Anda di halaman 1dari 17

DEFINISI HADIS DAN SUNNAH

1. Sunnah adalah aktifitas Rasulullah, baik dalam bentuk


ucapan, perbuatan dan taqrir selama hayat beliau.
2. Hadis adalah rekaman atas aktifitas Rasulullah, baik dalam
bentuk ucapan, perbuatan dan taqrir. Aktifitas Rasulullah
pertama kali direkam oleh sahabat kemudian di
sampaikan kepada generasi berikutnya. Cara merekam
dapat dilakukan dalam bentuk tulisan dan lisan.
KOMPONEN HADIS
1. Matan, yaitu isi dari rekaman itu sendiri tentang aktifitas
Rasulullah, sahabat dan tabiin.
2. Sanad, yaitu mata rantai yang membawa matan, mulai
dari zaman sahabat, tabiin, tabiit tabiin samapai kepada
kita sekarang ini.
3. Mukhaarin, yaitu pembuku hadis sehingga sampai kepada
kita. Ada banyak pembuku hadis: Imam al-Bukhari, Imam
Muslim, Imam an-Nasai, Imam at-Turmudzi, Imam Ibn
Majah, Imam Malik, Imam Ahmad, Imam ad-Daruqutni,
Imam al-Hakim, Imam ad-Darimi, Imam Abu Daud. Dll.
4. Jarak antara Nabi dan para Imam di atas adalah 150
sampai 200 tahun.
CONTOH HADIS NABI:














( )












( )


CONTOH SANAD HADIS

CARA PERIWAYATAN HADIS

Peristiwa munculnya hadis dari Rasulullah:


1.Pada majlis-majlis Rasulullah. Secara teratur,
Rasulullah
mengadakan
majelis-majelis
berkaitan dengan pengajaran Islam. Majelis
ini dihadiri, baik laki-laki maupun perempuan.
Ada juga majelis yang khusus untuk
perempuan. Pada majelis ini para sahabat
menerima hadis. Setelah selesai pertemuan,
para
sahabat
mengulang
lagi
dan
menghafalnya. Anas b malik berkata: kami
berada di sisi Rasulullah kami mendengar
hadis dari Rasulullah. Apabila telah selesai,
maka kami mempelajari kembali dan
menghafalnya.
2.Pada
peristiwa
yang
Rasulullah
mengalaminya
kemudian
beliau
menerangkan hukumnya. Abu Hurairah telah
meriwayatkan bahwa suatu ketika Rasulullah
lewat di muka seorang pedagang bahan
makanan.
Rasulullah
bertanya
tentang
bagaimana barang itu dijual kemudian

penjual itu menjelaskannya.


Rasulullah bersabda:

Setelah

itu

( )
Artinya: Bukanlah dari golongan kami, siapa
yang menipu (HR. Ahmad)
3.Pada peristiwa yang dialami oleh kaum
muslimin, kemudian menanyakan hukumnya
kepada Rasulullah. Para sahabat, adakalanya
mengalami
suatu
peristiwa
yang
berhubungan dengan dirinya sendiri, atau
berhubungan dengan sahabat lain. Di saat
mengalami itu, sahabat bertanya kepada
Rasulullah dan mendapat menjelsan dari
beliau.
4.Pada peristiwa yang disaksikan langsung oleh
para sahabat terhadap apa yang terjadi atau
dilakukan Rasulullah. Banyak sekali peristiwa
yang disaksikan oleh para sahabat yang
berhubungan
dengan
diri
Rasulullah.
Misalnya, cara salat, cara makan, cara haji,
dsb.
Cara sahabat
hadis

menerima dan menyampaikan

1.Menerima secara langsung dari Nabi. Cara ini


dilakukan oleh para sahabat yang mengikuti
majelis-majelis Rasulullah. Mereka langsung
mendengar, melihat, menyaksikan tentang
apa yang dilakukan, disabdakan atau
berhubungan dengan diri Rasulullah.

2.Menerima secara tidak langsung dari Nabi.


Cara ini dilakukan oleh para sahabat yang
secara tidak langsung mendengar, melihat,
atau menyaksikan tentang apa yang
dilakukan, disabdakan yang berhubungan
dengan Rasulullah saw. Kepada mereka, nabi
berpesan:

