Anda di halaman 1dari 75

HIDUNG

I Kadek Agus Sastra


Mahendra
Ngurah Yogi Ayodhya
Prima

Pembimbing:
dr. Novemi Sp. THT

Anatomi Hidung
Hidung
Nasus Ekternus
Dorsum nasi, apeks nasi, radiks nasi,
ala nasi dan vestibulum nasi
Nasus Internus
Rongga hidung dan septum nasi
Sinus Paranasalis
Sinus maksila, sinus frontal, sinus (selsel) etmoid, sinus sfenoid

HIDUNG LUAR ( NASUS


EKTERNUS)

radiks nasi,
(pangkal hidung)

dorsum
nasi,

(batang hidung)

apeks nasi,
(ujung hidung)

ala nasi.
(sayap hidung)

KERANGKA HIDUNG
Tulang
Os nasalis
Pros Frontalis os
Maxillaris
Tulang Rawan
Kartilago lateral
hidung
Kartilago alaris
mayor
1. kaki lateral
2. kaki medial
Kartilago alaris
minor

Dorsum Nasi
Batang hidung (dorsum nasi) terdiri atas:
1.Bagian yang keras (kranial):
o Os nasalis kanan/kiri, pros. Frontalis osis maksila

2.Bagian yang lunak (kaudal):


Kartilago lateralis dan kartilago alaris

Pada kartilago alaris kulit dihubungkan dengan


perikondrium oleh jaringan ikat yang keras
(juga dalam vestibulum didapati rambutrambut.

HIDUNG DALAM (Nasus


Internus)
Rongga hidung
Konka nasi inf.(KI)
Konka nasi med.(KM)
Konka nasi sup.(KS)
Septum nasi
(SPT)

Septum Nasi
Septum nasi menopang dorsum nasi dan membagi dua
kavum nasi.
Terdiri atas 2 bagian:
1.Bagian posterior terdiri atas tulang: lamina
perpendikularis os ethmoidalis, vomer
2.Bagian anterior terdiri atas tulang rawan: kartilago
quadrangularis
Di bagian anterior septum nasi terdapat bagian yang
disebut Area little,merupakan anyaman pembuluh darah
yaitu Pleksus Kiesselbach.
Tempat ini mudah terkena trauma dan menyebabkan
epistaksis. Di bagian anterokaudal, septum nasi mudah
di gerakkan.

KERANGKA SEPTUM
NASI

LP

KK

Lamina
Perpendikularis
tulang etmoid
(atas) (LP)

x
KM

Kartilago
kuadrangularis
(anterior) (KK)

KP

Krista maksila dan


palatina
(bawah)(KM,KP)
Kaki medial KAM (x)
Tulang vomer (V)
(Belakang)

LP

KK

KP

KM
10

EA

EP

SfP
SLA

PM

RTERI PADA SEPTUM DAN DINDING RONGGA HIDUNG:

leksus Kiesselbach di area Little anastomose di bagian depan


eptum nasi, letaknya superfisial, mudah epistaxis terbentuk dari beberapa
rteri penting, yaitu :
Etmoidalis Anterior(ea)
Etmoidalis Posterior(EP),
Superior labial artery (SLA)
Sfenopalatina(SfP), Palatina mayor(PM).
11

Kavum Nasi
Batas-batasnya:
Medial
: septum nasi
Lateral
: konka superior, medius, inferior meatus
superior, medius, inferior
Anterior
: introitus kavum nasi, disebut nares
Posterior : koane
Superior : lamina kribrosa
Inferior
: palatum durum
Semua dilapisi oleh mukosa.
Mukosa pada septum didapati lebih anterior dari pada di
konka inferior.
Mukosa dekat atap kavum nasi (medial dan lateral)
mengandung serabut-serabut N. Olfaktorius.

Rongga Hidung (Kavum


nasi)

Kearah belakang rongga hidung berhubungan


dengan nasofaring melalui sepasang lubang
yang disebut koane berbentuk bulat lonjong
(oval), sedangkan ke arah depan rongga
hidung berhubungan dengan dunia luar
melalui nares.

