Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN DENGAN CA RECTI


I.

KONSEP MEDIS
A. PENGERTIAN CARSINOMA RECTI
Carsinoma recti adalah keganasan yang menyerang pada daerah rektum. Keganasan
ini banyak menyerang laki-laki usia 40-60 tahun, jenis keganasan yang terbanyak adalah
adenoma carsinoma 65%. Kanker colorectal berasal dari jaringan kolon (bagian terpanjang
di usus besar) atau jaringan rektum (beberapa inci terakhir di usus besar sebelum anus).
Sebagian besar kanker colorectal adalah adenocarcinoma (kanker yang dimulai di sel-sel
yang membuat serta melepaskan lendir dan cairan lainnya).
B. ETIOLOGI
Pada dasarnya penyebab timbulnya carsinoma recti sampai sekarang belum
diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang menjadi pendukung timbulnya kanker recti,
seperti: polipotus, familial, defisiensi imonologik, kolitis, Ulserasi, granulomatis kolitis.
Insiden keganasan ini diberbagai daerah berbeda dan ternyata ada hubungannya dengan
faktor lingkungan terutama kebiasaan makan (diit). Masyarakat yang diitnya rendah
selulosa tinggi protein hewani dan lemak mempunyai insiden yang tinggi terjadinya kanker
recti, sebaliknya masyarakat yang diitnya banyak mengandung serat, insiden terjadinya
carsinoma recti rendah.
Penyebab nyata dari kanker kolon dan rektal tidak diketahui, tetapi faktor risiko
telah teridentifikasi termasuk riwayat kanker kolon atau polip pada keluarga, riwayat
penyakit usus inflamasi kronis dan diet tinggi lemak protein dan daging serta rendah serat.
( Brunner & Suddarth,buku ajar keperawatan medikal bedah,hal. 1123 ).

Polip di usus (Colorectal polyps): Polip adalah pertumbuhan pada dinding dalam
kolon atau rektum, dan sering terjadi pada orang berusia 50 tahun ke atas. Sebagian
besar polip bersifat jinak (bukan kanker), tapi beberapa polip (adenoma) dapat
menjadi kanker.

Colitis Ulcerativa atau penyakit Crohn: Orang dengan kondisi yang menyebabkan
peradangan pada kolon (misalnya colitis ulcerativa atau penyakit Crohn) selama
bertahun-tahun memiliki risiko yang lebih besar

Riwayat kanker pribadi: Orang yang sudah pernah terkena kanker colorectal
dapat terkena kanker colorectal untuk kedua kalinya. Selain itu, wanita dengan

riwayat kanker di indung telur, uterus (endometrium) atau payudara mempunyai


tingkat risiko yang lebih tinggi untuk terkena kanker colorectal.

Riwayat kanker colorectal pada keluarga: Jika Anda mempunyai riwayat kanker
colorectal pada keluarga, maka kemungkinan Anda terkena penyakit ini lebih besar,
khususnya jika saudara Anda terkena kanker pada usia muda.

Faktor gaya hidup: Orang yang merokok, atau menjalani pola makan yang tinggi
lemak dan sedikit buah-buahan dan sayuran memiliki tingkat risiko yang lebih besar
terkena kanker colorectal.

Usia di atas 50: Kanker colorectal biasa terjadi pada mereka yang berusia lebih
tua. Lebih dari 90 persen orang yang menderita penyakit ini didiagnosis setelah usia
50 tahun ke atas.

C. PATOFISIOLOGI
Proses keganasan mulai dari dalam sel-sel yang melapisi dinding usus. Tumor terjadi
pada daerah yang berbeda-beda di dinding usus besar dalam proposi perkiraan berikut 16%
pada kolon asenden, 8% pada kolon transversal, 20% 30% pada kolon desenden dan
sigmoid, serta 40% 50% pada rektum.
Hampir semua kanker rektum berkembang dari polip ademotosa. Kanker biasanya
tumbuh tidak terdeteksi hingga gejala-gejala secara perlahan-lahan dan sifatnya berbahaya
terjadi. Secara lokal kanker rektum biasanya menyebar lebih kedalam lapisan-lapisan
dinding perut, yang dimulai dari orang-orang lain yang berdekatan. Kanker ini membesar
atau menyebar melalui sistim sirkulasi yang masuk dari pembuluh-pembuluh darah.
Tempat-tempat metastase yang lain adalah termasuk kelenjar-kelenjar adrenal, ginjal, kulit,
tulang dan otot.
Disamping penyebaran secara langsung melalui sistim sirkulasi dan lymphatik,
kanker rektum juga menyebar melalui peredaran peritoneal. Penyebaran terjadi ketika
kanker diangkat dan sel-sel kanker berpisah dari kanker dan menuju lubang peritonial.
D. TANDA DAN GEJALA
Adapun tanda yang mungkin dialami pada pasien dengan carsinoma recti, kembung,
feses yang kecil atau bentuk pita, adanya mukus dan darah yang segar pada fases.
Gejala tergantung dari lokalisasi, jenis keganasan penyebaran dan komplikasi yang
terjadi. Jenis pertumbuhan adenocarsinoma rektum sangat lembat, diperkirakan untuk
mencapai dua kali lipat membutuhkan waktu 620 hari dan biasanya bersifat asimlomatik.

