Anda di halaman 1dari 43

DEPARTEMEN ANESTESIOLOGI & REANIMASI

FK UNSRI
PALEMBANG

Euthanasia berasal dari kata Yunani


Euthanathos.
Eu berarti baik, tanpa penderitaan dan
thanatos artinya mati.
Euthanasia berarti mati dengan baik tanpa
penderitaan.
Perkembangan euthanasia tidak lepas dari
perkembangan konsep kematian.

Di Indonesia, menurut Kode Etik Kedokteran


Indonesia, istilah euthanasia digunakan dalam tiga
arti yaitu :
1. Berpindahnya kealam baka dengan tenang
dan aman, tanpa penderitaan, untuk yang
beriman dengan menyebut nama Allah dibibir.
2. Ketika hidup berakhir, penderitaan si sakit
yang diringankan dengan memberikan obat
penenang
3. Mengakhiri penderitaan dan hidup seseorang
yang sakit dengan sengaja atas permintaan
pasien sendiri dan keluarganya.

Euthanasia dapat dibedakan dalam tiga


macam yaitu :
1. Euthanasia aktif.
2. Euthanasia pasif, dan
3. Auto euthanasia.

Euthanasia aktif adalah tindakan yang secara sengaja


dilakukan dokter atau tenaga kesehatan lain untuk
memperpendek atau mengakhiri hidup pasien.
Euthanasia pasif adalah keadaan dimana dokter atau
tenaga kesehatan lain secara sengaja tidak lagi
memberikan bantuan medis yang dapat memperpanjang
hidup pasien.
Auto euthanasia adalah keadaan dimana seorang pasien
dengan sadar dan tegas menolak menerima perawatan
medis dan ia mengetahui hal itu akan memperpendek atau
mengakhiri hidupnya, dengan penolakan itu ia membuat
suatu pernyataan tertulis tangan.

Auto euthanasia pada dasarnya adalah euthanasia pasif


atas permintaan.

Masalah euthanasia menimbulkan pro dan kontra.


Yang tidak menyetujui tindakan euthanasia berpendapat
bahwa euthanasia adalah suatu pembunuhan terselubung,
oleh karena itu tindakan ini bertentangan dengan kehendak
Tuhan.
Kelompok yang menyetujui mengatakan bahwa tindakan ini
atas persetujuan pasien dan bertujuan untuk meringankan
penderitaan pasien, adanya perasaan kasihan terhadap
mereka yang sakit berat dan secara medis tidak mempunyai
harapan untuk pulih, serta adanya perasaan hormat
terhadap manusia dengan adanya suatu pilihan yang bebas
sebagai hak asasi manusia.

Pengertian Mati
Dalam keadaan pasien yang tidak sadar, tentu
tidak mungkin mendapatkan persetujuan dari
pasiennya dan paling tidak dokter akan meminta
persetujuan keluarganya, sehingga timbul
pertanyaan.
kapan pasien dianggap sudah meninggal ?
Kapan semua bantuan medis dihentikan ?

Beberapa istilah Mati yaitu :


1.
2.
3.
4.

Mati klinis (clinical death)


Mati serebral (cerebral death, cortical death)
Biological death (panorganic death), dan
Social death.

Clinical death adalah keadaan henti nafas/tidak ada


pernafasan spontan dan henti jantung dengan menghentikan
seluruh aktivitas serebral tapi bersifat tidak ireversibel.
Cerebral death adalah kerusakan ireversibel dari serebrum,
terutama neokorteks dan struktur supratentorial lainnya, akan
tetapi medulla tetap baik.
Brain death adalah kematian serebral yang disertai nekrosis
keseluruhan otak termasuk serebelum, mid brain dan batang
otak.
Biological death (pamorganic death) adalah suatu keadaan
kematian yang tidak dapat dielakkan setelah suatu kematian
klinis bila tidak dilakukan resusitasi jantung-paru-otak atau
bila usaha resusitasi telah menyerah.

Biological death adalah proses autolitik pada


semua jaringan yang dimulai dari sel neuron yang
menjadi nekrotik dalam waktu satu jam tanpa
adanya sirkulasi, diikuti dengan jantung, ginjal,
paru, dan liver yang menjadi nekrotik dalam
waktu dua jam setelah tidak adanya sirkulasi dan
terakhir kulit yang menjadi nekrotik dalam
beberapa jam atau hari.

Social death adalah suatu PVS (persistent


vegetative state) yang menunjukkan kerusakan
otak ireversibel yang berat pada pasien yang
tidak sadar dan tidak responsif akan tetapi
masih ada aktivitas EEG, beberapa refleks, dan
mampu untuk bernafas spontan.

