Disusun Oleh :
Oryza Sativa : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat
Jl.Gudang Utara No.25-26 Bandung, 2008
USU Repository ? 2008
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DILEMBAGA FARMASI DIREKTORAT KESEHATAN
ANGKATAN DARAT
Jl.Gudang Utara No.25-26 Bandung
OLEH:
Oryza Sativa : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat
Jl.Gudang Utara No.25-26 Bandung, 2008
USU Repository ? 2008
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan ini sebagai hasil Praktek Kerja Profesi Apoteker di Lembaga Farmasi
Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad) Bandung, yang
dilaksanakan pada tanggal 1 september ? 23 September 2008.
Praktek Kerja Profesi di Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan
Darat telah memperluas wawasan penulis tentang gambaran sebuah industri
farmasi bagaimana cara mengelola dan manajemen dari suatu industri farmasi.
Pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini beserta penyusunan
laporannya tidak terlepas dari dukungan dan bantuan berbagai pihak, untuk itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuan, dukungan, petunjuk, bimbingan, saran serta berbagai fasilitas dan
kemudahan bagi penulis.
Pada kesempatan ini izinkanlah penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada :
1. Bapak Letkol CKM Drs. Sambas Setiawan, Apt, selaku Kepala Lembaga
Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat.
2. Bapak Letkol CKM Drs.Yan Suryana Ilham, Apt, M.M selaku kepala
Instalasi Penelitian dan Pengembangan Lembaga Farmasi Direktorat
Kesehatan Angkatan Darat.
3. Ibu Letkol CKM. (K). Dra.Nur Laila, Apt, M.Si. selaku Kepala Instalasi
Pengawasan Mutu Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat.
Oryza Sativa : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat
Jl.Gudang Utara No.25-26 Bandung, 2008
USU Repository ? 2008
4. Bapak Mayor CKM Drs. Abdul Azis, MM selaku Kepala Bagian
Administrasi dan Logistik Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan
Angkatan Darat.
5. Bapak Mayor CKM Drs. Junaedi, Apt. selaku Lakhar Kepala Instalasi
Produksi Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat.
6. Ibu Mayor CKM. (K). Dra. Emmy Winarni, Apt. selaku Kepala Instalasi
Penyimpanan Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat.
7. Bapak Mayor CKM Drs. Agoes Imam Nugroho, Apt. selaku Kepala
Instalasi Pemeliharaan Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan
Darat.
8. Bapak Mayor CKM Drs. T.P. Simorangkir, M.Si., Apt. selaku Koordinator
Mahasiswa Praktek Kerja Profesi di Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan
Angkatan Darat dan sebagai Pembimbing.
9. Ibu Dra. Neneng Cahyati, Apt. selaku Kepala Seksi Kemas Instalasi simpan
dan sebagai pembimbing dan sebagai Pembimbing..
10. Ibu Dra. Lisa Olii, Apt, M.Si. selaku Wakil Koordinator Mahasiswa Praktek
Kerja Profesi di Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat.
11. Ibu Dra. Tuti Sunarti, Apt. selaku Kepala Seksi Sediaan Cair dan Steril
Instalasi Produksi dan sebagai pembimbing.
12. Ibu Dra. Weni Widaningsih, Apt. selaku Kepala Seksi Kimia Fisika Instalasi
Pengawasan Mutu dan sebagai Pembimbing.
13. Seluruh Staf dan Karyawan Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan
Angkatan Darat.
Oryza Sativa : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat
Jl.Gudang Utara No.25-26 Bandung, 2008
USU Repository ? 2008
Semoga Tuhan membalas budi baik Bapak dan Ibu dengan balasan yang
berlipat ganda. Penulis berharap semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat
bagi kita semua.
Bandung, September 2008
Penulis
Oryza Sativa : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat
Jl.Gudang Utara No.25-26 Bandung, 2008
USU Repository ? 2008
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.............................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................. iv
DAFTAR TABEL .................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ ix
BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................... 1
1.2 Metodologi Praktek Kerja Profesi Apoteker ..................... 3
1.3 Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker ............................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................ 4
2.1 Industri Farmasi ................................................................. 4
2.2 Persyaratan Industri Farmasi.............................................. 4
2.3 Pencabutan Izin Usaha Industri Farmasi............................ 5
2.4 Cara Pembuatan Obat yang Baik ....................................... 6
2.4.1 Managemen Mutu .................................................. 7
2.4.2 Personalia ............................................................... 8
2.4.3 Bangunan dan Fasilitas .......................................... 10
2.4.4 Peralatan................................................................. 12
1. Rancang Bangun dan Konstruksi...................... 12
2. Pemasangan dan Penempatan ........................... 13
3. Pemeliharaan..................................................... 14
2.4.5 Sanitasi dan Higiene............................................... 14
1. Personalia .......................................................... 14
2. Bangunan .......................................................... 15
3. Peralatan............................................................ 16
4. Validasi dan kehandalan Prosedur .................... 16
2.4.6 Produksi ................................................................. 16
1. Bahan awal........................................................ 16
2. Validasi Proses.................................................. 18
3. Pencemaran ....................................................... 18
4. Sistem Penomoran Batch dan Lot ..................... 18
Oryza Sativa : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat
Jl.Gudang Utara No.25-26 Bandung, 2008
USU Repository ? 2008
5. Penimbangan dan Penyerahan .......................... 18
6. Pengembalian .................................................... 19
7. Pengolahan ........................................................ 19
8. Produk Steril ..................................................... 22
2.4.7 Pengawasan Mutu .................................................. 24
1. Pengawasan Mutu ............................................. 24
2. Laboratorium..................................................... 25
3. Validasi ............................................................. 25
4. Pengawasan terhadap bahan awal, produk antara,
produk ruahan dan produk jadi.......................... 25
5. Produksi-produksi dan perubahannya............... 26
6. Peninjauan Catatan Produksi dan Batch Produk 26
7. Penelitian stabilitas ........................................... 26
8. Laboratorium luar ............................................. 26
DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 83
LAMPIRAN.............................................................................................. 84
Oryza Sativa : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat
Jl.Gudang Utara No.25-26 Bandung, 2008
USU Repository ? 2008
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Data Personil Lafi Ditkesad Bulan September 2008
Berdasarkan Jenjang Pendidikannya........................................
41
2. Baku Mutu Limbah Cair untuk Industri Farmasi
(kep-51/menlh/10/1995) ...........................................................
67
Oryza Sativa : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat
Jl.Gudang Utara No.25-26 Bandung, 2008
USU Repository ? 2008
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Struktur Organisasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat
2. Struktur Organisasi Lembaga Farmasi Ditkesad
Berdasarkan Eselon dan Jabatan (Peraturan Kasad Nomor
Perkasad/219/XII/2007 Tanggal 10-12-2007) ................... 85
3. Blanko Hasil Pengujian Laboratorium ............................... 86
4. Blanko Catatan Pengujian Tablet dan Kapsul .................... 87
5. Blanko Laporan Hasil Pengujian Larutan/ Sirup/ Injeksi .. 88
6. Blanko Laporan Hasil Pengujian Salep/ Krim ................... 89
7. Alur Proses Produksi Tablet Biasa/Salut Secara Granulasi
84
Basah .................................................................................. 90
8. Alur Produksi Tablet Biasa/ Salut dengan Metode Cetak
Langsung ............................................................................ 91
9. Alur Produksi Kapsul ......................................................... 92
10. Alur Proses Produksi Sirup kering ..................................... 93
11. Alur Produksi Salep ........................................................... 94
12. Alur Proses Produksi Sediaan Cairan Obat Luar ............... 95
13. Skema IPAL ....................................................................... 96
Oryza Sativa : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat
Jl.Gudang Utara No.25-26 Bandung, 2008
USU Repository ? 2008
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Industri farmasi menurut SK Menkes No. 245/Menkes/SK/V/1990 adalah
industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri obat jadi adalah industri
yang memproduksi suatu produk yang telah melalui seluruh tahap proses
pembuatan. Obat jadi ini dapat berupa sediaan atau paduan bahan yang siap
digunakan untuk mempengaruhi sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam
rangka penetapan diagnosa, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan
kesehatan dan kontrasepsi. Industri farmasi merupakan salah satu tempat dimana
apoteker melakukan pekerjaan kefarmasian terutama menyangkut pengadaan,
pengolahan dan pengemasan, pengendalian mutu sediaan farmasi, penyimpanan,
pendistribusian dan pengembangan obat.
Sasaran utama industri farmasi adalah memproduksi obat jadi dengan
mengutamakan keamanan, keefektifan, kualitas dan harga yang terjangkau oleh
masyarakat. Untuk menghasilkan obat jadi yang memenuhi persyaratan yang telah
ditetapkan sesuai dengan tujuan penggunaannya, setiap industri farmasi harus
menerapkan CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik).
Pada saat ini industri farmasi di Indonesia telah menghasilkan berbagai
produk obat yang jumlahnya semakin meningkat dan tersebar luas, sehingga
diharapkan dapat menjangkau semua lapisan masyarakat. Industri farmasi
bertanggung jawab sepenuhnya dalam menjamin tersedianya produk obat yang
memenuhi standar mutu. Oleh karena itu, industri farmasi harus dapat
menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dalam memproduksi obat
Oryza Sativa : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat
Jl.Gudang Utara No.25-26 Bandung, 2008
USU Repository ? 2008
sesuai dengan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.43/Menkes/SK/II/1988 tentang CPOB, yang kemudian direvisi dengan
keputusan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan No:HK.00.05.3.02152
tahun 2001 tentang Penerapan Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik.
Oryza Sativa : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat
Jl.Gudang Utara No.25-26 Bandung, 2008
USU Repository ? 2008
1.2 Metodologi Praktek Kerja Profesi Apoteker
Metodologi kerja praktek profesi apoteker yang dilakukan di Lembaga
Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat adalah :
1. Interaksi langsung mahasiswa dengan pihak-pihak terkait dengan cara
melakukan kunjungan langsung ke instalasi-instalasi di lingkungan Lafi
Ditkesad
2. Diskusi dengan para pembimbing dan antar mahasiswa.
3. Belajar mandiri melalui data perpustakaan Lafi Ditkesad, website farmasi,
data-data primer dan sekunder lainnya.
4. Pemberian materi oleh masing-masing kepala instalasi di Lafi Ditkesad.
1.3 Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Tujuan praktek kerja profesi apoteker, sebagai berikut:
1. Memahami dan melihat secara langsung gambaran umum tentang kegiatan
suatu industri farmasi
2. Mengetahui dan memahami bagaimana pengelolaan industri farmasi secara
profesional serta melihat tentang penerapan aspek CPOB di industri farmasi
3. Mengetahui dan memahami tentang pendelegasian tugas dan tanggung jawab
serta wewenang apoteker, sehingga dapat dijadikan bekal guna
mempersiapkan diri dalam menghadapi dunia kerja sesungguhnya.
