Anda di halaman 1dari 16

GAMBARAN KUALITAS PEGAWAI DELAMI BRANDS MANUFACTURING

BANDUNG
Dina Marliani 1, Mamat Lukman 1, Nur Oktavia Hidayati 1
1

Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas padjadjaran, Bandung, Jawa Barat

ABSTRAK
Skripsi ini tentang kualitas tidur pegawai delami brands manufacturing bandung.
Sampel yang diambil oleh peneliti hanya wanita. Untuk mengetahui kualitas tidur pegawai
delami dengan menggunakan alat ukur yaitu PSQI (Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI).
Instrumen ini berasal dari Bussye, instrumen ini banyak digunakan oleh peneliti sebelumnya
dari universitas sumatera utara dan sudah dalam versi bahasa indonesia. Penilaian PSQI
terdiri dari kualitas tidur subjektif, latensi tidur, durasi tidur, efisiensi tidur, gangguan tidur,
penggunaan obat tidur dan disfungsi tidur pada siang hari. Jenis penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah deskriptif. Sampel yang diteliti berjumlah 94 responden.
Penarikan sampel per gedung peneliti menggunakan random sampling dan ketika
menyebarkan kuisioner peneliti menggunakan aksidental. Berdasarkan hasil penelitian,
diketahui kualitas tidur pegawai delami adalah hampir sebagian besar dari responden (53%)
mempunyai kualitas tidur yang buruk dan hampir setengahnya dari responden (47%)
mempunyai kualitas tidur yang baik.
Kata Kunci : Tidur, Kualitas tidur, Dewasa, kesehatan kerja
ABSTRACT
This thesis is about the quality of sleep delami brands manufacturing bandung
employee. Sleep quality is an individual's ability to stay asleep and get some REM and NREM
sleep right, not many companies in Indonesia that preventive efforts, so that employees make
preventive efforts such as adequate sleep. To determine the quality of sleep delami employees
using the measuring tool PSQI (Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). This instrument
comes from Bussye, This instrument is widely used by previous researchers from North
Sumatra university and already in the Indonesian version. PSQI assessment of subjective
sleep quality, sleep latency, sleep duration, sleep efficiency, sleep disturbances, use of
sleeping pills and sleep in the daytime dysfunction. research used in this research is
descriptive, Studied sample of respondents 94 employee. Samples taken by the researcher
only woman. Withdrawal of samples building researchers use random sampling and when
deploying researchers used questionnaires accidental. Based on the results of the study,
known delami sleep quality employees is almost the majority of respondents (53%) had poor
sleep quality, and nearly half of respondents (47%) had good quality sleep.
Keyword: sleep, sleep quality, adult, occupational health

PENDAHULUAN
Kebutuhan tidur pekerja dewasa adalah masalah utama dalam masyarakat. Banyak
tuntutan dari pekerjaan maupun keluarga sehingga pekerja dewasa tidak menaruh perhatian
1
Dina Marliani, S. Kep
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (JL. Raya Bandung- Sumedang Km 21 Jatinangor-Sumedang)
Email ; dinamarliani@yahoo.co.id, 085624835853

yang cukup pada kebutuhan istirahat mereka. Pada orang dewasa membutuhkan cukup tidur
untuk berpartisipasi dalam kesibukan aktivitas seperti bekerja (Potter & Perry, 2005). Jika
kebutuhan tidur kurang maka kemampuan untuk konsentrasi, mengambil keputusan,
berpartisipasi dalam aktivitas harian akan menurun dan iritabilitas akan meningkat (Potter &
Perry, 2005). Kualitas dan kuantitas tidur yang tidak optimal pada pegawai beban kerja yang
besar ditempat kerja menyebabkan para pegawai ini seringkali mengantuk saat bekerja.
Secara langsung atau tidak keadaan tersebut menyebabkan menurunnya efisiensi kerja.
Diperkirakan tiap tahun, 20-40% orang dewasa mengalami kesukaran tidur dan 17%
diantaranya mengalami masalah serius. Prevalensi gangguan tidur setiap tahun semakin
meningkat, hal ini juga sesuai dengan peningkatan usia dan berbagai penyebab. Menurut data
International Of Sleep Disorder, prevalensi penyebab-penyebab gangguan tidur yaitu
sindroma kaki gelisah (5-15%), ketergantungan alkohol (10%), sindroma terlambat tidur (510%), depresi (65%) (Japardi, 2002). Hal ini tentunya memiliki dampak yang serius bagi
semua orang yang membutuhkan konsentrasi penuh. Karena jika tidak konsentrasi, maka
dapat terjadi kecelakaan kerja dan kelalaian.
Tidur terdiri dari kualitas tidur dan kuantitas tidur. Kualitas tidur adalah kemampuan
tiap individu untuk mempertahankan keadaan tidur dan untuk mendapatkan tahap tidur REM
dan NREM yang pas. Sementara kuantitas tidur adalah keseluruhan waktu tidur indivudu
(Kozier, 2010). .
Garment Delami merupakan salah satu garment yang bergerak dibidang industri
pakaian, baik eksport maupun lokal. Garment ini memiliki 8 gedung dan mempekerjakan
3200 pegawai yang bekerja sesuai keahlian masing-masing individunya seperti menjahit,
membuat pola, mengobras, memasang kancing, mekanik, sablon, menyetrika pakian yang
sudah jadi, melipat baju, dan packing. Penempatan semua proses dari menjahit hingga