( )
Artinya: Hendaknya di antara kamu yang
hadir menyampaikan kepada yang tidak
hadir (HR. al-Bukhari).
Redaksi periwayatan matan hadis
1. Kata atau kalimat langsung dikutip seperti
yang disampaikan Rasulullah
2. Dengan makna (kata atau kalimat disusun
oleh
orang
yang
mendengar
tetapi
maknanya tidak berubah).
Metode Meriwayatkan Hadis
1.
: Seorang guru membacakan matan
hadis yang dihafalnya atau yang ada di dalam
kitab tertentu di hadapan murid.
2. atau : seorang murid
membaca matan hadis di hadapan guru.
3.
: pemberian izin seorang guru kepada
murid untuk meriwayatkan beberapa matan

hadis tanpa membaca hadis tersebut satu demi


satu.
4.
: seorangb guru memberi sebuah
atau beberapa hadis atau kitab untuk
diriwayatkan.
5.
: seorang guru menulis hadis untuk
seseorang.
6.
: pemberian informasi guru
kepada murid bahwa hadis-hadis yang ada di
dalam kitab tertentu itu hasil periwayatan yang
diperoleh guru dari si polan, tanpa menyebut
izin/ijazah periwayatan si murid kepada orang
lain.
7.
: seorang guru mewasiatkan bukubuku hadis kepada muridnya sebelum pergi
atau meninggal.
8.
: ada orang menemukan catatan atau
buku
hadis
yang
ditulis
tanpa
ada
rekomendasi /izin untuk meriwayatkan hadis di
bawah bimbingan dan kewenangan seseorang.

Sighat sanad:
Lafad yang ada dalam sanad yang digunakan
oleh Rawi pada waktu menyampaikan hadis atau
riwayat (memindahkan hadis dari seorang guru

kepada
orang
lain
mendewankan/membukukan
dewan hadis).

[murid],
hadis ke

atau
dalam

Martabat-martabat sighat sanad:


Martabat pertama:

: Saya telah mendengar

: Kami telah mendengar


kepadaku

kepada kami

:
:

Ia

telah

menceritakan

Ia

telah

menceritakan

: Ia telah berkata kepadaku


kami

: Ia telah berkata kepada

: Ia telah menyebutkan kepadaku

kepada kami

Ia

telah

menyebutkan

Martabat kedua

: Ia telah mengabarkan kepadaku


kepadanya

: Saya telah membacakan

Martabat ketiga

kepada kami


sedangkan saya

Ia

telah

mengabarkan

Dibaca

kepadanya

Mendengarkan.

kepadanya

Kami

telah

membacakan

telah

memberitahu

Martabat keempat

kepadaku

Ia

: Ia telah memberitahu kepadaku

kami

: Ia telah memberitahu kepada

kami

: Ia telah memberitahu kepada

Martanat kelima


kepadaku

Ia

telah

menyerahkan

Martabat keenam

: Ia telah mengucapkan kepadaku

Martabat ketujuh

: Ia telah menulis kepadaku

Martabat kedelapan

: Dari

: Sesungguhnya, bahwasanya


saya, dari

: Saya dapati dalam kitab

: Ia telah meriwayatkan

: Ia telah berkata

: Ia telah menyebut

: Telah sampai kepadaku


dengan tulisan

Saya

Fulan.

telah

memperoleh

Catatan tambahan:
atau atau : Disingkat dengan :
atau atau : Disingkat dengan :

atau

(sudah sah) atau

atau

: Disingkat dengan

: Disingkat dengan

: Singkatan dari

)hadis

(sampai akhir
(memindahkan

)dari satu hadis ke sanad lain

?Mengapa hadis itu harus diteliti


1. Hadis sebagai sumber ajaran Islam. Penegasan
ini tertuang dalam 59/7:











Juga terdapat dalam 3/32:










) (31










)(32








Juga terdapat dalam 4/80



(80)




Juga terdapat dalam 33/21













(21)





Dengan ayat-ayat di atas, dapat disimpulkan
bahwa hadis itu merupakan sumber ajaran
Islam. Karena itu, orang yang menolaknya
adalah menolak petunuk al-Quran itu sendiri.
Melakukan penelitian menjadi penting karena
dimaksudkan untuk menghindari penggunaan
hadis sebagai dalil namun ternyata itu bukan
dari Rasulullah saw.
2.Tidak seluruh hadis tertulis pada zaman
Nabi.
Nabi ketika masih hidup, pernah melarang dan
menyuruh untuk menulis hadis. Kebijakan ini
memiliki implikasi terhadap beredarnya hadis di
kalangan
sahabat.
Sebagai
dampaknya,
dokumentasi hadis pada zaman menjadi
terbatas, dan lebih banyak berlangsung secara
hafalan saja daripada tertulis. Baru pasca
wafatnya Nabi, banyak hadis baru dibukukan.
Kenyataan ini membawa kemungkinan pada ada

kemungkinan salah dalam periwayatan. Untuk


itu, perlu diadakan penelitian.
3.Telah timbul berbagai pemalsuan hadis.
Pemalsuan
hadis
sudah
terjadi
sejak
kekhalifan Ali b Abi Thalib. Faktornya adalah
kepentingan politik saat terjadinya konflik Ali b
Abi Thalib dengan Mu`awiyah. Para pendukung
masing-masing berupaya untuk memperkuat
kelompoknya dengan cara memalsukan hadis.
Bahkan, dalam catatan Ahmad b Hanbal, ia
pernah memergoki seorang dai memalsukan
hadis.