Kanker yang terletak pada rektum dapat menimbulkan tenesmus dan keinginan defakasi
yang terus menerus.
Metastase besarnya kelenjar regional dahulu yang sulit diraba dari luar. Metastase
kehati menimbulkan pembesaran hati yang berbenjol-benjol, nyeri tekan dan juga bisa
terjadi ikterus. Metas tase ke paru-paru dapat menimbulkan batuk, akan tetapi hal ini jarang
terjadi.
E. JENIS KLASIFIKASI
Dokter membagi kanker colorectal berdasarkan stadium berikut:
1. Stadium 0: Kanker ditemukan hanya pada lapisan terdalam di kolon atau
rektum. Carcinoma in situadalah nama lain untuk kanker colorectal Stadium 0.
2. Stadium I: Tumor telah tumbuh ke dinding dalam kolon atau rektum. Tumor belum
tumbuh menembus dinding.
3. Stadium II: Tumor telah berkembang lebih dalam atau menembus dinding kolon
atau rektum. Kanker ini mungkin telah menyerang jaringan di sekitarnya, tapi selsel kanker belum menyebar ke kelenjar getah bening,
4. Stadium III: Kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening di sekitarnya, tapi
belum menyebar ke bagian tubuh yang lain.
5. Stadium IV: Kanker telah menyebar ke bagian tubuh yang lain, misalnya hati atau
paru-paru.
6. Kambuh: Kanker ini merupakan kanker yang sudah diobati tapi kambuh kembali
setelah periode tertentu, karena kanker itu tidak terdeteksi. Penyakit ini dapat
kambuh kembali dalam kolon atau rektum, atau di bagian tubuh yang lain.
Menurut klasifikasi duke berdasarkan atas penyebaran sel karsinoma dibagi menjadi
:
Kelas A

: Tumor dibatasi mukosa dan submukosa.

Kelas B
Kelas C

: Penetrasi atau penyebaran melalui dinding usus.

: Invasi kedalam sistem limfe yang mengalir regional.

Kelas D

: Metastasis regional tahap lanjut dan penyebaran yang luas.

( Brunner & Suddarth,buku ajar keperawatan medikal bedah,hal. 1126 )


F. KOMPLIKASI
Komplikasi yang terjadi akibat adanya kanken rektum adalah :
a. Terjadinya osbtruksi pada daerah pelepasan
b. Terjadinya perforasi pada usus

c. Pembentukan pistula pada kandung kemih atau vagina.


Karsinoma rektum dapat menyebabkan terjadinya ulserasi atau perdarahan,
menimbulkan obstruksi bila membesar, atau menembus vagina (invasi) keseluruh dinding
usus dan kelenjar-kelenjar regional. Adapun komplikasi selain terjadinya obstruksi,
perforasi yaitu pendarahan dan penyebaran ke organ yang berdekatan.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tes diagnostik yang sering dilakukan diuraikan pada tabel berikut:
Jenis Pemeriksaan

Tujuan/Interpretasi Hasil
Untuk

mengetahui

adanya

darah

(makroskopis/mikroskopis)
1. PEMERIKSAAN LABORATORIUM:

Tinja

Kurang bermakna untuk diagnosis awal karena

tidak spesifik serta dapat terjadi psoitif/negat


bermanfaat

CEA (CARCINO-EMBRYONIC
ANTI-GEN)

dalam

mengevaluasi

dampak

kemungkinan residif atau metastase.