2
Dina Marliani, S. Kep
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (JL. Raya Bandung- Sumedang Km 21 Jatinangor-Sumedang)
Email ; dinamarliani@yahoo.co.id, 085624835853

packing adalah ditempatkan dalam satu gedung. Tiap gedung berisi 400 pegawai, dalam
penelitian ini penulis hanya melakukan penelitian pada pegawai yang bekerja dibagian
menjahit saja. Populasi pegawai yang bekerja dibagian menjahit berjumlah 1600 pegawai
yang tiap gedungnya terdapat 200 pegawai.
Jam kerja yang diterapkan perusahaan mulai berkerja jam 7 pagi hingga jam 4 sore.
Jam kerja yang diterapkan adalah 9 jam. Jadwal bekerja senin sampai jumat. Dalam
penetapan keputusan menteri tahun 2003 jam kerja 7 jam dalam satu hari dan 40 jam dalam
satu minggu untuk 6 enam hari kerja dalam satu minggu atau delapan jam dalam satu hari
dan 40 jam dalam satu minggu untuk 5

hari kerja dalam satu minggu. Perusahaan

menggunakan hari sabtu untuk lembur. Selain jadwal kerja yang tidak sesuai dengan anjuran
pemerintah pegawai dihadapkan pada lingkungan bekerja yang kurang nyaman karena tingkat
kebisingan di tempat kerja. Nilai ambang maksimal yang diterapkan pemerintah pada
pegawai yang terpajan lingkungan bising ditempat kerja adalah 8 jam sama dengan 85 Db.
Bising menyebabkan berbagai gangguan terhadap tenaga kerja salah satunya gangguan
psikologis seperti susah tidur (Buchari, 2007).
Peneliti melakukan studi pendahuluan pada 15 orang pegawai di delami brands
manufacturing bagian menjahit mengenai pola tidur pada pegawai. Studi pendahuluan ini
dilakukan pada pegawai dibagian menjahit dikarenakan bagian tersebut sering dikenakan
lembur karena kelalaian dalam bekerja seperti salah memasang label, menjahit bagian bahan
baju, dan bagian ini juga memiliki potensial hazard seperti kebisingan. Dari hasil studi
pendahuluan didapatkan bahwa pekerja melakukan persiapan sebelum bekerja dengan tidur
yang cukup sebagai upaya agar tidak terjadi kecelakaan atau kelalaian saat bekerja, 5 orang
menyatakan kadang-kadang mengalami sulit tidur dan terbangun di tengah malam, 6
responden terlihat mempunyai area gelap disekitar mata pekerja menutupi bagian gelap

3
Dina Marliani, S. Kep
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (JL. Raya Bandung- Sumedang Km 21 Jatinangor-Sumedang)
Email ; dinamarliani@yahoo.co.id, 085624835853

