Bab 2
Bab 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
2.1
Tinjauan Pustaka
Aziz W (2009), terhadap Analisis Penggunaan Bahan Bakar
Liquefied Petroleum Gas (LPG) Terhadap Konsumsi Bahan Bakar Dan
Emisi Gas Buang CO Dan HC Pada Motor Supra X 125R Tahun 2009,
yaitu dengan mengunakan tabung gas LPG 3 kg dapat menempuh jarak
250 km dibandingkan dengan satu liter premium yang hanya dapat
menempuh jarak 55 km. Hasil emisi gas buang CO sebesar 0,025% dan
kadar emisi gas buang HC sebesar 2274 ppm.
Numan (2013) terhadap Peforma Mesin Dan Emisi Gas Buang
Motor Bensin Berbahan Bakar LPG Dengan Penambahan Gas HHO,
yaitu dengan penggunaan bahan bakar gas LPG pada sepeda motor
Yamaha Xeon 125 cc tahun 2012 di mana pada penggunaan LPG maupun
LPG dengan penambahan gas HHO terjadi penurunan pada performa
mesin, konsumsi bahan bakar, dan menurunkan emisi CO dan HC yang
dihasilkan.
Yunianto (2009), terhadap Pengaruh Perubahan Sudut Penyalaan
(Ignition Time) Terhadap Emisi Gas Buang Pada Mesin Sepeda Motor 4
(Empat) Langkah Dengan Bahan Bakar LPG, bahwa dengan pengaturan
pada sudut penyalaan 110 , 14, dan 17 sebelum TMA diketahui terjadi
BTDC. Emisi CO terendah 0,13% diperoleh pada stelan pegas lever 5,5
putaran, bukaan katup aliran 40% dan saat pengapian 10 0BTDC, Emisi
HC terendah 124 ppm diperoleh pada stelan pegas lever 5,5 putaran,
bukaan katup aliran 40% dan saat pengapian 15 0BTDC.
Kristanto, dkk (2001), terhadap Pengaturan Kondisi Idle Dan
Akselerasi Pada Motor Berbahan Bakar Gas, di mana adanya
penambahan sistem injeksi yang dilengkapi ECM pada perangkat
conversion kit standar dapat mencapai putaran 800 rpm, waktu yang
dibutuhkan untuk akselerasi lebih singkat dengan mengatur tekanan kerja
regulator gas di atas 100 kPa karena ECM tidak mampu untuk
mengendalikan kerja dari solenoid valve untuk injector, sehingga suplai
10
11
12
13
menggunakan gas LPG sebagai bahan bakar pada mobil Toyota Vios
menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan BBG lebih bagus dari pada
bahan bakar minyak (BBM). Selain itu, daya torsi lebih tinggi
dibandingkan dengan menggunakan bahan bakar Pertamax.
Sugianto (2008), Eksperimen yang telah diterapkan pada sepeda
motor Yamaha Vega 2006 dengan menggunakan bahan bakar gas elpiji
menghasilkan kesimpulan sebagai berikut :
1. Ruang bakar lebih bersih dan tidak banyak kerak
2. Lebih ramah lingkungan karena kandungan hidrokarbon yang minim
3. Dalam kandungan gas elpiji, tidak terdapat timbal
4. Tarikan atau tenaga motor lebih responsif.
2.2
Landasan Teori
2.2.1
14
2.3
15
2. Langkah Kompresi
Katup masuk tertutup, torak bergerak ke atas dengan mendesak
pengisian dalam silinder, kemudian sebelum torak sampai di titik tertinggi
(titik mati atas = TMA) isi dalam silinder dinayalakan oleh nyala api dari
busi.
3. Langkah Usaha
Letusan atau ledakan mendorong torak ke bawah dengan gaya besar
sebelum torak sampai ke titik mati terendah (titik mati bawah = TMB)
katup buang membuka.
4. Langkah Buang
Torak bergerak ke atas dan mendesak gas yang sudah terbakar keluar
melalui katup buang. Seluruh proses kemudian terulang kembali dimulai
dengan langkah hisap sampai langkah buang lagi, hal itu adalah proses
motor bensin 4 langkah.
tenaga memerlukan dua kali langkah kerja satu kali putaran poros engkol.
Adapun langkah - langkahnya adalah sebagai berikut :
16
1.
Langkah Kompresi
Pada langkah kompresi ini dimulai dengan penutupan saluran masuk
dan keluar kemudian menekan isi silinder dan menghisap campuran bahan
bakar udara bersih ke dalam rumah engkol. Bila piston mencapai titik mati
atas (TMA), pembakaran dimulai.
2.
sebelum titik mati bawah (TMB), pada awalnya saluran buang dan
kemudian saluran masuk terbuka. Sebagian besar gas yang terbakar keluar
silinder dalam proses exhaust blowdown. Ketika saluran masuk terbuka,
campuran bahan bakar dan udara bersih tertekan ke dalam silinder. Piston
dan saluran - saluran umumnya dibentuk untuk membelokkan campuran
yang masuk langsung menuju saluran buang dan juga ditunjukkan untuk
mendapatkan pembilasan gas residu secara efektif.
17
Urutan proses
2.
Perbandingan kompresi
3.
4.
Mesin
yang
ideal
proses
pembakaran
yang
dapat
18
Siklus ini dapat digambarkan dengan diagram P-V dan T-S seperti
terlihat pada gambar 2.3 di bawah ini.
Keterangan gambar :
1) 1 - 2 : Proses kompresi berlangsung secara isentropik
2) 2 - 3 : Proses pembakaran dianggap sebagai proses pemasukan
kalor secara isovolume
Qin = m.Cv. (T3-T2)
3) 3 - 4 : Proses ekspansi berlangsung secara isentropik
4) 4 - 1 : Proses buang berlangsung secara isovolume
Qout = m.Cv. (T4-T1)
19
Keterangan :
2.4.2
= Kalor (Kj)
= Massa (Kg)
Cv
= Temperatur (0K)
20
Keterangan gambar :
1) 1 - 2 : Proses kompresi secara isentropik
2) 2 - 3 : Proses pemasukan kalor secara isobarik
Qin = m. Cv. (T3-T2)
3) 3 - 4 : Proses kerja atau ekspansi secara isentropik
4) 4 - 1 : Proses pembuangan dianggap sebagai proses pengeluaran
kalor pada volume konstan
Qout = m.Cv. (T4-T1)
2.4.3
21
2.5
22
23
24
sedekat
mungkin
dengan
sumber
panas
yang
25
Pada suatu mesin itu terdapat gerakan relatif antara dua benda yang
bersentuhan, terjadilah gesekan antara kedua benda itu. Gesekan atau
(mekanik) tersebut terutama disebabkan oleh permukaan benda yang kasar
tetapi mungkin juga oleh adhesi antara kedua permukaan atau reaksi kimia
yang terjadi pada permukaan itu. Misalnya poros dan bantalannya, antara
torak dengan dinding silinder, antara roda gigi dan sebagainya. Untuk
mengatasi gesekan itu, agar benda yang bersentuhan bisa digerakkan,
maka diperlukan gaya. Karena itu besarnya gesekan harus dibatasi agar
daya mesin tidak banyak yang hilang pada bantalan, roda gigi dan
sebagainya.
Besarnya gesekan dapat dikurangi dengan menggunakan pelumasan
yang berfungsi untuk memisahkan dua permukaan yang bersentuhan.
Akan tetapi di dalam kenyataannya tidak ada gerakan tanpa gesekan
karena itu tidaklah mudah untuk memperoleh pemisah yang sempurna.
Lagi pula gesekan terjadi juga pada permukaan yang dilumasi itu
disebabkan karena adanya tegangan geser pada pelumasan itu sendiri.
Secara umum pelumasan itu berfungsi untuk :
1. Mencegah kontak langsung logam dengan logam
2. Mengurangi gesekan, mencegah keausan dan panas
3. Mendinginkan pada bagian-bagian mesin yang bergesekan
4. Mengeluarkan kotoran pada bagian-bagian mesin.
3. Sistem Pendinginan
26
27
A. Baterai
28
C. Busi
29
30
dengan
konstruksi
yang
sesuai
dengan
tujuan
31
2.8
Bahan Bakar
Bahan bakar (fuel) adalah material dengan satu jenis energi yang
bisa berubah menjadi energi yang berguna.
2.8.1
Spesifikasi Dasar
1. Nilai Kalor Pembakaran
Nilai kalor adalah kalor yang dihasilkan oleh pembakaran
sempurna 1 kilogram atau satu satuan berat bahan bakar padat atau cair
atau satu meter kubik atau satu volume bahan bakar gas, pada keadaan
baku.
32
Nilai kalor atas Gross heating valve atau higher heating value
adalah kalor yang dihasilkan oleh pembakaran sempurna satu satuan
berat bahan bakar padat atau cair, atau satu satuan volume bahan bakar
gas, pada tekanan tetap suhu 25 C apabila semua air yang mula-mula
berwujud cair setelah pembakaran mengembun menjadi cair kembali.
Nilai kalor bawah atau Net heating value atau lower heating
value adalah kalor yang besarnya sama dengan nilai kalor atas
dikurangi kalor yang diperlukan oleh cairan yang terkandung dalam
bahan bakar dan air yang terbentuk dari pembakaran bahan bakar
berwujud uap air pada 25 C.
2. Berat Jenis (Specific Gravity)
Perbandingan jumlah tertentu suatu zat terhadap berat murni pada
volume dan suhu yang sama dinamakan berat jenis zat. Berat jenis
minyak sering juga dinyatakan dalam Baume. Masing-masing skala ini
dapat dinyatakan sebagai fungsi dari berat jenis (g) pada suhu 60 F.
Berat jenis bahan bakar gas elpiji sekitar 0,58 g/ml.
3. Flash Poin atau Titik Nyala
Titik nyala adalah suhu terendah di mana uap minyak yang terdapat
di atas cairannya dapat membentuk campuran yang dapat menyala
dengan udara, bila ia terkena percikan api. Titik nyala yang rendah
menyulitkan penyimpanan dan pengangkutan.
4. Viskositas atau Kekentalan
33
34
2.8.2
35
Bahan bakar gas (BBG) adalah gas bumi yang telah dimurnikan
dan aman, bersih dan murah. Dipakai sebagai bahan bakar kendaraan
bermotor. Komposisi BBG sebagian besar terdiri dari gas metana dan
etana lebih kurang 90% dan selebihnya gas propana, butana, nitrogen,
karbon dioksida. BBG lebih ringan dari udara dengan berat jenis
sekitar 0.6036 dan mempunyai nilai oktan 120.
3. Bahan Bakar Padat
Ada beberapa jenis bahan bakar padat termasuk batu bara dan kayu
seluruh jenis bahan bakar tersebut dapat terbakar dan dapat
menciptakan api dan panas. Batu bara dibakar dengan kereta uap
untuk memanaskan air sehingga menjadi uap untuk menggerakkan
peralatan dan menyediakan energi. Kayu biasanya digunakan untuk
pemanasan domestik dan industri.
Kriteria utama yang harus dipenuhi bahan bakar yang akan
digunakan dalam motor bakar adalah sebagai berikut :
a) Proses pembakaran bahan bakar dalam silinder harus secepat
mungkin dan panas yang dihasilkan harus tinggi
b) Bahan bakar yang digunakan harus tidak meninggalkan endapan
atau deposit setelah pembakaran karena akan menyebabkan
kerusakan pada dinding silinder
c) Gas sisa pembakaran harus tidak berbahaya pada saat dilepas ke
atmosfer.
36
2.8.3
2.
3.
4.
37
memiliki
nilai
oktan
112.
Nilai
oktan
112
38
2.
39
3.
4.
5.
dalam industri
2. Gasolin (bensin), biasa digunakan sebagai bahan bakar
kendaraan bermotor
40
Proses Pembakaran
Proses Pembakaran didefinisikan sebagai kombinasi kimiawi yang
berlangsung secara cepat antara oksigen dengan unsur yang mudah terbakar
pada suhu dan tekanan tertentu.
Proses pembakaran terjadi di dalam silinder dan tidak semua energi
yang dikandung dalam bahan bakar dapat dirubah menjadi energi panas dan
energi panas dapat dibangkitkan dari proses pembakaran bahan bakar yang
juga tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan menjadi kerja berguna. Sejumlah
energi yang hilang tersebut diantaranya yaitu disebabkan oleh :
1. Panas yang dibawa gas buang
2. Panas dari bahan bakar yang tak terbakar
3. Panas yang terpancar keluar dari ruang bakar.
Fenomena pembakaran yang terjadi selama proses pembakaran
terbagi menjadi dua macam yaitu pembakaran normal dan pembakaran
tidak normal.
Pembakaran normal adalah proses pembakaran di mana terjadi
apabila penyalaan campuran udara bahan bakar diakibatkan oleh percikan
41
bunga api yang berasal dari busi. Adapun nyala api akan menyebar merata
dalam ruang bakar dengn kecepatan normal ( 25-30m/detik ).
Tekanan gas yang diakibatkan oleh panas pembakaran ini akan
merata dalam ruang bakar. Pembakaran dimulai sebelum piston berada
pada titik mati atas dan akhir sesaat melewati titik mati atas. Suhu ruang
akan mencapai kisaran 2100-2500 k.
Pembakaran tidak normal terjadi karena sebagian campuran bahan
bakar mengalami penyalaan sendiri yang biasanya tidak disebabkan oleh
percikan bunga api dari busi. Hal ini dikarenakan temperatur campuran
bahan bakar udara terlalu tinggi, yang salah satunya disebabkan hasil dari
langkah
kompresi
hingga
mencapai
titik
nyala,
sehingga
akan
42
Dalam sistem motor bakar, kondisi yang paling baik yaitu apabila
terjadi pembakaran sempurna (stoikiometrik) yaitu semua atom oksigen
yang ada bereaksi dengan unsur-unsur pada bahan bakar. Pembakaran
sempurna yang terjadi secara teratur pada waktu yang sesuai dengan siklus
sehingga dapat menghasilkan unjuk kerja yang sebaik-baiknya tanpa
menimbulkan kerusakan mesin. Pada semua pembakaran sempurna,
nitrogen (N2) merupakan gas terbesar yang terbentuk karena tetap pasif
dan tidak ikut terbakar, demikian pula dengan air. (H 2O). Sedangkan
karbon monoksida (CO) terbentuk karena proses disosiasi karbon dioksida
(CO2), terbentuknya gas CO ini mengakibatkan polusi pada gas buang.
Karbon monoksida (CO) akan timbul jika perbandingan antara bahan
bakar dan udara yang terjadi lebih kecil dari bahan bakar stokiometrik.
Apabila lebih besar dari perbandingan bahan bakar stoikiometrik akan
terdapat oksigen dalam akhir pembakaran. Kandungan karbon dioksida,
uap air, nitrogen, tertinggi diperoleh pada perbandingan bahan bakar dan
udara yang stoikiometrik. Proses pembakaran yang terjadi tidak
berlangsung sekaligus, tetapi memerlukan waktu. Berdasarkan kenaikan
tekanan yang terjadi pada proses pembakaran, dapat dibedakan menjadi
dua periode, yaitu :
a) Periode penundaan penyalaan, ditandai dengan dimulainya percikan
bunga api pada busi
b) Periode pembakaran intensif, ditandai dengan laju kenaikan tekanan
yang tinggi.
43
44
45
(a)
(b)
46
47
48
.........................
(2.3)
Keterangan :
SFC
BHP
Vf
sebagai berikut :
................................................ (2.4)
Keterangan :
BFC
3. Efisiensi
49
(P nR / N)
=
mf.QHV
P
=
(mf.nR / N) QHV
............. (2.5)
mf.QHV
Dalam hal ini mf adalah massa bahan bakar yang dimasukkan per
siklus. Substitusi untuk P/mf berdasarkan persamaan (2.3) didapatkan,
(Heywood, 1988 : 52)
1
f=
..................................................................... (2.6)
sfc.QHV
Dalam efisiensi ini besarnya QHV merupakan harga panas dari bahan
bakar yang digunakan dalam MJ/Kg (Heywood, 1988 : 52). Untuk
LPG QLHV = 44.1 MJ/Kg (Arismunandar, W, 2002 : 169).
2.12
50
51
HSO
S + O2
SO2
ii.
52
5. Oksigen (O2)
Pembakaran yang tidak sempurna di dalam mesin menyisakan
oksigen ke udara. Oksigen yang tersisa ini semakin kecil bilamana
pembakaran yang terjadi semakin sempurna.
6. Nitrogen (N2)
Udara digunakan untuk pembakaran dalam mesin, sebagian
besar terdiri dari inert gas yaitu N2. Pada saat terjadi pembakaran
sebagian kecil N2 hingga keluar dari mesin.
7. Nitrogen Oksida ( NOx )
53
8. Air (H2O)
Merupakan hasil reaksi pembakaran dalam
ruang bakar,
dimana kadar air yang dihasilkan dari mutu bahan bakar. Makin
banyak uap air dalam pipa gas buang mengindikasikan pembakaran
semakin baik. Semakin besar uap air yang dihasilkan pipa knalpot
tetap bersih dan sekaligus menunjukkan mesin bersih dari emisi
yang dihasilkan.
2.12.2 Pengaruh Emisi Gas Buang Terhadap Lingkungan
Secara umum pengaruh emisi gas buang terhadap lingkungan dapat
dikelompokkan menjadi lima kelas yaitu :
54
1.
2.
3.
4.
5.
55
bronkhitis
(sakit
pernafasan
kronis)
dan
56
menjadikan
kecepatan
pembakaran
berkurang
dan
57