Anda di halaman 1dari 4

PERNIKAHAN

A. Defenisi
Pernikahan atau nikah artinya adalah terkumpul dan menyatu. Menurut
istilah lain juga dapat berarti Ijab Qobul (akad nikah) yang
mengharuskan perhubungan antara sepasang manusia yang
diucapkan oleh kata-kata yang ditujukan untuk melanjutkan ke
pernikahan,
sesusai
peraturan
yang
diwajibkan
oleh Islam.
Kata zawaj digunakan dalam al-Quran artinya adalah pasangan yang
dalam penggunaannya pula juga dapat diartikan sebagai pernikahan.
Allah menjadikan manusia itu saling berpasangan, menghalalkan
pernikahan dan mengharamkan zina.
B. Hukum nikah
Hukum pernikahan bersifat kondisional, artinya berubah menurut
situasi dan kondisi seseorang dan lingkungannya.
Jaiz, artinya boleh kawin dan boleh juga tidak, jaiz ini merupakan
hukum dasar dari pernikahan. Perbedaan situasi dan kondisi
serta
motif
yang
mendorong
terjadinya
pernikahan
menyebabkan adanya hukum-hukum nikah berikut.
Sunat, yaitu apabila seseorang telah berkeinginan untuk
menikah serta memiliki kemampuan untuk memberikan nafkah
lahir maupun batin.
Wajib, yaitu bagi yang memiliki kemampuan memberikan nafkah
dan ada kekhawatiran akan terjerumus kepada perbuatan zina
bila tidak segera melangsungkan perkawinan. Atau juga bagi
seseorang yang telah memiliki keinginan yang sangat serta
dikhawatirkan akan terjerumus ke dalam perzinahan apabila
tidak segera menikah.
Makruh, yaitu bagi yang tidak mampu memberikan nafkah.

Haram, yaitu apabila motivasi untuk menikah karena ada niatan


jahat, seperti untuk menyakiti istrinya, keluarganya serta niatniat jelek lainnya.
C. Hikmah Pernikahan
Cara yang halal dan suci untuk menyalurkan nafsu syahwat
melalui ini selain lewat perzinahan, pelacuran, dan lain
sebagainya yang dibenci Allah dan amat merugikan.
Untuk memperoleh ketenangan hidup, kasih sayang dan
ketenteraman
Memelihara kesucian diri

Melaksanakan tuntutan syariat

Membuat keturunan yang berguna bagi agama, bangsa dan


negara.

Sebagai media pendidikan: Islam begitu teliti dalam


menyediakan lingkungan yang sehat untuk membesarkan anakanak. Anak-anak yang dibesarkan tanpa orangtua akan
memudahkan untuk membuat sang anak terjerumus dalam
kegiatan tidak bermoral. Oleh karena itu, institusi kekeluargaan
yang direkomendasikan Islam terlihat tidak terlalu sulit serta
sesuai sebagai petunjuk dan pedoman pada anak-anak
Mewujudkan kerjasama dan tanggungjawab

Dapat mengeratkan silaturahim


D. Nikah
Rukun nikah

calon Pengantin laki-laki

calon Pengantin perempuan

Wali bagi perempuan

Dua orang saksi laki-laki yang adil

Mahar

Ijab dan kabul (akad nikah)

Syarat calon suami

Islam

Laki-laki yang tertentu

Bukan lelaki mahram dengan calon istri

Mengetahui wali yang sebenarnya bagi akad nikah tersebut

Bukan dalam ihram haji atau umroh

Dengan kerelaan sendiri dan bukan paksaan

Tidak mempunyai empat orang istri yang sah dalam suatu waktu

Mengetahui bahwa perempuan yang hendak dinikahi adalah sah


dijadikan istri

Syarat calon istri

Islam atau Ahli Kitab

Perempuan yang tertentu

Bukan perempuan mahram dengan calon suami

Bukan seorang banci

Akil baligh (telah pubertas)

Bukan dalam berihram haji atau umroh

Tidak dalam iddah

Bukan istri orang

Syarat wali

Islam, bukan kafir dan murtad

Lelaki dan bukannya perempuan

Telah pubertas

Dengan kerelaan sendiri dan bukan paksaan

Bukan dalam ihram haji atau umroh

Tidak fasik

Tidak cacat akal pikiran, gila, terlalu tua dan sebagainya

Merdeka

Tidak dibatasi kebebasannya ketimbang membelanjakan


hartanya
Sebaiknya calon istri perlu memastikan syarat wajib menjadi wali. Jika
syarat-syarat wali terpenuhi seperti di atas maka sahlah sebuah
pernikahan itu.Sebagai seorang mukmin yang sejati, kita hendaklah
menitik beratkan hal-hal yag wajib seperti ini.Jika tidak, kita hanya
akan dianggap hidup dalam berzinahan selamanya.
Jenis-jenis wali

Wali mujbir: Wali dari bapaknya sendiri atau kakek dari bapa
yang
mempunyai
hak
mewalikan
pernikahan
anak
perempuannya atau cucu perempuannya dengan persetujuannya
(sebaiknya perlu mendapatkan kerelaan calon istri yang hendak
dinikahkan)
Wali aqrab: Wali terdekat yang telah memenuhi syarat yang
layak dan berhak menjadi wali
Wali abad: Wali yang sedikit mengikuti susunan yang layak
menjadi wali, jikalau wali aqrab berkenaan tidak ada. Wali abad
ini akan digantikan oleh wali abad lain dan begitulah seterusnya
mengikut susunan tersebut jika tidak ada yang terdekat lagi.
Wali raja/hakim: Wali yang diberi hak atau ditunjuk oleh
pemerintah atau pihak berkuasa pada negeri tersebut oleh orang
yang telah dilantik menjalankan tugas ini dengan sebab-sebab
tertentu

Syarat-syarat saksi

Sekurang-kurangya dua orang

Islam

Berakal

Telah pubertas

Laki-laki

Memahami isi lafal ijab dan qobul

Dapat mendengar, melihat dan berbicara

Adil (tidak melakukan dosa-dosa besar dan tidak terlalu banyak


melakukan dosa-dosa kecil)
Merdeka

Syarat ijab

Pernikahan nikah ini hendaklah tepat

Tidak boleh menggunakan perkataan sindiran

Diucapkan oleh wali atau wakilnya

Tidak diikatkan dengan tempo waktu seperti mut'ah (nikah


kontrak atau pernikahan (ikatan suami istri) yang sah dalam
tempo tertentu seperti yang dijanjikan dalam persetujuan nikah
muat'ah)
Tidak secara taklik (tidak ada sebutan prasyarat sewaktu ijab
dilafalkan)

Syarat qobul

Ucapan mestilah sesuai dengan ucapan ijab

Tidak ada perkataan sindiran

Dilafalkan oleh calon suami atau wakilnya (atas sebab-sebab


tertentu)
Tidak diikatkan dengan tempo waktu seperti mutaah(seperti
nikah kontrak)
Tidak secara taklik(tidak ada sebutan prasyarat sewaktu qobul
dilafalkan)
Menyebut nama calon istri

Tidak ditambahkan dengan perkataan lain

Anda mungkin juga menyukai