BAB II
URAIAN PROSES
2.1
Bahan Baku
Kuantitas (%Mol)
74,95
6,77
5,36
0,82
1,08
0,32
0,22
0,18
10,30
0
b. Air
Pada pabrik Ammonia, air digunakan sebagai air umpan Boiler (Boiler
feed water) dan air pendingin (cooling water). Kebutuhan air umpan Boiler dan
air pendingin tersebut masing-masing adalah 4,97 m3/jam dan 0,9 MT/MT NH3.
16
Kebutuhan kedua jenis air tersebut disediakan oleh unit utilitas. Bahan baku air ini
berasal dari sungai Musi. Jumlah air sungai Musi yang digunakan di unit utilitas
sebanyak 712 m3/jam dengan pH sekitar 6,5 7,5.
Karakteristik dan komposisi air sungai Musi yang diproses di unit utilitas
disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Karakteristik dan Komposisi Air Sungai Musi
Komponen
Turbiditas
P alkalinitas sebagai CaCO3
Kuantitas
49
0
19,4
3,4
2-
4,2
3,9
2+
5,5
6,4
Besi sebagai Fe
Silika sebagai SiO2
2,06
15 - 64
Padatan tersuspensi
Padatan terlarut
Material organik
42
64
18,7
c. Udara
Udara pada pabrik PT. PUSRI digunakan sebagai udara instrumen dan
udara proses. Udara proses digunakan sebagai sumber gas nitrogen dalam
pembuatan amoniak. Udara instrumen digunakan untuk keperluan seperti aerasi,
udara campuran dan lainnya. Udara diperoleh dari lingkungan sekitar pabrik.
Komposisi udara yang diambil dari alam disajikan pada Tabel 3.
Kuantitas (%mol)
78,084
17
Oksigen (O2)
Argon (Ar)
20,947
0,934
Kuantitas
Satuan
7
kg/cmG
28
C
Bebas minyak
Hydrotreater
Guard chamber
18
NiO
Fe3O4 / Cr2O3
Cu / ZnO
Besi berpromotor
Reformer, Methanator
HTSC
LTSC
Konverter amoniak
2.1.2
Ammonia Cair
Spesifikasi Ammonia cair yang digunakan pada pabrik Urea disajikan pada
Gas CO2
Spesifikasi gas Karbon Dioksida (CO2) yang digunakan pada pabrik Urea
19
Jumlah
67,82
MT/jam
b. Air Demin
Spesifikasi air demin yang digunakan disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9. Spesifikasi Air Demin Pabrik Urea
Spesifikasi
Kuantitas
Satuan
Tekanan
Temperatur
Jumlah
SiO2
Total padatan terlarut
kg/cm2G
o
C
MT/jam
ppm
ppm
5,3
28
10
0,05 (maks)
0,5 (maks)
c. Air Pendingin
Spesifikasi cooling water yang digunakan disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10. Spesifikasi Cooling Water Pabrik Urea
Spesifikasi
Tekanan
Temperatur
Faktor fouling
Inhibitor
pH
Turbidity
Total hardness
Warna
Fe
Cl2
Sulfat
Minyak
Total
Dissolved
Solid
Kuantitas
4
32
0.0002
30-50
6.5 7.5
3 (maks)
25 (maks)
10 (maks)
0.1 (maks)
8 (maks)
10
Trace
80 (maks)
Satuan
kg/cm G
o
C
m2 jam oC/kkal
ppm
2
ppm
ppm sebagai CaCO3
sebagai harzen unit
ppm
ppm
ppm sbg SO4
Ppm
d. Udara Instrumen
Spesifikasi udara instrumen yang digunakan disajikan pada Tabel 11.
Tabel 11. Spesifikasi Udara Instrumen Pabrik Urea
Spesifikasi
Kuantitas
Satuan
Tekanan (di pipa header udara instrumen)
7
kg/cm2G
o
Temperatur
28
C
Jumlah
200
Nm3/jam
20
Dew point
Kualitas
40
C
Bebas Minyak
f. Nitrogen
Spesifikasi Nitrogen sebagai bahan baku disajikan pada Tabel 13.