Konka Nasi
Di dalam kavum nasi terdapat 3 pasang konka nasi, yaitu:
Konka Nasi Inferior
Merupakan konka yang terbesar diantara ketiga konka
nasi. Mukosa yang melapisinya tebal dan mengandung
banyak pleksus
vena, dan membentuk jaringan
kavernosus. Rangka tulangnya melekat pada tulang
palatina, etmoid, maksila, dan lakrimal

Konka Nasi Media


adalah yang kedua setelah konka inferior. Terletak diantara
konka inferior dan konka superior. Mukosa yang melapisinya
sama dengan yang melapisi konka nasi inferior. Rangka
tulangnya merupakan bagian dari tulang etmoid. Kadangkadang didalam konka media terdapat sel sehingga konka
menjadi besar dan menutup meatus nasi media yang di sebut
konka bulosa

.Konka Nasi Superior

merupakan konka yang paling kecil. Mukosa yang


melapisinya jauh lebih tipis dari kedua konka lainnya.
Rangka tulangnya juga merupakan bagian dari tulang
etmoid.
Kadang- kadang didapatkan konka nasi suprema yang merupakan
konka nasi yang ke empat. jika ada , konka suprema ini sangat
kecil dan sebenarnya merupakan bagian dari konka superior yang
membelah menjadi dua bagian.

Meatus Nasi
Meatus Nasi Inferior
Merupakan celah yang terdapat di bawah konka
inferior. Dekat ujung anteriornya terdapat ostium
(muara)duktus nasolakrimalis. Muara ini
sering kali di lindungi oleh lipatan mukosa yang di
sebut katup dari hasner (plika lakrimalis hasner).
Meatus Nasi Media
Terletak di antara konka inferior dan konka media.
Lubang penghubung sinus paranasal dan kavum
nasi adalah Ostium sinus , yang berfungsi
sebagai ventilasi dan sinus paranasal sebagian
besar terletak di meatus media.
Sinus frontal bermuara di bagian anterior,
sedangkan muara dari sinus maksila terdapat
kira-kira di bagian tengah, tempat muara dari
sinus etmoid anterior

Meatus Nasi
Meatus Nasi Superior terletak di antara konka media dan
konka superior dan merupakan meatus yang terkecil. Di
sinilah bermuara sinus etmoid posterior.
Resesus Sfeno-etmoid terdapat pada dinding lateral
rongga hidung di antara atap rongga hidung dan konka nasi
superior. Disini terdapat muara sinus sfenoid.

SUPLAI SARAF
1. Saraf Penghidu / Pembau
Saraf Cranial I ( N. Olfactorius)

2.Saraf Sensoris
Cabang dari N. Trigeminus (Saraf V), yaitu:
N. Opthalmicus
: N. Ethmoidalis Anterior
N. Maxilaris, melalui ganglion spheno palatina : Cabang
nasalis

3. Saraf Otonom

Berfungsi mengatur Vasokonstriksi / Vasodilatasi &


produksi sekret
Berfungsi mengatur Vasokonstriksi / Vasodilatasi &
produksi sekret
Sympatis : dari Ganglion Cervicalis Superior
:
Spheno
Palatina
Ganglion
Para sympatis
: dari
N. Facialis (Saraf VII)
Ganglion Spheno Palatina

N. Vidianus

Gambar : Suplai Saraf

Epitel Hidung
Di vestibulum : epitel kulit dg vibisae (bulu
rambut hidung) dan kelenjar sebasea
Di limen nasi : eptel peralihan
Di 2/3 bawah kavum nasi : epitel respirasi
(epitel torak berlapis
Semu besilia)
Di 1/3 atas : epitel penghidu (epitel torak
berlapis semu tanpa silia)

Sinus Paranasalis

Sinus Paranasalis
Anterior Group

bermuara pada meatus


nasi medius (KOM)

Sinus Maxillaris
Sinus Frontalis
Sinus Ethmoidalis Anterior

Ostia dari sinus ini didapati dalam meatus medius


Pus dalam meatus medius mengalir ke vestibulum nasi

Posterior Group

bermuara pada meatus


nasi superior

- Sinus Ethmoidalis Posterior


- Sinus Sphenoidalis
Ostia dari sinus ini didapati dalam meatus superior
Pus dalam meatus superior mengalir kedalam faring

