Anda di halaman 1dari 16

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................
i
KATA PENGANTAR................................................................................................
ii
BAB 1 PENDAHULUAN..........................................................................................
1
1.1.
Latar
Belakang
.....................................................................................................................................
1
1.2.
Tujuan
.....................................................................................................................................
2
1.3.
Manfaat
.....................................................................................................................................
2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA................................................................................
3
2.1
Definisi
Vitamin.
.....................................................................................................................................
3
2.2.Sejarah
dan
Nomenklatur
Vitamin
.....................................................................................................................................
4
2.3.
Vitamin
A
.....................................................................................................................................
4
2.3.1.Definisi
..................................................................................................................
14
2.3.2.
Sejarah
..................................................................................................................

2.3.3.
Sifat
Kimia
..................................................................................................................
2.3.4.
Sumber
..................................................................................................................
2.3.5.
Absorbsi,
Transportasi,
dan
Metabolisme
..................................................................................................................
2.3.6. Angka Kecukupan Vitamin A yang Diperlukan
..................................................................................................................
2.4.
Peranan
Vitamin
A
bagi
Kesehatan
.....................................................................................................................................
15
2.5.
Gangguan
Kelebihan
dan
Kekurangan
.....................................................................................................................................
15
BAB 3 KESIMPULAN..............................................................................................
25
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................
26

KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan karunianya kami dapat menyelesaikan paper yang berjudul Peranan Vitamin
A Bagi Kesehatan
Selama penyusunan paper ini, penulis banyak memperoleh bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis ingin
mengucapkan terima kasih dan rasa hormat kepada:
1

dr. Halomoan Hutagalung selaku dosen pembimbing yang telah sepenuh hati

bersedia membimbing hingga paper ini dapat selesai dengan baik.


Seluruh Konsulen di Departemen Gizi FK USU, yang telah memberi saran

dan masukan yang membangun dalam penyusunan paper ini.


Seluruh Staf Departemen Gizi FK USU yang telah mendukung penulis dalam
penyelesaian tinjauan pustaka ini.
Penulis sangat menyadari tinjauan pustaka ini pasti tidak luput dari

kekurangan, baik dari sisi materi, pengetikan, penggunaan bahasa, maupun tata
tulisan. Oleh karena itu, penulis memohon maaf dan menerima masukan berupa
saran dan kritik yang menbangun agar kelak kesalahan tersebut dapat diperbaiki
dalam tulisan selanjutnya. Semoga paper ini dapat berguna bagi kita semua.

Medan, September 2015

Penulis

BAB 1
PENDAHULUAN
1

LATAR BELAKANG
Vitamin adalah suatu senyawa organik yang terdapat di dalam makanan dalam

jumlah sedikit dan dibutuhkan jumlah yang besar untuk fungsi metabolisme yang
normal. Vitamin dapat larut di dalam air dan lemak. Vitamin yang larut dalam lemak
adalah Vitamin A, D, E, dan K dan yang larut di dalam air adalah vitamin B dan C
(Dorland, 2006).
Vitamin A adalah vitamin larut lemak yang pertama ditemukan. Secara luas,
vitamin A merupakan nama generik yang menyatakan semua retinoid dan
prekursor/provitamin A karotenoid yang mempunyai aktivitas biologik sebagai retinol.
Vitamin A esensial untuk pemeliharaan kesehatan, kelangsungan hidup dan juga
berperan dalam berbagai fungsi faal tubuh seperti penglihatan, diferensiasi sel, fungsi
kekebalan, pertumbuhan, perkembangan, reproduksi, pencegahan kanker dan penyakit
jantung, dan lain-lain (Almatsier, 2009).
Di seluruh dunia, diantara anak-anak prasekolah diperkirakan terdapat sebanyak
6-7 juta kasus baru xeroftalmia tiap tahun, kurang lebih 10% diantaranya menderita
kerusakan kornea. Diantara yang menderita kerusakan kornea ini 60% meninggal dalam
waktu satu tahun, sedangkan diantara yang hidup, 25% menjadi buta dan 50-60%
setengah buta. Diperkirakan pada satu waktu sebanyak tiga juta anak-anak buta karena
kekurangan vitamin A dan sebanyak 20-40 juta menderita kekurangan vitamin A pada
tingkat lebih ringan. Perbedaan angka kematian antara anak yang kekurangan dan tidak
kekurangan vitamin A kurang lebih sebesar 30%. Di samping itu, kekurangan vitamin A
meningkatkan resiko anak terhadap penyakit infeksi seperti penyakit saluran pernapasan
dan diare, meningkatkan angka kematian karena campak serta menyebabkan
keterlambatan pertumbuhan (Almatsier, 2009).
Hasil Studi Masalah Gizi Mikro di 10 propinsi yang dilakukan Puslitbang Gizi
dan Makanan Departemen Kesehatan RI pada Tahun 2006 memperlihatkan balita
dengan Serum Retinol kurang dari 20g/dl adalah sebesar 14,6%. Hasil studi tersebut