dimata dengan make up, 7 responden mengkonsumsi kopi untuk tetap terjaga, dan 5
responden mengkonsumsi suplemen untuk tetap terjaga dan diketahui hampir sebagian 10
responden menyatakan sering kehilangan konsentrasi saat bekerja dan sering mengantuk saat
bekerja yang dapat mengakibatkan tingkat ketepatan saat bekerja menurun seperti salah
memasang label atau salah dalam menjahit, hal tersebut dapat menurunkan produktivitas.
Ketika memiliki kualitas tidur baik, maka segala aktivitas tubuh dan aktivitas
kehidupan sehari-hari akan berjalan lancar. Sebaliknya, jika kualitas tidur buruk, berbagai
efek negatif muncul. Antibodi menjadi lemah, berdasarkan studi JAMA, mereka yang tidur
kurang dari 7 jam per malam bisa 3 kali lebih rentan mengalami rasa dingin. Penelitian ini
bertujuan untuk mengidentifikasi kualitas tidur para pegawai di delami brands manufacturing
bandung yang termasuk perusahaan garment.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui kualitas tidur pegawai delami brands manufacturing. Variabel
dalam penelitian ini merupakan variabel tunggal yakni kelitas tidur pegawai delami brands
manufacturing.
Populasi dalam penelitian ini adalah pegawai yang bekerja di bagian menjahit saja
jumlah populasi adalaha 3200. Dari jumlah tersebut diambil sampel sebanyak 94 orang yang
didapatkan dari rumus slovin dengan estimasi 0,1. Dalam penelitian ini digunakan simple
random sampling dengan mengambil sample menggunakan kocokan dari pegawai gedung
satu hingga gedung 8, sedangkan dalam pembagian kuisioner menggunakan aksidental.
Sampel yang diambil sebagai responden hanya wanita.

4
Dina Marliani, S. Kep
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (JL. Raya Bandung- Sumedang Km 21 Jatinangor-Sumedang)
Email ; dinamarliani@yahoo.co.id, 085624835853

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan angket/ kuisioner yang sudah baku yaitu kuisioner PSQI Pittsburgh Sleep
Quality Index yang terdiri dari 7 indikator penilaian yakni kualitas tidur subjektif, latensi
tidur, durasi tidur, efisiensi tidur, gangguan tidur, pengguanaan obat tidur dan gangguan pada
siang hari seperti mengantuk.
Teknik analisa data yang digunakan adalah analisa deskriptif, dengan menggunakan
rumus distribusi frekuensi.
Lokasi penelitian di Delami Brands Manufacturing Bandung. Tanggal 1 juni sampai 4
juni sampai 11 juni 2012.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel 1 Distribusi Frekuensi Kualitas Tidur
Kualitas
f

Baik

44

47

Buruk

50

53

Jumlah

94

100%

Berdasarkan hasil penelitian kualitas tidur disimpulkan hampir sebagian pegawai


garment memiliki kualitas tidur yang buruk hampir sebagian besar dari responden 53 % yaitu
mempunyai kualitas tidur yang buruk dan hampir setengahnya dari responden (47%)
mempunyai kualitas tidur yang baik. Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang terhadap
tidur, sehingga seseorang tersebut tidak memperlihatkan perasaan lelah, mudah terangsang,
dan gelisah, lesu, apatis, kehitaman disekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva
merah, mata perih, perhatian terpecah-pecah, sakit kepala, dan sering menguap atau
mengantuk (Alimul, 2006).
7 Indikator Penilaian Kualitas Tidur

5
Dina Marliani, S. Kep
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (JL. Raya Bandung- Sumedang Km 21 Jatinangor-Sumedang)
Email ; dinamarliani@yahoo.co.id, 085624835853

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Kualitas Tidur Subjektif


Persepsi
f
%
Sangat baik
4
4
Baik
88
94
Buruk
2
2
Sangat buruk
0
0
Jumlah
94
100%

Berdasarkan hasil penelitian untuk kualitas tidur subjektif pegawai didapatkan


hampir seluruhnya dari responden (94%) menyatakan kualitas tidur mereka baik. sedangkan
pada kelompok sangat baik (4%), (2%) menyatakan kualitas mereka buruk dan tidak seorang
pun dari responden (0%) yang menyatakan kualitas tidur mereka sangat buruk. Tidur adalah
pengalaman subjektif. Hanya klien yang dapat melaporkan apakah tidurnya cukup cukup dan
nyenyak atau tidak.
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Latensi Tidur
Waktu
f
< 15 menit
40
16-30 menit
43
31-61 Menit
9
>60 menit
2
Jumlah
94

%
42
46
10
2
100%

Berdasarkan hasil penelitian untuk kelompok latensi tidur atau waktu yang
dibutuhkan seseorang hingga tertidur di dapatkan data hampir setengahnya dari responden
(42%) dapat tertidur dalam waktu <15 menit, hampir setengahnya dari responden (46%)
dapat tertidur dengan waktu 16-30 menit, (9%) baru dapat tertidur setelah menunggu 31-60
menit dan (2%) dapat tertidur >60 menit. Ketika orang mencoba tidur, mereka akan menutup
mata dan berada dalam posisi relaks. Stimulus ke SAR menurun jika ruangan gelap dan
tenang, maka aktivasi SAR menurun. Pada beberapa bagian, BSR mengambil alih, yang
meneybabkan tidur. Secara normal, pada orang dewasa, pola tidur rutin dimulai dengan
periode sebelum tidur.