4. Mengetahui perencanaan dan pelaksanaan produksi di industri farmasi
khususnya di Lafi Ditkesad yang merupakan perusahaan non profit oriented.
5. Mengetahui dan memahami secara luas proses produksi obat.
Oryza Sativa : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat
Jl.Gudang Utara No.25-26 Bandung, 2008
USU Repository ? 2008
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Industri Farmasi
Industri farmasi menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 245/Menkes/SK/V/1990 adalah industri obat jadi dan industri
bahan baku obat. Industri obat jadi adalah industri yang menghasilkan suatu
produk yang telah melalui seluruh tahap proses pembuatan, dimana obat jadi
tersebut dapat berupa sediaan atau bahan-bahan yang sering digunakan untuk
2001, dan 2006. Dibandingkan dengan edisi sebelumnya, Pedoman CPOB edisi
2006 mengandung perbaikan sesuai persyaratan CPOB dinamis, antara lain ?
Kualifikasi dan Validasi ?, ?Pembuatan dan Analisis Obat Berdasarkan Kontrak?,
?Pembuatan Produk Steril?, dan penambahan beberapa bab serta aneks yaitu
?Manajemen Mutu?, ?Pembuatan Produk Darah?, ?Sistem Komputerisasi?, dan
?Pembuatan Produk Investasi untuk UJi Klinis?. Aspek-aspek CPOB 2006
diuraikan di bawah ini.
2.4.1 Manajemen Mutu
Industri farmasi harus memberikan jaminan khasiat, keamanan dan mutu
produk yang dihasilkan agar sesuai dengan tujuan penggunaanya. Manajemen
bertanggung jawab untuk mencapai tujuan ini melalui suatu kebijakan mutu
Oryza Sativa : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat
Jl.Gudang Utara No.25-26 Bandung, 2008
USU Repository ? 2008
dimana diperlukan manajemen mutu yang didesain secara menyeluruh dan
diterapkan secara benar.
Unsur dasar dari manajemen mutu adalah :
1. Sistem mutu yang tepat mencakup struktur organisasi, prosedur, proses dan
sumber daya
2. Pemastian Mutu
Pemastian mutu adalah totalitas semua pengaturan yang dibuat dengan
tujuan untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai dengan
tujuan pemakaiannya, karena itu Pemastian Mutu mencakup CPOB ditambah
dengan faktor lain seperti desain dan pengembangan produk.
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) merupakan bagian dari Pemastian
Mutu yang memastikan bahwa obat dibuat dan dikendalikan secara konsisten
untuk mencapai standar mutu yang sesuai dengan tujuan penggunaan dan
dipersyaratkan dalam izin edar dan spesifikasi produk. CPOB mencakup Produksi
dan Pengawasan Mutu.
Pengawasan Mutu berhubungan dengan pengambilan sampel, spesifikasi
dan pengujian, organisasi, dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan
bahwa pengujian yang diperlukan dan relevan telah dilakukan dan bahwa bahan
yang belum diluluskan tidak digunakan serta produk yang belum diluluskan tidak
dijual atau dipasok sebelum mutunya dinilai dan dinyatakan memenuhi syarat.
Pengawasan mutu secara menyeluruh mempunyai tugas lain, yaitu
menetapkan, memvalidasi dan menerapkan semua prosedur pengawasan mutu,
mengevaluasi, mengawasi dan menyimpan bahan baku pembanding, memastikan
kebenaran label wadah bahan dan produk, memastikan bahwa stabilitas dari zat
Oryza Sativa : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat
Jl.Gudang Utara No.25-26 Bandung, 2008
USU Repository ? 2008
aktif dan obat jadi dipantau mengambil bagian dalam investigasi keluhan yang
terkait dengan mutu produk, dan ikut mengambil bagian dalam pemantauan
lingkungan. Semua kegiatan tersebut hendaklah dilaksanakan sesuai dengan
prosedur tertulis dan jika perlu dicatat. Personil pengawasan mutu hendaklah
memiliki akses ke area produksi untuk melakukan pengambilan sampel dan
investigasi bila diperlukan. Pengkajian mutu produk secara berkala biasanya
dilakukan tiap tahun dan didokumentasikan dengan mempertimbangkan hasil
kajian ulang sebelumnya.
2.4.2 Personalia
Jumlah personil di semua tingkat harus memadai serta memiliki
pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang sesuai dengan tanggung
jawabnya. Kesehatan mental dan fisik yang baik harus dimiliki personil agar
mampu melaksanakan tugas secara profesional. Selain itu, para personil
hendaklah memiliki sikap dan kesadaran tinggi untuk mewujudkan CPOB.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam aspek personalia adalah :
1. Organisasi, kualifikasi, dan tanggung jawab
a. Struktur organisasi perusahaan bagian produksi dan pengawasan mutu
harus dipimpin oleh apoteker yang berbeda, yang tidak saling bertanggung
jawab satu dengan yang lain. Keduanya tidak boleh mempunyai
3. Pemeliharaan
Oryza Sativa : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat
Jl.Gudang Utara No.25-26 Bandung, 2008
USU Repository ? 2008
a. Peralatan hendaknya dirawat sesuai jadwal yang tepat agar berfungsi
dengan baik dan mencegah pencemaran.
b. Prosedur-prosedur tertulis untuk peralatan dibuat dan dipatuhi.
c. Catatan pelaksanaan pemeliharaan pemakaian peralatan utama hendaklah
dicatat dalam buku harian dan catatan untuk peralatan yang digunakan
khusus untuk satu produk saja dapat dimasukkan ke catatan produksi bets
produk tertentu.
2.4.5 Sanitasi dan Higiene
Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi hendaklah diterapkan pada setiap
aspek pembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi personalia,
bangunan, peralatan dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya dan setiap
hal yang merupakan sumber pencemaran produk. Sumber pencemaran hendaknya
dihilangkan melalui suatu program sanitasi dan higiene yang menyeluruh dan
terpadu.
1. Personalia
a. Semua personil hendaknya menjalani pemeriksaan kesehatan sebelum
maupun selama bekerja dan pemeriksaan mata secara berkala.
b. Semua personil hendaknya menerapkan higiene perorangan yang baik.
c. Tiap personil yang mengidap suatu penyakit yang dapat merugikan
kualitas produk, dilarang menangani bahan-bahan sampai pulih kembali.
d. Semua personil hendaknya melaporkan keadaan yang dapat merugikan
produk.
e. Hendaklah dihindari sentuhan langsung antara tangan dengan bahan
maupun produk.
Oryza Sativa : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat
Jl.Gudang Utara No.25-26 Bandung, 2008
USU Repository ? 2008
f. Personil menggunakan pakaian pelindung untuk keamanan sendiri.
g. Hanya petugas yang berwenang saja diizinkan memasuki bangunan dan
fasilitas daerah terbatas.
h. Personil diinstruksikan agar mencuci tangan sebelum memasuki daerah
produksi.
i. Personil dilarang merokok, makan dan minum di daerah produksi,
laboratorium dan daerah lain yang dapat merugikan produk.
j. Prosedur higiene perorangan hendaklah diberlakukan bagi semua personil.
2. Bangunan
a. Bangunan dirancang dengan tepat untuk memudahkan pelaksanaan
sanitasi.
b. Toilet dengan ventilasi yang baik tersedia dengan cukup.
c. Tempat penyimpanan pakaian memadai.
d. Tempat pencucian diletakkan di luar daerah steril. Bila mungkin
hendaknya dilengkapi dengan suatu sistem yang baik.
Oryza Sativa : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat
Jl.Gudang Utara No.25-26 Bandung, 2008
USU Repository ? 2008
2.4.8 Inspeksi Diri
Tujuan inspeksi diri adalah untuk melakukan penilaian apakah seluruh
aspek produksi dan pengendalian mutu selalu memenuhi standar CPOB. Program
inspeksi diri dirancang untuk mendeteksi kelemahan dalam pelaksanaan CPOB
dan untuk menetapkan tindakan perbaikan yang diperlukan. Inspeksi diri
dilakukan secara indepeden dan dirinci oleh petugas yang kompeten dari
perusahaan. Inspeksi diri dilakukan secara rutin dan disamping itu pada situasi
khusus, misalnya dalam hal terjadi penarikan kembali obat jadi atau terjadi
penolakan yang berulang. Prosedur dan catatan inspeksi diri hendaklah
didokumentasikan dan dibuat program tindak lanjut yang efektif.
Inspeksi meliputi personil, bangunan, penyimpanan, bahan awal, obat jadi,
produksi, pengawasan mutu, dokumentasi dan pemeliharaan gedung serta
peralatan.
1. Tim inspeksi diri
Tim ini ditunjuk oleh manajemen perusahaan terdiri dari sekurangnya tiga
orang dari bidang yang berlainan yang paham mengenai CPOB.
2. Pelaksanaan dan selang waktu inspeksi diri sesuai kebutuhan,
sekurang-kurangnya sekali setahun.
3. Laporan inspeksi diri mencakup hasil inspeksi, penilaian, kesimpulan dan
usulan tindakan perbaikan.
4. Tindak lanjut inspeksi diri berdasarkan laporan dilakukan oleh pimpinan
perusahaan.
Oryza Sativa : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat
Jl.Gudang Utara No.25-26 Bandung, 2008
USU Repository ? 2008
2.4.9 Penanganan Keluhan Terhadap Obat dan Penarikan Kembali Obat
Serta Obat Kembalian
Penarikan kembali obat adalah suatu proses penarikan kembali dari satu
atau beberapa bets atau seluruh bets obat tertentu dari peredaran. Penarikan
kembali obat dilakukan apabila ditemukan obat yang cacat mutu atau bila ada
laporan mengenai reaksi yang merugikan yang serius serta beresiko terhadap
kesehatan. Obat kembalian adalah obat jadi yang beredar yang kemudian
dikembalikan ke pabrik pembuatnya karena adanya keluhan, kerusakan,
kadaluwarsa, masalah keabsahan atau sebab-sebab lain mengenai kondisi obat,
wadah atau kemasan sehingga menimbulkan keraguan akan keamanan, khasiat
atau mutu obat.