menggambarkan terjadinya penurunan bila dibandingkan dengan Survei Vitamin A


Tahun 1992 yang menunjukkan 50% balita mempunyai serum retinol kurang dari 20
g/dl. Oleh karena itu, masalah kurang Vitamin A (KVA) sudah tidak menjadi masalah
kesehatan masyarakat lagi karena berada di bawah 15% (batasan IVACG). Hal tersebut
salah satunya berkaitan dengan strategi penanggulangan KVA dengan pemberian
suplementasi Vitamin A yang dilakukan setiap bulan Februari dan Agustus (Bulan
Kapsul Vitamin A) (Depkes, 2009).
Hasil survei lain juga menunjukkan bahwa di provinsi Kalimantan Barat
cakupan Vitamin A pada bayi (6-11 bulan) adalah sebesar 55,8% dan anak balita (12-59
bulan) sebesar 56,6%, sementara untuk provinsi Lampung cakupan pada bayi adalah
82,4% dan anak balita 80,4%, dan Sulawesi Tenggara adalah 70,5% pada bayi dan anak
balita sebesar 62,2%. Hasil survei juga menemukan bahwa sebanyak 70,2% bayi umur
6-11 bulan dan 13,9% anak balita umur 12-59 bulan mendapatkan suplementasi Vitamin
A dengan dosis yang tidak sesuai umur (Depkes, 2009).
Rendahnya asupan Vitamin A mengindikasikan masih kurangnya pengetahuan
masyarakat akan pentingnya peranan Vitamin A bagi kesehatan. Oleh sebab itu, perlu
suatu sumber informasi yang dapat berguna bagi penulis dan pembaca mengenai
pentingnya Vitamin A untuk pemeliharaan kesehatan di lingkungan masyarakat.
2

Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui peranan Vitamin A

bagi kesehatan. Penyusunan makalah ini sekaligus dilakukan untuk memenuhi


persyaratan kegiatan Program Pendidikan Profesi Dokter (P3D) di Departemen Ilmu
Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
3

Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat mengembangkan kemampuan penulis maupun

pembaca khususnya peserta Program Pendidikan Profesi Dokter (P3D) untuk


mengintegrasikan teori yang ada agar dapat diaplikasikan untuk masyarakat sehingga
meningkatkan taraf kesehatan masyarakat.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Vitamin
2.2. Sejarah dan Nomenklatur Vitamin

