BAB I Kernikterus
BAB I Kernikterus
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
1.2
Tujuan
Tujuan Umum :
1.3
Metode Penulisan
Studi Pustaka
1.4
Sistematika Penulisan
BAB I
: PENDAHULUAN : terdiri dari latar belakang tujuan metode penulisan
dan sistematika penulisan
BAB II
:
kebidanan
PEMBAHASAN
:
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Tinjauan Medis
2.1.1.Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0-28 hari. Kehidupan pada
masa neonatus ini sangat rawan oleh karena memerlukan penyesuaian fisiologik
agar bayi di luar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya. Hal ini dapat dilihat dari
tingginya angka kesakitan dan angka kematian neonatus. Diperkirakan 2/3
kematian bayi di bawah umur satu tahun terjadi pada masa neonatus. Peralihan
dari kehidupan intrauterine ke ekstrauterin memerlukan berbagai perubahan
biokimia dan faali. Dengan terpisahnya bayi dari Ibu, maka terjadilah awal proses
fisiologik sebagai berikut .
1.
Peredaran darah melalui plasenta digantikan oleh aktifitasnya fungsi paru
untuk bernafas (pertukaran oksigen dengan karbondioksida)
2.
3.
Ginjal berfungsi untuk mengeluarkan bahan yang tidak terpakai lagi oleh
tubuh untuk mempertahankan homeostasis kimia darah.
4.
Hati berfungsi untuk menetralisasi dan mengekskresi bahan racun yang
tidak diperlukan badan.
5.
6.
Sistem kardiovaskular serta endokrin bayi menyesuaikan diri dengan
perubahan fungsi organ tersbut diatas.
Penyesuaian pokok yang dilakukan bayi neonatal yaitu :
1.
Perubahan suhu, dimana ketika di dalam rahim suhu berkisar 100 0F namun
suhu diluar berkisar 600-700F.
2.
Bernafas, jika tali pusat diputus maka bayi mulai harus bernafas sendiri.
3.
Menghisap dan menelan, bayi sudah tidak dapat lagi mendapat makanan
melalui tali pusat tetapi memperoleh makanan dengan cara menghisap dan
menelan.
4.
Pembuangan, ketika bayi dilahirkan barulah alat-alat pembuangan itu
berfungsi.
Ciri-ciri bayi Neonatal yaitu :
1.
Masa bayi neonatal merupakan periode yang tersingkat dari semua periode
perkembangan. Masa ini hanya dimulai dari kelahiran sampai tali pusat lepat dari
pusatnya.
2.
Masa bayi Neonatal merupakan masa terjadinya penyesuaian yang radikal.
Masa ini dimana suatu peralihan dari lingkungan dalam ke lingkungan luar.
3.
Masa Neonatal merupakan masa terhentinya perkembangan. Ketika
periode perinatal sedang berkembang terhenti pada kelahiran.
4.
Masa bayi Neonatal merupakan pendahuluan dari perkembangan
selanjutnya. Perkembangan individu dimasa depan akan tampak pada waktu
dilahirkan.
5.
Masa bayi Neonatal merupakan periode yang berbahaya. Masa ini
berbahaya karena sulitnya menyesuaikan diri pada lingkungan yang baru.
Ikterus Fisiologi
Ikterus Fisiologi adalah ikterus yang timbul pada hari kedua dan hari ketiga yang
mempunyai dasar patologik, kadarnya tidak melewati kadar yang
membahayakan, atau mempunyai potensi menjadi kern-ikterus dan tidak
menyebabkan suatu morbiditas pada bayi. Ikterus ini biasanya menghilang pada
akhir minggu pertama atau selambat-lambatnya 10 hari pertama.
Ikterus dikatakan Fisiologis bila :
1.
2.
Kadar bilirubin indirek sesudah 2 - 24 jam tidak melewati 15 mg % pada
neonatus cukup bulan dan 10 mg % pada neonatus kurang bulan.