Semua keluhan dan informasi lain yang berkaitan dengan kemungkinan
terjadi kerusakan obat hendaklah dikaji dengan teliti sesuai dengan prosedur
tertulis. Untuk menangani semua kasus yang mendesak, hendaklah disusun suatu
sistem, bila perlu mencakup penarikan kembali produk yang diketahui atau diduga
cacat dari peredaran secara cepat dan efektif.
1. Penarikan kembali obat jadi berupa penarikan kembali satu atau beberapa bets
Hal ini dilakukan bila ada produk yang tidak memenuhi persyaratan kualitas
atau adanya efek samping yang merugikan kesehatan.
2. Keluhan dan laporan yang menyangkut kualitas produk, efek samping atau
masalah medik lainnya menyangkut fisik, reaksi-reaksi alergi, efek toksik, dan
akibat yang fatal. Penanganan keluhan dan laporan hendaklah dicatat dan
secepatnya ditangani, kemudian dilakukan penelitian dan evaluasi. Tindak
Oryza Sativa : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat
Jl.Gudang Utara No.25-26 Bandung, 2008
USU Repository ? 2008
lanjut dilakukan berupa tindakan perbaikan, penarikan obat dan dilaporkan
kepada pemerintah yang berwenang.
3. Obat kembalian dapat digolongkan sebagai berikut: yang masih memenuhi
spesifikasi dapat digunakan, yang masih dapat diolah ulang dan yang tidak
Oryza Sativa : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat
Jl.Gudang Utara No.25-26 Bandung, 2008
USU Repository ? 2008
BAB III
TINJAUAN KHUSUS LEMBAGA FARMASI
DIREKTORAT KESEHATAN ANGKATAN DARAT
3.1. Sejarah Perkembangan Lafi Ditkesad
Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad)
berasal dari MSL (Militaire Scheikundig Laboratorium). Lembaga ini berfungsi
sebagai tempat pemeriksaan obat-obatan bagi kebutuhan tentara Belanda.
Pada tanggal 23 Januari 1950 dibentuk panitia pengalihan, sehingga pada
tanggal 1 Juni 1950 dilakukan serah terima dari MSL kepada TNI AD yang
menjadi dasar dalam penetapan hari jadi Lafi Ditkesad melalui SK No.
Kep/23/I/1997 tanggal 31 Januari 1997. Setelah serah terima pada tanggal 1 Juni
1950 MSL terbagi menjadi dua :
1. Laboratorium Kimia Tentara (LKT) yang kemudian berkembang menjadi
Laboratorium Kimia Angkatan Darat (LKAD).
2. Depot Obat Tentara Pusat (DOTP) yang berkembang menjadi Depot Obat
Angkatan Darat (DOAD).
Berdasarkan SK Ditkesad No. Kpts/61/10/IX/1960 tanggal 13 September
1960 terhitung mulai tanggal 8 Juni 1960 LKAD dan DOAD disatukan menjadi
Lembaga Farmasi Angkatan Darat (LAFIAD). Pada tanggal 15 Oktober 1970
LAFIAD dipisah kembali menjadi :
1. LAFIAD yang akhirnya menjadi Lembaga Farmasi Jawatan Kesehatan
Angkatan Darat (Lafi Jankesad).
Oryza Sativa : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat
Jl.Gudang Utara No.25-26 Bandung, 2008
USU Repository ? 2008
2. Depot Obat Angkatan Darat (DOAD) berkembang menjadi Depot Alat
Peralatan Kesehatan (Dopalkes) dan berakhir menjadi Depot Pusat Perbekalan
Kesehatan (Dopusbekkes) Jankesad
Selanjutnya tahun 1985 antara Lafi Jankesad dan Dopusbekkes Jankesad
disatukan kembali menjadi Lafi Ditkesad hingga 31 Maret 2005 dan mulai 1 April
2005 dipisah lagi menjadi Lafi Ditkesad dan Gudang Pusat II Ditkesad.
3.2 Visi, Misi LAFI DITKESAD
Visi Lafi Ditkesad adalah menjadi satu-satunya lembaga produksi yang
mampu memenuhi kebutuhan obat yang bermutu bagi TNI AD.
Lafi Ditkesad mempunyai misi sebagai berikut :
1. Mampu memenuhi kebutuhan obat, Dukkes dan Yankes TNI AD
2. Pusat litbang dan informasi obat TNI AD.
3. Mampu menjadi mitra industri Farmasi lain dalam memenuhi kebutuhan obat
Nasional.
3.3 Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Lafi Ditkesad
Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad)
adalah badan pelaksana di tingkat Ditkesad yang berkedudukan langsung di
bawah Direktur Kesehatan Angkatan Darat (Dirkesad) struktur organisasi
Direktorat Kesehatan Angkatan Darat dapat dilihat pada Lampiran 1. Tugas
pokok Lafi Ditkesad adalah membantu Dirkesad dalam menyelenggarakan
pembinaan dan melaksanakan produksi, penelitian dan pengembangan obat dalam
rangka mendukung tugas pokok Ditkesad.
Oryza Sativa : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat
Jl.Gudang Utara No.25-26 Bandung, 2008
USU Repository ? 2008
Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut Lafi Ditkesad
menyelenggarakan tugas-tugas sebagai berikut :
3.3.1 Tugas dalam melaksanakan fungsi utama
1. Penelitian dan Pengembangan; meliputi segala usaha, pekerjaan, kegiatan di
Oryza Sativa : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat
Jl.Gudang Utara No.25-26 Bandung, 2008
USU Repository ? 2008
2. Fungsi Organik Pembinaan
Meliputi segala usaha, pekerjaan dan kegiatan di bidang latihan kesatuan
dalam rangka mendukung tugas pokok Lafi Ditkesad.
3.4 Struktur Organisasi Lafi Ditkesad
Peraturan Kepala Staf TNI AD No. Perkasad/219/XII/2007 tanggal 10
Desember 2007 tentang organisasi dan tugas Lafi Ditkesad telah mengalami
perkembangan mengenai struktur organisasi yang bertujuan untuk lebih
mengoptimalkan kinerja personil dalam menghadapi kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Struktur organisasi Lafi Ditkesad dapat dilihat pada lampiran 2.
Susunan organisasi adalah sebagai berikut:
3.4.1 Eselon Pimpinan
1. Kepala Lembaga Farmasi, disingkat Kalafi
Kalafi dijabat oleh seorang Pamen TNI Angkatan Darat berpangkat Kolonel
CKM, dalam melaksanakan tugas kewajibannya bertanggung jawab kepada
Direktur Kesehatan Angkatan Darat.
2. Wakil Kepala Lembaga Farmasi, disingkat Wakalafi
Wakalafi dijabat oleh seorang Pamen TNI Angkatan Darat, berpangkat Letnan
Kolonel CKM, dalam melaksanakan tugas kewajibannya bertanggung jawab
kepada Kalafi.
3.4.2 Eselon Pembantu Pimpinan
1. Perwira Ahli Lembaga Farmasi, disingkat Paahli Lafi
Oryza Sativa : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat
Jl.Gudang Utara No.25-26 Bandung, 2008
USU Repository ? 2008
Pa Ahli Lafi dijabat oleh Pamen TNl Angkatan Darat berpangkat Letnan
Kolonel CKM, dalam melaksanakan tugas kewajibannya bertanggung jawab
kepada Kalafi. Pa Ahli terdiri dari:
a. Perwira Ahli Madya Manajemen Mutu, disingkat Paahli Madya Jemen
Mutu.
b. Perwira Ahli Madya Teknologi Farmasi, disingkat Paahli Madya
Biotekfi.
c. Perwira Ahli Madya Analisa Mengenai Dampak Lingkungan, disingkat
Paahli Madya Amdal.
2. Bagian Administrasi Logistik, disingkat Bagminlog.
Kabagminlog dijabat oleh Pamen TNI Angkatan Darat berpangkat Letnan
Kolonel CKM, dalam pelaksanaaan tugas kewajibannya bertanggung jawab
Kainstalhar dan Sisjang dijabat oleh Pamen TNI Angkatan Darat berpangkat
Mayor CKM yang dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh dua Kepala
Urusan yang masing-masing dijabat oleh Pama TNI Angkatan Darat
berpangkat Kapten CKM, terdiri dari:
a. Kepala Urusan Pemeliharaan, disingkat Kaurhar.
Oryza Sativa : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat
Jl.Gudang Utara No.25-26 Bandung, 2008
USU Repository ? 2008
b. Kepala Urusan Sistem Penunjang, disingkat Kaursisjang.
Kainstalhar dan Sisjang dalam pelaksanaan tugas kewajibannya bertanggung
jawab kepada Kalafi.
5. Instalasi Simpan, disingkat Instal simpan
Kainstalsimpan di
.
jabat oieh Pamen TNI Angkatan Darat berpangkat Mayor
CKM, dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh satu Kepala Urusan yang
dijabat oleh Pama TNI Angkatan Darat berpangkat Kapten CKM dan satu
Perwira Urusan yang dijabat oleh Pama TNI Angkatan Darat berpangkat
Letnan CKM, terdiri dari:
a. Kepala Urusan Penyimpanan Material Produksi, disingkat Kaur
simpanmatprod.
b. Perwira Urusan Penyimpanan Obat Jadi, disingkat Paursimpan Obat Jadi.
Kainstalsimpan dalam pelaksanaan tugas kewajibannya bertanggung jawab
kepada Kalafi.
3.5 Kualifikasi Tenaga Kerja Lafi Ditkesad
Berdasarkan statusnya, personil Lafi Ditkesad terdiri dari militer dan
Pegawai Negeri Sipil (PNS). Adapun data personil Lafi Ditkesad Bulan Agustus
2008 berdasarkan jenjang pendidikannya dapat dilihat pada Tabel 1.
Oryza Sativa : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat
Jl.Gudang Utara No.25-26 Bandung, 2008
USU Repository ? 2008
Tabel 1. Data Personil Lafi Ditkesad Bulan September 2008 Berdasarkan
Jenjang Pendidikannya.
No Kualifikasi Militer PNS Jumlah
1 S2 Farmasi 2 1 3
2 S2 Manajemen 1 - 1
3 S1 Apoteker 6 3 9
4 S1 Kimia / Sarjana lain-lain 3 3 6
5 Sarjana Muda Kimia 2 - 2
6 D3 Analisis Medis / Kesehatan 2 1 3
7 Asisten Apoteker 1 6 7
8 Analis - 2 2
9 Perawat Umum/Bidan 1 - 1
10 Perawat Veteriner - - 11 STM Alkes - 2 2
12 SLTA (SMA, SMEA, STM) 21 75 96
13 SLTP 1 16 17
14 SD - 3 3
Jumlah 40 112 152
3.6 Sertifikasi CPOB Lafi Ditkesad
Lembaga Farmasi Angkatan Darat merupakan salah satu badan pelaksana di
tingkat Ditkesad yang bertugas melaksanakan fungsi penelitian, pengembangan
terdiri dari apoteker dan analis yang terlatih dan berpengalaman dalam
menjalankan tugasnya.