2.3. Vitamin A
2.3.1 Definisi
Vitamin A adalah nutrien esensial yang diperlukan tubuh dalam jumlah kecil namun
bermanfaat bagi terlaksananya fungsi tubuh seperti untuk penglihatan, pertumbuhan
dan perkembangan, pemeliharaan integritas sel, fungsi imun dan reproduksi (FAO,
2005).
Vitamin A merupakan vitamin larut lemak yang pertama ditemukan dan merupakan
nama generik yang menyatakan semua retinoid dan precursor/ provitamin A karotenoid
yang mempunyai aktivitas biologic sebagai retinol (Almatsier, 2009).
2.3.2 Sejarah
Sejak 100 SM, para dokter di Cina dan Mesir telah melakukan penyembuhan dengan
mengoleskan hati sapi pada mata yang kemudian ternyata mengalami buta senja.
Seorang dokter Romawi (25 Tahun SM) pertama kali menggunakan istilah
xeroftalmia. Penyakit ini merupakan penyakit defisiensi gizi pertama yang diteliti
oleh Magendie pada tahun 1816 dengan memberikan makanan yang hanya terdiri dari
gluten gandum, pati, gula, dan minyak zaitun pada anjing percobaan (Sommer, 2008
dan Almatsier, 2009) .
Osborne dan Mendel pada tahun 1912 di Amerika Serikat dan penelitian oleh Mc
Collum dan Davis menyimpulkan bahwa pertumbuhan hewan diperlukan suatu zat larut
lemak yang larut dalam lemak susu, tapi tidak ada dalam lemak hewan. Pada tahun
1918, ditemukan sifat mengatur pertumbuhan yang sama dari makanan yang
mengandung pigmen berwarna kuning berasal dari sayuran. Pada tahun 1928 karoten,
salah satu pigmen berwarna kuning tumbuhan, diidentifikasi sebagai precursor vitamin
A. Kemudian istilah vitamin A digunakan untuk menyatakan semua bentuk vitamin

yang merupakan sumber vitamin A. Pada tahun 1932, susunan kimia vitamin A
ditemukan. Dan kemudian pada tahun 1937 dapat diisolasi dari minyak hati halibut
dalam bentuk Kristal, pada tahun 1947 dapat disintesis. Saat ini, vitamin A digunakan
untuk fortifikasi berbagai macam pangan dan sebagai suplemen (Sommer, 2008 dan
Almatsier, 2009).
2.3.3 Sifat Kimia

Gambar 1. Struktur kimia Vitamin A dan komponen terkait


Sumber: McLaren, Donald S, Frigg, Martin. 2001. SIGHT AND LIFE Guidebook on
Vitamin A in Health and Disease 2nd edition. Switzerland: Sight and Life

Di dalam tubuh, vitamin A berfungsi dalam beberapa bentuk ikatan kimia aktif, yaitu
retinol (bentuk alcohol), retinal (aldehid), dan asam retinoat (bentuk asam) 2. Retinol dan
asam retinoat, yang menjalankan kebanyakan vitamin A dalam tubuh manusia
tersembunyi dalam tubuh manusia dan hewan, betuk ini merupakan bentuk aktif dari
vitamin A, sedangkan sumber yang berasal dari tumbuhan adalah bentuk pro vitamin A.
Semua komponen-komponen yang berhubungan dengan vitamin A berada dalam
kelompok Karetenoid4. Beta karoten sendiri merupakan komponen paling aktif dari
vitamin A yang merupakan gabungan antara dua molekul retinol yang saling berkaitan
(Almatsier, 2009)
2.3.4 Sumber

Gambar 2. Hierarki bioavailabilitas karotenoid


Sumber: McLaren, Donald S, Frigg, Martin. 2001. SIGHT AND LIFE Guidebook on
Vitamin A in Health and Disease 2nd edition. Switzerland: Sight and Life

Piramid diatas merupakan tingkatan bioavailabilitas karotenoid dalam tubuh manusia.


Dimana ditentukan dari faktor-faktor dibawah ini (Mc Laren, 2001):
1. Adanya subtansi yang mempermudah penyerapan seperti lemak, vitamin
E,klorofil, dan nonprovitamin A caretenoids
2. Status imun dari pasien
3. Matriks karotenoid dalam makanan
4. Parasit seperti cacing gilig (roundworm) dan giardia
Tabel dibawah ini menjelaskan sumber-sumber pangan yang mengandung provitamin A
dalam sayuran/buah-buahan dan sumber vitamin A dalam makanan dengan kandungan
retinolnya per 100gr (Mc Laren, 2001)

Tabel 1. Sumber karotenoid dari sayuran

Tabel 2. Sumber Hewani

dan buah-buahan

Vitamin A

Sumber: McLaren, Donald S, Frigg, Martin. 2001. SIGHT AND LIFE Guidebook on
Vitamin A in Health and Disease 2nd edition. Switzerland: Sight and Life
2.3.5 Absorbsi, Transportasi, dan Metabolisme

Gambar 3. Fisiologi Vitamin A


Sumber: McLaren, Donald S, Frigg, Martin. 2001. SIGHT AND LIFE Guidebook
on Vitamin A in Health and Disease 2nd edition. Switzerland: Sight and Life