3.
4.
5.
Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan patologik (kern
ikterus)
6.
2.
Ikterus Patologik
Ikterus Patologik adalah ikterus yang mempunyai dasar patologik atau kadar
bilirubinnya mencapai suatu nilai yang disebut hiperbilirubinemia. Dasar
patologik ini misalnya, jenis bilirubin, saat timbulnya dan menghilangnya ikterus
dan penyebabnya.
Menurut Ngastiyah (2005) Ikterus dikatakan Patologis bila :
1.
2. Kadar bilirubin melebihi 10 mg% pada neonatus cukup bulan atau melebihi
12,5 mg% pada neonatus kurang bulan.
3.
4.
5.
6.
2) Faktor genetik
3) Obat (Streptomisin, kloramfenikol, benzylalkohol, sulfisoxazol)
4) Rendahnya asupan ASI (dalam sehari min. 8 kali sehari)
5) Hipoglikemia
6) Hiperbilirubinemia
Usia Ibu
2.
Tingkat pendidikan
3.
4.
5.
Masa gestasi
6.
Jenis persalinan
7.
Inkomtabilitas Rhesus
8.
Inkomtabilitas ABO
9.
10. Asfiksia
11. Prematur
12. APGAR score
13. Asupan ASI
14. Terpapar sinar matahari
Tanda
Tanda dan gejala yang timbul dari ikterus menurut Surasmi (2003) yaitu :
a.
b.
Letargis (lemas)
c.
Kejang
d.
e.
f.
Bila bayi hidup pada umur lebih lanjut dapat disertai spasme otot,
episiototonus, kejang, stenosis yang disertai ketegangan otot.
g.
Perut membuncit
h.
i.
j.
k.
2.
Gejala
2.1.6 Penilaian
Penilaian ikterus secara klinis dengan menggunakan rumus KRAMER (Sri agung
Lestari, 2009) :
No
Luas Ikterus
%)
1
11
12
16
2.1.8
Pemeriksaan diagnostik
1.
Penatalaksanaan umum
Memeriksa golongan darah Ibu (Rh, ABO) dan lain-lain pada waktu hamil
b.
Mencegah trauma lahir, pemberian obat pada ibu hamil atau bayi baru
lahir, yang dapat menimbulkan ikterus, infeksi dan dehidrasi.
c.
Pemberian makanan dini dengan jumlah cairan dan kalori yang sesuai
dengan kebutuhan bayi baru lahir imunisasi yang cukup baik di tempat bayi
dirawat.
d.
2.
1)
2)
3)
4)
Pemeriksaan penyaring defisiensi enzim G6PD biakan darah atau biopsy
hepar bila perlu.
b.
Ikterus yang timbul 24-72 jam setelah lahir. Pemeriksaan yang perlu
diperhatikan.
1)
Bila keadaan bayi baik dan peningkatan tidak cepat dapat dilakukan
pemeriksaan darah tepi .
2)
3)
c.
Ikterus yang timbul sesudah 72 jam pertama sampai minggu pertama
Ikterus yang timbul pada akhir minggu pertama dan selanjutnya.
Pemeriksaan yang dilakukan :
1)
2)
3)
4)
3.
Ragam Terapi
Jika setelah tiga-empat hari kelebihan bilirubin masih terjadi, maka bayi harus
segera mendapatkan terapi. Bentuk terapi ini macam-macam, disesuaikan
dengan kadar kelebihan yang ada.
a)
Terapi sinar dilakukan selama 24 jam atau setidaknya sampai kadar bilirubin
dalam darah kembali ke ambang batas normal. Dengan fototerapi, bilirubin
dalam tubuh bayi dapat dipecahkan dan menjadi mudah laurt dalam air tanpa
harus diubah dulu oleh organ hati. Terapi sinar juga berupaya menjaga kadar
bilirubin agar tidak terus meningkat sehingga menimbulkan risiko yang lebih
fatal. Sinar yang digunakan pada fototerapi berasal dari sejenis lampu neon
dengan panjang gelombang tertentu. Lampu yang digunakan sekitar 12 buah
dan disusun secara parallel. Dibagian bawah lampu ada sebuah kaca yang
disebut flexy glass yang berfungsi meningkatkan energi sinar sehingga
intensitasnya lebih efektif.