Tabel 13. Spesifikasi Nitrogen yang Digunakan Pada Pabrik Urea
Spesifikasi
Kuantitas
Satuan
Tekanan
4
Kg/cm2G
o
Temperatur
28
C
Komposisi
NOx
10 (maks)
ppm
O2
300 (maks)
ppm
Sumber: Urea P-II, 2007
g. Listrik
a)
Motor
1)
2)
3)
4)
b)
Penerangan
Spesifikasinya 220 V, 1 fasa dan frekuensi 50 Hz
c)
Sistem pengontrol
Spesifikasinya 110 V, tegangan AC.
d)
Instrumentasi
21
Proses Produksi
2.2.1
sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
Feed Treating
Reforming
Purifikasi
Sintesis
Pemurnian Produk
Proses pembuatan amonia secara sederhana dapat dilihat pada Gambar 2.1
berikut.
22
2) Gas CO2
Gas alam tersebut akan melewati Knock Out Drum (KO Drum) untuk
pemisahan partikel padat dengan menggunakan prinsip perbedaan berat jenis. KO
Drum tersebut juga dilengkapi dengan Demister yang berfungsi untuk menangkap
cairan berupa buih atau mist yang terkandung dalam umpan gas alam. Setelah
melalui KO Drum, umpan gas alam ini akan terbagi menjadi dua aliran utama.
Pertama, untuk bahan baku produksi gas sintesis yang akan diumpankan ke
Ammonia Converter. Kedua, sebagai bahan bakar (fuel) untuk Arch Burner,
Auxilary Boiler dan untuk keperluan produksi steam bertekanan tinggi.
a. Tahap Penghilangan Sulfur Anorganik
Gas alam dari Pertamina UP III Plaju yang dikirim ke PUSRI-II masih
banyak mengandung pengotor-pengotor yang tidak diinginkan. Salah satu
pengotornya adalah Sulfur anorganik berupa senyawa H2S. Sulfur anorganik
tersebut dapat dihilangkan melalui proses Desulfurisasi dengan bantuan katalis.
Katalis unicat ini memiliki beberapa kelebihan seperti umur katalis yang jauh
lebih panjang (5 tahun) dan tidak membutuhkan injeksi larutan kaustik (NaOH).
Zinc Oxide pada katalis akan bereaksi dengan campuran sulfur dari gas alam
membentuk Zinc Sulfide. Kondisi ini dijaga pada rentang 27 40 oC. Reaksi yang
terjadi sebagai berikut.
ZnO + H2S ZnS + H2O
b. Tahap Penghilangan Karbon Dioksida (CO2)
Feed gas yang keluar dari unit Desulfurizer dihilangkan kandungan CO2
melalui proses absorbsi dengan menggunakan larutan Benfield. Gas CO2 ini perlu
dihilangkan dari gas alam karena dapat menjadi racun bagi katalis sehingga
kinerja Katalis akan menurun pada unit Reformer, Methanator, unit sintesis dan
unit-unit lainnya. Proses absorbsi dilakukan di dalam unit Absorber. Kondisi
operasi di Absorber dijaga pada tekanan tinggi dan temperatur rendah. Sedangkan
kondisi operasi di Stripper dijaga pada tekanan rendah dan temperatur tinggi.
Reaksi yang terjadi di dalam unit Absorber adalah sebagai berikut.
23
CO2 + H2O
H2CO3
(Katalis CoMo)
CO + 3H2 - Q
24
CO + H2O CO2 + H2 + Q
b. Secondary Reformer
Untuk menyempurnakan reaksi steam reforming (pemecahan gas metana
menjadi CO, CO2 dan H2) diperlukan proses lanjutan di secondary reformer. Gas
yang telah mengalami reforming sebagian di primary reformer akan masuk ke
secondary reformer dengan melewati jacket transfer line. Temperatur masuk ke
secondary reformer sekitar 824oC. Aliran gas ini akan bertemu dengan campuran
steam dan udara di ruang bakar. Sebelum masuk ke secondary reformer, tekanan
dan temperatur udara dinaikkan.
