Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia dengan keadaan hutan tropik yang begitu menyimpan ribuan
spesies tumbuhan dari beragam suku, termasuk tumbuhan yang potensial sebagai
penghasil minyak atsiri. Hal ini merupakan sumber daya alam yang tidak ternilai
harganya yang dimiliki oleh Indonesia (Agusta, 2000).
Salah satu komponen kimia yang berkhasiat obat serta dapat dijadikan aset
nasional adalah minyak atsiri. Minyak atsiri merupakan senyawa organik yang
berasal dari tumbuhan dan bersifat mudah menguap, mempunyai rasa getir, dan
bau mirip tanaman asalnya. Minyak atsiri dikenal dengan nama minyak eteris atau
minyak terbang, atau sering pula disebut minyak essential. Bahan baku minyak ini
diperoleh dari berbagai bagian tanaman seperti daun, bunga, buah, biji, kulit
batang, akar, dan rimpang (Supriatna, 2011).
Salah satu tumbuhan yang mengandung minyak atsiri dan banyak terdapat
di Indonesia adalah suku Malvaceae, diantaranya adalah bunga rosela. Bunga
rosela memiliki lebih dari 300 spesies, namun salah satu jenis bunga rosela yang
diyakini memiliki khasiat medis adalah rosela merah (Hibiscus sabdariffa Linn)
(Maryani & Kristiana, 2008).

Kromatografi gas (KG) merupakan teknik instrumental yang dikenalkan


pertama kali pada tahun 1950-an. KG merupakan metode yang dinamis untuk
pemisahan dan deteksi senyawa-senyawa organik yang mudah menguap dan
senyawa-senyawa gas anorganik dalam suatu campuran. Perkembangan teknologi
1

yang signifikan dalam bidang elektronik, komputer, dan kolom telah


menghasilkan batas deteksi yang lebih rendah serta identifikasi senyawa menjadi
lebih akurat melalui teknik analisis dengan resolusi yang meningkat (Rohman,
2009).
Penerapan Teknik analisis dengan kromatografi gas merupakan langkah
yang sangat tepat untuk tujuan ini. Berdasarkan pengalaman para ahli yang sejalan
dengan perkembangan teknologi instrumentasi, pada beberapa dasawarsa terakhir
ini telah berhasil digabungkan dua instrumen dengan dasar analisis yang berbeda
tetapi saling menunjang, yaitu kromatografi gas spektroskopi massa (GC-MS).
Analisis dengan GC-MS merupakan metode yang cepat dan akurat untuk
memisahkan campuran yang rumit, mampu menganalisis cuplikan dalam jumlah
sangat kecil, dan menghasilkan data yang berguna mengenai struktur serta
identitas senyawa organik (Agusta, 2000).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah
bagaimana analisis minyak atsiri bunga rosela dengan menggunakan metode
kromatografi gas spektroskopi massa.

1.3

Tujuan Penelitian
Menganalisis minyak atsiri yang terdapat dalam bunga rosela dengan

menggunakan metode kromatografi gas spektroskopi massa.

1.4

Manfaat Penelitian
a. Penelitian ini diharapkan menjadi sumber informasi kepada peneliti dan
masyarakat mengenai minyak atsiri dari bunga rosela (Hibiscus
sabdariffa Linn)
b. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai masukan dan bahan
pembanding serta dijadikan dasar pemikiran dalam melaksanakan
penelitian selanjutnya.

1.5

Kerangka Pemikiran
Minyak atsiri adalah zat berbau yang terkandung dalam tanaman. Minyak

ini disebut juga minyak menguap, minyak eteris, atau minyak esensial karena
pada suhu biasa (suhu kamar) mudah menguap di udara terbuka. Minyak atsiri
bunga rosela umumnya sering digunakan sebagai bahan untuk pembuatan teh
obat.
Kromatografi gas spektroskopi massa merupakan metode yang dinamis
untuk pemisahan dan deteksi senyawa-senyawa yang mudah menguap dalam
suatu campuran, dan juga untuk melakukan identifikasi senyawa yang diteliti.
Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui
komponen kimia yang terkandung dalam minyak atsiri bunga rosela (Hibiscus
sabdariffa Linn) dengan kromatografi gas spektroskopi massa.

1.6 Metode penelitian


Metode penelitian yang dilakukan melalui eksperimen yang dimulai
dengan :
1. Determinasi dan pengumpulan bahan

2. Pengolahan bahan
3. Isolasi minyak atsiri dengan menggunakan metode cara destilasi uap dan
air
4. Analisis minyak atsiri bunga rosela dengan kromatografi gas spektroskopi
massa.

1.7 Waktu dan Tempat penelitian


Penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai dengan Juni 2013 di
Laboratorium Farmasi STIKes Bakti Tunas Husada dan Laboratorium Pusat
Poltekkes Departemen Kesehatan Bandung.

1.8 Tabel Pelaksanaan Jadwal Penelitian

Anda mungkin juga menyukai