Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Setiap ibu yang hamil rentan terkena perdarahan saat menjelang persalinan.
Persalinan merupakan bagian tahap dalam proses kehamilan, dimana hasil dari
konsepsi akan dikeluarkan dari ibu yang berbentuk bayi. Perdarahan merupakan
penyebab kematian ibu. Pekerjaan melayani perempuan melahirkan sunggu pekerjaan
yang tidak terhindar dari berlumuran darah. Sampai sekarang dalam obstetrik masih
memegang peran penting sebagai penyebab utama kematian maternal, sekalipun
dinegara maju terutama pada kelompok sosio ekonomi lemah.
Kematian ibu paling sering perdarahan, terutama perdarahan akibat dari atonia
uteri inversio uteri, perobekan jalan lahir dan sebagainya. kehilangan darah yang
banyak pada ibu ini akan menyebabkan syok sampai kematian. Jika perdarahan
obstetrik yang tidak dengan cepat diatasi dengan transfusi darah atau cairan infus dan
fasilitas penanggulangan lainnya (semisal upaya pencegahan dan/ atau mengatasi
syok, seksio sesarea atau histerektomi dan terapi antibiotika yang sesuai),
prognosisnya akan fatal bagi penderitanya.
MANFAAT
Dengan mempelajari tentang perdarahan kita bisa mengetahui penyebab atau
kausal dari kematian ibu dan bisa menegakkan diagnosis serta mengetahui
penatalaksanaan dan pencegahannya.

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN

BAB II
ISI
Skenario
Pengalaman Sang Komedian
Katul Piranha (45 tahun), komedian sekaligus pembawa acaratalkshow terkenal
tampak terlihat lelah. Tangannya bergetar saat menceritakan pengalaman istrinya
melahirkan anak ke-6, di depan para wartawan infotainment yang menunggunya di
lobi rumah sakit. Katul berkata bahwa ia dan istrinyamemang memutuskan untuk
melahirkandi bidan, karena bidan yang sama telah menolong persalinananak
pertamahingga kelima Katul. Waktu datang Ny.Katul terlihat pucat dan lemas serta
mengeluh pusing dan mual. Pemeriksaan tanda vital menunjukkan tekanan darah
90/60 mmHg, denyut nadi teraba kecil 100x/menit, pernapasan 24 x/menit dan akral
teraba dingin.
Dari pengantar rujukan diketahui Ny,Katul telah melahirkan anaknya melalui
persalinan spontan pervaginam, dengan berat badan lahir 3500 gram dan panjang 50
cm. Namun setelah lahirnya plasentahingga 1 jam pasca persalinan pasien telah
mengalami pendarahan sampai kira-kira 1000 cc. Bidan yang turut mengantar
menyatakan bahwaia sudah melakukan penatalaksanaan dengan pemberian suntikan
uterotonika dan massase uterus.
Dokter Samuel yang menangani Ny.Katul mendapatkan rahim teraba lembek dan
kontraksi uterus lemah. Saat melakukan pemeriksaan, tidak didapatkan adanya
robekan jalan lahir maupun sisa plasenta. Dokter Samuel kemudian melakukan
penatalaksanaan segera untuk mencegah terjadinya komplikasi perdarahan pasca
persalinan

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN

STEP 1 IDENTIFIKASI ISTILAH


1. Akral
: Bagian ekstremitas yang
paling distal. Contoh: telapak tangan
2. Massase Uterus
: Pemijatan
uterus
untuk membantu pengeluaran plasenta
3. Suntikan Uterotonika
: Suntikan yang
diberikan untuk memacu kontraksi uterus
(10-100 i.v dalam 500 ml diekstrose 5%
ergometrin, prostaglandin, misoprostol)
4. Perdarahan Pascapersalinan :Keluarnya
darah lebih dari 500 cc setelah bayi lahir.
1.
2.

Keluhan Utama : Perdarahan.


Anamnesis
- Nama = Ny. Katul
- Umur = 41 th
- Jenis Kelamin = Wanita
- Partus ke 6
- keluhan lain = pusing dan mual.
3. Riwayat
- Persalinan spontan pervaginam
- BB = 3500 gr dan panjang = 50 cm
- plasenta lahir setelah 1 jam perselinan
- perdarahan + 1.000 cc
- sudah diberikan suntikan uterotonika dan massase uterus.
4. Pemeriksaan Fisik
- General status = lemas dan pucat
- vital sign = TD 90/60 mmHg
- HR 100 x/menit (teraba kecil)
- RR 24 x/menit; akral teraba dingin
- rahim teraba lembek; kontraksi uterus lemah
- tidak ada robekan jalan lahir
- tidak ada sisa plasenta.