Reaksi di secondary reformer berlangsung pada temperatur yang lebih
tinggi daripada di primary reformer, yaitu sekitar 900-1200oC. Secara keseluruhan
reaksi bersifat endotermis, sehingga memerlukan panas dan kebutuhan panas
untuk berlangsungnya reaksi reforming tersebut dipasok sendiri dari panas hasil
reaksi Hidrogen (dari aliran gas) dengan Oksigen (dari aliran udara). Oksigen
untuk keperluan reaksi tersebut berasal dari udara yang diinjeksikan dari
Discharge
Compressor.
Reaksi
ini
menggunakan
katalis
Nikel
untuk
25
HTSC merupakan reaktor unggun tetap berisi katalis Besi Oksida dengan
volume katalis 66 m3. Tipikal reaksi yang terjadi pada unit HTSC adalah laju
reaksinya cepat tetapi konversinya rendah. Gas keluaran HTSC masuk ke shell
side HTS effluent WHB untuk memberikan panas ke air umpan Boiler. Setelah
meninggalkan WHB gas mengalir ke LTSC. Aliran antara dilengkapi dengan
pembuangan (vent) untuk membuang kelebihan gas proses.
b. Low Temperatur Shift Converter (LTSC)
Unit ini berfungsi mengubah CO menjadi CO2 yang belum terkonversi di
unit HTSC dengan bantuan katalis Tembaga Zinc Alumina (Cu/ZnO/Al2O3). Gas
dari HTSC masuk ke LTSC melalui unggun katalis LTS dengan temperatur masuk
206C dan keluar melalui bagian bawah LTS. Reaksi ini berlangsung pada
temperatur rendah (180-260oC), bersifat eksotermis, dan konversinya yang cukup
tinggi.
c. Unit Pemisahan Karbon Dioksida (CO2 Absorber dan Stripper)
Pada prinsipnya, pemisahan CO2 pada unit ini sama dengan pemisahan
CO2 di bagian feed treating. Untuk memisahkan CO2 digunakan larutan Benfield.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut.
CO2 + H2O H2CO3
H2CO3 + K2CO3 2KHCO3
Gas sintesa keluaran dari LTSC dialirkan ke Absorber CO2 melalui
distributor internal di bagian bawah menara. Gas keluaran Absorber kemudian
dialirkan ke produk atas Absorber CO2 lalu menuju KO Drum
untuk
menghilangkan larutan Benfield yang terbawa oleh gas. Gas proses akan
meninggalkan bagian atas KO Drum dan dilewatkan melalui shell side
methanator feed/effluent exchanger sebelum dimasukkan ke Methanator. Reaksi
proses yang terjadi di Stripping adalah sebagai berikut:
2KHCO3 H2CO3 + CO2 + H2O
.
2.2.1.4 Metanasi
26
Proses purifikasi yang terjadi pada tahap Shift Conversion dan CO2
Removal tidak berlangsung sempurna sehingga masih terdapat gas CO maupun
CO2 sisa dalam jumlah kecil. Walaupun demikian, kandungan CO dan CO 2 dalam
jumlah kecil ini dapat merusak katalis di Ammonia Converter. Untuk itu, CO dan
CO2 perlu diubah menjadi CH4 di Methanator sehingga total CO dan CO2 inlet
Ammonia Converter 10 ppm. Reaksi Metanasi terjadi pada temperatur 280360oC dengan menggunakan katalis Nikel Alumina. Reaksi Metanasi berlangsung
menurut persamaan reaksi berikut.
CO + 3H2
CH4 + H2O + Q
27
di-recycle secara terus-menerus agar bisa bereaksi kembali. Produk NH3 yang
diperoleh berwujud gas dengan temperatur relatif tinggi (sekitar 450oC).
Sehingga, panas yang terbawa produk dimanfaatkan untuk mengolah BFW dan
memanaskan gas proses yang akan masuk ke Ammonia Converter. Reaksi sintesis
Ammonia berlangsung menurut persamaan reaksi berikut.