RSE

KS

MS

SF
KM

SS

OT

MM

KI

MI

SINUS SFENOID(SS), SINUS FRONTAL(SF),KONKA INFERIOR(KI), KONKA


MEDIUS(KM), KONKA SUPERIOR(KS), MEAT SUPERIOR(MS), MEAT
MEDIUS(MM), MEATUS INFERIOR(MI), OSTIUM TUBA EUST.(OT), RESESUS
SFENO-ETMOID(RSE)

28

Sinus Maksila (SM)

Ost

SM
XX

DS

Terletak di tulang
maksila kanan dan kiri
Sinus paling besar
Atap : dasar orbita(X)
Dinding medial sinus =
Dinding lateral rongga
hidung(XX)
Dasar sinus
(DS)berbatasan dengan
akar gigi geraham atas
Ostium di meatus nasi
medius (di KOM) di atap
sinus.

29

Sinus (sel) Etmoid


(SE)

SE

SE

SS SS

Terdiri banyak sel di


dalam tulang etmod,
dibagi : grup anterior dan
grup posterior
Grup anterior drainase ke
meatus nasi medius di
KOM, Grup posterior ke
meatus nasi superior
Atap berbatasan dengan
fosa kranii anterior,
dinding lateral: lamina
papirasea (dinding
medial orbita)
30

Sinus Frontal (SF)


SF
SF

Pada os frontal (tulang dahi)


Sepasang, kanan dan kiri,
tidak sama besar, kadangkadang hanya tumbuh
sebelah
Ke atas dan belakang
berbatasan dengan fosa kranii
anterior
Ke bawah berbatasan dengan
rongga orbita
Ostium di meatus nasi medius
(di KOM) di lantai sinus.

31

Sinus Sfenoid (SS)

SS

SSS

Di tulang sfenoid,
kanan dan kiri
Ostium di resesus
sfeno-etmoid
Ke atas berbatasan
dengan hipofise
Ke lateral
berbatasan dengan
fosa kranii medius
Ke bawah
berbatasan dengan
nsofaring

32

Rinoskopia anterior
Transiluminasi-Diaphanoscopia
Pemeriksaan dari luar

Rinoskopia posterior

Pemeriksaan Hidung
& Sinus Paranasalis
X-ray
Pungsi percobaan

Biopsi
Pemeriksaan laboratorium
rutin, bakteriologi, serologi,
sitologi

Pemeriksaan dari luar

Pemeriksaan dari luar


Inspeksi
(perhatikan)

Lebar (polip nasi)


Miring (fraktur)
Kerangka dorsum nasi
saddle nose pada
Lues
lorgnet nose pada
abses septum nasi
Luka-luka, warna, ulkus naso-labial,
udem (kulit ujung hidung jadi mengkilap)
Bibir atas

Palpasi,

maserasi akibat sekresi dari sinusitis,


adenoiditis

Palpasi
(perhatikan)

Dorsum nasi
krepitasi, deformitas (tanda fraktur os nasalis)

Ala nasi

sangat sakit pada furunkel vestibulum nasi

Regio frontalis
(SINUS FRONTALIS)

Menekan lantai sinus frontalis,


dengan ibu jari tekan ke arah
medio-superior, dengan tenaga
yang optimal dan simetris
(tenaga kiri=kanan)
Menekan dinding muka sinus
frontalis, dengan ibu jari tekan
ke arah medial dengan tenaga
yang optimal dan simetris,
pada tempat yang simetris dan
tidak boleh pada foramen
supra orbitalis sebab disana
ada N. Supraorbitalis.

Fosa kanina
(SINUS MAKSILARIS)

syarat-syarat seperti di atas,


tetapi jangan tekan pada
foramen infra-orbitalis sebab
ada N. Infra orbitalis.

Nilai:

Mempunyai nilai
bila ada
perbedaan reaksi,
sinus yang lebih
sakit ialah sinus
yang patologis.