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN

STEP 2 IDENTIFIKASI MASALAH


1. Apa yang menyebabkan Ny. Katul mengalami gejala-gejala tersebut?
2. Apa yang menyebabkan rahim Ny. Katul teraba lemah dan kontraksi uterusnya
lemah?
3. Apakah isi kandungan dari suntikan uterotonika dan berapa dosisnya serta diberikan
lewat apa?
4. Bagaimana mekanisme massase uterus?
5. Kenapa masih terjadi perdarahan padahal sudah diberikan suntikan uterotonika dan
masase uterus?
6. Apa saja etiologi PPP?
7. Bagaimana patofisiologi PPP?
8. Apa diagnosis Ny. Katul dan bagaimana pemeriksaannya?
9. Bagaimana cara pencegahan PPP ?
10. Apa saja kemungkinan komplikasi PPP?
11. Penatalaksanaan apa saja yang akan diberikan dr. Samuel untuk mencegah
komplikasi PPP?
12. Apakah pada sectio caesaria bisa terjadi PPP? Jelaskan !

STEP 3 CURAH PENDAPAT


1. Apa yang menyebabkan Ny. Katul mengalami gejala-gejala tersebut?
- Perdarahan karena pembuluh darahnya terbuka, plasenta mengalami
implantasi di desidua basalis yang tipis, plasenta tertarik karena gangguan
pembekuan darah, inversi dari uterus pada saat tertarik terlalu keras,
didapatkan kelainan, persalinan lama, obat- obatan (mis : aspirin).
- Pusing karena perdarahan yang terjadi mengakibatkan hipoperfusi.
- Akral teraba dingin karena aliran darah diutamakan di organ vital.
2. Apa yang menyebabkan rahim Ny. Katul teraba lemah dan kontraksi uterusnya
lemah?
- Distensi uterus
- Kelelahan pada ibu
- Kehamilan grande multipara
- Kondisi ibu jelek, anemis, penyakit menahun
- Mioma uteri mengganggu kontraksi uterus
- Infeksi intrauteri, korioamnionitis
- Riwayat atonia uteri

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN

3. Apakah isi kandungan dari suntikan uterotonika dan berapa dosisnya serta
diberikan lewat apa?
- Oksitosin 20 unit/1.000 ml RL. Diberikan melalui cairan infus intra vena
- Derivat Prostaglandin 250 g. Diberikan melalui suntikan intra muskular
- Turunan Ergot yang diberikan secara intra vena dan bisa juga dengan intra
muskular
4. Bagaimana mekanisme massase uterus?
- Dimulai dari umbilikus kearaah luar secara sirkuler
- Menstimulasi pacemaker dari kontraksi rahim dan fundus uteri

5. Kenapa masih terjadi perdarahan padahal sudah diberikan suntikan uterotonika dan
masase uterus?
Dosis obatnya kurang
Massase uterusnya kurang tepat
Terjadi gangguan pembekuan darah
Pada pemberian obat lewat intra vena lebih lambat, sedangkan intra muskular lebih
cepat
6. Apa saja etiologi PPP?
A. Perdarahan di tempat implantasi :
a. Hipotonia - atonia uteri :
akibat anastesi
distensi berlebih
partus lama
partus persiitatus
pernah abortus
multi paritas
infeksi intrauterin
riwayat pernah atonia
b. Sisa plasenta :
kotiledon
plasenta kecil tambahan
plasenta akreta, inkreta, dan perkreta
B. Perdarahan karena robekan :
a. episiotomi yang melebar
b. perdarahan perineum