N2 + 3 H2 2 NH3 + Q
Setelah itu, produk Ammonia akan diolah di bagian refrigeration system
untuk diolah menjadi produk Ammonia cair yang jauh lebih murni. Sedangkan
gas-gas yang tidak bereaksi/inert (seperti CH4, Ar, dan gas lainnya) dibuang
secara terus-menerus supaya tidak terjadi akumulasi yang dapat mengganggu
proses pada Ammonia Converter. Gas yang dibuang ini akan diolah di bagian
recovery unit untuk diambil gas-gas yang masih potensial untuk dimanfaatkan.
2.2.1.6 Tahap Pendinginan dan Pemurnian Produk
Ammonia yang terbentuk dalam Ammonia Converter dipisahkan dari
komponen yang lain dengan cara pendinginan bertahap karena temperatur titik
embun Ammonia lebih besar dari komponen yang lain, sehingga Ammonia akan
mengembun terlebih dahulu dan dapat dipisahkan dari komponen yang lain.
Tahap refrigeration system pada dasarnya adalah mendinginkan gas
keluaran Ammonia Converter yang diikuti proses pemurnian dengan Separator
dan flashing/let down system sehingga diperoleh produk Ammonia yang murni dan
gas-gas yang terlarut dilepaskan menjadi inert refrigeration. Produk Ammonia
(hot product) dikirim ke pabrik Urea sebagai bahan baku pembuatan Urea dan
sisanya (cold product) dikirim Tangki Penyimpan Ammonia (NH3 Storage).
2.2.2 Proses Produksi Urea
Proses sintesis Urea pada pabrik PT. Pupuk Sriwijaya Palembang
menggunakan dua proses sintesis Urea yaitu Total Recycle C-Improve (TRCI) dan
Advance Cost Energy and Energy Saving (ACES). Pembagian proses sintesis yang
terdapat pada pabrik PT. Pupuk Sriwijaya Palembang adalah sebagai berikut:
28
a. PUSRI-IB :
Menggunakan proses Advance Cost Energy and Energy Saving (ACES).
b. PUSRI-II :
Menggunakan proses ACES di seksi sintesa saja, sementara bagian lainnya
menggunakan proses Total Recycle C-Improve (TRCI).
c. PUSRI-III dan PUSRI-IV :
Sepenuhnya menggunakan proses TRCI.
Namun walaupun menggunakan teknologi proses yang berbeda, secara
garis besar proses produksi urea dapat dibagi menjadi beberapa seksi :
1. Seksi Sintesis
2. Seksi Purifikasi dan Dekomposisi
3. Seksi Recovery
4. Seksi Kristalisasi dan Pembutiran
5. Seksi Pengolahan Kondensat Proses
Proses pembuatan urea secara sederhana dapat dilihat pada Gambar 2.2
berikut.
H = -28,5 kkal/mol
29
H = +3,6 kkal/mol
H2O
CO2
2NH3
30
31
2.3
Produk
Pupuk Urea dan Ammonia merupakan produk utama yang dihasilkan PT.
PUSRI. Selain itu, dihasilkan pula produk samping berupa Karbon Dioksida cair,
Dry Ice, Nitrogen cair, gas Nitrogen, Oksigen cair, dan gas Oksigen.
2.3.1 Produk Utama
Produk utama yang dihasilkan oleh PT. PUSRI Palembang adalah pupuk
Urea dalam bentuk butiran (prilled) dan Ammonia cair. Ammonia cair digunakan
pada proses pembuatan Urea sebagai bahan baku dengan CO2.
Spesifikasi Urea yang dihasilkan oleh PT. PUSRI Palembang dapat dilihat
dari tabel di bawah ini.
32
Produk
Urea
46.0 %
0.5 %
0.5 %
95 %
Minimum
Maksimum
Maksimum
Minimum
2%
Maksimum
2.3.2
Produk Samping
33
Selain menghasilkan produk utama yang berupa Urea dan Ammonia, PT.