Kegiatan Instal wastu tersebut dilaksanakan pada tahap persiapan, selama
proses produksi dan setelah proses produksi.
Beberapa kegiatan Instal wastu diantaranya:
1. Menyiapkan metode pemeriksaan, pengujian dan validasi metoda analisa yang
sesuai dengan acuan standar resmi seperti Farmakope Indonesia.
2. Menyiapkan prosedur pengambilan sampel untuk pemeriksaan dan pengujian,
dimana setiap sampel yang diambil dicatat dan didokumentasikan.
3. Menyiapkan dan menyimpan baku pembanding kerja untuk pengujian.
4. Menyimpan contoh pertinggal obat jadi dan bahan baku serta Catatan
Pengujian atau Pemeriksaan.
5. Meluluskan atau menolak bahan yang akan digunakan dalam produksi
meliputi bahan baku obat, bahan baku pembantu dan embalage. Hasilnya
dapat dicatat pada Laporan Hasil Penjualan (Laporan Hasil Pengujian dapat
dilihat pada Lampiran 3).
Oryza Sativa : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat
Jl.Gudang Utara No.25-26 Bandung, 2008
USU Repository ? 2008
6. Melaksanakan In Process Control (IPC) selama proses produksi dan
memberikan keputusan atas diluluskan atau tidaknya hasil suatu tahap
produksi sampai hasil produk akhirnya.
7. Melaksanakan pengujian terhadap hasil jadi suatu sediaan yang diperoleh.
Dicatat pada Catatan Pengujian sediaan jadi (Blanko Hasil Pengujian
Laboratorium dapat dilihat pada Lampiran 4,5,6).
8. Meneliti dokumen produksi (Catatan Pengolahan Bets dan Catatan
Pengemasan Bets) sebelum obat diluluskan.
9. Melaksanakan uji stabilitas dipercepat untuk menetapkan kondisi
penyimpanan dan masa edar suatu produk.
10. Membantu pelaksanaan validasi proses produksi.
11. Memantau stabilitas produk-produk yang telah dikeluarkan atau
didistribusikan sampai beberapa waktu setelah batas kadaluarsa terutama
untuk sediaan antibiotika.
12. Hasil pengujian laboratorium yang dilaksanakan diringkas, dicatat dan
didokumentasikan dalam lembaran yang disebut Laporan Hasil Pengujian.
Bangunan Instal wastu terdiri dari :
1. Laboratorium kimia
Ruang laboratorium kimia memiliki peralatan kimia yang menunjang
pemeriksaan mutu secara kimia, lemari asam dan climatic chamber.
2. Laboratorium mikrobiologi
Laboratorium mikrobiologi dilengkapi dengan ruangan steril dan Laminar Air
Flow dan alat pembaca daya hambat bakteri ( Read Biotic).
3. Ruang fisika
Oryza Sativa : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat
Jl.Gudang Utara No.25-26 Bandung, 2008
USU Repository ? 2008
Peralatan yang terdapat di ruang fisika antara lain adalah alat uji kekerasan
tablet, keregasan tablet, waktu hancur tablet dan alat uji kebocoran sirup.
4. Ruang Instrumen
Peralatan yang terdapat di ruang Instrumen adalah spektrofotometer UV?Vis,
alat uji disolusi dan HPLC.
5. Ruang timbang
6. Ruang contoh pertinggal
Ruang ini sebagai tempat penyimpanan contoh Bets dari tiap item yang di
produksi Lafi dengan massa simpan satu tahun setelah massa kadaluarsa.
7. Gudang reagen
8. Perpustakaan
9. Ruang staff
3.7.3 Kegiatan Instalasi Penelitian dan Pengembangan (Installitbang)
Dalam menjalankan perannya Installitbang melakukan penelitian terhadap
produk baru dan pengembangan produk lama untuk memperoleh kualitas yang
lebih baik. Pelaksanaan kegiatan dimulai dengan pengajuan rencana penelitian
dan pengembangan produk Lafi Ditkesad yang meliputi :
1. Membuat spesifikasi teknis bahan baku obat, bahan pembantu dan bahan
pengemas (embalage).
2. Mencari dan meneliti formula yang dapat dikembangkan sebagai produk Lafi
Ditkesad.
3. Merevisi ulang suatu formula yang sudah ditetapkan bila suatu saat terjadi
perubahan alat, bahan baku dan komponen produksi lainnya.
4. Mengadakan evaluasi terhadap keluhan yang terjadi dan obat kembalian.
Oryza Sativa : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat
Jl.Gudang Utara No.25-26 Bandung, 2008
USU Repository ? 2008
Penelitian dan pengembangan dimulai dari penelusuran pustaka, pengadaan
bahan, penelitian skala laboratorium dan skala produksi, selanjutnya dilakukan
validasi proses produksi dan pengawasan mutu dengan kerjasama antara
Insproduksi dan Instal wastu.
3.7.4 Kegiatan Instalasi Produksi (Instalprod)
Kegiatan produksi obat-obatan dilaksanakan oleh Instalprod yang meliputi
perencanaan, pengaturan, pelaksanaan dan pengendalian. Produk yang dihasilkan
oleh Lafi Ditkesad berupa produk Betalaktam dan produk non Betalaktam, dimana
masing-masing produk dikerjakan pada gedung yang berbeda. Pada Instalprod
terdapat empat seksi yaitu: seksi non Betalaktam, seksi sediaan Betalaktam, seksi
sediaan sefalosporin dan seksi kemas. Masing-masing seksi dikepalai oleh
seorang Apoteker.
Obat-obat yang diproduksi oleh Lafi Ditkesad tidak diperdagangkan bagi
masyarakat umum, dan belum memiliki nomor registrasi, namun demikian proses
produksinya tetap dilaksanakan sesuai dengan Pedoman CPOB yang dikeluarkan
oleh Badan POM.
Rencana produksi dibuat berdasarkan pada banyaknya jenis obat yang
diminta, jenis peralatan yang dimiliki (kapasitas dan spesifikasi mesin), jumlah
sumber daya manusia dan jam kerja serta waktu produksi yang tersedia.
Seluruh proses produksi yang dilaksanakan, dicatat dan didokumentasikan
dalam Catatan Pengolahan Bets dan Catatan Pengemasan Bets (Batch Record)
yang disusun oleh tim CPOB dan disetujui oleh Kainstal prod dan Kainstal wastu,
kemudian didistribusikan dan didokumentasikan. Hal yang diuraikan dalam
catatan pengolahan bets dan catatan pengemasan bets adalah kode produk, nama
Oryza Sativa : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat
Jl.Gudang Utara No.25-26 Bandung, 2008
USU Repository ? 2008
produk, nomor bets, besar bets, bentuk sediaan, kemasan, tanggal pengolahan dan
tanggal penyimpanan.
Selain itu dalam catatan pengolahan bets diuraikan mengenai komposisi,
spesifikasi, peralatan, penimbangan bahan, prosedur pengolahan dan rekonsiliasi.
Pada catatan pengemasan bets di cantumkan tentang penerimaan bahan pengemas,
prosedur pengemasan primer, prosedur pengemasan sekunder pelulusan oleh
pengawasan mutu, rekonsiliasi pengemasan dan pengiriman obat jadi ke Instal
Simpan.
Proses produksi dimulai dari penimbangan bahan baku yang akan
digunakan dan dikeluarkan dari Instalsimpan berdasarkan catatan pengolahan bets
dan catatan pengemasan bets untuk setiap produk. Barang yang telah dikeluarkan
dari Ins. Simpan selanjutnya memasuki tahap pengolahan pada masing-masing
seksi produksi, yaitu seksi sediaan non Betalaktam, seksi sediaan Betalaktam,
seksi sediaan Sefalosporin.
Berikut ini adalah uraian mengenai proses produksi pada masing-masing
seksi yang ada di Instalasi Produksi :
1. Seksi Sediaan Non Betalaktam (Sidia Non Betalaktam)
Seksi sediaan Non Betalaktam adalah seorang Apoteker yang bertanggung
jawab kepada Kepala Instalasi produksi. Pada seksi ini memproduksi obatobatan yang terdiri dari: sediaan tablet, sediaan kapsul dan sediaan sirup
6) Proses pengayakan
Oryza Sativa : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat
Jl.Gudang Utara No.25-26 Bandung, 2008
USU Repository ? 2008
3) Pencampuran
Oryza Sativa : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat
Jl.Gudang Utara No.25-26 Bandung, 2008
USU Repository ? 2008
Bahan basis yang telah dilelehkan lalu dicampur dengan zat aktif dan
diaduk terus sampai homogen pada suhu 40
0
C di dalam Homomixer.
4) Pengawasan mutu
Pada hasil proses pencampuran dilakukan uji mutu (IPC) terhadap
homogenitas, pH dan kadar zat aktif.
5) Pengisian tube
Setelah lulus uji mutu, massa salep diisikan ke dalam tube dengan
suhu yang terjaga sekitar 40
0
C.
6) Pengawasan mutu
Pada hasil pengisian dilakukan uji mutu (IPC) untuk diperiksa
keseragaman isi tube dengan cara menimbang tube satu persatu yang
dilakukan setiap 15 menit selain itu juga dilakukan uji mutu (IPC)
yang meliputi pemeriksaan pH, massa salep dan kadar zat aktif tiap
tube. Setelah lulus uji mutu, tube siap dikemas dan dikirim ke Ins.
Simpan.
Alur proses produksi salep dapat dilihat pada Lampiran 11.
e. Sediaan Sirup
Ruang produksi sirup merupakan ruang kelas III yang terdiri dari ruang
pencampuran, ruang pengisian, ruang pencucian alat. Peralatan yang
digunakan antara lain mixer, colloid mill, tangki pemanas (double jacket),
filter, drum stainless, mesin pengisi sirup, penutup botol dan pemasangan
etiket yang merupakan satu rangkaian (In Line Process).
Alur proses produksi sirup terdiri dari tahapan sebagai berikut:
1) Penimbangan bahan baku
Oryza Sativa : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat
Jl.Gudang Utara No.25-26 Bandung, 2008
USU Repository ? 2008
Penimbangan bahan baku dilakukan di ruang kelas III, oleh personil
instalasi simpan.