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN

c. ruptur uteri
C. Gangguan koagulasi :
a. sindrom HELLP
b. trombofilia
c. preeklampsia- eklampsia
d. emboli air ketuban
e. DBD
f. difesiensi vitamin K
7. Patofisiologi akan dibahas di DKK 2
8. Apa diagnosis Ny. Katul dan bagaimana pemeriksaannya?
- Diagnosis : Atonia Uteri
- Pemeriksaan fisik : ukur tinggi fundus uteri
- Pemeriksaaan dalam : rahim teraba lembek, tidak ada robekan jalan lahir
9. Bagaimana cara pencegahan PPP ?
- Melakukan secara aktif medikal kala 3
- Pemberian misoprosol peroral 2-3 tablet (400-600 g) segera setelah bayi
lahir
10. Apa saja kemungkinan komplikasi PPP?
- Anemia
- Kematian
- Syok Hipovolemik
- Inversi Uteri
- Infeksi
1. Penatalaksanaan apa saja yang akan diberikan dr. Samuel untuk mencegah
komplikasi PPP?
- Transfusi darah
- Reposisi uterus
- Sikap trendelendburg
- Massase fundus uterus dan puting susu
- Kompresi aorta abdominal
- Pemberian tampon kondom
- Kompresi bimanual eksterna dan interna
12. Apakah pada sectio caesaria bisa terjadi PPP? Jelaskan !

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN

Bisa, diakibatkan oleh trauma yang terjadi pada saat dilakukan sectio caesaria.

STEP 4 STRUKTURISASI KONSEP

GEJALA & KELUHAN

ETIOLOGI

PERDARAHAN PASCA PERSALINAN

PATOFISIOLOGI

DIAGNOSIS

DIAGNOSIS BANDING

Atonia Uteri
Retentio Plasenta
Inversio Uteri
Gangguan Koagulasi
Robekan Jalan Lahir

ATONIA UTERI

1. Atonia Uteri
2.. Retentio Plasenta
3.Inversio Uteri
4. Gangguan Koagulasi
5. Robekan Jalan Lahir

1. Pemeriksaan
2. Komplikasi
3. Penatalaksanaan
4.Pencegahan

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN

STEP 5 LEARNING OBJECTIVE


1. Menjelaskan tentang Atonia Uteri, Retentio Plasenta, Robekan Jalan Lahir, Gangguan
Pembekuan Darah, dan Inversio Uteri yang meliputi :
a. Definisi
b. Etiologi
c. Patofisiologi
d. Diagnosis
e. Diagnosis Banding
f.Komplikasi
g. Penatalaksanaan
h. Pencegahan
i.Prognosis
j.Epidemiologi

STEP 6 BELAJAR MANDIRI


Pada step 6 ini anggota kelompok melakukan belajar mandiri sendiri.

STEP 7 SINTESIS
ATONIA UTERI
A. Definisi
Atonia uteri merupakan suatu keadaan dimana kontraksi rahim lemah dan
menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat
implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir.
B. Epidemologi
Atonia uteri rentan terjadi sebesar 4 kali lipat pada grande multipara .Angka
kematian ibu di Indonesia sekitar 11.534.Sedangkan yang mengalami
kematian karena perdarahan sebanyak 27 %.Dari hasil tersebut didapatkan
kematian akibat atonia uteri 50-60%.Jadi angka kematian ibu akibat atonia
uteri sebanyak1157-1868 orang.

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN

C. Etiologi
1. Distensi uterus yang berlebihan akibat kehamilan gemeli,anak terlalu
besar ,polihidraminon
2. Kelelahan karena persalinan lama atau persalinan kasep
3. Kehamilan grande-multipara
4. Ibu dengan keadaan umum yang kurang baik,anemis,atau menderita
penyakit menahun
5. Mioma uteri yang mengganggu kontraksi rahim
6. Infeksi intrauterin (Korioamnionitis)
7. Ada riwayat pernah atonia uteri sebelumnya
D. Patofisiologi
1. Overdistensi uterus
uterus yang mengalami distensi secara berlebihan akibatnya keadaan
bayi yang besar,kehamilan kembar,hidramion,cenderung mempunyai
daya kontraksi yang buruk.
2. Kelemahan akibat partus lama
Partus yang lama menyebabkan uterus cenderung berkontraksi lemah
setelah melahirkan
3. Anestesi yang dalam & lama menyebabkan terjadinya relaksasi
miometrium yang berlebihan,kegagalan kontraksi dan retraksi
menyebabkan atonia uteri dan perdarahan postpartum.
4. Mioma uteri dapat menimbulkan perdarahan dengan mengganggu
kontraksi dan retraksi miometrium.
5. Multiparitas
uterus yang lemah karena banyak melahirkan anak cenderung bekerja
tidak efisien dalam semua kala persalinan.
E. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan apabila setelah bayi dan plasenta lahir masih
terdapat perdarahan yang aktif,banyak dan masih bergumpal dan pada palpasi
didapatkan fundus uteri masih setinggi pusat atau lebih dengankontraksi yang
lembek.Perlu diperhatikan bahwa saat atonia uteri didiagnosis ,maka pada saat
itu juga masih ada darah sebanyak 500-1000cc yang sudah keluar dari
pembuluh darah,tetapi masih terperangkap dalam uterus dan harus
diperhitungkan pemberian darah pengganti.