4.Proses
penghimpunan
hadis
yang
memakan waktu lama.
Penghimpunan hadis secara resmi dan massal
terjadi atas perintah Umar B Abd Aziz (wafat
101H/720). Dilihat dari sini, kemudian diukur
dengan wafatnya Nabi, jelas memakan waktu
kira-kira 200 tahun.
5.Jumlah kitab hadis yang banyak dengan
metode penyusunan yang beragam.
Jumlah kitab himpunan hadis yang dihimpun
oleh periwayat hadis cukup banyak, yang
angkanya tidak bisa dipastikan. Lebih-lebih,
sebagian dari para penghimpun hadis itu ada
yang menghasilkan karya himpunan hadis lebih
dari satu kitab.

Di antara kitab himpunan hadis, ada kitab


yang tidak bisa dilacak dan ada yang bisa
dilacak. Yang disebut terakhir ini, misalnya,
Sahih al-Bukhari, Sahih Muslim, Sunan Abi Daud,
Sunan al-Turmudzi, Sunan al-Nasai, Sunan alDarimi, Sunan Ibn Majah, Musnad Ahmad b
Hanbal, Muwatha` Malik, Sahih Ibn Khuzaimah,
Sunan
al-Baihaqi,
al-Mustadrak
al-Hakim,
Musnad al-Humaidi, Musnan Abi `Auwwanah.
Metode yang dipergunakan berbeda karena
focus dari npenghimpunan itu tidak terletak
pada metode tetapi pada penghimpunan hadis.
6.Telah terjadi periwayatan hadis secara
makna.
Di kalangan sahabat ada perbedaan sedikit
berkaitan dengan periwayatan hadis secara
makna. Ali b Abi Thalib, Ibn Abbas, Ibn Mas`ud,
Anas b Malik, Abu Darda`, Abu Hurairah, dan
Aisyah
adalah
sederet
tokoh
yang
memperbolehkan periwayatan hadis secara
makna.
Berbeda dengan tokoh-tokoh di atas, tokohtokoh berikut ini adalah tokoh yang tidak setuju
dengan periwayatan hadis dengan makna, tetapi
harus dengan lafdzi. Mereka adalah Umar b
Khatab, Ibn Umar dan Zaid b Arqom.
Dengan periwayatan secara makna ini
membawa kemungkinan redaksi matan hadis
menjadi sangat variatif sehingga dimungkinkan
adanya kekeluruan. Karena itu perlu diteliti.

CARA MENELITI HADIS (KRITIK SANAD DAN


MATAN) MELALUI TAKHRIJUL HADIS
A. Kritik Sanad: Pengertian
Secara sederhana tahrijul hadis adalah
penelusuran suatu matan yang diidhafahkan
kepada Nabi melalui kitab-kitab hadis induk
(himpunan hadis-hadis Nabi) yang dalam konteks
perkuliahan ini berjumlah sembilan kitan hadis (alBukhari, Muslim, al-Turmudzi, al-Nasa`I, Abu Daud,
Ibn Majjah, al-Musnad, Muwatha` Imam Malik dan
al-Darimi), yang selanjutnya untuk diketahui
kualitasnya, menunjukkan suatu hadis pada kitabkitab induk mana dan rangkaian rawi dalam suatu
sanad.
Manfaat tahrij adalah mengetahui sumbersumber hadis, kitab asal suatu hadis berikut rawirawi yang terlibat dalam periwayatan. Kedua,
dapat mengetahui kualitas hadis melalui kualitas
sanad dan matan. Ketiga, mengetahui redaksi
matan hadis secara lengkap.

B. Metode Tahrij dalam Kritik Sanad.


Setidaknya, ada lima metode tahrij. Pertama,
tahrijul hadis bi ma`rifati lafadh min alfadhil hadis
(penelusuran hadis melalui kata tertentu yang
terdapat dalam hadis yang hendak ditahrij). Cara
ini bisa melalui buku al-mu`jam al-mufahraj li
alfadh al-hadis al-nabawiyah, karya Aj. Wensinck.