2) Pembuatan larutan gula pekat (Syrupus Simplex)
Pembuatan larutan gula pekat dilakukan pada tangki pemanas double
jacket. Pemanasan menggunakan uap air yang dihasilkan oleh ketel
uap.
3) Pencampuran
Zat aktif dan zat tambahan (pewarna dan pengawet) masing-masing
dilarutkan dalam pelarutnya sampai larut sempurna, lalu dicampur
dengan larutan gula pekat. Essence dapat ditambahkan jika
diperlukan dan volume ditambahkan sampai tanda batas yang
ditentukan.
4) Pengawasan mutu
Pada hasil pencampuran dilakukan uji mutu (IPC) terhadap
homogenitas larutan, kadar zat aktif, pH larutan dan berat jenis.
5) Pengisian, penutupan dan labelling
Setelah lulus uji mutu dilakukan pengisian, penutupan dan pemberian
etiket atau label.
6) Pengawasan mutu
Pada hasil pengisian dan penutupan dilakukan pengawasan mutu
yang meliputi kadar zat aktif, pH larutan dan berat jenis. Selama
proses pengisian dilakukan pengontrolan setiap 15 menit terhadap
keseragaman volume dan hasil penutupan.
Alur proses sediaan cairan obat luar dapat dilihat pada Lampiran 12.
Oryza Sativa : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat
Jl.Gudang Utara No.25-26 Bandung, 2008
USU Repository ? 2008
2. Seksi Sediaan Sefalosporin (Sidia Sefalosporin).
Produksi Sefalosporin belum dimulai produksi karena bangunan produksi
belum jadi.
3. Seksi Sediaan Betalaktam
Produksi Betalaktam di Lafi Ditkesad telah mendapatkan sertifikat CPOB
pada tanggal 1 Juni 2000. Proses produksi Betalaktam dilakukan pada gedung
yang terpisah dengan produksi Non Betalaktam untuk menghindari terjadinya
pencemaran silang. Gedung produksi Betalaktam telah dilengkapi dengan
sistem pengaturan udara (Air Handling System), air washer, air shower, dan
ruang penyangga (air lock). Lantai, dinding dan langit-langit dilapisi oleh
bahan epoksi untuk memudahkan pembersihan.
Ruang kelas I terdiri dari Laminar Air Flow (LAF), dimana dilakukan
pengisian ke dalam vial. Ruang kelas II meliputi loker, koridor kelas II, air
shower, dan ruang staging steril. Ruang kelas III meliputi ruang timbang,
ruang staging, ruang campur, ruang cetak tablet, ruang karantina, ruang salut
film, ruang penyetripan, ruang isi kapsul, ruang isi sirup kering, ruang cuci
vial, ruang botol bersih, ruang simpan alat, ruang IPC, ruang janitor, loker
kelas III wanita dan pria. Ruang kelas IV meliputi ruang coding, ruang
kemas, ruang karantina obat jadi, ruang gudang sejuk, ruang gudang
botol/vial, ruang cuci botol, ruang simpan alat, ruang laundry dan loker kelas
IV wanita dan pria.
Sistem pengaturan udara (Air Handling System/AHS) untuk ruang kelas I dan
kelas II dilakukan dengan sistem recycle (udara dari kelas II disaring
kemudian ditambah udara segar 10-20 %), kemudian udara yang masuk
Oryza Sativa : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat
Jl.Gudang Utara No.25-26 Bandung, 2008
USU Repository ? 2008
disaring dengan HEPA filter. Sementara untuk ruang kelas III dengan sistem
pengolahan udara terbuka (udara segar yang masuk disaring dengan pre-filter
dan medium filter). Kondisi ruangan di Betalaktam selalu diukur secara
berkala untuk mengukur pertukaran udara, suhu udara, kelembaban dan
jumlah partikel. Setiap personel yang masuk ke ruangan Betalaktam
diharuskan menggunakan pakaian khusus lengkap dengan aksesorisnya yang
berupa masker, sepatu dan sarung tangan. Sebelum memasuki ruangan dan
saat keluar dari ruangan diharuskan melewati air shower yang dimaksudkan
untuk menghilangkan partikel-partikel pengotor yang melekat. Setelah selesai
melaksanakan kegiatan produksi, setiap personel diharuskan untuk
membersihkan diri dengan mandi.
4. Seksi Kemas
Pengemasan dilakukan pada produk ruahan tablet, kapsul, sirup, dan salep.
Pengemasan tablet dilakukan setelah proses stripping. Tablet yang sudah
distrip, dipilih yang baik kemudian dimasukkan ke dalam sak plastik
dilengkapi dengan brosur lalu diseal, setiap sak plastik berisi 25 strip, tiap-tiap
strip berisi 10 tablet. Hasil seal kemudian dimasukkan ke dalam dus
dilengkapi dengan identitas berupa slip pak dimana setiap dus isinya berbeda
sesuai dengan ukuran diameter tablet yaitu:
a. Untuk tablet dengan diameter 7,5 mm, setiap dus berisi 40 sak plastik.
b. Untuk tablet dengan diameter 10-13 mm, setiap dus berisi 30 sak plastik.
c. Untuk kaplet dan kapsul, setiap dus berisi 20 sak plastik.
Pengemasan kapsul dilakukan setelah proses stripping. Kapsul yang sudah
distrip, dipilih yang baik kemudian dimasukkan ke dalam sak plastik dilengkapi
Oryza Sativa : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat
Jl.Gudang Utara No.25-26 Bandung, 2008
USU Repository ? 2008
dengan brosur lalu diseal. Hasil seal kemudian dimasukkan ke dalam dus
dilengkapi dengan identitas berupa slip pak dimana tiap dus berisi 20 sak plastik,
setiap sak plastik berisi 25 strip dan setiap strip berisi 10 kapsul.
Untuk sirup dipak ke dalam dus. Tiap dus berisi 25 botol dilengkapi dengan
sendok takar, brosur dan slip pak.
Untuk sediaan salep setelah dimasukkan ke dalam tube aluminium sebanyak
10 g yang etiketnya telah tercetak pada permukaan luar tube, dimasukkan ke
dalam dus kecil dilengkapi dengan brosur. Setiap dus kecil berisi 25 tube dan
dimasukkan ke dalam dus besar yang berisi 24 dus kecil.
Setelah pengemasan selesai, dilakukan pemeriksaan oleh Instalasi pengawasan
mutu dan tim komisi, kemudian Inswastu menempelkan label dikeluarkan
dikemasan sekundernya dan setelah diperiksa oleh tim komisi seksi kemas
membuat laporan administrasi yang terdiri dari laporan bulanan dan bukti
penyerahan obat jadi yang dikirim ke Instalasi Simpan.
3.7.5 Kegiatan Instalasi Simpan (Instalsimpan)
Instalasi Simpan (Instalsimpan) bertanggung jawab terhadap penyimpanan
barang- barang yang berkaitan dengan setiap proses kerja yang berlangsung di
Lafi Ditkesad yaitu produksi, Wastu, administrasi dan logistik serta proses
pendukung lainnya. Barang- barang yang disimpan di gudang Instalsimpan
disusun berdasarkan jenis dan sifat barang. Adapun penyelenggaraan administrasi
bawah bak. Pada bak ini diberi karung yang berfungsi sebagai
penyaring untuk menampung endapan, sedangkan cairan yang lebih
jernih masuk ke dalam bak penampung cairan.
2) Bak Penampung Cairan
Cairan yang masih mungkin mengandung limbah dialirkan kembali ke
bak sedimentasi pertama untuk diolah kembali sampai limbah tersebut
benar-benar bersih dari senyawa kimia yang berbahaya.
i. Bak Bidang Miring
Bak bidang miring berbentuk miring ke satu arah yang menghubungkan
bak flokulasi dan bak kontrol yang gunanya untuk menahan endapan dan
partikel lain yang masih terdapat dalam air limbah dari bak flokulasi.
Melalui bak bidang miring, air dari bak flokulasi mengalir ke bak kontrol.
j. Bak Kontrol (Bak Pembuangan Akhir)
Cairan yang sudah jernih dialirkan ke bak kontrol yang berisi ikan sebagai
kontrol biologi untuk diperiksa kadar COD dan BOD serta TDS (jumlah
zat padat total), dan pH. Jika hasilnya memenuhi syarat air dapat dibuang
ke saluran pembuangan umum.
Parameter yang harus dipantau untuk limbah cair adalah :
1. pH
Oryza Sativa : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat
Jl.Gudang Utara No.25-26 Bandung, 2008
USU Repository ? 2008
2. Suhu
3. Total Suspended Solid (TSS)
4. Total Dissolved Solid (TDS)
5. Biological Oxygen Demand (BOD)
6. Chemical Oxygen Demand (COD)
Tabel 2. Baku Mutu Limbah Cair untuk Industri Farmasi (kep-51/menlh/10/1995)
Denah IPAL dapat dilihat pada Lampiran 13.
Parameter Proses pembuatan
Bahan Formula (mg/L)
Formulasi
(Pencampuran) (mg/L)
BOD 100 75
COD 300 150
TSS 100 75
Total-N 30 Fenol 1,0 Ph 6,0 - 9,0 6,0 ? 9,0
2. Fasilitas Pendukung / Utility
Fasilitas pendukung terdiri dari pengolahan air baku farmasi, Instalasi listrik
dan Instalasi udara bertekanan. Sumber air bersih didapat dari suplai
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yang diolah menjadi air baku farmasi
melalui Instalasi pengolahan air. Air baku farmasi adalah air yang memenuhi
syarat untuk digunakan sebagai bahan baku air untuk produksi steril maupun
nonsteril. Penanggung jawab pengolahan fasilitas utility adalah Kepala
Instalasi Pemeliharaan dan sisjang. Fasilitas utility terdiri dari :
a. Instalasi Listrik
Oryza Sativa : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat
Jl.Gudang Utara No.25-26 Bandung, 2008
USU Repository ? 2008
Sumber listrik Lafi Ditkesad berasal dari PLN dengan daya sebesar 2000
KW. Pada saat ini belum digunakan generator tetapi pada produksi steril
diperlukan adanya aliran listrik secara terus-menerus sehingga
dipertimbangkan untuk menggunakan generator.
b. Pengolahan Demineralisata
Sumber air bersih berasal dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
kemudian diolah menjadi air baku farmasi melalui instalasi pengolahan
air. Pemilihan PDAM sebagai sumber air oleh Lafi Ditkesad adalah karena
banyaknya kandungan logam pada air tanah.
