Anda di halaman 1dari 3

Nutris Parenteral Pediatri

Pemberian nutrisi secara parenteral saat ini menjadi bagian dari standar terapi suportif di
departemen pediatrik untuk pasien yang menjalani terapi intensif atau perawatan perioperatif, namun
penggunaan nutrisi parenteral tidak dapat menghindarkan pasien dari risiko komplikasi serius.
Komplikasi ini dapat septik, metabolisme dan terkait dengan akses vaskular, dan dapat mengancam
kehidupan, tetapi nutrisi parenteral memberikan manfaat besar, terutama selama proses katabolik
(Kazulny et al, 2014).
Nutrisi parenteral digunakan untuk mengobati anak-anak yang tidak dapat sepenuhnya makan
secara oral atau rute enteral, misalnya karena kegagalan usus yang parah. Kegagalan usus terjadi
ketika saluran gastrointestinal tidak mampu untuk mencerna dan menyerap makronutrien dan air serta
elektrolit yang cukup untuk menjaga kesehatan dan pertumbuhan. Nutrisi parenteral sudah bisa
digunakan tidak hanya untuk pasien yang membutuhkan makan parenteral jangka pendek tetapi juga
pada secara jangka panjang yaitu untuk pasien dengan kegagalan usus kronis. Anak-anak dengan
kegagalan usus yang kronis memiliki potensi untuk tumbuh dan berkembang secara normal dan
menikmati kualitas hidup yang baik dalam batasan penyakit yang mendasarinya dengan pemberian
nutrisi secara parenteral.
Pemberikan nutrisi parenteral yang cukup untuk mempertahankan pertumbuhan pada bayi dan
anak-anak yang menderita kegagalan usus atau ketidakmatangan fungsional usus yang parah
merupakan salah satu kemajuan terapi yang paling penting dalam pediatri selama tiga dekade terakhir.
Perbaikan teknik dalam pemberian gizi buatan saat ini pada anak-anak yang memiliki pencernaan dan
penyerapan tidak memadai atau yang tidak mampu untuk makan dapat menghindari konsekuensi
serius kekurangan gizi termasuk kematian. Asupan makanan anak-anak berbeda dari orang dewasa
karena anak-anak harus memberikan nutrisi yang cukup tidak hanya untuk pemeliharaan jaringan
tubuh, tetapi juga untuk pertumbuhan. Hal ini terutama berlaku pada masa bayi dan selama remaja
ketika anak-anak tumbuh sangat pesat.
Pada masa remaja risiko tidak mencapai potensi pertumbuhan parah jika penyakit terjadi terus
menerus dan kebutuhan gizi tidak memadai. Risiko terbesar dari anak sakit adalah kegagalan
pertumbuhan dan gangguan gizi. Bayi dan anak-anak sangat rentan terhadap efek kelaparan. Preterm
infant kecil 1 kg berat badan tubuh mengandung lemak 8% dan hanya 1% protein serta memiliki
cadangan kalori non-protein hanya 110 kkal/kg BB (460 kJ/kg). Seiring dengan pertambahan besar,
kenaikan kadar lemak dan protein bertambah, kalori cadangan non-protein meningkat terus ke 220
kkal/kg berat badan (920 kJ/kg) pada seorang anak berusia satu tahun dengan berat 10,5 kg. Jika
diasumsikan bahwa semua non-protein dan sepertiga dari kandungan protein dari tubuh yang tersedia
untuk kebutuhan kalori pada tingkat 50 kkal/kg (210 kJ/kg) berat badan per hari pada bayi dan anakanak, perkiraan durasi hidup selama kelaparan dan semi-kelaparan dapat dilakukan. Seorang bayi
prematur kecil memiliki cadangan yang cukup untuk bertahan hidup hanya empat hari kelaparan dan
bayi prematur besar memiliki cukup untuk dua belas hari.
Mulainya pemberian nutrisi parenteral yang tepat tergantung pada keadaan individual dan umur
dan ukuran bayi atau anak. Kelaparan bayi prematur kecil dalam satu hari dapat merugikan dan
pemberian makan secara enteral tidak akan ditoleransi sehingga harus segera dilakukan pemberian
nutrisi parenteral segera setelah lahir. Namun pada anak yang lebih tua dan pada masa remaja waktu
teloransi nutrisi yang tidak memadai lebih lama dari sampai sekitar tujuh hari, tergantung pada usia,
status gizi, penyakit, dan operasi atau intervensi medis (Koletzko et al, 2005).