Sinar yang muncul dari lampu tersebut kemudian diarahkan pada tubuh bayi.
Seluruh pakaiannya dilepas, kecuali mata dan alat kalamin harus ditutup dengan
menggunakan kain kasa. Tujuannya untuk mencegah efek cahaya dari lampulampu tersebut. Seperti diketahui, pertumbuhan mata bayi belum sempurna
sehingga dikhawatirkan akan merusak bagian retinanya, begitu pula alat
kelaminnya, agar kelak tak terjadi risiko terhadap organ reproduksi itu, seperti
kemandulan.
b)
Terapi transfusi
Jika setelah menjalani fototerapi taka da perbaikan dan kadar bilirubin terus
meningkat hingga mencapai 20 mg/dl atau lebih, maka perlu dilakukan terapi
transfuse darah. Dikhawatirkan kelebihan bilirubin dapat menimbulkan
kerusakan sel saraf otak (kern ikterus). Efek inilah yang harus diwaspadai karena
anak bisa mengalami beberapa gangguan perkembangan. Misalnya
keterbelakangan mental, cerebral palsy, gangguan motoric dan bicara, serta
gangguan penglihatan dan pendengaran. Untuk itu, darah bayi sudah teracuni
akan dibuang dan ditukar dengan darah lain. Proses tukar darah akan dilakukan
bertahap.
Bila dengan sekali tukar darah, kadar bilirubin sudah menunjukkan angka yang
menggembirakan, maka terapi transfuse bisa berhenti. Tapi bila masih tinggi
maka perlu dilakukan proses transfusi kembali. Efek samping yang bisa muncul
adalah masuknya kuman penyakit yang bersumber dari darah yang dimasukkan
ke dalam tubuh bayi. Meski begitu, terapi ini terbilang efektif untuk menurunkan
kadar bilirubin yang tinggi.
c)
Terapi obat-obatan
anatara jam 07.00 sampai 09.00 pagi. Inillah waktu dimana sinar surya efektif
mengurangi kadar bilirubin. Dibawah jam tujuh, sinar ultraviolet belum cukup
efektif, sedangkan di atas jam Sembilan kekuatannya sudah terlalu tinggi
sehingga akan merusak kulit. Hindari posisi yang membuat bayi melihat
langsung ke matahari karena dapat merusak matanya. Perhatikan pula situasi
disekeliling, keadaan udara harus bersih. (www.revell-indonesia.com)
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter atau untuk
dikonsultasikan atau ditangani bersama anggota tim kesehatan yang lain sesuai
dengan kondisi klien, bila tidak ada kebutuhan yang memerlukan penanganan
segera maka langkah IV ini tidak dilakukan.
5) Langkah V : Merencanakan Asuhan Yang Menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh di tentukan oleh
langkah langkah sebelumnya, langkah ini merupakan kelanjutan manajemen
terhadap masalah atau diagnosa yang telah di identifikasi atau di antisipasi.
6) Langkah VI : Melaksankan Perencanaan
Pengertian
Metode
2)
3)
4)
O : Objektif
1)
2)
3)
4)
Ada informasi hasil kajian secara tekhnologi (missal : hasil
laboratorium, USG dan sebagainya yang berarti dalam menegakkan diagnosa.
A : Analisa
1)
Diagnosa yang ditetapkan berdasarkan data dari S dan O yang
disimpulkan.
2)
Selalu ada informasi baru baik S dan O karena keadaan klien terus
berubah.
3)
4)
P : Penatalaksanaan
1)
2)
Mengusahakan mencapai kriteria tujuan tertentu dari kebutuhan klien
yang harus dicapai dalam waktu tertentu.