Kriteria brain death yang digunakan di


University of Pittsburgh yang dipakai sejak
tahun 1968 adalah
1. Tidak adanya aktivitas serebral dan batang
otak yang dilakukan dua kali pemeriksaan
klinis yang dilakukan selang dua jam, tanpa
ada obat depresi SSP, relaksan atau hipotermi
dan
2. EEG menunjukkan isoelektrik dengan stimuli
auditori paling sedikit 30 menit.

Pasal 344 KUHP : Barang siapa menghilangkan jiwa orang


lain atas permintaan orang itu sendiri, yang disebutnya
dengan nyata dan dengan sungguh-sungguh dihukum
penjara selama-lamanya duabelas tahun.
Pasal 345 KUHP : Barang siapa dengan sengaja
membujuk orang lain untuk membunuh diri, menolongnya
dalam perbuatan itu, atau memberikan daya upaya itu jadi
bunuh diri, dihukum penjara selama-lamanya empat tahun.
Pasal 338 KUHP : Barang siapa dengan sengaja
menghilangkan jiwa orang lain, karena pembunuhan biasa
dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya
limabelas tahun.

Pasal 340 KUHP : Barang siapa dengan sengaja


dan direncanakan lebih dulu menghilangkan jiwa
orang lain, dihukum, karena pembunuhan
direncanakan (moord) dengan hukuman mati
atau penjara selama-lamanya seumur hidup atau
penjara sementara selama-lamanya duapuluh
tahun.
Pasal 359 KUHP : Barang siapa karena
salahnya menyebabkan matinya orang dihukum
penjara selama-lamanya lima tahun atau
kurungan selama-lamanya satu tahun.

Melihat pasal-pasal dalam KUHP euthanasia


aktif atau pasif dilarang di Indonesia, Akan
tetapi kalau berdasarkan pada istilah
penganiayaan dalam KUHP pasal 351
(penganiayaan), apakah pemberian obatobatan yang tidak ada gunanya untuk
kesembuhan pasien, bukan berarti
menganiaya pasien ?

Bahwa hingga saat ini penentuan mati serta


penghentian/penundaan bantuan hidup masih menjadi
masalah yang mengemuka yang dihadapi oleh para
dokter baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit.
Sebagai contoh: bagaimana menyatakan mati klasik, mati
batang otak dan tindak selanjutnya masih belum
dipahami.
Selain itu, bagaimana sikap kita menghadapi pasien yang
sudah tidak ada harapan pulih kembali yang sedang
menunggu ajalnya juga tidak dipahami.

Tahun 1986: diadakan lokakarya tentang pengakhiran


resusitasi jangka panjang. Peserta adalah semua wakil
perhimpunan klinis dibawah naungan IDI, ahli hukum,
sosial dan pemuka agama.
Penyelenggaranya adalah IDI dan PKGDI.
Hasil dari lokakarya ini adalah diperbolehkannya
menghentikan bantuan hidup luar biasa pada pasien ICU
yang sedang menunggu ajal.
Dahulu ini disebut euthanasia pasif tetapi istilah sekarang
yang dipakai with-drawing/with-holding life supports
(penghentian/penundaan bantuan hidup)

Menurut fatwa IDI tahun 1988 dan 1990 :


seseorang yang dinyatakan mati bila :
a. Fungsi spontan pernafasan dan jantung
telah berhenti secara pasti/ireversibel (mati
klasis) atau
b. Telah terbukti MBO.

Mati klasik adalah fungsi spontan pernafasan dan


sirkulasi telah berhenti secara pasti dan dapat
diketahui setelah dicoba melakukan resusitasi
darurat.
Mati klinis adalah henti nafas (tidak ada gerak nafas
spontan) ditambah henti sirkulasi (jantung) total
dengan semua aktivitas otak terhenti, tetapi tidak
ireversibel.
Mati jantung yaitu asistol ventrikular yang membandel
(garis datar pada EKG) selama paling sedikit 30
menit setelah dilakukan resusitasi dan pengobatan
optimal.

MBO adalah matinya batang otak.


Penghentian bantuan hidup (dahulu disebut
euthanasia pasif) adalah menghentikan sebagian
atau semua terapi bantuan hidup yang sudah
terlanjur diberikan.
Penundaan bantuan hidup ( dahulu disebut
euthanasia pasif) adalah tidak memberikan bantuan
hidup untuk kelainan baru yang timbul, sambil tetap
meneruskan terapi yang terlanjur diberikan.