-Perlu dikerjakan dengan cara kontras g

contrast) untuk melihat gambaran lesi secara ra

-Endoskopi dengan fiberscope untuk mel


2. PEMERIKSAAN RADIOLOGIS

struktur dari rektum sampai Recti. Biopsi dip

3. ENDOSKOPI DAN BIOPSI

menentukan jenis tumor secara patologi-anatom

4. ULTRASONOGRAFI

-Diperlukan untuk mengtahui adanya metastasi

H. PENATALAKSANAAN
1)

Pilihan utama pada kanker rektum adalah dengan jalan pembedahan

kolostomi
a.

Pengertian Colostomi
Sebuah lubang yang dibuat oleh dokter ahli melalui dinding abdomen ke dalam
kolom iliaka atau asenden yang bersifat sementara atau permanen untuk mengeluarkan
feses.
Lubang yang dibuat melalui dinding abdoimen ke dalam kolon iliaka atau asenden
tempat untuk mengeluarkan fases. Pembukaan sementara atau permanen dari usus besar
melalui dinding perut untuk mengeluarkan tinja. Kolostomi adalah tindakan pembedahan

dimana sebagian usus besar dijahitkan pada dinding perut, dimana lubangnya dibuat
sedemikian rupa sehingga tinja terdorog untuk keluar.
Kolostomi adalah membuat lubang yang bersifat sementara atau tetap pada usus
besar menembus permukaan abdomen sebagai pemindahan jalan keluar fecers. Lokasi
anatominya pada colon cicenden, transversal atau sigmoid, kolotomi dikerjakan pada
penyakit peradangan, cacat bawaan, kanker, obser, fistula, onstruksi dan perforasi.
b.

Jenis-jenis kolostomi
kolostomi yang dilakukan ada 2 macam yaitu :

a)

Kolostomi Permanen
Jenis kolostomi dilakukan bila kolon atau rectum pasien dibuang, karena ada kanker pada
kolon atau rectum. Kolostomi ini disebut juga dengan kolostomi ujung atau single barrel
karena dilakukan pada salah satu ujung dari kolon dan kolostomi ini mempunyai satu
lubang.

b)

Kolom Temporer
Kolostomi ini bersifat hanya sementara dan dilakukan untuk mengalihkan facces, untuk
kemudian ditutup kembali. Kolostomi ini terdiri dari 2 lussing atau double barrel.

c.

Indikasi dilakukan Kolostomi


Tindakan kolostomi seringdilakukan pada pasien dengan difertikulitis yang sudah
komplikasi seperti pendarahan hebat, perforasi dan obses, sehingga untuk mengalihkasn
jalannya feces dilakukan kolostomi.
Kolostomi sering dilakukan pada pasien dengan karsinoma kolon. Karsinima
tersebut dapat memenuhi atau melingkari kolon menyebabkan obstruksi pada kolon,
akhirnya penderita mengalami kesulitan untuk buang air besar atau kostipasi usus.

d.

Komplikasi Kolostomi
Suatu tindakan pada pembedahan yang dilakukan pada pasien tidak jarang akan
menimbulkan komplikasi.

a)

Obstruksi, terjadi karena perlengketan atau sumbatan oleh makanan.

b)

Infeksi pada luka, merupakan suatu komplikasi dari tindakan kolostomi yang sering
terjadi, karena terkontaminasi oleh tinja yang mengandung bakteri.

c)

Retraksi stoma penyekat antara kantong atau kolostomi bagian dengan stoma, juga
karena adanya jaringan sekat yang terbentuk disekitar stoma yang mengkerut
2) Radiasi
Radiasi pasca bedah diberikan jika:

a. sel karsinoma telah menembus tunika muskularis propria


b. ada metastasis ke kelenjar limfe regional
c.

masih ada sisa-sisa sel karsinoma yang tertinggal tetapi belum ada metastasis jauh.

(Radiasi pra bedah hanya diberikan pada karsinoma rektum).


3) Pemberian obat Sitostatika
a. inoperabel
b. operabel tetapi ada metastasis ke kelenjar limfe regional, telah menembus tunika muskularis
propria atau telah dioperasi kemudian residif kembali.
Obat yang dianjurkan pada penderita yang operabel pasca bedah adalah:
1. Fluoro-Uracil 13,5 mg/kg BB/hari intravena selama 5 hari berturut-turut. Pemberian
berikutnya pada hari ke-36 (siklus sekali 5 minggu) dengan total 6 siklus.
2. Futraful 3-4 kali 200 mg/hari per os selama 6 bulan
3. Terapi kombinasi (Vincristin + FU + Mthyl CCNU)
Pada penderita inoperabel pemberian sitostatika sama dengan kasus operabel hanya
lamanya pemberian tidak terbatas selama obat masih efektif. Selama pemberian, harus
diawasi kadar Hb, leukosit dan trombosit darah.Pada stadium lanjut obat sitostatika tidak
meberikan hasil yang memuaskan.
II.
FOKUS PENGKAJIAN KEPERAWATAN
A)
RIWAYAT KEPERAWATAN DAN PENGKAJIAN FISIK:
Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan yang perlu dikaji
adalah:
1.