Air yang berasal dari PDAM terlebih dahulu ditampung pada tangki yang
tertanam di dalam tanah ( ground tank ) kemudian dialirkan melalui pipa
ke dalam suatu alat filtrasi.
3.8 Pengolahan Dokumen
Dokumentasi merupakan bagian dari sistem informasi menajemen sebuah
organisasi perusahaan. Dokumentasi di Lafi Ditkesad meliputi :
1. Dokumentasi seluruh pedoman yang berkenaan dengan aktifitas Lafi Ditkesad
dengan pelaksanaan fungsinya sebagai lembaga produksi obat yang
dituangkan dalam Prosedur Tetap (Protap) yang meliputi bidang personalia,
administrasi dan logistik, operasional peralatan dan Instalasi umum, sanitasi
dan higiene, prosedur operasional dan perawatan alat, prosedur pembersihan
alat atau ruangan, kalibrasi dan validasi, spesifikasi bahan, prosedur
pengolahan dan pengujian, metoda dan instruksi serta protap-protap lain yang
diperlukan.
2. Dokumen seluruh proses pembuatan obat yang dituangkan dalam Catatan
Pengolahan Bets dan Catatan Pengemasan Bets meliputi spesifikasi, prosedur,
Oryza Sativa : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat
Jl.Gudang Utara No.25-26 Bandung, 2008
USU Repository ? 2008
metoda dan Instruksi, catatan dan laporan selama proses produksi berlangsung
dari mulai penimbangan sampai pengemasan yang menggambarkan riwayat
lengkap dari bets obat yang diproduksi.
3. Dokumentasi untuk setiap pengambilan sampel dan bahan uji, baik bahan
baku, bahan setengah jadi, produk ruahan maupun obat jadi serta hasil
pengujiannya.
4. Dokumen untuk setiap obat yang telah diluluskan oleh Instalasi Pengawasan
Mutu dan telah didistribusikan.
5. Dokumentasi juga dilakukan untuk segala aktifitas yang berkenaan dengan
perbaikan, pemantauan dan pengendalian, misalnya lingkungan, perlengkapan,
peralatan dan personalia.
Seluruh dokumen di atas dikelola dan disimpan oleh bagian-bagian yang
bersangkutan dengan aktifitas yang dilaksanakan tetapi Master Document
disimpan di produksi. Catatan Pengolahan Bets dan Catatan Pengemasan Bets
yang sudah diisi, disimpan di Instalasi Pengawasan Mutu
Oryza Sativa : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat
Jl.Gudang Utara No.25-26 Bandung, 2008
USU Repository ? 2008
BAB IV
PEMBAHASAN
Lafi Ditkesad merupakan Satu-satunya produksi dilingkungan Ditkesad
yang mampu memenuhi kebutuhan obat bermutu bagi TNI AD. Untuk itu Lafi
Ditkesad dituntut untuk menghasilkan obat yang bermutu tinggi, aman dan
berkhasiat walaupun obat yang diproduksi hanya untuk lingkungan sendiri yaitu
prajurit dan PNS TNI-AD serta keluarganya. Selain itu, Lembaga Farmasi
Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad) merupakan suatu badan
pelaksana yang berada di bawah Direktorat kesehatan Angkatan Darat yang
bertugas untuk menyelenggarakan dan melaksanakan fungsi teknik yang meliputi
produksi obat, pengawasan mutu, penelitian dan pengembangan, penyimpanan,
administrasi logistik, pemeliharaan alat produksi dan instrumen serta
menyelenggarakan fungsi organiknya yang berupa fungsi militer dan fungsi
pembinaan.
Dalam pelaksanaan produksi, Lafi Ditkesad senantiasa mengacu pada
CPOB hal ini dibuktikan dengan telah dimilikinya 5 sertifikat CPOB untuk
sediaan antibiotik Betalaktam dan 5 sertifikat sediaan Non Betalaktam.
Pelaksanaan CPOB di Lafi Ditkesad tercakup dalam pembahasan berikut :
4.1 Manajemen Mutu
Sistem manajemen mutu pada produk jadi di Lafi Ditkesad telah memenuhi
persyaratan sesuai dengan pedoman CPOB, hal ini dibuktikan dengan telah
Oryza Sativa : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat
Jl.Gudang Utara No.25-26 Bandung, 2008
USU Repository ? 2008
diperolehnya sertifikat CPOB sebanyak 10 sertifikat untuk produk jadi yang
diproduksi oleh Lafi Ditkesad.
4.2 Personalia
Struktur organisasi Lafi Ditkesad mempunyai tugas, wewenang dan
tanggung jawab yang jelas, sehingga tiap personil mengetahui hak dan kewajiban
masing-masing. Instalasi Produksi dan Instalasi Pengawasan Mutu dipimpin oleh
masing-masing seorang Apoteker yang berbeda, tetapi memiliki kewajiban yang
sama untuk menghasilkan produk yang bermutu.
Lafi Ditkesad senantiasa melakukan pelatihan bagi personil yang
pelaksanaannya selalu mengacu pada CPOB serta disesuaikan dengan bidang
tugas dan tanggung jawab masing-masing.
Materi pelatihan dibuat secara bertahap dan tertulis dalam bentuk prosedur
tetap yang disetujui oleh Kepala Instalasi Pengawasan Mutu dan Kepala Instalasi
Produksi. Materi tersebut disampaikan secara bertahap dan terjadwal disesuaikan
dengan kebutuhan dan jenis materi.
4.3 Bangunan dan Fasilitas
Lafi Ditkesad memiliki dua lokasi yang digunakan dalam proses
produksinya. Lokasi pertama berada di Jl. Gudang Utara No. 25 yang digunakan
sebagai gedung produksi dari sebagian tahap produksi Non Betalaktam.
Sedangkan lokasi kedua terletak di Jl. Gudang Utara No. 26 yang digunakan
sebagai gedung produksi Betalaktam, laboratorium dan gedung produksi dari
sebagian tahap produksi Non Betalaktam
Oryza Sativa : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat
Jl.Gudang Utara No.25-26 Bandung, 2008
USU Repository ? 2008
Lafi Ditkesad memproduksi dua jenis sediaan obat, yakni sediaan golongan
Betalaktam dan Non Betalaktam, untuk obat-obatan golongan penisilin diproduksi
pada bangunan yang terpisah yang dilengkapi dengan peralatan pengendali udara
khusus. Hal ini diperuntukkan agar tidak mencemari lingkungannya.
4.3.1 Instalasi Produksi
Pada gedung produksi Betalaktam dan Non Betalaktam permukaan lantai,
dinding dan langit-langit dilapisi cat epoksi, permukaannya rata, halus dan
dihindari adanya celah, tidak terdapat sambungan agar tidak terjadi pertumbuhan
mikroba, mudah dibersihkan, tahan terhadap bahan pembersih, tidak melepas atau
menahan partikel dan sudut-sudut antara dinding, lantai dan langit-langit
berbentuk lengkungan.
Untuk mengendalikan udara, di ruang produksi dilengkapi dengan sarana
pengatur suhu dan kelembaban, Penyaringan udara dilakukan melalui filter udara
yang dilengkapi dengan pre-filter, medium filter dan hepa filter. Hepa filter
mampu menyaring partikel berukuran 0,3 ?m dengan tingkat kemampuan
99,9997%.
4.3.2 Instalasi Simpan
Bangunan Instalsimpan di Lafi Ditkesad dibagi menjadi gudang cairan,
gudang bahan baku obat, gudang obat jadi, gudang bahan pengemas, gudang
peralatan, ruang penimbangan, gudang penyaluran, dan ruang administrasi.
Penyimpanan barang, tidak diurutkan secara alfabetis tetapi tetap
berdasarkan :
1. Stabilitas penyimpanan. Bahan yang harus disimpan di bawah suhu kamar,
disimpan di gudang sejuk.
Oryza Sativa : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat
Jl.Gudang Utara No.25-26 Bandung, 2008
USU Repository ? 2008
2. Barang yang fast atau slow moving. Barang fast moving, disimpan di dekat
ruang timbang, sedangkan barang yang slow moving, disimpan dalam ruang
yang sesuai dengan kondisi barang.
3. Barang yang bobotnya besar atau berat. Diletakkan di bagian depan
gudang supaya lebih mudah dikeluarkan.
4. Barang yang ringan dan mahal. Diletakkan di bagian dalam gudang, untuk
mencegah terjadinya kehilangan.
Bahan baku dan obat jadi sediaan Betalaktam sudah dipisahkan dari bahan
baku dan obat jadi lainnya. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya
kontaminasi silang. Sistem administrasi di gudang sebaiknya dilaksanakan
melalui sistem komputerisasi untuk memudahkan pencatatan keluar masuknya
barang dan pengawasannya.
4.3.3 Instalasi Pengawasan Mutu
Instalasi Wastu Lafi Ditkesad bertugas melakukan pengawasan mutu
terhadap obat-obat produksi Lafi Ditkesad mencakup pemeriksaan bahan awal, in
process control dan obat jadi. Personil Instalasi Wastu yang terdiri dari Apoteker,
Asisten Apoteker dan analis memiliki ketrampilan dan pengalaman yang cukup
dalam pengajian. Prosedur pengujian terhadap obat-obat yang dihasilkan oleh Lafi
Ditkesad telah terdokumentasikan dengan baik, sehingga memudahkan dalam
proses pemeriksaan mutu, bahan awal dan obat jadi. Bangunan instalasi
pengawasan mutu telah memenuhi persyaratan CPOB dengan adanya pembagian
ruangan yang jelas untuk setiap bagian di Instalasi Pengawasan Mutu. Metode
yang paling sering digunakan dalam penetapan kadar adalah metode
Oryza Sativa : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat
Jl.Gudang Utara No.25-26 Bandung, 2008
USU Repository ? 2008
spektrofotometri dan titrasi. Metode spektrofotometri lebih sering digunakan
karena pelaksanaannya sederhana, cepat dan tingkat akurasinya tinggi.
4.4. Peralatan
Mesin-mesin produksi dan peralatan penunjang dalam proses produksi
Betalaktam, Non Betalaktam dan pengawasan mutu sebagian besar telah
memenuhi persyaratan CPOB. Selain itu juga dilakukan perawatan dan kalibrasi
ulang secara berkala untuk menjamin agar proses produksi senantiasa terjaga dan
kinerja mesin senantiasa terawat.
Rancang bangun dan konstruksi peralatan yang tepat dengan penempatan
alat yang tepat akan memudahkan dalam pembersihan dan perawtannya.
Setiap peralatan dilengkapi dengan protap (prosedur tetap), sehingga
operator akan lebih mudah dalam mengoperasikan alat tersebut.
4.5. Sanitasi dan Higiene
Tingkat sanitasi dan hygiene di Lafi Ditkesad sudah dilaksanakan dengan
baik walaupun masih banyak yang harus dibenahi lagi seperti : Higiene
perorangan dan sanitasi bangunan yang masih lebih optimal pelaksanaannya dan
perlu pengawasan yang lebih ketat lagi.
Penerapan sanitasi dan hygiene pada bangunan dan ruangan di Lafi
Ditkesad, yaitu :
1. Gedung atau ruang untuk proses produksi dirancang sedemikian rupa sehingga
mudah dibersihkan.
Oryza Sativa : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat
Jl.Gudang Utara No.25-26 Bandung, 2008
USU Repository ? 2008
2. Tersedia toilet dan ruang ganti dalam jumlah yang cukup, berventilasi baik,
mudah dicapai dari daerah kerja tetapi tidak berhubungan langsung dengan
daerah kerja.
3. Upaya pembersihan atau sanitasi terhadap mikroba dan pencegahan terhadap
serangga atau binatang kecil lainnya, binatang pengerat dan lain-lain sudah
dilaksanakan dan ditunjang dengan penyediaan sarananya.
4. Dilakukan secara teratur dan periodik yang didukung oleh prosedur tetap yang
terperinci, antara lain metode, jadwal dan alat yang dipakai, bahan pembersih
dan desinfektan yang dipakai harus aman, pelaksana dan penanggung jawab,
pemeriksa dan pengawasan serta dokumentasi.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan sanitasi dan hygiene pada
peralatan dan perlengkapan di Lafi Ditkesad adalah :
1. Setelah digunakan, peralatan yang dibersihkan secara keseluruhan (luar dan
dalam) sesuai dengan prosedur tetapnya.
2. Peralatan dan perlengkapan dijaga dan disimpan dalam kondisi bersih.
3. Sebelum dipakai, diperiksa kebersihannya untuk memastikan bebas dari sisa
produk atau bahan sebelumnya.
4. Pembersihan dan penyimpanan peralatan yang dapat dilepas dilakukan di
ruang khusus dan terpisah dari ruang pengolahan
5. Setiap wadah dan peralatan yang digunakan dalam proses produksi dilengkapi
dengan prosedur pembersihan secara tertulis.
Prosedur sanitasi dan hygiene belum divalidasi dan dievaluasi secara
periodik sehingga penerapan prosedur yang bersangkutan belum dapat dinyatakan
seratus persen memenuhi persyaratan.
Oryza Sativa : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat
Jl.Gudang Utara No.25-26 Bandung, 2008
USU Repository ? 2008
4.6 Produksi
Setiap bahan awal yang masuk ke instal produksi harus sudah lulus uji
mutu. Pelaksanaan produksi senantiasa mengikuti protap yang telah di buat sesuai
CPOB. Setiap produk yang akan diproduksi memiliki catatan bets tersendiri
sehingga produk obat yang dihasilkan memenuhi spesifikasi yang telah
ditentukan. Perlu penerapan kedisiplinan setiap personil produksi untuk mencatat
semua kegiatan selama proses produksi berlangsung pada catatan bets dan ini
merupakan tugas dan tanggung jawab masing- masing personil, sehingga apabila
ada kesalahan dapat terseleksi lebih dini.
4.7 Pengawasan Mutu
Pengawasan mutu merupakan bagian yang essensial dari cara pembuatan
obat yang baik untuk memberikan kepastian bahwa produk secara konsisten
mempunyai mutu yang sesuai dengan tujuan pemakaiannya.
Instalasi Pengawasan Mutu Lafi Ditkesad bertugas melakukan pengawasan
mutu terhadap obat-obat produksi Lafi Ditkesad mencakup pemeriksaan bahan
awal, produk antara, produk ruahan, In Process Control dan obat jadi. Personil
Instalasi Pengawasan Mutu yang berfungsi sebagai analisis yang memiliki
ketrampilan dan pengalaman cukup. Prosedur pengujian terhadap obat-obat yang
dihasilkan oleh Lafi Ditkesad telah terdokumentasikan dengan baik, sehingga
memudahkan dalam proses pemeriksaan mutu bahan awal dan obat jadi.
4.8. Inspeksi Diri
Inspeksi diri adalah peninjauan kembali atau pemeriksaan secara jujur
seluruh tata kerja diri sendiri dari setiap segi yang dapat berpengaruh pada
Oryza Sativa : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat
Jl.Gudang Utara No.25-26 Bandung, 2008
USU Repository ? 2008
jaminan mutu. Tujuan dari inspeksi diri adalah untuk menilai penerapan CPOB
dalam seluruh aspek produksi dam pengendalian mutu. Sasaran inspeksi diri
adalah mencari setiap kekurangan dalam penerapan CPOB dan memberi saran
untuk dilakukan perbaikan.
Inspeksi diri dilakukan terhadap personil, bangunan dan fasilitas,
penyimpanan bahan baku dan obat jadi, peralatan, produksi, pengawasan mutu
dan pemeliharaan gedung yang dilakukan secara teratur, minimal setahun sekali
dimana tindakan perbaikannya harus dilaksanakan. Inspeksi diri di Lafi Ditkesad
lebih dilaksanakan secara optimal dan terjadwal.
4.9. Penanganan Keluhan Terhadap Obat, Penarikan Kembali Obat dan
Obat Kembalian
Lafi Ditkesad memiliki tempat penyimpanan khusus untuk contoh
pertinggal dari obat-obat yang telah diproduksi dengan tujuan penanganan jika
terjadi keluhan obat, penarikan kembali atau obat kembalian yang telah
diproduksi. Lafi Ditkesad selalu menanggapi dengan cepat apabila ada keluhan
terhadap obat yang diproduksi, dengan cara melakukan pemeriksaan kembali
contoh pertinggal, yang dilakukan oleh Instalasi Pengawasan Mutu. Instalasi ini
akan melakukan analisis, evaluasi dan perbaikan-perbaikan serta bila perlu akan
dilakukan penarikan produk obat yang bersangkutan.
Penanganan terhadap keluhan langsung disampaikan kepada Dirkesad,
kemudian Dirkesad memberikan perintah kepada Ka Lafi dan Ka Lafi akan
memerintahkan Instalasi Pengawasan Mutu untuk melakukan pemeriksaan
terhadap contoh pertinggal pada nomor batch yang sama. Jika contoh pertinggal
Oryza Sativa : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat
Jl.Gudang Utara No.25-26 Bandung, 2008
USU Repository ? 2008
tersebut mengalami cacat, maka Ka Lafi akan melaporkan kepada Dirkesad untuk
menarik produk tersebut. Tanggapan terhadap keluhan tersebut dapat berupa
saran-saran mengenai penanganan obat yang mengalami kerusakan.
4.10 Dokumentasi
Dokumen mengenai seluruh kegiatan terutama yang berkenaan dengan
kegiatan pengadaan, produksi dan distribusi obat yang ada di lingkungan Lafi
Ditkesad telah dilakukan dengan baik, meliputi dokumen batch record, protap
untuk produksi, operasional, perawatan gedung, perawatan alat dan peralatan
penunjang lainnya, spesifikasi bahan dan produk, metode dan prosedur analisa,
penyimpanan dan sebagainya. Namun masih perlu dilakukan penanganan
dokumen secara teratur dan sistematis sehingga dapat dijaga kerapian, keaslian,
kerahasiaan, keamanan, serta kemudahan dalam penelusurannya, karena sistem
dokumentasi akan sangat menunjang dalam manajemen sistem informasi dalam
sebuah organisasi atau perusahaan. Bila perlu, berbagai dokumen yang sudah ada
tersebut ditangani oleh suatu bagian atau seksi khusus dengan sistem
komputerisasi.
4.11 Utilitas
Utilitas merupakan sarana pendukung yang diperlukan untuk terlaksananya
proses produksi didalam suatu pabrik yang meliputi berbagai komponen seperti
instalasi listrik, air, AHS, steam, kompresi, vakum, gas dan air limbah.
Sebagai sarana penunjang, komponen listrik sangat berperan penting bagi
terlaksananya semua kegiatan yang berkaitan dengan dengan produksi seperti
Oryza Sativa : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat
Jl.Gudang Utara No.25-26 Bandung, 2008
USU Repository ? 2008
proses pencampuran, pencetakan, pengisian sirup, striping, pengemasan, sistem
tata udara, pengawasan mutu, sistem pengolahan air (SPA), penanganan air
limbah (IPAL) dan lain sebagainya.
Dalam hal ini LAFI AD sebagai salah satu industri farmasi mensupply
tenaga listrik dari PLN, yang jika terjadinya pemadaman listrik secara bergilir
maka semua proses yang berkaitan dengan proses produksi tidak bisa berjalan
Oryza Sativa : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat
Jl.Gudang Utara No.25-26 Bandung, 2008
USU Repository ? 2008
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Lafi Ditkesad tanggal
1 September 2008 sampai dengan selesai, maka diambil kesimpulan sebagai
berikut :
a. Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Ditkesad)
merupakan unsur pelaksana Direktorat Kesehatan Angkatan Darat yang
memproduksi obat yang diperuntukkan hanya bagi Angkatan Darat.
b. Obat jadi yang di produksi di Lafi Ditkesad telah memenuhi persyaratan cara
pembuatan obat yang baik (CPOB) ini dibuktikan dengan diperolehnya 10
sertifikat CPOB masing-masing 5 sertifikat untuk produk Betalaktam dan 5
sertifikat produk Non Betalaktam.
c. Lafi Ditkesad senantiasa untuk meningkatkan pelaksanaan CPOB dengan
tujuan untuk menghasilkan obat yang dihasilkan bermutu, aman dan
berkhasiat dengan upaya pembangunan gedung yang baru, melengkapi dan
memperbarui peralatan, validasi metode dan meningkatkan perawatan
peralatan, serta sistem pengawasan secara menyeluruh
d. Lafi Ditkesad merupakan tempat pembelajaran yang tepat bagi mahasiswamahasiswi yang sedang mengikuti pendidikan profesi apoteker.
e. Prosedur dan manajemen Lafi Ditkesad berbeda dengan industri farmasi
lainnya, karena memiliki kebijakan dan alur kerja berdasarkan jalur komando
dari supra sistemnya.
Oryza Sativa : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat
Jl.Gudang Utara No.25-26 Bandung, 2008
USU Repository ? 2008
f. Secara umum ruangan yang dimiliki oleh Lafi Ditkesad telah memenuhi
persyaratan ruang yang telah ditentukan oleh CPOB maupun GSP, seperti
sarana dan prasarana, personalia, higiene, dan sanitasi serta pengawasan mutu
dan dokumentasi, sehingga menjamin kualitas dari bahan baku obat sampai
dengan obat jadi.