Memperkirakan asupan energi yang tepat adalah langkah penting dari peresepan nutrisi
parenteral. Tingkat metabolisme basal adalah refleksi dari pengeluaran energi yang diperlukan untuk
proses vital. Pengeluaran energi mengacu pada pengeluaran energi dari seseorang pada saat istirahat
di lingkungan thermoneutral. Perbedaan tingkat metabolisme basal dan pengeluaran energi saat
istirahat biasanya tidak melebihi 10%. Pengeluaran total energi adalah jumlah kebutuhan untuk
metabolisme basal, efek termal dari makanan yang dicerna, termoregulasi, dan aktivitas. Pada anakanak, proporsi pengeluaran total energi terbesar adalah aktivitas. Dengan demikian, total pengeluaran
energi anak yang dirawat di rumah sakit dan berbaring di tempat tidur berkurang. Secara historis,
pasien bedah membutuhkan asupan energi sebanding dengan tingkat keparahan penyakit. Bukti
menunjukkan bahwa peningkatan pengeluaran energi terkait dengan operasi hanya berlangsung
selama 24 jam setelah prosedur.
Pengeluaran energi secara signifikan khususnya pada pasien kritis juga mempengaruhi waktu
inisiasi nutrisis parenteral. Jika pasien sangat sakit akan terjadi hipermetabolik, data yang tersedia
menunjukkan bahwa hal itu akan menjadi awal dalam proses penyakit. Semakin kurang gizi pasien,
semakin besar efek stimulasi dari nutrisi parenteral pada tingkat metabolisme.
Prinsip dasar dalam pemberian nutrisi parenteral antara lain memperhatikan jumlah minimal
glukosa yang harus disediakan untuk mencegah hipoglikemia dan maksimum yang menghasilkan
produksi CO2 yang berlebihan atau steatosis hati, memperhatikan persyaratan minimum (baik dosis
dan frekuensi) untuk emulsi lemak intravena untuk mencegah kekurangan asam lemak esensial tetapi
pemberian maksimal di luar lemak intravena mungkin memiliki efek merusak, dan asam amino harus
diberikan dalam jumlag yang cukup untuk mencegah hipoproteinemia. Ukuran dan usia pasien anak
penting dalam menentukan jumlah glukosa, lemak, dan amino yang tepat untuk pemberian nutrisi
parenteral.
Tingkat oksidasi glukosa maksimal akan mengakibatkan produksi lemak non oksidatif, sehingga
tidak mungkin untuk meningkatkan keseimbangan energi, atau bahkan mengurangi katabolisme
protein. Di sisi lain, konsumsi glukosa di atas maksimal yangi menimbulkan penumpukan lemak, yang
mungkin menjadi tujuan terapi gizi dalam situasi klinis tertentu (misalnya, bayi prematur). Overfeeding
dilakukan untuk menyediakan kalori lebih dari jumlah yang diperlukan untuk berat badan normal.
Peran emulsi lemak intravena adalah untuk mencegah kekurangan asam lemak esensial.
Dengan tidak adanya emulsi lemak intravena, jaringan adiposa endogen dan hati merupakan sumber
asam lemak esensial. Untuk mencegah mobilisasi asam lemak untuk energi, asam lemak esensial
harus disediakan dalam jumlah yang diperlukan untuk kedua menggantikan defisit dan pasokan
kebutuhan berkelanjutan untuk metabolisme dan pertumbuhan. Salah satu faktor penentu utama dari
tingkat clearance lemak dari darah adalah jumlah emulsi lemak intravena yang diserap per satuan
waktu. Semakin lama waktu infus, semakin kecil kemungkinan pasien akan mengembangkan
hipertrigliseridemia. Emulsi lemak intravena dengan konsentrasi fosfolipid tinggi (yaitu, 10% emulsi)
harus dihindari karena memiliki risiko yang lebih tinggi untuk menghasilkan kadar serum trigliserida
yang tinggi, kolesterol, dan fosfolipid dari emulsi lainnya (yaitu, 20% dan 30% emulsi). Semakin kurang
gizi pasien, akan semakin lambat laju clearance lemak dari darah.
Asam amino umumnya tidak dimetabolisme untukpasokan energi tetapi
untuk menyediakan protein struktural dan visceral dan enzim, beberapa dokter
tidak memasukkan mereka dalam perhitungan total energi (Shulman dan Philips,
2013).

Daftar Pustaka
Koletzko B, Goulet O, Hunt J, Krohn K, Shamir R (2005). Guidelines on Paediatric Parenteral Nutrition
of the European Society of Paediatric Gastroenterology, Hepatology and Nutrition (ESPGHAN)
and the European Society for Clinical Nutrition and Metabolism (ESPEN), Supported by the
European Society of Paediatric Research (ESPR). Journal of Pediatric Gastroenterology and
Nutrition, 41:S1S4.
Hulman RJ and Philips S (2013). Parenteral Nutrition in Infants and Children. Journal of Pediatric
Gastroenterology and Nutrition, 36:587607.
Kaluzny L, Szczepanik M, Mrozek ZS, Klos MB, Cichy W, Walkowiak J (2014). Parenteral nutrition in
patients with inborn errors of metabolism a therapeutic problem. European Review for
Medical and Pharmacological Sciences, 18: 1579-1582.

Anda mungkin juga menyukai