6
Dina Marliani, S. Kep
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (JL. Raya Bandung- Sumedang Km 21 Jatinangor-Sumedang)
Email ; dinamarliani@yahoo.co.id, 085624835853

Waktu
>7 jam
7 jam
5-6 jam
<6 jam
Jumlah

Tabel 4 Distribusi Frekuensi Durasi Tidur


F
42
21
24
7
94

%
45
22
26
7
100%

Berdasarkan hasil penelitian diketahui hampir setengahnya dari responden (45%)


tidur pulas lebih dari 7 jam, sebagian responden (22%) tidur selama 7 jam, (25%) tidur 5-6
jam dan (7%) tidur selama kurang dari 5 jam. Durasi dan kualitas tidur beragam diantara
orang-orang dari semua kelompok usia. Seseorang mungkin merasa cukup beristirahat
dengan tidur selama 4 jam, sementara yang lain membutuhkan tidur selama 10 jam.
Effisiensi
>85%
75-84%
65-74%
<65
Jumlah

Tabel 5 Distribusi Frekuensi Effisiensi Tidur


F
%
58
62
11
12
8
9
17
17
94
100%

Berdasarkan hasil penelitian untuk kelompok effisiensi tidur yang dihitung


berdasarkan jam tidur dan bangun tidur di bagi jam lama tidur pulas seseorang. Effisiensi
tidur pegawai delami yaitu didapatkan hampir sebagian besar responden (61%) mempunyai
effisiensi tidur lebih dari 85%, (12%) mempunyai effisiensi tidur 75-84%, sedangkan (9%)
hanya memiliki effisiensi tidur sebanyak 65-74% dan (18%) mempunyai effisiensi tidur
kurang dari 65% .
Efisiensi tidur didefinisikan sebagai rasio lama tidur yang sebenarnya dengan lama
tidur kita di atas tempat tidur. Kelompok dengan jam tidur panjang kebanyakan mengalami
tidur jenis NREM-dangkal dan REM, sehingga akhirnya tidur yang tidak berkualitas pun
menjadi berkesinambungan. Padahal kuantitas tidur NREM-dalam yang dialami kelompok
jam tidur panjang dan jam tidur pendek adalah sama. Oleh sebab itu, untuk memperoleh tidur
dengan kualitas baik, sebaiknya tidur panjang dihindari.
7
Dina Marliani, S. Kep
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (JL. Raya Bandung- Sumedang Km 21 Jatinangor-Sumedang)
Email ; dinamarliani@yahoo.co.id, 085624835853

Item Gangguan Tidur


Tabel 6 Tidak Bisa Tertidur Dalam Tempo 30 menit
Waktu
f
%
Tidak ada pada bulan yang lalu
43
46
< sekali dalam seminggu
31
33
1-2 kali dalam seminggu
11
12
3 atau > dalam seminggu
9
9
Jumlah
94
100%

Berdasarkan hasil penelitian tidak bisa tertidur dalam tempo 30 menit. Pada tabel
diatas dapat diketahui, hampir setengahnya dari responden (46%) tidak mengalami tidak bisa
tertidur dalam tempo 30 menit, hampir setengahnya dari responden (33%) mengalami kurang
dari sekali dalam seminggu, sebagian kecil dari responden (11%) mengalami tidak bisa
tertidur dalam tempo 30 menit 1-2 kali dalam seminggu, dan sebagian kecil dari responden
mengalami tidak bisa tertidur 3 atau lebih dalam seminggu. Selama seseorang terjaga hanya
rasa kantuk yang bertahap berkembang secara teratur. Periode ini secara normal berakhir 10
hingga 30 menit, tetapi untuk seseorang yang memiliki kesulitan untuk tertidur, akan
berlangsung satu jam atau lebih (Potter & Perry, 2005 ).
Tabel 7 Terbangun Tengah Malam Atau Bangun pagi terlalu cepat
Waktu
f
%
Tidak ada pada bulan yang lalu
28
30
< sekali dalam seminggu
26
28
1-2 kali dalam seminggu
24
25
3 atau > dalam seminggu
16
17
Jumlah
94
100%