Penghentian bantuan hidup (dahulu disebut


euthanasia pasif) adalah menghentikan sebagian atau
semua terapi bantuan hidup yang sudah terlanjur
diberikan.
Penundaan bantuan hidup ( dahulu disebut euthanasia
pasif) adalah tidak memberikan bantuan hidup untuk
kelainan baru yang timbul, sambil tetap meneruskan
terapi yang terlanjur diberikan.

Seseorang dinyatakan mati jika:


1. Fungsi spontan nafas dan sirkulasi berhenti
secara pasti/ireversibel, atau
2. Telah terbukti terjadi MBO.

Tanda-tanda orang dengan mati klinis atau henti


jantung/nafas, yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Tidak sadar.
Jantung-sirkulasi berhenti, dimana nadi karotis tidak
ada pulsasi.
Pernafasan spontan berhenti (dimana tidak ada nafas
setelah dilakukan pemeriksaan misalnya dengan
kaca/serat/kapas) atau gasping.
Death like appearance
Warna kulit pucat sampai kelabu.
Pupil dilatasi.

Jika pada mayat sudah ditemukan


adanya lebam mayat, dan/atau kaku
mayat maka dapat dikatakan matinya
ireversibel.

Upaya resusitasi dilakukan pada keadaan


mati klinis yaitu bila denyut nadi besar
(sirkulasi) dan nafas berhenti tetapi
diragukan apakah kedua fungsi spontan
jantung dan pernafasan telah berhenti
secara pasti/ireversibel. Sebagai misal :

1. Infark jantung kecil, yang mengakibatkan


kematian listrik.
2. Serangan Adams-Stokes.
3. Hipoksia akut.
4. Keracunan dan kelebihan dosis obat-obatan.
5. Sengatan listrik.
6. Refleks vagal.
7. Tenggelam dan kecelakaan-kecelakaan lain
yang masih memberi peluang untuk hidup.

Resusitasi tidak dilakukan pada :


Pasien dengan kriteria do not resuscitate (DNR) atau
semua tindakan kecuali RJP : untuk pasien-pasien dengan
fungsi otak yang tetap ada atau dengan harapan pemulihan
otak, yang mengalami kegagalan jantung paru atau organ
multipel yang lain atau dalam tingkat akhir penyakit yang
tidak dapat disembuhkan, misal karsinomatosis lanjut.
Semua yang mungkin dilakukan untuk kenyamanan
pasien. Perpanjangan hidup tidak dilakukan setelah henti
jantung. Bila ini terjadi RJP tidak dilakukan dan pasien
dibiarkan meninggal.

Dalam keadaan darurat, resusitasi dapat diakhiri


bila ada salah satudari berikut ini :
1.
2.

3.
4.

Telah timbul kembali sirkulasi dan ventilasi spontan


yang efektif.
Upaya resusitasi telah diambil alih oleh orang lain yang
lebih kompeten dan bertanggung jawab meneruskan
resusitasi (bila tidak ada dokter).
Seseorang dokter mengambil alih tanggung jawab (bila
tidak ada dokter sebelumnya).
Penolong terlalu lelah, sehingga tidak sanggup
melanjutkan resusitasi.

5.
6.

Pasien dinyatakan mati.


Diketahui kemudian, bahwa sesudah dimulai
resusitasi, pasien ternyata berada dalam stadium
terminal suatu penyakit yang tidak dapat disembuhkan
lagi: atau hampir dapat dipastikan bahwa pasien tidak
akan memperoleh kembali fungsi serebralnya, yaitu
sesudah 0,5 1 jam, terbukti tidak ada nadi pada
normotermia tanpa resusitasi jantung paru.

Resusitasi jangka panjang diakhiri pada


salah satu berikut ini :
1. Mati batang otak.
2. Stadium terminal penyakit yang sudah tidak
dapat dsembuhkan lagi misalnya mati sosial.

Keputusan mati batang otak adalah keputusan medis,


sehingga yang berwenanguntuk memutuskan adalah
tenaga medis. Tenaga medis yang dimaksud terdiri dari
3(tiga) orang dokter yang kompeten (dimana salah satunya
spesialis anestesiologi/intensivis, dan 2(dua) orang dokter
lain. Keputusan ini dibuat dengan berita acara pengujian
dan pengambilan keputusan.
Bahwa sebelum melakukan prosedur pengujian tidak
adanya refleks batang otak, dokter wajib menjelaskan
keadaan pasien, yang mencakup pengertian mati batang
otak, dan tindak lanjutnya kepada keluarga pasien (bila
ada).