F. DD
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN

Retensio plasenta

G. Komplikasi
Perdarahan
Inversi uterus
H. Penatalaksanaan
Sikap trendelenburg, yaitu memasang venous line dan memberikan oksigen
Merangsang kontraksi uterus dengan cara:
Masase fundus uteri dan merangsang puting susu
Pemberian oksitosin dan turunan ergot melalui suntikan i.m , i.v atau s.c
Memberikan derivate prostaglandin F2 yang kadang memberikan efek
samping seperti diare, hipertensi, mual muntah, febris, dan takikardia
Pemberian misoprostal 800 1000 g per-rektal
Kompresi bimanual eksternal dan internal
Kompresi aorta abdominalis
Bila semua tindakan itu gagal, maka dipersiapkan untuk dilakukan tindakan
operatif laparotomi dengan pilihan bedah konservatif atau melakukan
histerektomi. Alteratifnya berupa:
Ligasi arteria uterine atau arteria ovarik
Operasi ransel B Lynch
Histerektomi supravaginal
Histerektomi total abdominal
I. Pencegahan
Melakukan secara rutin manajemen aktif kala III pada semua wanita
bersalin karena hal ini dapat menurunkan insidens perdarahan
pascapersalinan akibat atonia uteri
Pemberian misoprostol peroral 2-3 tablet (400-600g) segera setelah
bayi lahir.
J. Prognosis
Bisa baik atau buruk.jika penanganannya cepat dapat terselamatkan.

RETENSIO PLASENTA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN

10

A. Definisi
Istilah retentio placentae dipergunakan, kalau plasenta belum lahir setengah
jam sesudah anak lahir.
B. Epidemiologi
15%-16% dari semua perdarahan post partum.Menduduki peringkat kedua
kausa kematian ibu akibat perdarahan post partum.Sekitar 467-498 angka
kematian ibu akibat retensio plasenta.
C. Etiologi
I.
Sebab fungsionil, yaitu:
His kurang kuat / hipotonia uteri.
Tempat insersi placenta di sudut tuba sehingga sulit untuk terlepas.
Placenta Membranacea jarang terjadi, suatu keadaan dimana semua
atau sebagian besar dari membran amnion tertutup oleh villi chorialis.
Placenta membranacea dapat menyebabkan perdarahan yang sangat
serius karena berhubungan dengan placenta previa atau placenta acreta
(Greenberg dankolega, 1991).
Placenta Berbentuk Cincin (placenta anular) terjadi pada 1 bayi
dalam 6000 kelahiran, placenta ini berbentuk anular, dan terkadang
berbentuk seperti cincin yang utuh. Placenta jenis ini merupakan varian
dari placenta membranacea. Karena jaringan pada bagian cincin
mengalami atrofi, maka terbentuklah bentukan seperti tapal kuda.
Keabnormalan yang muncul kemungkinan besar berhubungan dengan
perdarahan ante dan postpartum dan IUGR. (Faye-Petersen dankolega,
2006).
Plasenta yang sangat kecil .
Plasenta yang sukar lepas karena tempatinsersi (di sudut tuba), bentuk
plasenta (plasenta membranacea dan anular) dan ukuran plasenta
(plasenta kecil) disebut Placenta Adhesiva.
Sebab patologi-anatomis
Placenta Accreta villi chorialis menempel pada batas atas
miometrium.
Placenta accretaini di bagi lagi berdasarkan banyaknya plasenta yang
menempel pada miometrium:
o Placenta accretatotalis seluruh plasenta menempel pada
miometrium.
o Placenta accretaparsialis hanya sebagian plasenta menempel pada
miometrium.