Vitamin A dalam tubuh berasal dari 2 sumber utama yaitu vitamin A yang berasal dari
sumber pangan hewani dan beta karoten ataupun jenis karotenoid lain yang berasal dari
sumber pangan nabati. Kedua sumber vitamin A ini bercampur dengan sumber lemak di
dalam lambung dan kemudian dibawa ke dinding usus halus. Didalam mukosa usus
halus, sumber-sumber vitamin A ini, terutama beta karoten diubah menjadi retinol oleh
enzim pancreas yang kemudian dengan bantuan cairan empedu menembus vili-vili usus
halus untuk kemdudian dibawa oleh kilomikron melalui sistem limfe dan kemudian
masuk ke sistem pembuluh darah untuk beredar keseluruh tubuh, terutama hati (Mc
Laren, 2001).
Penyimpanan vitamin A adalah di hati yaitu dalam bentuk retinyl ester di sel khusus hati
yaitu sel stellata. Untuk transportasi ke bagian tubuh lain, retinol akan diangkut oleh
retinol binding protein (RBP) dan protein lain yaitu transthyretin (TRT). Di dalam sel,
terdapat cellular retinoid-binding protein (CRBPs) yang melekatkan retinoid ke enzimenzim spesifik dan terutama kedalam inti sel (Mc Laren, 2001).
Saat ini, telah ditemukan dua reseptor inti dari vitamin A yaitu RARs dan RXRs.
Reseptor ini diaktifkan oleh bentuk asam dari retinol, yaitu asam retinoat. Pada sel-sel
epitel organ dan jaringan di seluruh tubuh, asam retinoat merupakan bentuk aktif dari
vitamin A yang berfungsi dalam transkripsi DNA. Reseptor-reseptor ini berperan
sebagai hormone, seperti steroid dan tiroid, dimana kedua hormon sangat berhubungan
dengan mekanisme kerja vitamin A. Pada mata, bentuk vitamin A yang berperan
adalah bantuk 11-cis retinal yang bekerja pada sel batang dan kerucut retina (Mc Laren,
2001).
2.3.6. Angka Kecukupan Vitamin A yang Dianjurkan
Pemberian suplementasi Vitamin A kepada kelompok sasaran yaitu bayi, anak balita dan
ibu nifas. Kapsul vitamin A dosis 100.000 IU (warna biru) untuk bayi, kapsul vitamin A
dosis 200.000 IU (warna merah) untuk anak balita dan ibu nifas (Depkes, 2009).
Tabel 2: Estimasi rekomendasi rerata dan safe level konsumsi untuk vitamin A,
berdasarkan kelompok (WHO, 2014)

Kelompok

Kebutuhan rata-rata

Rekomendasi

(g RE/hari)

(g RE/hari)

0 - 6 bulan

180

375

7 12 bulan

190

400

1 3 tahun

200

400

4 6 tahun

200

450

7 9 tahun
Remaja

250

500

330 400

600

19 65 tahun

270

500

65+ tahun

300

600

300

600

Bayi dan anak

10 18 tahun
Dewasa
Perempuan

Laki-laki
19 65 tahun

65+ tahun
300
600
Ibu hamil
370
800
Ibu menyusu
450
850
Sumber: Vitamin and mineral requirements in human nutrition, 2014. Available from
http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/42716/1/9241546123.pdf. Accessed on 14th
September 2015

2.4. Peranan vitamin A bagi tubuh


1. Penglihatan
Vitamin A berfungsi dalam penglihatan normal pada cahaya remang. Di dalam mata,
retinol, bentuk vitamin A yang didapat dari darah, dioksidasi menjadi retinal. Retinal