Tanda-tanda fungsi batang otak yang menghilang


adalah :

Koma
Tidak adanya sikap tubuh yang abnormal (seperti
dekortikasi, atau deserebrasi)
Tidak adanya sentakan epileptik
Tidak adanya refleks-refleks batang otak
Tidak adanya nafas spontan

Syarat dan prosedur pengujian MBO adalah sbb:


1.

2.

3.

Menyakini bahwa telah terdapat prakondisi tertentu


yaitu koma dan apnea serta penyebabnya adalah
kerusakan otak struktural yang tak dapat diperbaiki
lagi, yang disebabkan oleh gangguan yang dapat
menuju ke MBO.
Menyingkirkan penyebab koma dan henti nafas yang
reversibel (obat-obatan, intoksikasi, kelainan elektrolit,
metabolik dan endokrin).
Memastikan arefleksia batang otak dan henti nafas
yang menetap.

Refleks batang otak, yaitu :


1.
2.
3.
4.

5.

Tidak adanya respons terhadap cahaya.


Tidak adanya refleks kornea.
Tidak adanya refleks vestibulo-okular.
Tidak adanya respons motor dalam distribusi saraf
kranial terhadap rangsangan adekuat pada area
somatik.
Tidak ada refleks muntah (gag refleks) atau refleks
batuk terhadap rangsangan oleh kateter isap yang
dimasukkan kedalam trakea.

Beberapa kesukaran dalam diagnosis MBO


HASIL PEMERIKSAAN

KEMUNGKINAN KAUSA

Pupil terfiksasi

Obat anti kolinergik


Obat pelumpuh otot
Penyakit sebelumnya

Refleks okulo-vestibular negative

Obat ototoksik
Obat penekan vestibular
Penyakit sebelumnya

Tidak ada nafas

Henti nafas pasca hiperventilasi


Obat pelumpuh otot

Tidak ada aktivitas motor

Obat pelumpuh otot


Locked in state
Obat sedative

EEG: iso-elektrik

Obat sedative
Anoksia
Hipotermia
Ensefalitis
Trauma

Tes perlu diulang untuk mencegah


kesalahan pengamatan dan perubahan
tanda-tanda. Interval waktu berkisar antara
25-60 menit bagi RS yang berkepentingan
dengan transplantasi; bagi RS lain maksimal
24 jam. Bila hasil tes ulang tetap negatif,
pasien dinyatakan mati/meninggal meskipun
jantung masih berdenyut.

Khusus pada penentuan MBO untuk


kepentingan transplantasi, tes dilakukan
setidaknya 3 (tiga) orang dokter yang
kompeten, dimana salah satunya adalah
spesialis anestesiologi atau intensivis, dan dua
dokter lain. Tiga dokter tersebut harus tidak ada
sangkut paut dengan tindakan transplantasi.
Pasien mati ketika batang otak dinyatakan mati,
bukan saat mayat dilepaskan dari ventilator dan
jantung berhenti berdenyut, maka segera
konsultasikan dengan tim transplantasi.

Namun perlu diingat, biasanya


penyebab kematian adalah penyakit
utama pasien, bukan penarikan
kembali atau penolakan tindakan
bantuan kehidupan.

Penarikan kembali bantuan berarti menghentikan


terapi yang sudah terlanjur diberikan. Pendukungnya
mungkin merasa lebih nyaman dengan menarik
kembali terapi/bantuan hidup dari pada hanya
menolak terapi baru, karena terapi tersebut, telah
terbukti tidak bermanfaat bagi pasien. Mereka
meyakini penarikan kembali terapi mengakibatkan
penyakit utama dapat mengalahkan pasien.

Setelah mesin dimatikan, dicoba untuk


mengembalikan nafas spontan pasien. Bila
upaya ini gagal, terapi ventilator tidak lagi
diberikan dan pasien dibiarkan mati. Bila
secara tak terduga pasien dapat bernafas
spontan adekuat lagi, maka upaya
menyelamatkan pasien dilanjutkan kembali.

Kriteria Penghentian/penundaan bantuan hidup


1.
2.

Kelainan/penyakit ireversible.
Prognosis yang buruk dalam aspek medis dan kualitas
hidup.

Tindakan luar biasa untuk bantuan hidup


Tindakan luar biasa untuk bantuan hidup mencakup :
1. Rawat di ICU
2. RJP
3. Pengendalian distrimia
4. Intubasi trakeal
5. Ventilasi mekanis
6. Obat vasoaktif kuat
7. Nutrisi parenteral total
8. Antibiotika
9. Makanan lewat pipa enteral
10. Cairan dasar IV (DSW, NS, RL)

Anda mungkin juga menyukai