Berdasarkan hasil penelitian terbangun tengah malam atau bangun pagi terlalu cepat,
pada tabel diatas dapat diketahui hampir setengahnya dari responden (30%) tidak mengalami
terbangun tengah malam atau bangun pagi terlalu cepat, hampir setengahnya dari responden
(26%) mengalami kurang dari sekali dalam seminggu, hampir setengahnya dari responden
(24) mengalami 1-2 kali dalam seminggu, dan sebagian kecil dari responden yang mengalami
3 atau lebih dalam seminggu. Pada seseorang yang mengalami terbangun tengah malam atau
bangun pagi terlalu cepat dikhawatirkan mengalami insomnia, adalah ketidakmampuan untuk
tidur dengan jumlah atau kualitas yang cukup. (Kozier, 2010)
8
Dina Marliani, S. Kep
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (JL. Raya Bandung- Sumedang Km 21 Jatinangor-Sumedang)
Email ; dinamarliani@yahoo.co.id, 085624835853

Tabel 8 Harus Bangun untuk ke Kamar Mandi


Waktu
f
Tidak ada pada bulan yang lalu
36
< sekali dalam seminggu
19
1-2 kali dalam seminggu
18
3 atau > dalam seminggu
21
Jumlah
94

%
39
20
19
22
100%

Berdasarkan hasil penelitian harus bangun untuk ke kamar mandi. pada tabel diatas
dapat diketahui hampir setengahnya dari responden (36%) tidak harus bangun untuk ke
kamar mandi, sebagian kecil dari responden (19%) harus bangun untuk ke kamar mandi
kurang dari sekali dala seminggu, sebagian kecil dari responden (18) harus pergi untuk ke
kamar mandi 1-2 kali dalam seminggu, dan sebagian kecil dari responden (21%) harus
bangun untuk kekamar mandi 3 atau lebih dalam seminggu. Kebutuhan untuk berkemih
dimalam hari dapat menggangu tidur dan orang yang terbangun dimalam hari untuk berkemih
kadang kala mengalami kesulitan untuk dapat tidur kembali (Kozier, 2010).
Tabel 9 Sulit Bernapas\
Waktu
f
Tidak ada pada bulan yang lalu
82
< sekali dalam seminggu
8
1-2 kali dalam seminggu
3
3 atau > dalam seminggu
1
Jumlah
94

%
89
9
3
1
100%

Tabel 10 Batuk
Waktu
Tidak ada pada bulan yang lalu
< sekali dalam seminggu
1-2 kali dalam seminggu
3 atau > dalam seminggu
Jumlah

f
74
11
5
4
94

%
79
12
5
4
100%

Berdasarkan hasil penelitian sulit bernapas, pada tabel diatas dapat diketahui hampir
seluruhnya (87%) tidak mengalami sulit bernapas pada bulan yang lalu, sebagian kecil dari
responden (8%) sulit bernapas kurang dari sekali dalam seminggu, sebagian kecil dari
responden (3%) mengalami sulit bernapas 1-2 kali dalam seminggu, dan sebagian kecil dari
9
Dina Marliani, S. Kep
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (JL. Raya Bandung- Sumedang Km 21 Jatinangor-Sumedang)
Email ; dinamarliani@yahoo.co.id, 085624835853

responden (1%) , mengalami sulit bernapas 3 atau lebih dalam seminggu. Dan berdasarkan
hasil penelitian batuk, pada tabel diatas dapat diketahui hampir sebagian besar dari responden
(74%) tidak mengalami batuk pada bulan yang lalu, sebagian kecil dari responden (11%)
mengalami batuk kurang dari sekali dalam seminggu, sebagian kecil dari responden (5%)
mengalami baruk 1-2 kali dalam seminggu dan sebagian dari responden (4%) mengalami
batuk 3 atau lebih dalam semiggu. Kondisi pernapasan sangat mengganggu tidur individu.
Napas pendek seringkali membuat sulit tidur dan orang yang mengalami masalah pernapasan
sumbatan hidung atau drainase sinus dapat mengalami masalah pernapasan dan kemudian
dapat membuatnya sulit tidur.
Tabel 11 Distribusi Frekuensi Merasa Kedinginan
Waktu
f
%
Tidak ada pada bulan yang lalu
45
48
<sekali dalam seminggu
23
24
1-2 kali dalam seminggu
13
14
3 atau > dalam seminggu
13
14
Jumlah
94
100%