Aktivitas/istirahat:
Gejala:

a)

Kelemahan, kelelahan/keletihan

b)

Perubahan pola istirahat/tidur malam hari; adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur
misalnya nyeri, ansietas dan berkeringat malam hari.

c)

Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan, tingkat stres tinggi.

2.

Sirkulasi:
Gejala:

Palpitasi, nyeri dada pada aktivitas


Tanda:

Dapat terjadi perubahan denyut nadi dan tekanan darah.

3.

Integritas ego:

Gejala:
a)

Faktor stres (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi stres (merokok,
minum alkohol, menunda pengobatan, keyakinan religius/spiritual)

b)

Masalah terhadap perubahan penampilan (alopesia, lesi cacat, pembedahan)

c)

Menyangkal diagnosis, perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, tidak bermakna,
rasa bersalah, kehilangan kontrol, depresi.
Tanda:

Menyangkal, menarik diri, marah.

4.

Eliminasi:
Gejala:

Perubahan pola defekasi, darah pada feses, nyeri pada defekasi


Tanda:

a)

Perubahan bising usus, distensi abdomen

b)

Teraba massa pada abdomen kuadran kanan bawah

5.

Makanan/cairan:
Gejala:

a)

Riwayat kebiasaan diet buruk (rendah serat, tinggi lemak, pemakaian zat aditif dan bahan
pengawet)

b)

Anoreksia, mual, muntah

c)

Intoleransi makanan
Tanda:

Penurunan berat badan, berkurangnya massa otot

6.

Nyeri/ketidaknyamanan:
Gejala:

Gejala nyeri bervariasi dari tidak ada, ringan sampai berat tergantung proses penyakit

7.

Keamanan:
Gejala:

Komplikasi pembedahan dan atau efek sitostika.


Tanda:

Demam, lekopenia, trombositopenia, anemia

8.

Interaksi social
Gejala:

a)

Lemahnya sistem pendukung (keluarga, kerabat, lingkungan)

b)

Masalah perubahan peran sosial yang berhubungan dengan perubahan status kesehatan.

9.

Penyuluhan/pembelajaran:

Riwayat kanker dalam keluarga

Masalah metastase penyakit dan gejala-gejalanya

Kebutuhan terapi pembedahan, radiasi dan sitostatika.

Masalah pemenuhan kebutuhan/aktivitas sehari-hari


B) PRIORITAS KEPERAWATAN
1. Dukungan proses adaptasi dan kemandirian
2. Meningkatkan kenyamanan
3. Mempertahankan fungsi fisiologis optimal
4. Mencegah komplikasi

5. Memberikan informasi tentang penyakit, perawatan dan kebutuhan terapi.


III.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.

Diare b/d inflamasi, iritasi, malabsorbsi usus atau penyempitan parsial lumen usus
sekunder terhadap proses keganasan usus.
Ditandai dengan:

Peningkatan bunyi usus/peristaltik


Peningkatan defekasi cair
Perubahan warna feses
Nyeri/kram abdomen
2.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien, status
hipermetabolik sekunder terhadap proses keganasan usus.
Ditandai dengan:

Penurunan berat badan, penurunan lemak subkutan/massa otot, tonus otot buruk
Peningkatan bunyi usus
Konjungtiva dan membran mukosa pucat
Mual, muntah, diare
3.

Ansietas (uraikan tingkatannya) b/d faktor psikologis (ancaman perubahan status


kesehatan, status sosio-ekonomi, fungsi-peran, pola interaksi) dan rangsang simpatis
(proses neoplasma)
Ditandai dengan:

Eksaserbasi penyakit tahap akut


Penigkatan ketegangan, distres, ketakutan

Iritabel
Fokus perhatian menyempit
4.

Koping individu tak efektif b/d intensitas dan pengulangan stesor melampaui ambang
adaptif (penyakit kronis, ancaman kematian, kerentanan individu, nyeri hebat, sistem
pendukung tak adekuat)
Ditandai dengan:

Menyatakan ketidakmampuan menghadapi masalah, putus asa, ansietas


Menyatakan diri tidak berharga
Depresi dan ketergantungan
5.

Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d kurang
pemaparan dan atau kesalahan interpretasi informasi.
Ditandai dengan:

Mengajukan pertanyaan, meminta informasi atau kesalahan pernyataan konsep


Tidak akurat mengikuti instruksi
Terjadi komplikasi/eksaserbasi yang dapat dicegah
6.

Nyeri akut b/d proses penyakit (kompresi/destruksi jar. Saraf, infiltrasi saraf atau suplai
vaskularnya, obstruksi jaras saraf, inflamasi) efek samping berbagai agen terapi saraf
kanker.
Ditandai dengan :
keluhan nyeri
memfokuskan pada diri sendiri/ penyempitan fokus
distraksi/ perilaku berhati-hati
gelisah, respons autonomik
IV.
INTERVENSI KEPERAWATAN

1.

Diare b/d inflamasi, iritasi, malabsorbsi usus atau penyempitan parsial lumen usus
sekunder terhadap proses keganasan usus.
INTERVENSI KEPERAWATAN

RASIONAL

1. Bantu kebutuhan defekasi (bila tirah baring siapkan -Defekasi tiba-tiba dapat terjadi tanp

alat yang diperlukan dekat tempat tidur, pasang tirai dan perlu diantisipasi dengan menyiapkan k
segera buang feses setelah defekasi).

-Mencegah timbulnya maslah kekurang

2. Tingkatkan/pertahankan asupan cairan per oral.


3. Ajarkan

tentang

makanan-minuman

memperburuk/mencetus-kan diare.

yang

-Membantu klien menghindari agen pen


dapat -Menilai perkembangan maslah.

-Mengantisipasi tanda-tanda bahaya

4. Observasi dan catat frekuensi defekasi, volume dan peritonitis yang memerlukan tindakan k
karakteristik feses.

-Antibiotika

untuk

membu

5. Observasi demam, takikardia, letargi, leukositosis, pertumbuhan agen patogen biologi


penurunan protein serum, ansietas dan kelesuan.

untuk menurunkan peristaltik usus

6. Kolaborasi pemberian obat-obatan sesuai program sekresi digestif, kortikosteroid untuk m


terapi (antibiotika, antikolinergik, kortikosteroid).
2.

inflamasi.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien,
status hipermetabolik sekunder terhadap proses keganasan usus.
INTERVENSI KEPERAWATAN

RASIONAL

-Menurunkan kebutuhan metabolik untuk


1. Pertahankan tirah baring selama fase akut/pasca terapi penurunan kalori dan simpanan energi.

2. Bantu perawatan kebersihan rongga mulut (oral -Meningkatkan kenyamanan dan selera m
hygiene).

-Asupan kalori dan protein tinggi perlu di

3. Berikan diet TKTP, sajikan dalam bentuk yang sesuai mengimbangi status hipermetabolisme kli
perkembangan kesehatan klien (lunak, bubur kasar, -Pemberian preparat zat besi dan vitamin
nasi biasa)

mencegah anemia; pemberian asam folat

4. Kolaborasi pemberian obat-obatan sesuai indikasi untuk mengatasi defisiensi karen amalbas
(roborantia)
5. Bila perlu, kolaborasi pemberian nutrisi parenteral.
3.

-Pemberian peroral mungkin dihentikan s


mengistirahatkan saluran cerna.

Kecemasan (uraikan tingkatannya) b/d faktor psikologis (ancaman perubahan


status kesehatan, status sosio-ekonomi, fungsi-peran, pola interaksi) dan rangsang
simpatis (proses neoplasma).
INTERVENSI KEPERAWATAN

RASIONAL

1. Orientasikan klien dan orang terdekat terhadap -Informasi yang tepat tentang situasi yang
prosedur rutin dan aktivitas yang diharapkan.
2. Eksplorasi kecemasan klien dan berikan umpan balik.

dapat

menurunkan

kecemasan/rasa

as

lingkungan sekitar dan membantu klien m

3. Tekankan bahwa kecemasan adalah masalah yang dan menerima situasi yang terjadi.

lazim dialami oleh banyak orang dalam situasi klien -Mengidentifikasi faktor pencetus/pemb
saat ini.

kecemasan dan menawarkan solusi yang da

4. Ijinkan klien ditemani keluarga (significant others) klien.

selama fase kecemasan dan pertahankan ketenangan -Menunjukkan bahwa kecemasan adalah w
lingkungan.
5. Kolaborasi pemberian obat sedatif.

hanya dialami oleh klien satu-satunya de

klien dapat memahami dan menerima keada

-Memobilisasi sistem pendukung, mence


terisolasi dan menurunkan kecemsan.