PUSRI Palembang juga menghasilkan beberapa produk samping yang bernilai
ekonomis. Produk-produk samping yang dihasilkan oleh PT. PUSRI yaitu:
a. Ammonia Ekses
b. Nitrogen dan Oksigen Cair
Dalam pabrik pemisah udara (Air Separation Unit) prinsipnya adalah
melakukan fraksionasi terhadap kandungan Nitrogen dan Oksigen yang terdapat
dalam udara bebas. Dengan titik didih yang berbeda, pada suhu minus 183oC,
Oksigen (O2) mencair dan memisahkan diri dari Nitrogen (N2).
c. CO2 dan es kering (Dry Ice)
Pabrik ini menggunakan proses dari perusahaan Gases Industriales
Buenos Aires, Argentina dengan kemampuan produksi 55 ton CO2 cair per hari.
CO2 cair berasal dari gas CO2 yang berlebih dari pabrik Ammonia yang dikirim ke
pabrik CO2 cair. Setelah gas CO2 dimurnikan, lalu didinginkan pada suhu minus
30oC. Pada tekanan 15 kg/cm2 gas CO2 berubah menjadi cair. CO2 cair umumnya
digunakan dalam industri minuman dan blanket.
2.4
Utilitas
Dalam suatu pabrik kimia unit penunjang/utilitas merupakan unit
Water Treatment
Sungai Musi merupakan sumber utama air yang sering digunakan oleh PT.
34
Air Demin adalah air yang sudah tidak mengandung mineral, baik berupa
kation maupun anion. Air Demin biasanya dipakai sebagai bahan baku pembuatan
uap air. Mineral yang terkandung dalam air diambil dengan cara menggunakan air
pengikat resin pengikat ion. Garam terlarut dalam air berkaitan dalam bentuk ion
positif (cation) dan negatif (anion). Ion-ion tersebut dihilangkan dengan cara
pertukaran ion di alat penukar ion (Ion Exchanger).
Mula-mula air bersih (filtered water) dialirkan ke carbon filter (CF) yang
didalamnya terdapat activated carbon untuk pengikat zat organik dan
penghilangan bau/warna. Dari CF, air mengalir ke cation exchanger yang diisi
resin cation yang akan mengikat cation dan melepaskan ion H+. Selanjutnya air
mengalir ke anion exchanger dimana anion dalam air bertukar dengan ion OHdari resin anion.
2.4.3
dengan kualitas dan kuantitas tertentu yang diperlukan untuk pendinginan proses
di pabrik. Proses pendinginan di Cooling Tower yang telah menyerap panas proses
pabrik dialirkan kembali ke Cooling Tower untuk didinginkan. Air dialirkan
kebagian atas Cooling Tower kemudian dijatuhkan ke bawah dan akan kontak
langsung dengan aliran udara yang dihisap oleh Induced Draft (ID) Fan. Akibat
kontak dengan aliran udara terjadi proses pengambilan panas dari air oleh udara
dan juga terjadi proses penguapan sebagian air dengan melepas panas laten yang
akan mendingikan air yang jatuh ke bawah.
Air yang telah menjadi dingin tersebut dapat ditampung di Basin dan dapat
dipergunakan kembali sebagai Cooling Tower. Pada proses pendinginan di
Cooling Tower sebagian air akan menguap dengan mengambil panas laten. Oleh
karena itu harus ditambahkan air make-up dari Water Treatment Plant.
2.4.4 Plant Air dan Instrument Air (PA/IA)
Plant Air atau udara pabrik adalah udara bertekanan yang digunakan untuk
berbagai keperluan pabrik. Udara Instrument adalah udara bertekanan yang telah
dikeringkan atau dihilangkan kandungan airnya.