kemudian mengikat protein opsin dan membentuk pigmen visual merah-ungu (visual
purple) atau rodopsin. Rodopsin ada di dalam sel khusus di dalam retina mata yang
dinamakan rod. Bila cahaya mengenai retina, pigmen visual merahungu ini berubah
menjadi kuning dan retinal dipisahkan dari opsin. Pada saat itu terjadi rangsangan
elektrokimia yang merambat sepanjang saraf mata ke otak yang menyebabkan
terjadinya suatu bayangan visual. Selama proses ini, sebagian dari vitamin A dipisahkan
dari protein dan diubah menjadi retinol. Sebagian besar retinol ini diubah kembali
menjadi retinal, yang kemudian mengikat opsin lagi untuk membentuk rodopsin.
Sebagian kecil retinol hilang selama proses ini dan harus diganti oleh darah. Jumlah
retinol yang tersedia di dalam darah menentukan kecepatan pembentukan kembali
rodopsin yang kemudian bertindak kembali sebagai bahan reseptor di dalam retina.
Penglihatan dengan cahaya samar-samar/buram baru bisa terjadi bila seluruh siklus ini
selesai (Azrimaidaliza, 2007).
2. Diferensiasi Sel
Diferensiasi sel terjadi bila sel-sel tubuh mengalami perubahan dalam sifat atau fungsi
semulanya. Perubahan sifat dan fungsi sel ini adalah salah satu karakteristik dari
kekurangan vitamin A yang terjadi pada tiap tahap perkembangan tubuh, seperti tahap
pembentukan sperma dan sel telur, pembuahan, pembentukan struktur dan organ tubuh,
pertumbuhan dan perkembangan janin, masa bayi, anak-anak, dewasa dan masa tua.
Vitamin A dalam bentuk asam retinoat diduga memegang peranan aktif dalam kegiatan
inti sel yaitu dalam pengaturan faktor penentu keturunan/gen yang berpengaruh
terhadap sintesis protein. Pada diferensiasi sel terjadi perubahan dalam bentuk dan
fungsi sel yang dapat dikaitkan dengan perubahan perwujudan gen-gen tertentu. Sel-sel
yang paling nyata mengalami diferensiasi adalah sel-sel epitel khusus, terutama sel-sel
goblet, yaitu sel kelenjar yang mensintesis dan mengeluarkan mukus atau lendir. Mukus
melindungi sel-sel epitel dari serbuan mikroorganisme dan partikel lain yang berbahaya.
Bila terjadi infeksi, sel-sel goblet akan mengeluarkan lebih banyak mucus yang akan
mempercepat

pengeluaran

mikroorganisme

tersebut.

Kekurangan

vitamin

menghalangi fungsi sel-sel kelenjar yang mengeluarkan mucus dan digantikan oleh selsel epitel bersisik dan kering (keratinized). Kulit menjadi kasar dan luka sukar sembuh.

Membran mukosa tidak dapat mengeluarkan cairan mukus dengan sempurna sehingga
mudah terserang bakteri (infeksi) (Azrimaidaliza, 2007).
3. Fungsi kekebalan
Sel-sel kulit dan mukosa berfungsi sebagai penghalang dan membentuk first line
pertahanan tubuh terhadap infeksi. Retinol dan metabolitnya diperlukan untuk menjaga
integritas dan fungsi sel-sel ini. Vitamin A dan asam retinoat (RA) memainkan peran
sentral dalam pengembangan dan diferensiasi sel-sel darah putih, seperti limfosit, yang
memainkan peran penting dalam respon imun. Aktivasi T-limfosit, sel-sel peraturan
utama dari sistem kekebalan tubuh, tampaknya memerlukan semua-trans-RA pengikatan
RAR (reseptor asam retinoat) (Bennasir, 2007).
4. Pertumbuhan dan perkembangan
Retinol dan asam retinoat (RA) sangat penting untuk perkembangan embrio. Selama
perkembangan janin, fungsi RA dalam pengembangan anggota tubuh dan pembentukan
jantung, mata, dan telinga. Selain itu, RA telah ditemukan untuk mengatur ekspresi gen
hormon pertumbuhan (Bennasir, 2007). Vitamin A berpengaruh terhadap sintesis
protein, yaitu terhadap pertumbuhan sel. Vitamin A dibutuhkan untuk perkembangan
tulang dan sel epitel yang membentuk dalam pertumbuhan gigi (Azrimaidaliza, 2007).
5. Reproduksi
Vitamin A dalam bentuk retinol dan retinal berperan dalam reproduksi pada tikus, yaitu
pembentukan sperma dan sel telur serta perkembangan janin dalam kandungan
(Azrimaidaliza, 2007).
6. Pencegahan kanker dan penyakit jantung
Studi epidemiologis telah menyarankan korelasi terbalik antara perkembangan kanker
dan konsumsi makanan vitamin A. Konsentrasi vitamin A farmakologi menurunkan
kejadian tumor eksperimental kimia diinduksi. Retinoid alami dan sintetik telah terbukti
menghambat pertumbuhan dan perkembangan berbagai jenis tumor, termasuk kulit,
payudara, rongga mulut, paru-paru, hati, pencernaan, prostat, kandung kemih dan