6. Pantau dan catat respon verbal dan non verbal klien -Menurunkan kecemasan, memudahkan isti
yang menunjukan kecemasan.
4.

-Menilai perkembangan masalah klien.

Koping individu tak efektif (koping menyangkal/defensif/depresi/agresi) b/d


intensitas dan pengulangan stesor melampaui ambang adaptif (penyakit kronis,
ancaman kematian, kerentanan individu, nyeri hebat, sistem pendukung tak
adekuat).
INTERVENSI KEPERAWATAN

RASIONAL

1. Bantu klien mengembangkan strategi pemecahan

masalah yang sesuai didasarkan pada kekuatan -Penderita kanker tahap dini dapat hidup
pribadi dan pengalamannya.

mengikuti program terapi yang tepat dan d

2. Mobilisasi dukungan emosional dari orang lain diet dan aktivitas yang sesuai

(keluarga, teman, tokoh agama, penderita kanker -Dukungan SO dapat membantu meningk
lainnya)

untuk mengikuti program terapi.

3. Kolaborasi terapi medis/keperawatan psikiatri -Terapi


bila klien mengalami depresi/agresi yang ekstrim.

psikiatri

depresi/agresi

mungkin

yang

berat

diperlukan
dan

lama

4. Kaji fase penolakan-penerimaan klien terhadap memperburuk keadaan kesehatan klien.


penyakitnya (sesuai teori Kubler-Ross)
5.

-Menilai perkembangan masalah klien.

Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d


kurang pemaparan dan atau kesalahan interpretasi informasi.
INTERVENSI KEPERAWATAN

RASIONAL

1. Kaji tingkat pengetahuan klien/orang terdekat dan


kemampuan/kesiapan belajar klien.

-Proses pembelajaran sangat dipengaruhi o

2. Jelaskan tentang proses penyakit, penyebab/faktor fisik dan mental klien.


risiko, dan dampak penyakit terhadap perubahan -Meningkatkan pengetahuan klien tentang
status kesehatan-sosio-ekonomi, fungsi-peran dan dialaminya.
pola interaksi sosial klien.

-Meningkatkan partisipasi dan kemandiria

3. Jelaskan tentang terapi pembedahan, radiasi dan mengikuti program terapi.


kemoterapi serta efek samping yang dapat terjadi

-Penderita kanker yang mengikuti prog

4. Tekankan pentingnya mempertahan-kan asupan tepat dengan status gizi yang adekua
nutrisi dan cairan yang adekuat.

kualitas hidupnya.

6. Nyeri akut b/d proses penyakit (kompresi/destruksi jar. saraf, infiltrasi saraf atau
suplai vaskularnya, obstruksi jaras saraf, inflamasi) efek samping berbagai agen
terapi saraf kanker.
INTERVENSI KEPERAWATAN

RASIONAL

-Membantu dalam evaluasi gejala nyeri ka

Penggunaan skala rentang membantu pasi

mengkaji tingkat nyeri dan memberikan ala

evaluasi keefektifan analgesik, meningkatk

-Ketidaksesuaian antar petunjuk verbal/ n


1.

Tanyakan

pasien

tentang

nyeri.

Tentukan memberikan

petunjuk

derajat

nyer

karakteristik nyeri. Buat rentang intensitas pada skala keefektifan intervensi.


0 10.

-Insisi posterolateral lebih tidak nyaman un

2.

Kaji pernyataan verbal dan non-verbal nyeri pasien

3.

Catat kemungkinan penyebab nyeri patofisiologi dan kehilangan sesuai diagnosa kanker dap
dan psikologi.

pada insisi anterolateral. Selain itu takut, d


kemampuan mengatasinya

4.

Dorong menyatakan perasaan tentang nyeri.

5.

Berikan tindakan kenyamanan. Dorong dan ajarkan menurunkan ambang persepsi nyeri.
penggunaan teknik relaksasi
DAFTAR PUSTAKA

-Takut/ masalah dapat meningkatkan teg

-Meningkatkan relaksasi dan pengalihan pe

Carpenito (2000), Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, Ed.6, EGC, Jakarta
Doenges at al (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, EGC, Jakarta
Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4, EGC, Jakarta
Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam, Jld.II, BP FKUI, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai