Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN AKUT MIOKARD INFARK (AMI)

DI RUANG IGD RSUD TUGUREJO SEMARANG

DI SUSUN OLEH :
1. NURLAELI SOFIAH
2. NURODA AFRIANINGTIYAS
3. OKTAVIANA NURVIKASARI
4. REKI MARDI TAMELAN

PROGRAM STUDI PROFESI NERS STIKES HARAPAN BANGSA


PURWOKERTO
2015/2016

A. PENGERTIAN
Infark Miokard Akut ( AMI ) adalah nekrosis miokard akibat aliran
darah ke otot jantung terganggu ( S. Harun, Ilmu Penyakit Dalam edisi ketiga
FK UI, hal 1098 ).
Infark Miokard Akut (IMA) adalah terjadinya nekrosis miokard yang
cepat disebabkan oleh karena ketidakseimbangan yang kritis antara aliran
darah dan kebutuhan darah miokard. (M. Widiastuti Samekto, 13 : 2001)
Infark miokardium

mengacu pada proses rusaknya jaringanjantung

akibat suplai darah yang tidak adekuat sehingga aliran darah koroner
berkurang. (Smetzler Suzanne C & Brenda G. Bare, 768 : 2002)

B. ETIOLOGI
Umumnya AMI didasari oleh adanya aterosklerosis pembuluh darah
koroner. Nekrosis miokard akut, hampir selalu terjadi akibat penyumbatan total
arteri koronaria oleh trombus yang terbentuk pada plaque aterosklerosis yang
tidak stabil. Kerusakan miokard terjadi dari endokardium ke epikardium,
menjadi komplit dan ireversibel dalam 3 4 jam. Meskipun nekrosis miokard
sudah komplit, proses remodelling miokard yang mengalami injury terus
berlanjut sampai beberapa minggu atau bulan karena daerah infark meluas dan
daerah non-infark mengalami dilatasi. Secara morfologis AMI dapat transmural
atau sub-endokardial. AMI transmural mengenai seluruh dinding miokard dan
terjadi pada daerah distribusi suatu arteri koroner. Sebaliknya pada AMI subendokardial, nekrosis hanya terjadi pada bagian dalam dinding ventrikel dan
umumnya berupa bercak bercak dan tidak konfluens seperti AMI transmural.
AMI sub-endokardial dapat regional ( terjadi pada distribusi satu arteri koroner
) atau difus ( terjadi pada distribusi lebih dari satu arteri koroner ). Patogenesis
dan perjalanan klinis dari kedua AMI ini berbeda.

C. PATOFISIOLOGI
Arteri koroner kiri memperdarahi sebagian terbesar ventrikel kiri,
septum dan atrium kiri. Arteri koroner kanan memperdarahi sisi diafragmatik
ventrikel kiri, sedikit bagian posterior septum, dan ventrikel serta atrium kanan.
Nodus SA lebih sering diperdarahi oleh arteri koroner kanan daripada kiri
( cabang sirkumfleks ). Nodus AV 90 % diperdarahi oleh arteri kanan dan 10 %
dari sisi kiri ( cabang sirkumfleks ). Kedua nodus SA dan AV juga mendapat
darah dari arteri Kugel. Jadi jelaslah obstruksi arteri koroner kiri sering
menyebabkan infark anterior, dan obstruksi arteri koroner kanan menyebabkan
infark inferior.

Tetapi bila obstruksi telah terjadi dibanyak tempat dan

kolateral kolateral telah terbentuk, lokasi infark mungkin tidak dapat


dicerminkan oleh pembuluh asal mana yang terkena. AMI sulit dikenali pada
24 48 jam pertama, setelah ini serat serat miokard membengkak dan nuklei
menghilang. Di tepi infark dapat terlihat perdarahan dan bendungan. Dalam
beberapa hari pertama daerah infark

akut sangat lemah. Secara histologis

penyembuhan tercapai sekurang kurangnya setelah 4 minggu, namun pada


umumnya setelah 6 minggu.
Proses terbentuknya plaque ( aterosklerosis ) banyak dipengaruhi oleh
berbagai faktor, terutama kebiasaan hidup yang tidak baik, antara lain :
Merokok, makan berlebihan ( obesitas ), latihan fisik yang kurang, pengaruh
psikososial, pada diit rendah serat, asupan natrium, alcohol.
Dari hal hal tersebut di atas akan menimbulkan penumpukan lemak
yang berlebihan, sehingga akan terbentuk kolesterol. Bila aktivitas manusia
rendah, kolesterol ini akan menumpuk di dalam lumen arteri koronaria dan
terbentuklah plaque ( aterosklerosis ). Plaque ini semakin lama semakin
menebal dan bisa sampai menutupi pembuluh darah koroner, sehingga jantung
tidak mendapatkan suplai O2 dan nutrisi, yang akriteria hasilnya akan terjadi
infark miokard akut, gejala yang paling sering muncul adalah adanya nyeri
dada yang Kriteria khas.

D. MANIFETASI KLINIK
1. Keluhan : rasa tidak enak, sakit, rasa tertindih beban berat, atau rasa
tercekik
2. Lokasi bagian tengah dada, belakang tulang dada, kerap menjalar ke bahu,
punggung, bawah dagu dan ke tangan
3. Jangka waktu beberapa menit, biasanya lebih dari 5 menit dan keluhan
hilang timbul dan semakin berat/ progresif
4. Tanda tanda lain serangan jantung : berkeringat dingin, lemas, sesak
nafas, dan pingsan
Penderita AMI tidak selalu mengalami keluhan spesifik seperti di atas.
Pada orang yang mempunyai beberapa faktor resiko koroner, keluhan sukar
menelan harus dicurigai mengalami AMI. Sakit dada ( chest pain ) sering
berhubungan dengan AMI, tetapi dari penelitian populasi usia lanjut,
menunjukkan kira kira 2/3 dari kejadian AMI tidak didahului oleh sakit
dada.
Perubahan EKG pada AMI
Daerah Iskemia

: inversi gelombang T, karena perubahan repolarisasi

Daerah Luka

: elevasi segmen ST, karena iskemia berat

Daerah infark

: gelombang Q abnormal/ patologis karena tidak ada


depolarisasi pada jaringan mati/ nekrosis

E. PENATALAKSANAAN
Prinsip Umum Penatalaksanaan AMI
1. Diagnosa
a. Berdasarkan riwayat penyakit dan keluhan/ tanda tanda
b. EKG awal tidak menentukan, hanya 24 60 % dari AMI ditemukan
dengan EKG awal yang menunjukkan luka akut ( Acute injury )
2. Terapi Oksigen
a. Hipoksia menimbulkan metabolisme anaerob dan metabolik asidosis, yang
akan menurunkan efektifitas obat obatan dan terapi elektrik ( DC shock )

b. Pemberian oksigen menurunkan perluasan daerah iskemik


c. Penolong harus siap dengan bantuan pernafasan bila diperlukan
3. Monitor EKG
a. Harus segera dilaksanakan
b. Kejadian VF sangat tinggi pada beberapa jam pertama AMI. Penyebab
utama kematian beberapa jam pertama AMI adalah aritmia jantung 3.
Elevasi segmen ST > atau = 0,1 mV pada 2 atau lebih hantaran dari area
yang terserang ( anterior, lateral, inferior ), merupakan indikasi adanya
serangan miokard karena iskemia akut.
4. Akses Intravena
a. Larutan fisiologis atau RL dengan jarum infus besar
b. Bila pada kejadian henti jantung, nafas tak ada, saluran infus terpasang,
maka vena cubiti anterior dan vena jugularis eksterna merupakan pilihan
pertama untuk dipasang aliran infus
5. Penghilang rasa sakit
a. Keuntungan
Menurunkan kegelisahan dan rasa sakit, dapat menurunkan tekanan darah
dan frekuensi denyut nadi, menurunkan kebutuhan O2, menurunkan resiko
terjadinya aritmia.
b. Terapi
Preparat nitrat : tablet di bawah lidah atau spray
Nitrogliserin IV untuk sakit dada iskemik berat dan tekanan darah > 100
mmHg. Morphin 9 jika nitrat tidak berhasil atau pada sakit dada berat
dengan dosis kecil IV ( 1-3 mg ), diulang setiap 5 menit nitrasi sampai
sakit dada hilang
c. Komplikasi
1. Hipotensi
2. Aritmia karena perfusi kurang pada miokard atau reperfusi.
Penghilang rasa sakit merupakan prioritas obat obat yang
diberikan

6. Trombolitik
a. Penyumbatan koroner sangat sering disebabkan trombosis
b. Perlu diberikan segera oleh dokter yang mampu ALCS
7. Limitasi Infark
Diltazen ( antagonis calsium ), Nitrogliserin IV, Beta blockers, Aspirin.
Komplikasi AMI
1. Aritmia ; ekstra sistol, bradikardia, AV block, takikardia, dan fibrilasi
ventrikel
2. Gagal jantung dan edema paru
3. Shock
4. Ruptur miokard
5. Henti Jantung Nafas ( Cardio Pulmonary Arrest )
F. PENGKAJIAN
Pengkajian Emergency
a. Primery Survey
1) Circulation
- Nadi lemah/tidak teratur.
- Takikardi.
- TD meningkat/menurun.
- Edema.
- Gelisah.
- Akral dingin.
- Kulit pucat atau sianosis.
- Output urine menurun.
2) Airway
- Sumbatan atau penumpukan secret.
- Gurgling, snoring, crowing.
3) Breathing
- Sesak dengan aktivitas ringan atau istirahat.
- RR lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal.
- Ronki,krekels.
- Ekspansi dada tidak maksimal/penuh
- Penggunaan obat bantu nafas

4) Disability
- Penurunan kesadaran.
- Penurunan refleks.
5) Eksposure
- Nyeri dada spontan dan menjalar.
b. Secondary Survey.
1. TTV
a. Tekanan darah bisa normal/naik/turun (perubahan postural di catat
dari tidur sampai duduk/berdiri.
b. Nadi dapat normal/penuh atau tidak kuat atau lemah/kuat
kualitasnya dengan pengisian kapiler lambat, tidak teratur
(disritmia).
c. RR lebih dari 20 x/menit.
d. Suhu hipotermi/normal.
2. Pemeriksaan fisik
a. Pemakaian otot pernafasan tambahan.
b. Nyeri dada.
c. Peningkatan frekuensi pernafasan, nafas sesak, bunyi nafas (bersih,
krekels, mengi), sputum.
d. Pelebaran batas jantung.
e. Bunyi jantung ekstra; S3 atau S4 mungkin menunjukkan gagal
jantung/ penurunan kontraktilitas atau komplain ventrikel.
f. Odem ekstremitas.
3. Pemeriksaan selanjutnya
a. Keluhan nyeri dada.
b. Obat-obat anti hipertensi.
c. Makan-makanan tinggi natrium.
d. Penyakit penyerta DM, Hipertensi
e. Riwayat alergi

c. Tersier
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. CPKMB, LDH, AST
b. Elektrolit, ketidakseimbangan (hipokalemi).
c. Sel darah putih (10.000-20.000).
d. GDA (hipoksia).
2. Pemeriksaan Rotgen Mungkin normal atau menunjukkan pembesaran
jantung di duga GJK atau aneurisma ventrikuler.
3. Pemeriksaan EKG T inverted, ST elevasi, Q patologis.
4. Pemeriksaan lainnya
a. Angiografi koroner Menggambarkan penyempitan atau sumbatan
arteri koroner.
b. Pencitraan darah jantung (MVGA) Mengevaluasi penampilan
ventrikel khusus dan umum, gerakan dinding regional dan fraksi
ejeksi (aliran darah).

G. PATHWAYS KEPERAWATAN
Aterosklerosis, thrombosis, kontraksi arteri koronaria

Penurunan aliran darah kejantung


Gangguan
pertukaran
gas

Intoleransi
Timbunan
asam
Kekurangan oksigen dan nutrisi
aktifitas
laktat
meningkat
Metabolism
Kelemaha
Suplay
anaerob
danSuplay
kebutuhan
Iskemik
oksigen
Kecemasan
Nyeri
pada
oksigen
Nekrosi
ke
jaringan
Miokard
kejantung
miokard
menurun
tidak seimbang

Resiko
penurunan
curah
jantung

Seluler hipoksia

Integritas membrane sel berubah


Kontraktilitas turun
COP turun

Kegagalann pompa
jantung

Gagal jantung
Gangguan perfusi
jaringan
Resiko kelebihan volume
cairan ekstravaskuler
(Smeltzer, 2006)

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nyeri akut
Diagnosa Keperawatan/ Masalah
Kolaborasi

Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi

Nyeri akut berhubungan dengan:

NOC :

Agen injuri (biologi, kimia, fisik,

Pain Level,

NIC :

psikologis), kerusakan jaringan

pain control,

lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor

comfort level

presipitasi

Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk

DS:

Setelah

- Laporan secara verbal

keperawatan selama . Pasien tidak Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan

DO:

mengalami nyeri, dengan kriteria hasil:

- Posisi untuk menahan nyeri

Mampu

- Tingkah laku berhati-hati


- Gangguan tidur (mata sayu, tampak
capek, sulit atau gerakan kacau,
menyeringai)
- Terfokus pada diri sendiri
- Fokus menyempit (penurunan persepsi
waktu, kerusakan proses berpikir,
penurunan interaksi dengan orang dan

tinfakan Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan

dilakukan

mengontrol

penyebab

nyeri

nyeri,

dukungan

(tahu Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti


mampu

suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan

tehnik Kurangi faktor presipitasi nyeri

menggunakan

nonfarmakologi untuk mengurangi Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
nyeri, mencari bantuan)
Melaporkan bahwa nyeri berkurang

Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dala,


relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin

dengan menggunakan manajemen Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri: ...


nyeri
Mampu

Tingkatkan istirahat

jalan, menemui orang lain dan/atau

(skala, Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri,


intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi
Menyatakan rasa nyaman setelah
ketidaknyamanan dari prosedur

aktivitas, aktivitas berulang-ulang)

Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik

lingkungan)
- Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-

- Respon autonom (seperti diaphoresis,


perubahan tekanan darah, perubahan
nafas, nadi dan dilatasi pupil)
- Perubahan autonomic dalam tonus otot
(mungkin dalam rentang dari lemah ke
kaku)
- Tingkah laku ekspresif (contoh :
gelisah, merintih, menangis, waspada,
iritabel, nafas panjang/berkeluh kesah)
- Perubahan dalam nafsu makan dan
minum

mengenali

nyeri

nyeri berkurang
Tanda vital dalam rentang normal
Tidak mengalami gangguan tidur

pertama kali

Penurunan curah jantung


Diagnosa Keperawatan/ Masalah

Rencana keperawatan

Kolaborasi

Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi

Penurunan curah jantung b/d gangguan

NOC :

irama jantung, stroke volume, pre load dan

Cardiac Pump effectiveness

Evaluasi adanya nyeri dada

afterload, kontraktilitas jantung.

Circulation Status

Catat adanya disritmia jantung

Vital Sign Status

Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac putput

Tissue perfusion: perifer

Monitor status pernafasan yang menandakan gagal

DO/DS:
-

Aritmia, takikardia, bradikardia

Palpitasi, oedem

Kelelahan

Peningkatan/penurunan JVP

Distensi vena jugularis

Kulit dingin dan lembab

Penurunan denyut nadi perifer

Oliguria, kaplari refill lambat

Nafas pendek/ sesak nafas

Perubahan warna kulit

Batuk, bunyi jantung S3/S4

Kecemasan

Setelah

NIC :

dilakukan

asuhan

selamapenurunan

kardiak

output klien teratasi dengan kriteria


hasil:

Tanda Vital dalam rentang normal


(Tekanan darah, Nadi, respirasi)

jantung
Monitor balance cairan
Monitor

respon

pasien

terhadap

efek

pengobatan

antiaritmia
Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari
kelelahan

Dapat mentoleransi aktivitas,

Monitor toleransi aktivitas pasien

tidak ada kelelahan

Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu dan ortopneu

Tidak ada edema paru, perifer,

Anjurkan untuk menurunkan stress

dan tidak ada asites

Monitor TD, nadi, suhu, dan RR

Tidak ada penurunan kesadaran

Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri

AGD dalam batas normal

Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan

Tidak ada distensi vena leher

Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah

Warna kulit normal

aktivitas
Monitor jumlah, bunyi dan irama jantung
Monitor frekuensi dan irama pernapasan
Monitor pola pernapasan abnormal
Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
Monitor sianosis perifer
Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan sistolik)
Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
Jelaskan pada pasien tujuan dari pemberian oksigen
Sediakan informasi untuk mengurangi stress
Kelola

pemberian

obat

anti

aritmia,

inotropik,

nitrogliserin dan vasodilator untuk mempertahankan


kontraktilitas jantung
Kelola pemberian antikoagulan untuk mencegah trombus
perifer
Minimalkan stress lingkungan

Intoleransi aktifitas
Diagnosa Keperawatan/ Masalah

Rencana keperawatan

Kolaborasi

Tujuan dan Kriteria Hasil

Intoleransi aktivitas

NOC :

Berhubungan dengan :

Self Care : ADLs

Tirah Baring atau imobilisasi

Toleransi aktivitas

Kelemahan menyeluruh

Konservasi eneergi

Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan


Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat
Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi

selama . Pasien bertoleransi terhadap

Berpartisipasi dalam aktivitas fisik

secara berlebihan

Monitor respon kardivaskuler terhadap aktivitas

Melaporkan secara verbal adanya

tanpa disertai peningkatan tekanan

(takikardi, disritmia, sesak nafas, diaporesis, pucat,

kelelahan atau kelemahan.

darah, nadi dan RR

perubahan hemodinamik)

Adanya dyspneu atau


ketidaknyamanan saat beraktivitas.

DO :

Mampu melakukan aktivitas sehari

Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat pasien

hari (ADLs) secara mandiri

Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi Medik

Keseimbangan aktivitas dan istirahat

dalam merencanakan progran terapi yang tepat.

Respon abnormal dari tekanan


darah atau nadi terhadap aktifitas

oksigen dengan kebutuhan

Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan


aktivitas

Setelah dilakukan tindakan keperawatan


aktivitas dengan Kriteria Hasil :

Ketidakseimbangan antara suplei

DS:

NIC :

Gaya hidup yang dipertahankan.

Intervensi

Perubahan ECG : aritmia, iskemia

Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang


mampu dilakukan

Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai


dengan kemampuan fisik, psikologi dan sosial

Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber


yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan

Bantu untuk mendpatkan alat bantuan aktivitas seperti


kursi roda, krek

Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai

Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu


luang

Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi


kekurangan dalam beraktivitas

Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas

Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan


penguatan

Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spiritual

Gangguan pertukaran Gas


Diagnosa Keperawatan/ Masalah

Rencana keperawatan

Kolaborasi
Gangguan Pertukaran gas

Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi

NOC:

NIC :

Berhubungan dengan :

Respiratory Status : Gas exchange

Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

ketidakseimbangan perfusi ventilasi

Keseimbangan asam Basa, Elektrolit

Pasang mayo bila perlu

perubahan membran kapiler-alveolar

Respiratory Status : ventilation

Lakukan fisioterapi dada jika perlu

DS:

Vital Sign Status

Keluarkan sekret dengan batuk atau suction

sakit kepala ketika bangun

Setelah

Dyspnoe

keperawatan selama . Gangguan

Gangguan penglihatan

pertukaran

DO:

kriteria hasi:

Penurunan CO2

ventilasi

Hiperkapnia

adekuat

Iritabilitas

sianosis

dengan

peningkatan

oksigenasi

yang

pH arteri abnormal

Berikan bronkodilator ;
-.
-.
Barikan pelembab udara
Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
Monitor respirasi dan status O2

dan bebas dari tanda tanda distress

Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan otot


tambahan, retraksi otot supraclavicular dan intercostal

Mendemonstrasikan batuk efektif

Monitor suara nafas, seperti dengkur

dan suara nafas yang bersih, tidak

Monitor pola nafas : bradipena, takipenia, kussmaul,

sputum,

mampu

bernafas dengan mudah, tidak ada

hiperkarbia

Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan

Memelihara kebersihan paru paru

mengeluarkan

Hipoksemia

frekuensi dan kedalaman nafas abnormal

teratasi

ada sianosis dan dyspneu (mampu

warna kulit abnormal (pucat, kehitaman)

AGD abnormal

dan

tindakan

pernafasan

Hypoxia
kebingungan

pasien

Mendemonstrasikan

Takikardi

Keletihan

dilakukan

hiperventilasi, cheyne stokes, biot


Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak adanya
ventilasi dan suara tambahan

pursed lips)

Monitor TTV, AGD, elektrolit dan ststus mental

Tanda tanda vital dalam rentang

Observasi sianosis khususnya membran mukosa

normal

Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang persiapan

AGD dalam batas normal

Status
normal

neurologis

dalam

tindakan dan tujuan penggunaan alat tambahan (O2,


batas

Suction, Inhalasi)
Auskultasi bunyi jantung, jumlah, irama dan denyut jantung

Kelebihan volume cairan


Diagnosa Keperawatan/ Masalah

Rencana keperawatan

Kolaborasi
Kelebihan Volume Cairan

Tujuan dan Kriteria Hasil


NOC :

Berhubungan dengan :
-

Mekanisme pengaturan melemah

Asupan cairan berlebihan

NIC :
Electrolit and acid base
balance

DO/DS :
-

Intervensi

Fluid balance

Hydration

Berat badan meningkat pada

Setelah dilakukan tindakan

waktu yang singkat

keperawatan selama . Kelebihan

Asupan berlebihan dibanding

volume cairan teratasi dengan kriteria:

output

Distensi vena jugularis

Perubahan pada pola nafas,

Oliguria, azotemia

Perubahan status mental,

Pasang urin kateter jika diperlukan

Monitor hasil lab yang sesuai dengan retensi cairan


(BUN , Hmt , osmolalitas urin )

Terbebas dari edema, efusi,

Monitor vital sign

Monitor indikasi retensi / kelebihan cairan (cracles,


CVP , edema, distensi vena leher, asites)

Bunyi nafas bersih, tidak ada


dyspneu/ortopneu

abnormal (Rales atau crakles), ,


pleural effusion

Pertahankan catatan intake dan output yang akurat

anaskara

dyspnoe/sesak nafas,
orthopnoe, suara nafas

Terbebas dari distensi vena


jugularis,

Memelihara

tekanan

vena

sentral, tekanan kapiler paru,


output jantung dan vital sign

kegelisahan, kecemasan

DBN

Terbebas

dari

Kaji lokasi dan luas edema

Monitor masukan makanan / cairan

Monitor status nutrisi

Berikan diuretik sesuai interuksi

Kolaborasi pemberian obat:


....................................

kelelahan,

kecemasan atau bingung

Monitor berat badan

Monitor elektrolit

Monitor tanda dan gejala dari odema

Kecemasan
Diagnosa Keperawatan/ Masalah

Rencana keperawatan

Kolaborasi
Kecemasan berhubungan dengan

Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi

NOC :

NIC :

Kontrol kecemasan

Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)

Stress, perubahan status kesehatan,

Koping

ancaman kematian, perubahan konsep diri,

Setelah

kurang pengetahuan dan hospitalisasi

klien kecemasan teratasi

Faktor keturunan, Krisis situasional,

dilakukan

asuhan

selama

dan

- Insomnia

cemas

mengungkapkan

Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku


pasien

gejala

Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan


selama prosedur

Temani pasien untuk memberikan keamanan dan


mengurangi takut

Mengidentifikasi,

- Kurang istirahat

mengungkapkan

- Berfokus pada diri sendiri

menunjukkan

untuk

- Takut

Vital sign dalam batas normal

- Nyeri perut

Berikan informasi faktual mengenai diagnosis,


tindakan prognosis

dan
tehnik

mengontol cemas

- Iritabilitas

Klien mampu mengidentifikasi

DO/DS:

- Kontak mata kurang

Gunakan pendekatan yang menenangkan

dgn kriteria hasil:

Libatkan keluarga untuk mendampingi klien


Instruksikan pada pasien untuk menggunakan
tehnik relaksasi

Postur tubuh, ekspresi wajah,

Dengarkan dengan penuh perhatian

- Penurunan TD dan denyut nadi

bahasa

tingkat

Identifikasi tingkat kecemasan

- Diare, mual, kelelahan

aktivitas

menunjukkan

- Gangguan tidur

berkurangnya kecemasan

- Gemetar
- Anoreksia, mulut kering
- Peningkatan TD, denyut nadi, RR
- Kesulitan bernafas

tubuh

dan

Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan


kecemasan

Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan,


ketakutan, persepsi

- Bingung
- Bloking dalam pembicaraan
- Sulit berkonsentrasi

DAFTAR PUSTAKA

Kelola pemberian obat anti cemas:........

A. Price, Sylvia and M. Wilson, Lorraine. (1992). Pathophysiology Fourth


Edition. Mosby Year Book. Michigan
Doenges, Marylinn E. et al. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman
Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, Alih
bahasa I Made Kariasa. Jakarta. EGC.
Long. B. C. (1996). Perawatan Medikal Bedah ( Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan ). Yayasan IAPK Universitas Padjadjaran. Bandung
Soeparman. Et al. (1990). Buku Ajar Penyakit Dalam, Edisi Ketiga. Jakarta. Balai
Penerbit FKUI.

Anda mungkin juga menyukai