahir lengkap dan uterus
berkontraksi baik, perlu dipikirkan perlukaan jalan lahir, khususnya robekan
serviks uteri.Dalam keadaan ini serviks harus diperiksa dengan spekulum. Apa
bila ada robekan serviks perlu ditarik keluar dengan beberapa cunam
dilakukan pada ujung atas luka, baru kemudian diadakan jahitan terus ke
bawah. Apabila serviks kaku dan his kuat, serviks uteri mengalami tekanan
kuat oleh kepala janin, sedangkan pembukaan tidak maju. Akibat tekaan kuat
16
dan lama ialah pelepasan sebagian serviks atau pelepasan serviks secara
sirkuler. Pelepasan ini dapat dihindarkan dengan seksio sesar jika diketahui
bahwa ada distosia servikalis. Apabila sudah terjadi pelepasan serviks,
biasanya tidak dibutuhkan pengobatan hanya jika ada perdarahan, tempat
perdarahan dijahit. Jika bagian seerviks yang terlepas masih berhubungan
dengan jaringan lainnya, hubungan ini sebaknya diputuskan.
GANGGUAN PEMBEKUAN DARAH
A. Definisi
Perdarahan yang disebabkan oleh kelainan faktor koagulasi sebenarnya jarang
terjadi dan bukan merupakan faktor utama terjadinya perdarahan post partum,
namun apabila terdapat gangguan koagulasi dapat menjadi penyulit proses
patologis dan memperparah semua faktor predisposisi maupun penyebab
perdarahan post partum itu sendiri.
B. Epidemiologi
Persentase pendarahan pasca persalinan akibat gangguan pembekuan darah di
Indonesia sama dengan persentase inversio uteri dan robekan jalan lahir.
Insiden ini sangat jarang terjadi.
D. Diagnosis
(Clotting Time)
Terdeteksi adanya FDP (Fibrin Degradation Product)
17
E. Diagnosis Banding
Atonia uteri
Retensio plasenta
Robekan jalan lahir
F. Komplikasi
Syok hipovolemik
Anemia
Eklampsia
G.
Penatalaksanaan
Transfusi darah dan produk darah seperti fibrinogen, trmbosit, dll.
Pemberian EACA
Pemberian Vitamin K
H. Pencegahan
Segera dirujuk ke RS
Perbanyak konsumsi vitamin K
Memperbaiki keadaan tubuh sebelum terjadi kehamilan
Persalinan harus selesai dalam 24 jam
Pada kehamilan resiko tinggi agar melahirkan di rumah sakit rujukan
Pada kehamilan resiko sedang agar melahirkan pada tenaga medis terlatih
dan bukan melahirkan di dukun
Pemberian obat-obatan
I. Prognosis
Baik apabila kasusnya bisa dideteksi dini dan ada persiapan sebelum
dilakukan persalinan akan tetapi bisa berakibat fatal jika terlambat mendeteksi
keadaan ini dan ditambah lagi jika penanganannya tidak sesuai.
INVERSI UTERUS
A. Definisi
18
Faktor Resiko
Atonia uteri
Serviks yang masih terbuka lebar.
Kekuatan yang menarik fundus kebawah.
Tekanan pada fundus uteri dari atas.
Tekanan intraabdominal yang keras dan tiba tiba.
D. Diagnosis
Syok karena kesakitan
Perdarahan banyak bergumpal
Di vulva tampak endometrium terbalik dengan atau tanpa plasenta
yang masih melekat
E. Komplikasi
Tidak ada komplikasi yang terjadi jika uterus masih bisa ditangani
dengan cepat. Komplikasi hanya terjadi jika kejadian inversio uteri
lambat ditangani yang mengakibatkan nekrosis pada endometrium.
F. Pencegahan
Pencegahan yang dapat dilakukan untuk kasus inversi uteri dapat
berupa mengenali faktor predisposisi untuk terjadinya inversi, dapat
19
20
Reposisi manual
H. Prognosis
Bila baru saja terjadi, maka prognosis cukup baik akan tetapi bila
kejadiannya cukup lama, maka jepitan serviks yang mengecil akan membuat
uterus mengalami iskemia, nekrosis, dan infeksi
21
BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan
Perdarahan pasca persalinan adalah perdarahan yang masif yang berasal dari
tempat implantasi plasenta, robekan pada janin lahir dan jaringan sekitarnya dan
merupakan salah satu penyebab kematian ibu disamping perdarahan karena hamil
ektopik dan abortus.
Definisi PPP adalah perdarahan yang melebihi 500 ml setelah bayi lahir. Pada
praktisinya tidak perlu mengukur jumlah perdarahan sampai sebanyak itu sebab
menghentikan perdarahan lebih dini akan memberikan normal, apalagi telah
menyebabkan perubahan tanda vital (seperti kesadaran menurun, pucat, limbung,
berkeringat dingin, sesak napas, serta tensi <90 mmHg dam nadi >100/menit.
Perdarahan dari tempat implantasi plasenta seperti hipotoni dan atonia uteri
keadaan dimana lemahya tonus/kontraksi otot rahim yang tidak mampu menutup
perdarahan terbuka dari tempat implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir.
Robekan jalan lahir terjadi pada persalinan dengan trauma. Robekan jalan
lahir biasanya akibat esiotomi, robekan spontan, perinium, trauma forceps atau
vakum ekstraksi, atau versi ekstraksi.
Retensio plasenta bila plasenta tetap tertinggal dalam uterus setelah anak lahir
disebut sebagai retensio plasenta.
Inversi uterus adalah keadaan dimana lapisan dalam uterus (endometrium)
turun dan keluar lewat ostium uteri eksternum, yang bersifat inkomplit sampai
komplit.
Saran
Mengingat masih banyaknya kekurangan dari kelompok kami, baik dari segi
diskusi kelompok, penulisan tugas tertulis dan sebagainya, untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari dosen-dosen yang mengajar baik sebagai tutor
maupun dosen yang memberikan materi kuliah, dan dari berbagai pihak demi
kesempurnaan laporan ini.
22