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN

11

o Placenta accretafocalis hanya sebuah kotiledon yang menempel


pada miometrium.
Placenta Increta villi chorialis masuk dan menginvasi daerah
miometrium.
Placenta Percreta villi chorialis menginvasi lebih dalam lagi bagian
miometrium hingga mencapai perimetrium.
Placenta acreta, increta, dan percreta terjadi karena ketidakadaan
sebagian atau seluruh desidua basalis dan perkembangan yang tidak
sempurna dari fibrinoid atau lapisan nitabuch, yang menyebabkan villi
chorialis menempel kedaerah miometrium atau hingga perimetrium.

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN

12

II.

Faktor Predisposisi
- Plasenta previa
- Riwayat section cesarean
- Riwayat kuretase
- Paritas tinggi grande-multipara atau lebih
- Janin dengan neural-tube defect
- Janin dengan down syndrom

D. Diagnosis
- Plasenta belum lahir 30 menit setelah bayi lahir.
- Perdarahan pervaginam yang terjadi terus-menerus .
- Kontraksi uterus baik.
E. DD
- Atonia uteri
F. Komplilasi
- syok hipovolemik
- hematom
- anemia
G. Penatalaksanaan
Kalau plasenta dalam jam setelah anak lahir belum
memperlihatkan gejala-gejala perlepasan, maka harus dilakukan pelepasan
plasenta secara manual. Telah dijelaskan bahwa perdarahan banyak, maka
mungkin plasenta dilepaskan secara manual lebih dulu, tetapi dalam hal ini
atas indikasi perdarahan bukan atas indikasi retention plasenta.
Tekhnik pelepasan plasenta secara manual yaitu dengan cara:
Perineum pasien di disinfeksi terlebih dahulu begitu pula tangan dan
lengan penolong.
Gunakan handscoon.
Labia dibeberkan, dan tangan kanan di masukkan secara obstetric
kedalam vagina.
Tangan yang berada di luar (kiri), menahan fundus uteri.
Tangan yang berada di dalam menyusur tali pusat yang sedapatdapatnya diregangkan oleh asisten.
Setelah tangan dalam sampai ke plasenta, maka tangan tersebut menuju
kepinggir plasenta dan mencari bagian plasenta yang sudah terlepas.

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN

13

Kemudian dengan sisi tangan sebelah kelingking, plasenta dilepaskan


yaitu diantara bagian plasenta yang sudah terlepas dan dinding rahim
dengan gerakan yang sejajar dengan dinding rahim.
Setelah plasenta terlepas seluruhnya, plasenta dipegang dan dengan
perlahan-lahan ditarik keluar.

Pada penatalaksanaan placenta accreta parsialis masih dapat


dilepaskan secara manual, namun pada plasenta accreta totalis, plasenta
increta, dan plasenta percreta tidak boleh dilepaskan secara manual karena
usaha ini dapat menimbulkan perforasi dinding rahim. Penatalaksanaan
terbaik untuk ketiga jenis kelainan plasenta ini ialah dengan histerektomi.
H. Pencegahan
a. Dengan cara mempercepat proses separasi dan melahirkan plasenta
dengan memberikan uterotonika segera setelah bayi lahir dan
melakukan penegangan tali pusat terkendali. Usaha ini di sebut juga
penatalaksanaan aktif kala III.
b. Mengamati dan melihat kontraksi uterus
I. Prognosis
Bila penderita segara mendapat penanganan yang baik dan benar sebelum
kehilangan banyak darah maka akan diperoleh hasil yang baik, namun
khususnya pada keadaan plasenta accrete totalis, plasenta increta, dan
plasenta percreta harus dilakukan pengangkatan terhadap janinnya yang
membuat pasien tidak dapat memiliki anak lagi (sterilitas).