35
Steam System
Steam (uap air bertekanan), di pabrik umumnya digunakan sebagai
Pengelolaan Lingkungan
36
pengolahan
limbah
cair
di
PET
adalah
menguraikan
(menghidrolisa) urea yang terkandung dalam limbah dengan cara pemanasan pada
temperatur 210oC dan tekanan 22 kg/cm2G. Setelah Urea dihidrolisa, gas NH3 dan
CO2 yang dihasilkan dari proses hidrolisa selanjutnya dikirim ke Top Stripper,
begitu juga dengan limbah cair yang sudah dihidrolisa. Di Stripper, limbah cair
tersebut yang masih mengandung Ammonia dilakukan stripping menggunakan
steam pada tekanan 6 kg/cm2G.
b. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Instalasi pengolahan limbah (IPAL) dirancang untuk mengatasi air limbah
dari PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang (P-IB, P-II, P-III dan P-IV) yang telah
dipisahkan sebelumnya dari air hujan pada collecting PIT masing-masing pabrik.
IPAL dirancang untuk menangani air limbah dengan kapasitas sebesar 500 m3/hr.
Sistem pengolahan limbah di IPAL dibagi menjadi dua, yaitu pengolahan air
limbah pada saat emergency dan pengolahan limbah saat normal.
Air limbah dikatakan emergency apabila kandungan Ammonia lebih dari
500 ppm dan kandungan Urea lebih dari 1500 ppm. Air limbah emergency dikirim
ke kolam emergency pond, dimana pada kolam ini uap Ammonia yang terbentuk
akan hisap oleh Blower dan selanjutnya Ammonia akan diserap oleh H2SO4 pada
kolom Scrubber yang kemudian membentuk garam. Sedangkan limbah cair
selanjutnya dikirim ke kolam equalisasi secara bertahap sedikit demi sedikit agar
tidak terjadi pengejutan konsentrasi limbah di dalam kolam equalisasi.
37
Pada saat kondisi normal (konsentrasi Ammonia kurang dari 500 ppm dan
Urea kurang dari 1500 ppm), air limbah langsung dialirkan ke kolam equalisasi.
Di kolam ini lumpur diendapkan dan overflownya dikirim ke neutralitation pond.
Pada kolam neutralisasi, air limbah dinetralkan dengan H 2SO4 dengan bantuan
Agitator (pengaduk) dan selanjutnya air masuk kedalam kolam penampungan.
Dari kolam ini kemudian limbah dialirkan ke kolam wet land.
Wet land merupakan kolam seluas 11.000 m2 yang ditanami enceng
gondok (water hyacinth), dimana didalam kolam ini terjadi proses absorbsi
biologis Urea dan Ammonia, juga terjadi nitrifikasi dan denitrifikasi. Akar
tanaman enceng gondok juga merupakan media bagi bakteri nitrifikasi untuk
menempel dan tumbuh sementara lumpur di dasar wet land merupakan media
untuk tumbuhnya bakteri denitrikasi. Diharapkan Urea yang terkandung dalam
limbah dapat diuraikan oleh enceng gondok. Setelah proses diatas, selanjutnya air
limbah dialirkan ke kolam biological pond existing, dimana pada kolam ini hanya
dilakukan proses aerasi untuk menghilangkan kandungan Ammonia yang masih
ada pada air limbah.
2.5.2 Penanganan Limbah Padat
Limbah padat yang secara rutin dihasilkan adalah katalis bekas. Kataliskatalis dengan komponen utama Besi dan Nikel termasuk dalam golongan bahan
B3 (bahan beracun dan berbahaya) sehingga pengelolaannya harus mengikuti
peraturan yang berlaku. Hingga saat ini, disposal dari katalis-katalis tersebut
dilakukan dengan sistem landfill pada daerah green barrier.
Limbah padat yang lain adalah lumpur hasil pengerukan di biological
pond. Sebelum dibuang, lumpur-lumpur ini dikeringkan dahulu pada Sludge
Removal Facilities.
2.5.3 Penanganan Limbah Gas
Limbah gas dari PT. PUSRI berasal dari popping uap Ammonia dari
tangki Ammonia, sistem perpipaan, dan bejana bertekanan, debu Urea yang lepas
dari Menara Pembutir, dan kebisingan yang diakibatkan oleh aktivitas pabrik.
38