3)
Tindakan yang harus diambil dalam membantu klien mencapai
kemajuan dalam kesejahteraan dan proses selanjutnya.
4)
Didukung dengan rencana dokter bila dibuat keputusan dalam
manajemen kolaborasi.
5)
Pelaksanaan rencana tindakan dalam mengatasi masalah untuk
mencapai tujuan terhadap klien.
6)
Tindakan harus mendapat persetujuan klien kecuali bila hal tersebut
membahayakan klien .
7)
Analisa dari hasil yang dicapai menjadi fokus dan penilaian dalam
ketetapan tindakan.
8)
Jika tujuan tidak tercapai proses evaluasi dapat menjadi dasar untuk
mengembangkan tindakan alternative sehingga tercapai tujuan.
9)
Dapat menjadi perbaikan dengan perubahan intervensi dan tindakan
serta menunjukan perubahan baik dari rencana awal atau perlu suatu kolaborasi.
Umur bayi
:
untuk mengetahui hari keberapa
dilakukan pengkajian/asuhan
Tgl/jam lahir
Nama Ibu/Ayah
Umur Ibu/Ayah
Suku bangsa
Agama
Pendidikan
Alamat
identifikasi
Anamnesa
Pada tanggal ........ pukul......
Tempat ..
1. Riwayat penyakit kehamilan
Untuk mengetahui penyakit yang pernah diderita selama kehamilan yang
dapat menyebabkan bayi ikterus. Contoh : diabetes, golongan darah ibu - bayi
tidak sesuai, Rh/ABO incompatibility, sakit infeksi, spherositosis kongenital
2. Kebiasaan waktu nifas
Untuk mengetahui kebiasaan ibu pada saat nifas yang dapat berpengaruh pada
janin/BBL
3. Riwayat persalinan sekarang
a. Jenis persalinan
b. Penolong
d. Umur kehamilan : Pada ikterus kemungkinan terjadi pada preterm. kecil masa
kehamilan. dan. besar masa kehamilan.
e. Ketuban
: Warnanya jernih atau keruh, baunya khas atau tidak,
jumlahnya normal atau tidak. Normalnya < 500 cc.
f. Komplikasi persalinan : biasanya bayi ikterus terjadi pada persalinan dengan
trauma.
g. Keadaan bayi baru lahir : nilai dengan APGAR 1 menit pertama dan 5 menit
kedua
Objektif
Pemeriksaan
1. Keadaan umum : Apakah bayi tampak baik atau tidak. Biasanya bayi ikterus
terlihat letargi / aktifitas menurun
2. Suhu
3. Pernapasan
: Frekuensi pernapasan sebaiknya dihitung 1 menit penuh.
Normalnya 40-60x / menit
4. Nadi
5. BB sekarang
Muka
Mata
anemia
Mulut
tidak
Leher
2.
Dada
3.
Tali pusat dan abdomen : Apakah ada tanda-tanda infeksi atau tidak dan
pada ikterus pada palpasi abdomen terdapat pembesaran limfe dan hepar
4.
Punggung : Adakah kelainan dan dilihat bentuknya, apakah ada spina bifida
atau tidak.
5. Ekstermitas : Dilihat kelainan bentuk dan jumlah
6. Genitalia
: Pada bayi laki-laki testis sudah menurun atau belum dan
terdapat lubang uretra atau tidak pada bayi perempuan labia rnayora telah
menutupi labia minora belum? Lubang vagina ada atau tidak
7. Anus
Assasement
By. Ny. usia . Hari dengan .
Masalah : .
Diagnosa Potensial :
Tindakan segera :
Planning
1) Menyampaikan pada ibu dan suami bahwa bayinya mengtalami ikterus berat.
2) Memberikan dukungan emosional kepada ibu dan suami agar tetap tenang
mengahadapi ini supaya kondisinya tidak menurun pasca melahirkan.