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN

14

ROBEKAN PADA JALAN LAHIR


Persalinan seringkali mengakibatkan perlukaan jalan lahir. Luka-luka biasanya
ringan, tetapi kadang-kadang juga terjadi luka luas dan berbahaya. Setelah persalinan
harus selalu dilakukan pemeriksaan vulva dan perineum. Pemeriksaan vagina dan
serviks dengan spekulum perlu dilakukan setelah pembenahan pervaginam.
PERLUKAAN VULVA
A. Robekan perineum
Robekan ini dapat disebabkan oleh kepala janin yang turun cepat sampai
dasar panggul dengan cepat,dan adanya penahanan yang kuatbdan lama ketika
kepala janin kan lahir yang mengakibatkan afiksia dan perdarahan dalam
tengkorak janin dan melemahkan otot-oto dan fasia pada dasar panggil karena
diregangkan terlalu lama.
Tingkatannya :
1. terjadinya robekan pada kulit perineum dan mukosa vagina.
2. terjadinya robekan dinding belakang vagina dan jaringan ikat yang
mengubungkan oto-otot diafragma urovaginalis pada garis tengah terluka.
3. robekan sfingter ani eksternum ikut terputus dan kadang-kadang dinding
depan rektum ikut robek
Penanganan robekan tingkat :
I.
Jahitan pada perineum yang melebihi robekan tingkat satu dan jahitan
pada mukosa vagina
II.
Diberi anestesi lokal otot-otot diafrgama urogenitalis dihubungkan di
garis tengah dengan jahitan dan kemudian luka pada vagina dan kulit
perineum ditutup dengan mengikutsertakan jaringan di bawahnya.
III.
Mula-mula dinding rektum depan dijahit, kemudian fasia pra rectal
ditutup dan muskulus sfingter ani eksternus ditutup lalu dijahit.
Untuk mendapat hasil yang baik terapi robekan perineum total perlu
diadakan penanganan pasca yang sempurna. Penderita diberi makan yang tidak
mengandung selulosa dan mulai pada hari ke dua diberi parafinum liquidum
sesedok makan 2 kali sehari dan jika perlu pada hari ke enam diberi klisma
minyak.
B. Episiotomi
Robekan perineum , regangan otot dari fasia pad adasar panggul,
prolapsus uteri, stress incontinence, serta perdrahan dalam tengkorak janin
dapat dihindarkan. Luka episotomi lebih muda dijahit daripada robekan.

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN

15

C. Perlukaan vagina
Robekan terdapat pada dinding lateral dan baru terlihat pada
pemeriksaan dengan spekulum. Robekan bagian atas vagina terjadi sebagai
akibat menjalarnya robekan serviks. Ligamentum latum terbuka dan cabangcabang arteria uterina terputus, timbul banyak perdarahan yang membahayaka
jiwa penderita, biasanya dilakukan laporotomi jika tidak dapat mengatasinya
dan ligamentum latum dibuka untuk menghentikan perdarahan, dan arteri
hipogastrika perlu diikat.
D. Kolpaporeksi
Robekan melintang atau miring pada bagian atas vagian. Terjadi
apabila pada persalinan disproporsi sefalopelvik terjadi regangan segmen
bawah uterus dengan serviks uteri tidak terjepit antara kepala janin dan tulang
panggul, sehingga tarikan ke atas langsung ditampung oleh vagina pada batas
antara bagian teratas dengan bagian yang lebih bawah dan yang berfiksasi
pada jaringan sekitarnya.
E. Fistula
Akibat pembedah vaginal makin lama makin jarang, karena tindakan
vaginal yang sulit yang akan melahirkan anak banyak diganti dengan seksio
cecarea. Fistula dapat terjadi karena perlukaan pada vagina yang menebus
kandung kencing atau rektum, misalnya perforator atau alat untuk dekapitasi
atau karena robekan serviks menjalar ke tempat-tempat tersebut. Jika kandung
kecil luka, air kencing segera keluar melalui vagina. Fistula juga dapat terjadi
karena dinding vagina dan kandung kencing atau rektum tertekan lama antar
kepala janin dan panggul, sehingga terjadi iskemia, akhirnya terjadi nekrosis
jaringan yang tertekan. Setelah lewat beberapa hari post partum, jaringan
nekrsosis terlepas, terjadinya sistula dan inkotinensia fistula.
F. Robekan Serviks
Serviks seseorang multipara berbeda daripada yang belum pernah
melahirkan per vaginam. Robekan serviks yang luas menimbulkan perdarahan
yang tidak berhenti meskipun plasenta sudah lahir lengkap dan uterus
berkontraksi baik, perlu dipikirkan perlukaan jalan lahir, khususnya robekan
serviks uteri.Dalam keadaan ini serviks harus diperiksa dengan spekulum. Apa
bila ada robekan serviks perlu ditarik keluar dengan beberapa cunam
dilakukan pada ujung atas luka, baru kemudian diadakan jahitan terus ke
bawah. Apabila serviks kaku dan his kuat, serviks uteri mengalami tekanan
kuat oleh kepala janin, sedangkan pembukaan tidak maju. Akibat tekaan kuat

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN

16

dan lama ialah pelepasan sebagian serviks atau pelepasan serviks secara
sirkuler. Pelepasan ini dapat dihindarkan dengan seksio sesar jika diketahui
bahwa ada distosia servikalis. Apabila sudah terjadi pelepasan serviks,
biasanya tidak dibutuhkan pengobatan hanya jika ada perdarahan, tempat
perdarahan dijahit. Jika bagian seerviks yang terlepas masih berhubungan
dengan jaringan lainnya, hubungan ini sebaknya diputuskan.
GANGGUAN PEMBEKUAN DARAH
A. Definisi
Perdarahan yang disebabkan oleh kelainan faktor koagulasi sebenarnya jarang
terjadi dan bukan merupakan faktor utama terjadinya perdarahan post partum,
namun apabila terdapat gangguan koagulasi dapat menjadi penyulit proses
patologis dan memperparah semua faktor predisposisi maupun penyebab
perdarahan post partum itu sendiri.
B. Epidemiologi
Persentase pendarahan pasca persalinan akibat gangguan pembekuan darah di
Indonesia sama dengan persentase inversio uteri dan robekan jalan lahir.
Insiden ini sangat jarang terjadi.

C. Etiologi dan Patofisiologi


Trombofilia
Sindrom HELLP
Eklampsia
Solusio plasenta
Kematian janin dalam kandungan
Emboli air ketuban
Sepsis

D. Diagnosis

Pemeriksaan faal hemostasis abnormal


Perpanjangan waktu pendarahan (Bledding Time) dan waktu pembekuan

(Clotting Time)
Terdeteksi adanya FDP (Fibrin Degradation Product)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN

17

Perpanjangan tes protrombin atau PTT (Partial Tromboplastin Time)

E. Diagnosis Banding

Atonia uteri
Retensio plasenta
Robekan jalan lahir

F. Komplikasi
Syok hipovolemik
Anemia
Eklampsia
G.

Penatalaksanaan
Transfusi darah dan produk darah seperti fibrinogen, trmbosit, dll.
Pemberian EACA
Pemberian Vitamin K

H. Pencegahan
Segera dirujuk ke RS
Perbanyak konsumsi vitamin K
Memperbaiki keadaan tubuh sebelum terjadi kehamilan
Persalinan harus selesai dalam 24 jam
Pada kehamilan resiko tinggi agar melahirkan di rumah sakit rujukan
Pada kehamilan resiko sedang agar melahirkan pada tenaga medis terlatih
dan bukan melahirkan di dukun
Pemberian obat-obatan
I. Prognosis
Baik apabila kasusnya bisa dideteksi dini dan ada persiapan sebelum
dilakukan persalinan akan tetapi bisa berakibat fatal jika terlambat mendeteksi
keadaan ini dan ditambah lagi jika penanganannya tidak sesuai.

INVERSI UTERUS
A. Definisi

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN

18

Inversi uterus adalah keadaan dimana lapisan dalam uterus


(endometrium) turun dan keluar lewat ostium uteri eksternum, yang dapat
bersifat inkomplit maupun komplit.
B. Epidimiologi
Kematian ibu dengan perdarahan post partum karena inversi uterus
memiliki presentasi 19% dari angka kematian ibu dengan PPP sebesar 3.114
yaitu jumlah dengan inversi uteri sebesar 591 ibu
C. Etiologi :
Atonia uteri
Serviks yang masih terbuka lebar
Kekuatan pada fundus uteri dari atas
Adanya tekanan intra abdominal yang keras
dan tiba tiba
Traksi umbilikus yang terlalu kuat

Faktor Resiko
Atonia uteri
Serviks yang masih terbuka lebar.
Kekuatan yang menarik fundus kebawah.
Tekanan pada fundus uteri dari atas.
Tekanan intraabdominal yang keras dan tiba tiba.