5.2 Saran
Hendaknya dilakukan pelatihan secara berkala mengenai seluruh aspek
CPOB terkini yang diikuti secara menyeluruh oleh personil mulai dari tingkat
pimpinan sampai dengan tingkat operator dan bawahan lainnya.
Oryza Sativa : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat
Jl.Gudang Utara No.25-26 Bandung, 2008
USU Repository ? 2008
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1989, Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan No.
05410/A/SK/XII/1989 tentang Petunjuk Operasional Penerapan Cara
Pembuatan Obat yang Baik, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Anonim, 1998, Keputusan Mentri Kesehatan RI No. 43/SK/Menkes/II/1988
tentang pedoman Cara P embuatan Obat yang Baik, Departemen
Kesehatan RI, Jakarta.
Anonim, 1990, Keputusan Mentri Kesehatan RI No. 245/SK/Menkes/V/1990
tentang Ketentuan dan Tata cara Pelaksanaan Izin Usaha Industri
farmasi, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Anonim, 2007, Kepala Staf TNI AD, Peraturan Kasad Nomor
Perkasad/219/XII/2007 tentang Organisasi dan Tugas Lembaga Farmasi,
Ditkesad (Orgas Lafi Ditkesad), Bandung.
Anonim, 2001, Pedoman Penerapan Cara Pembuatan Obat yang Baik, Badan
Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta.
Anonim, 2001, Petunjuk Operasional Penerapan Cara Pembuatan Obat yang Baik,
Badan Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta.
Anonim, 2006, Pedoman Penerapan Cara Pembuatan Obat yang Baik, Badan
Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta.
Oryza Sativa : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat
Jl.Gudang Utara No.25-26 Bandung, 2008
SESDITKESAD
RSPAD
LABIOMED
SUBDITBIN
MATKES
SUBDIT
BINDUKKES
LAFI
POKPIM ITDIT
SUBDIT
BINCAB
SUBDIT
BINYANKES
LAKESMIL
INFOLAHTA
LAKESGILUT
GUPUS II
GUPUS I
LAPALKES
DIRKESAD
Oryza Sativa : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat
Jl.Gudang Utara No.25-26 Bandung, 2008
USU Repository ? 2008
Lampiran 2. Struktur Organisasi Lembaga Farmasi Ditkesad Berdasarkan
Eselon dan Jabatan (Peraturan Kasad
NomorPerkasad/219/XII/2007 Tanggal 10-12-2007)
Eselon pimpinan
Eselon Pembantu Pimpinan
Eselon pelayanan
Eselon Pelaksana
Kalafi
Wakalafi
Kainstalsimpan Kainstallitbang Kainstalhar
& Sisjang
Kainstalwastu Kainstalprod
Paahli Kabagminlog
Kasituud
Keterangan:
Kalafi : Kepala Lembaga Farmasi
Wakalafi : Wakil Kepala Lembaga Farmasi
Paahli : Perwira Ahli
Kabagminlog : Kepala Bagian Administrasi dan Logistik
Kasituud : Kepala Seksi Tata Usaha dan Urusan Dalam
Kainstalprod : Kepala Instalasi Produksi
Kainstalwastu : Kepala Instalasi Pengawasan Mutu
Kainstalhar & Sisjang : Kepala Instalasi Pemeliharaan dan Sistem Penunjang
Kainstallitbang : Kepala Instalasi Penelitian dan Pengembangan
Kainstalsimpan : Kepala Instalasi Simpan
Oryza Sativa : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat
Jl.Gudang Utara No.25-26 Bandung, 2008
USU Repository ? 2008
Lampiran 3. Blanko Hasil Pengujian Laboratorium
LEMBAGA FARMASI
DIREKTORAT KESEHATAN ANGKATAN DARAT
INSTALASI PENGAWASAN MUTU
LAPORAN HASIL PENGUJIAN
NOMOR :
/
/200
1. NAMA CONTOH
2. NAMA PABRIK :
3. NAMA PENYALUR
4. JUMLAH
5. KEMASAN
6. TGL DALUAWARSA
7. RUMUS KIMIA :
:
:
:
:
8. DITERIMA TANGGAL :
9. MULAI DIUJI TANGGAL :
10. SELESAI DIUJI TANGGAL :
11. PERMINTAAN DARI
Panitia Penerimaan Matkes/Matum
No.....
Tanggal ....-....-200..., TA 200.. Contoh
:..No..
12. MAKSUD PENGUJIAN :
Quality Control
13. HASIL PENGUJIAN
a. Pemerian
b. Identifikasi
c. Kemurnian
d. Kelarutan
e. Keasaman/Kebasaan
f. Suhu Lebur
:
(Syarat :
)
g. Rotasi Jenis
:
(Syarat :
)
h. Indeks Bias
:
(Syarat :
)
i. Bobot Jenis
:
(Syarat :
)
j. Susut Pengeringan :
% (Syarat :
)
k. Kadar Abu
:
% (Syarat :
)
l. Kadar
:
% (Syarat :
)
14. PEMERIKSAAN LAIN :
15. PUSTAKA : Farmakope Indonesia Ed. IV Th. 1995/Prosedur Tetap
16. CATATAN : 17. KESIMPULAN :
Memenuhi Syarat
18. PEMERIKSA :
BANDUNG,
KA. INS. WASTU
200
( )
Oryza Sativa : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat
Jl.Gudang Utara No.25-26 Bandung, 2008
USU Repository ? 2008
Lampiran 4. Blanko Catatan Pengujian Tablet dan Kapsul
Oryza Sativa : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat
Jl.Gudang Utara No.25-26 Bandung, 2008
USU Repository ? 2008
Lampiran 5. Blanko Laporan Hasil Pengujian Larutan/ Sirup/ Injeksi
LEMBAGA FARMASI
g/ml)
BANDUNG,
2008
(
)
Oryza Sativa : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat
Jl.Gudang Utara No.25-26 Bandung, 2008
USU Repository ? 2008
Lampiran 6. Blanko Laporan Hasil Pengujian Salep/ Krim
LEMBAGA FARMASI
DIREKTORAT KESEHATAN ANGKATAN DARAT
INSTALASI PENGAWASAN MUTU
LAPORAN HASIL PENGUJIAN
NOMOR :
/ P /200
1.
2.
3.
4.
-200
Tablet
Non coating
Wastu/IPC
Instalasi Simpan
Penimbangan
Pencampuran
Granulasi
Pengeringan
Pengayakan
Pencampuran Fase Luar
Pencetakan
Penyalutan
Stripping
Pengemasan Sekunder
Obat Jadi
Wastu/IPC
Wastu/IPC
Wastu/IPC
Wastu/IPC
Wastu/QC
Dilakukan oleh petugas Instal
Simpan di ruang Kelas III
Oryza Sativa : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat
Jl.Gudang Utara No.25-26 Bandung, 2008
USU Repository ? 2008
Lampiran 8. Alur Produksi Tablet Biasa/ Salut dengan Metode Cetak
Langsung
Tablet
non coating
Penimbangan
Pencampuran
Pengemasan Sekunder
Stripping
Pengisian kapsul & Polishing
Wastu/IPC
Wastu/IPC
Wastu/IPC
Obat Jadi
Wastu/IPC
Wastu/QC
Instalasi Simpan
Dilakukan oleh petugas
Instal Simpan di ruang
Kelas III
Oryza Sativa : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat
Jl.Gudang Utara No.25-26 Bandung, 2008
USU Repository ? 2008
Lampiran 10. Alur Proses Produksi Sirup kering
Wastu/IPC
Wastu/IPC
QC
Ins.Simpan
Penimbangan
Pencampuran
Pengisian & Penutupan
Labelling & Pengemasan
Botol Bersih
Pencucian
Pengeringan
Gudang Botol
Obat Jadi
Oryza Sativa : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat
Jl.Gudang Utara No.25-26 Bandung, 2008
USU Repository ? 2008
Lampiran 11. Alur Produksi Salep
Penimbangan
Pelelehan Basis
Pengemasan Sekunder
Pengisian/Penutupan
Pencampuran
Wastu/IPC
Wastu/IPC
Obat Jadi
Wastu/IPC
Wastu/QC
Instalasi Simpan
Dilakukan oleh petugas
Instal Simpan di ruang
Kelas III
Oryza Sativa : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat
Jl.Gudang Utara No.25-26 Bandung, 2008
USU Repository ? 2008
Lampiran 12. Alur Proses Produksi Sediaan Cairan Obat Luar
Penimbangan
Pengisian/Penutupan
/Labeling
Pengemasan Sekunder
Pencucian
Botol Bersih
Pengeringan
Botol
Wastu/IPC
Wastu/IPC
Obat Jadi
Pencampuran/
Pelarutan
Wastu/IPC
Wastu/QC
Instalsimpan
Oryza Sativa : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat
Jl.Gudang Utara No.25-26 Bandung, 2008
USU Repository ? 2008
Lampiran 13. Skema IPAL
BAK KONTROL
BAK
PENAMPU
NGAN Pump
Bidang Miring
BAK FLOKULASI
Dosing Pump
Pengaduk
Dosing Pump
Pengaduk
BAK KOAGULASI
BAK
SEDIMENTASI 3
Karung Penyaring
Endapan
BAK SEDIMENTASI 2
(CLARIFIER)
BAK AERASI DAN
STABILISASI
3
Pengaduk
BAK
EQUALISASI
Pump
BAK
SEDIMENTASI
AWAL
2
Aerator
5
4
7
6
9
8b
8a
BAK
PENAMPUNGAN
AWAL
1
10
1
Oryza Sativa : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat
Jl.Gudang Utara No.25-26 Bandung, 2008
USU Repository ? 2008
KETERANGAN GAMBAR:
1. Bak Penampung Awal
2. Bak Sedimentasi Awal
3. Bak Equalisasi
4. Bak Aerasi (Aeration Tank)
5. Bak Sedimentasi Dua (Clarifier)
6. Bak Koagulasi
7. Bak Flokulasi
8. Bak Sedimentasi Ketiga
8a. Bak Sedimentasi Ketiga
8b. Bak Penampungan Cairan
9. Bidang Miring
10. Bak Kontrol
Oryza Sativa : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker Lembaga Farmasi Direktorat Kesehatan Angkatan Darat
Jl.Gudang Utara No.25-26 Bandung, 2008
USU Repository ? 2008