10

kanker. Selain itu, penambahan RA atau sintetis retinoid untuk human cancer cell lines
atau xenograft tumor manusia pada tikus telanjang menghasilkan dalam growth arrest,
apoptosis, atau diferensiasi (Doldo, 2014). Di samping itu beta karoten yang bersama
vitamin E dan C berperan sebagai antioksidan diduga dapat mencegah kanker paru-paru
(Azrimaidaliza, 2007).
7. Produksi sel darah merah
Sel darah merah yang berasal dari sel precursor disebut sebagai sel induk. Retinoid
diperlukan untuk diferensiasi sel darah merah oleh sel induk. Vitamin A akan
menfasilitasi mobilisasi besi dari tempat penyimpanannya kepada sel darah merah yang
akan dimasukkan ke dalam hemoglobin (Bennasir, 2007).

BAB 3
KESIMPULAN
Lansia mempunyai risiko rata-rata morbiditas dan mortalitas yang tinggi di
rumah sakit dibandingkan pada pasien yang lebih muda. Peningkatan risiko ini
sehubungan dengan proses fisiologis normal pada penuaan dan peningkatan prevalensi
timbulnya penyakit sistemik (Hacking, 2014). Konsumsi makanan yang cukup dan

11

seimbang bermanfaat bagi lanjut usia untuk mencegah atau mengurangi risiko penyakit
degeneratif dan kekurangan gizi (KEMENKES RI, 2011).
Pada lansia penatalaksanaan nutrisi yang dilakukan harus sesuai dengan prinsip gizi
lansia yang meliputi: Memakan beraneka ragam makanan, Memakan makanan untuk memenuhi
kecukupan energy, batasi konsumsi lemak dan minyak, memakan makanan sumber zat besi,
membiasakan diri makan pagi, meminum air putih, melakukan aktivitas fisik dan olah raga
teratur (KEMENKES RI, 2011).

12

DAFTAR PUSTAKA
1. Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama
2. Azrimaidaliza, 2007. Vitamin A, Imunitas dan Kaitannya dengan Penyakit
Infeksi. Journal Kesehatan Masyarakat. 1(2): 90-96.
3. Bennasir H., Sridhar S., Abdel-Razek T.T., 2010. Vitamin A: From Physiology to
Disease Prevention. International Journal of Pharmaceutical Sciences Review
and Research; 1(104): 68-73.
4. Depkes, 2009. Panduan Manajemen Suplementasi Vitamin A. Available from
http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/08/panduan-suplementasivitA.pdf. Accessed on 14th September 2015.
5. Doldo E., et al, 2014. Vitamin A, Cancer Treatment and Prevention: The New
Role of Cellular Retinol Brinding Proteins. Biomed Research International; 1-14
6. Dorland, W., 2006. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta: EGC
7. FAO, 2005. FAO/WHO expert consultation on human vitamin and mineral
requirements

Chapter

7:

Vitamin

ftp://ftp.fao.org/docrep/fao/004/y2809e/y2809e07. pdf

A.

Available

form

(assessed 14 September

2015)
8. McLaren, Donald S, Frigg, Martin. 2001. SIGHT AND LIFE Guidebook on
Vitamin A in Health and Disease 2nd edition. Switzerland: Sight and Life
9. Sommer, Alfred. 2008. Vitamin A Deficiency and Clinical Disease: An
Historical Overview. JN Journal of Nutrition
10. WHO, 2014. Vitamin and mineral requirements in human nutrition. Available
from http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/42716/1/9241546123.pdf.
Accessed on 14th September 2015
11.

13

Anda mungkin juga menyukai