Tabel 12 Distribusi Frekuensi Merasa Kepanasan


Waktu
f
%
Tidak ada pada bulan yang lalu
46
49
<sekali dalam seminggu
26
28
1-2 kali dalam seminggu
15
16
3 atau > dalam seminggu
7
7
Jumlah
94
100%
Berdasarkan hasil penelitian merasa kedinginan, pada tabel diatas dapat diketahui
hampir setengahnya dari responden (48%) tidak merasa kedinginan pada bulan yang lalu,
sebagian kecil responden (23%) merasa kedinginan kurang dari sekali dalam seminggu,
sebagian kecil dari responden (14%) merasa kedinginan 1-2 kali dalam seminggu, dan
sebagian kecil dari responden (14%) merasa kedinginan 3 atau lebih dalam seminggu. Dan
berdasarkan hasil penelitian merasa kepanasan, dapat diketahui hampir setengahnya dari
responden (49%) tidak merasa kepanasan pada bulan yang lalu, hampir setengahnya dari
10
Dina Marliani, S. Kep
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (JL. Raya Bandung- Sumedang Km 21 Jatinangor-Sumedang)
Email ; dinamarliani@yahoo.co.id, 085624835853

responden (48%) merasa kepanansan kurang dari sekali dalam seminggu, sebagian kecil dari
responden (16%) merasa kepanasan 1-2 kali dalam seminggu, dan sebagian kecil dari
responden (7%) merasa kepanasan 3 atau lebih dalam seminggu. Ketiadaan stimulus yang
biasa atau keadaan stimulus yang tidak biasa dapat mencegah orang untuk tidur.
Ketidaknyamanan lingkungan dan kurang ventilasi dapat mempengaruhi tidur. Kadar cahaya
dapat menjadi faktor lain yang berpengaruh. Peningkatan suhu dapat menyebabkan
pengurangan tahap III DAN IV NREM dan REM.
Tabel 13 Distribusi Frekuensi Mimpi Buruk
Waktu
f
%
Tidak ada pada bulan yang lalu
64
68
<sekali dalam seminggu
20
21
1-2 kali dalam seminggu
9
10
3 atau > dalam seminggu
1
1
Jumlah
94
100%
Berdasarkan hasil penelitian mimpi buruk, Pada tabel diatas dapat diketahui hampir
sebagian besar dari responden (68%) tidak menglami mimpi buruk pada bulan yang lalu,
sebagian kecil dari responden (21%) mengalami mimpi buruk kurang dari sekali dalam
seminggu, sebagian kecil dari responden (10%)mengalami mimpi buruk 1-2 kali dalam
seminggu dan sebagian kecil dari responden (1%) mengalami mimpi buruk 3 atau lebih
dalam seminggu. Pada tahap tidur NREM terjadi mimpi yang penuh warna dan tampak hidup
dapat terjadi pada REM. Mimpi yang kurang hidup dapat terjadi pada tahap yang lain. Jika
seseorang mengalami parasomnia akan terjadi mimpi buruk pada tahap NREM.
Tabel 14 Distribusi Frekuensi Merasa Nyeri atau Pegal-pegal
Waktu
F
%
Tidak ada pada bulan yang lalu
31
33
<sekali dalam seminggu
18
19
1-2 kali dalam seminggu
18
19
3 atau > dalam seminggu
27
29
Jumlah
94
100%

11
Dina Marliani, S. Kep
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (JL. Raya Bandung- Sumedang Km 21 Jatinangor-Sumedang)
Email ; dinamarliani@yahoo.co.id, 085624835853

Berdasarkan hasil penelitian merasa nyeri atau pegal-pegal, Pada tabel diatas dapat
diketahui hampir setengahnya dari responden (33%) tidak mengalami nyeri atau pegal-pegal
pada bulan yang lalu, sebagian kecil dari responden (19%) mengalami nyeri dan pegal-pegal
kurang dari sekali dalam seminggu, sebagian kecil responden (19%) mengalami nyeri atau
pegal-pegal 1-2 kali dalam seminggu dan hampir setengahnya dari responden mengalami
nyeri atau pegal-pegal 3 atau lebih dalam seminggu. Setiap penyakit yang menyebabkan
nyeri, ketidaknyamanan fisik (misal, kesulitan bernapas), atau masalah suasana hati seperti
kecemasan atau depresi, dapat menyebabkan masalah tidur. Seseorang dengan perubahan itu
menpunyai masalah kesulitan tidur atau tetap tidur (Potter & Perry, 2005).
Tabel 15 Distribusi Frekuensi Alasan Lain yang Mengganggu Tidur
Waktu
f
%
Tidak ada pada bulan yang lalu
57
61
<sekali dalam seminggu
8
9
1-2 kali dalam seminggu
14
14
3 atau > dalam seminggu
15
16
Jumlah
94
100%

Berdasarkan hasil penelitian alasan lain yang mengganggu tidur , pada tabel diatas
dapat diketahui, hampir sebagian besar dari responden (61%) tidak memiliki alasan lain yang
mengganggu tidur pada bulan yang lalu, sebagian kecil responden (8%) memiliki alasan lain
yang mengganggu tidur kurang dari sekali dalam seminggu, sebagian kecil dari responden
(14%) memiliki alasan lain yang mengganggu tidur 1-2 kali dalam seminggu, dan hampir
setengahnya dari responden (15%) memiliki alasan lain yang mengganggu tidur 3 atau lebih
dalam seminggu. Faktor fisiologis, psikologis, dan lingkungan dapat mengubah kualitas dan
kuantitas tidur (Potter & Perry , 2005).

12
Dina Marliani, S. Kep
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (JL. Raya Bandung- Sumedang Km 21 Jatinangor-Sumedang)
Email ; dinamarliani@yahoo.co.id, 085624835853

Penggunaan Obat Tidur


Tabel 16 Distribusi Frekuensi Penggunaan Obat Tidur
waktu
f
%
Tidak ada pada bulan yang lalu
80
85
<sekali dalam seminggu
11
12
1-2 kali dalam seminggu
3
3
3 atau > dalam seminggu
0
0
Jumlah
94
100%
Berdasarkan hasil penelitian penggunaan obat tidur pegawai delami. Pada tabel
diatas dapat diketahui hampir sebagian besar dari responden yaitu (85%) tidak menggunakan
obat tidur untuk membantu tidur, (12%) menggunakan obat tidur kurang dari sekali dalam
seminggu, (3%) mengkonsumsi obat tidur sekali atau dua kali dalam seminggu, dan (0%)
yang mengkonsumsi obat tidur tiga kali atau lebih dalam seminggu. Medikasi yang
diresepkan untuk tidur sering memberi banyak masalah daripada keuntungan. Orang dewasa
muda dan tengah dapat tergantung pada obat tidur untuk mengatasi stressor gaya hidupnya.
Penggunaan medikasi untuk tidur dalam jangka panjang dapat mengganggu pola tidur dan
memperburuk masalah insomnia (Potter & Perry, 2005)
Item Disfungsi pada Siang Hari
Tabel 17 Distribusi Frekuensi Mengantuk Hingga Tertidur ketika Mengemudi, Makan,
atau terlibat dalam Aktivitas
Waktu
f
%
Tidak ada pada bulan yang lalu
73
78
<sekali dalam seminggu
18
19
1-2 kali dalam seminggu
3
3
3 atau > dalam seminggu
0
0
Jumlah
94
100%
Berdasarkan hasil penelitian mengantuk hingga tertidur ketika mengemudi, makan,
atau terlibat dalam aktivitas, pada tabel diatas dapat diketahui hampir seluruhnya dari
responden (78%) tidak mengalami mengantuk hingga tertidur pada bulan yang lalu, sebagian
kecil dari responden (19%) mengalami mengantuk hingga tertidur pada bulan yang lalu
kurang dari sekali dalam seminggu, sebagian kecil responden (3%) mengalami mengantuk
hingga tertidur 1-2 kali dalam seminggu, dan tidak seorangpun dari responden mengalami
13
Dina Marliani, S. Kep
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (JL. Raya Bandung- Sumedang Km 21 Jatinangor-Sumedang)
Email ; dinamarliani@yahoo.co.id, 085624835853

mengantuk hingga tertidur 3 atau lebih dalam seminggu. Mengantuk menjadi patologis ketika
mengantuk terjadi pada waktu ketika individu harus atau ingin

terjaga. Orang yang

kehilangan tidur sementara karena kegiatan sosial malam yang aktif atau jadwal kerja yang
memanjang biasanya akan merasa mengantuk pada hari berikutnya
Tabel 18 Distribusi Frekuensi Masalah yang Membuat Responden tidak Ingin
Menyelesaikannya
Waktu
F
%
Tidak ada masalah
29
31
Hanya masalah kecil
57
61
Masalah besar
5
5
Masalah yang sangat besar
3
3
Jumlah
94
100%
Berdasarkan hasil penelitian yang membuat responden tidak ingin menyelesaikannya,
pada tabel diatas dapat diketahui hampir setengahnya dari responden (31%) tidak memiliki
masalah pada bulan yang lalu, hampir sebagian besar dari responden (61% )hanya masalah
kecil yang tidak ingin diselesaikan, sebagian kecil (5%) masalah besar yang tdak ingin
diselesaikan, sebagian kecil (3%) memiliki masalah yang sangat besar yang tidak ingin
diselesaikan. Ansietas meningkatkan kadar neropinefrin dalam darah melalui stimulasi sistem
saraf simpatis. Perubahan kimia ini menyebabkan kurangnya waktu tidur tahap IV NREM
serta lebih banyak perubahan dalam tahap tidur lain dan lebih sering terbangun (Kozier,
2010).

SIMPULAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada pegawai Delami Brands
Manufacturing didapatkan bahwa kualitas tidur pegawai delami adalah hampir sebagian besar
dari responden (53%) mempunyai kualitas tidur yang buruk dan hampir setengahnya dari
responden (47%) mempunyai kualitas tidur yang baik. Hasil dari penelitian kualitas tidur

14
Dina Marliani, S. Kep
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (JL. Raya Bandung- Sumedang Km 21 Jatinangor-Sumedang)
Email ; dinamarliani@yahoo.co.id, 085624835853

menggambarkan kualitas tidur yang buruk dan banyak pegawai yang mempunyai gangguan
untuk mendapatkan kualitas tidur yang baik.

SARAN
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa kualitas tidur sebagian pegawai adalah
buruk maka diharapkan kepada perusahaan diharapkan agar lebih mengusahakan upaya
preventif kualitas tidur juga berpengaruh terhadap terjadinya kelalaian kerja dan kualitas
produksi yang dihasilkan. Dan pihak menagemen lebih berkordinasi dengan tenaga kesehatan
melakukan upaya preventif juga perlu untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan terjadi.
Kepada perawat kesehatan kerja diharapkan tidak hanya memperhatikan perilaku
pegawai hanya diperusahaan, diperlukan pengkajian yang lebih mendalam pada pegawai saat
dirumah. Sedikit banyak perilaku atau masalah yang dialami dirumah berpengaruh terhadap
kinerja kerja pegawai.
kepada penelitian selanjutnya diharapkan dapat memberikan informasi sebagai data
awal kualitas tidur pegawai delami. Dengan adanya hasil kualitas tidur para pegawai buruk,
maka diharapkan akan ada penelitian mengenai kualitas tidur pada perusahaan yang
mempunyai tingkat kecelakaan yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, Aimul.H. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Munusia : Aplikasi Konsep dan. Proses
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Buchari, 2007. Kebisingan Industri dan Hearing Conservartion program. Universitas
Sumatera Utara Repository.
Bussye D, et al. 1989. The Pittsburgh Sleep Quality Index: A New Instrumen For
Psychiatric and Research. Available at:
Http://sakai.ohsu.edu/acces/content/brodym/N547A%20spring08/apendix/PSQI.doc.
(diakses 29 januari 2012)

15
Dina Marliani, S. Kep
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (JL. Raya Bandung- Sumedang Km 21 Jatinangor-Sumedang)
Email ; dinamarliani@yahoo.co.id, 085624835853

Japardi, I., 2002. Gangguan Tidur . Fakultas Kedokteran Bagian Bedah Universitas Sumatra
Utara. USU Digital Library.
Kozier, Barbara.2010. Fundamental Of Nursing : Concept, Process, and Practise : Four
Edition,volume 2, Jakarta:EGC.
Lubis, Petty. 2010. Efek Negatif Dari Kurang Tidur. Available at
http://antock.wordpress.com/2010/01/23/efek-negatif-dari-kurang-tidur-2/
Metronews.minggu,29 januari 2012. Bising dan Kualitas Tidur. Available at
http://metrotvnews.com/metromain/news/2012/01/29/80133/Bising-dan-Kualitas
Tidur (diakses 8 februari 2012)
Potter & Perry . 2000. Guide to Basic Skill and Prosedur Dasar, Edisi III. Penerbit buku
kedokteran EGC.
Potter & Perry. 2005. BukuAjar Fundamental Keperawatan Volume 1. Jakarta: EGC.

16
Dina Marliani, S. Kep
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran (JL. Raya Bandung- Sumedang Km 21 Jatinangor-Sumedang)
Email ; dinamarliani@yahoo.co.id, 085624835853

Anda mungkin juga menyukai