Kedua, tahrijul hadis bi ma`rifati maudhu`I alhadis


(proses
penelusuran
hadis
melalui
pengetahuan tema hadis yang akan ditakhrij). Cara
seperti ini dapat dilakukan melalui kitab-kitab
induk hadis.
Ketiga, tahrijul hadis bi ma`rifati sifat al-hadis
(Proses penelusuran hadis yang didasarkan pada
pengetahuan akan status hadis). Contoh kitab
yang membahas hal ini adalah al-Fawaid alMutakatsirah fi al-Akhbar al-Mutawitirah, karya alSuyuti.
Keempat, tahrijul hadis bima`rifat al-rawi ala`la (proses penelusuran hadis yang didasarkan
pada pengetahuan akan rawi teratas atau di
tingkat sahabat). Salah kitab yang membantu
dengan metode ini adalah al-Musnad Ahmad b
Hanbal.
Kelima, tahrijul hadis bima`rifat mathla` alhadis (Proses penelusuran yang didasarkan pada
pengetahuan akan lafad awal suatu hadis. Contoh
kitab yang membahas tahrij model ini adalah alJami` al-Shaghir min Hadis al-Basyir, karya Imam
al-Suyuti.
Dalam konteks perkuliahan ini yang dipakai
adalah metode tahrij pertama, yaitu tahrijul hadis
bi ma`rifati lafadh min alfadhil hadis (penelusuran
hadis melalui kata tertentu yang terdapat dalam
hadis yang hendak ditahrij). Buku yang dijadikan
rujukan adalah buku al-mu`jam al-mufahraj li
alfadh al-hadis al-nabawiyah, karya Aj. Wensinck.

Tapi kalau pakai computer, yang pakai maushu`ah


al-hadis al-syarif.
Tujuan dan Objek Penulusuran Hadis.
Tujuan penelusuran hadis dalam konteks
perkuliahan ini adalah pertama, untuk mengetahui
suatu hadis itu berada pada kitab induk hadis
mana. Kedua, untuk mengetahui status suatu
hadis.
Berdasarkan tujuan di atas, maka objek
penelusuran
adalah sanad dan matan hadis.
Namun, dalam perkualiahan ini penelusuran lebih
difokuskan pada penelusuran sanad. Adapun
aspek-aspek sanad sebagai sasaran (objek)
penelusuran
adalah
kualitas
rawi
dan
ketersambungan rawi dalam sanad.
Adapun langkah-langkah penelusuran secara
manual untuk keperluan penelitian hadis adalah
sebagai berikut:
Pertama, mencari salah satu lafad dari lafadlafad yang ada dalam hadis. Kedua, mencari lafad
tadi di buku al-mu`jam al-mufahraj li alfadh alhadis al-nabawiyah, karya Aj. Wensinck. Di buku ini
akan diinformasikan bahwa lafad hadis tersebut
terdapat dalam kitab induk hadis.
Ketiga, setelah ditemukan di kitab induk hadis,
maka tugas kita adalah mencari pada kitab induk
hadis yang ditunjuk oleh al-mu`jam tadi. Di dalam
mu`jam ini, di samping menunjukkan pada kitab
induk hadis, juga menyebutkan pada bab dan

halaman berapa. Di dalam kitab mu`jam ini


disebutkan tanda-tanda singkatan yang menunjuk
pembuku kitab induk hadis.
Keempat, setelah ditemukan, maka kita harus
mengutip semuanya, mulai rawi-rawi sampai
kepada matannya. Setelah itu, kita membuat
skema sanad-sanad hadis (i`tibar).
Kelima, dilanjutkan dengan meneliti kualitas
pribadi-pribadi, dalam bentuk keadilan dan
kedhabitan hadis dan kertersambungan rawi-rawi
dalam sanadnya.
Keenam, melakukan penyimpulan terhadap
hasil penelusuran.

Kritik Matan hadis: Upaya pengujian atas keabsahan


matan hadis yang dilakukan untuk memisahkan
antara matan-matan hadis yang sahih dengan yang
tidak sahih.
Caranya:
1.

Terhindar dari Syadz (kejanggalan):


adanya pertentangan atau ketidaksejalanan riwayat
seorang rawi yang meyendiri dengan seorang rawi
yang
lebih
kuat
hafalan
dan
ingatannya.
Pertentangan ini terkait dengan menukil matan hadis
sehingga
terjadi
penambahan,
pengurangan,
perubahan tempat.
2.
Terhindar dari illat, yaitu suatu sebab
tersembunyi yang terdapat pada matan hadis yang
secara lahir tampak berkualitas sahih.
Sebab

tersebut adalah masuknya redaksi hadis lain pada


hadis tertentu, atau redaksi dimaksud memng bukan
lafad yang mencerminkan sebagai hadis rasulullah
sehingga pada akhirnya matan hadis tersebut
seringkali menyalahi nas-nas yang lebih kuat bobot
akurasinya.

Klasifikasi Hadis
1.Dilihat dari kuantitas perawinya, ada hadis
mutawatir dan ahad.
2.Dilihat dari sumber awal hadis: ada hadis
marfu`, mauquf dan maqthu`.
3.Dilihat dari kualitas sanad dan matan: ada
hadis sahih, hasan dan dha`if.

Anda mungkin juga menyukai