D. Diagnosis
Syok karena kesakitan
Perdarahan banyak bergumpal
Di vulva tampak endometrium terbalik dengan atau tanpa plasenta
yang masih melekat
E. Komplikasi
Tidak ada komplikasi yang terjadi jika uterus masih bisa ditangani
dengan cepat. Komplikasi hanya terjadi jika kejadian inversio uteri
lambat ditangani yang mengakibatkan nekrosis pada endometrium.
F. Pencegahan
Pencegahan yang dapat dilakukan untuk kasus inversi uteri dapat
berupa mengenali faktor predisposisi untuk terjadinya inversi, dapat

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN

19

juga dilakukan pada tenaga medis yang menangani agar menghindari


traksi umbilikus yang terlalu kuat, serta agar diusahakan persalinan
selesai sebelum 24 jam.
G. Penatalaksanaan
1. Memanggil bantuan anestesi dan memasang infus untuk cairan /
darah pengganti dan pemberian obat.
2. Beberapa senter memberikan tokolitik / MgSO4 untuk melemaskan
uterus yang terbalik sebelum dilakukan reposisi manual yaitu
mendorong endometrium ke atas masuk ke dalam vagina dan terus
melewati serviks sampai tangan masuk ke dalam uterus pada posisi
normalnya. Hal itu dapat dilakukan sewaktu plasenta sudah terlepas
atau tidak.
3. Di dalam uterus, plasenta dilepaskan secara manual dan bila berhasil
dikeluarkan dari rahin dan sambil memeberikan uterotonika lewat
infus atau intramuskular . tangan tetap dipertahankan agar
konfigurasi uterus kembali normal dan tangan operator baru
dilepaskan.
4. Pemberian antibiotika dan transfusi darah sesuai dengan
keperluannya.
5. Intervensi bedah dilakukan bila karena jepitan serviks yang keras
menyebabkan manuver di atas tidak bisa dilakukan, maka dilakukan
laparotomi untuk reposisi dan kalau terpaksa dilakukan histerektomi
bila uterus sudah mengalami infeksi dan nekrosis.

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN

20

Reposisi manual

H. Prognosis
Bila baru saja terjadi, maka prognosis cukup baik akan tetapi bila
kejadiannya cukup lama, maka jepitan serviks yang mengecil akan membuat
uterus mengalami iskemia, nekrosis, dan infeksi

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN

21

BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan
Perdarahan pasca persalinan adalah perdarahan yang masif yang berasal dari
tempat implantasi plasenta, robekan pada janin lahir dan jaringan sekitarnya dan
merupakan salah satu penyebab kematian ibu disamping perdarahan karena hamil
ektopik dan abortus.
Definisi PPP adalah perdarahan yang melebihi 500 ml setelah bayi lahir. Pada
praktisinya tidak perlu mengukur jumlah perdarahan sampai sebanyak itu sebab
menghentikan perdarahan lebih dini akan memberikan normal, apalagi telah
menyebabkan perubahan tanda vital (seperti kesadaran menurun, pucat, limbung,
berkeringat dingin, sesak napas, serta tensi <90 mmHg dam nadi >100/menit.
Perdarahan dari tempat implantasi plasenta seperti hipotoni dan atonia uteri
keadaan dimana lemahya tonus/kontraksi otot rahim yang tidak mampu menutup
perdarahan terbuka dari tempat implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir.
Robekan jalan lahir terjadi pada persalinan dengan trauma. Robekan jalan
lahir biasanya akibat esiotomi, robekan spontan, perinium, trauma forceps atau
vakum ekstraksi, atau versi ekstraksi.
Retensio plasenta bila plasenta tetap tertinggal dalam uterus setelah anak lahir
disebut sebagai retensio plasenta.
Inversi uterus adalah keadaan dimana lapisan dalam uterus (endometrium)
turun dan keluar lewat ostium uteri eksternum, yang bersifat inkomplit sampai
komplit.

Saran
Mengingat masih banyaknya kekurangan dari kelompok kami, baik dari segi
diskusi kelompok, penulisan tugas tertulis dan sebagainya, untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari dosen-dosen yang mengajar baik sebagai tutor
maupun dosen yang memberikan materi kuliah, dan dari berbagai pihak demi
kesempurnaan laporan ini.

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN

22

Anda mungkin juga menyukai