Perkusi
Bila palpasi menimbulkan
rekasi yang hebat maka dapat
diganti dengan perkusi
Syarat-syarat buat palpasi
juga berlaku buat perkusi

Rinoskopia Anterior

Rinoskopia Anterior
Alat - Alat
a. Spekulum hidung
Hartmann
b. Pinset (angulair) bayonet
(lucae)
c. Aplikator
d. Pipa penghisap
e. Kaca rinoskopi posterior

Cara pemakaian spekulum


Memegang spekulum dengan tangan kiri posisi
spekulum horisontal, tangkai lateral, mulutnya medial
(masuk dalam lubang hidung)
Memasukkan spekulum
Mulut spekulum dalam keadaan
tertutup,
masukkan
kedalam
kavum nasi dan mulut spekulum
dibuka pelan-pelan
Mengeluarkan spekulum
Mulut spekulum ditutup 90%,
baru dikeluarkan jika ditutup
100%, maka mungkin ada bulu
rambut yang terepit dan ikut
tercabut keluar.

Tahap- tahap pemeriksaan

Memeriksa
Memeriksa
Memeriksa
Memeriksa
Memeriksa

vestibulum nasi
kavum nasi bagian bawah
fenomena palatum mole
kavum nasi bagian atas
septum nasi

Memeriksa vestibulum nasi


Pemeriksaan pendahuluan, perhatikan:
ibir atas: maserasi, ( terutama pada anak)
Pinggir-pinggir lubang hidung: kruste, merah.
Posisi septum nasi: dorong ujung hidung ke atas
dengan ibu jari dokter.
Pemeriksaan dengan spekulum
Bagian vestibulum sisi lateral dengan mendorong
spekulum
ke
lateral,
sisi
medial
dengan
mendorongnya ke medial, sisi superior dengan
mendorongnya ke atas dan sisi inferior dengan
mendorongnya ke bawah.
Perhatikan: apakah ada sekret, krusta, bisul-bisul,
raghaden.

Memeriksa kavum nasi bagian bawah


Arahkan cahaya lampu ke
kavum nasi sehingga sejajar
dengan konka inferior

(perhatikan)

Warna mukosa dan konka inferior


hiperema,biru
Besarnya lumen kavum nasi
lantai kavum nasi
septum deviasi, bentuk krista
atau spina

Fenomena Palatum mole


Rinoskopi Anterior lihat dasar kavum
nasi ucapkan iiii palatum mole
bergerak keatas dinding posterior
(nasofaring) tertutup tampak gelap
Fenomena Palatum Mole positif
(normal)
Fenomena palatum molle negatif pada:
- parese palatum mole
- masa di naso faring: adenoid, tumor

Memeriksa kavum nasi bagian atas


Arahkan cahaya lampu ke kavum nasi
bagian atas ( kepala ditengadahkan)
Perhatikan:

Kaput dari konka media


Meatus medius: pus, polip
Septum bagian atas: mukosa, posisi (deviasi
sampai menekan konka media)
Fissura olfaktoria

Memeriksa septum nasi (seluruhnya)


- Septum deviasi berbentuk spina septi, krista
septi, huruf S.

Rinoskopi Anterior

46

47

RINOSKOPIA POSTERIOR

RINOSKOPIA POSTERIOR
Ide pemeriksaan:
Menyinari koane dan dinding-dinding nasofaring dengan
cahaya yang dipantulkan oleh suatu cermin yang
ditempatkan dalam nasofaring.
Syarat yang harus di penuhi:
Harus ada tempat yang cukup luas buat menempatkan
kaca. untuk itu maka lidah tetap di dalam mulut dan
ditekan kebawah dengan spatula.
Harus ada jalan yang lebar antara uvula dan faring, agar
cahaya yang dipantulkan oleh cermin, dapat masuk
kedalam nasofaring.
Untuk keperluan ini penderita harus bernapas dari hidung,
sehingga palatum mole akan bergerak ke arah bawah,
untuk memberi jalan kepada udara yang dari kavum nasi ke
paru-paru dan sebaliknya.

Alat-alat:
Cermin yang kecil, spatula penekan lidah, lampu spiritus
Solusio tetrakain ( - efedrin) 1%.

Rinoskopi Posterior (RP)


Melihat bagian belakang
rongga hidung dan
nasofaring melalui
cermin kecil.
Cermin kecil bertangkai
diletakkan di orofaring
dengan permukaan
menghadap ke atas,
sinar lampu kepala di
arahkan ke cermin, posisi
diubah-ubah.
Dilihat dinding
nasofaring, tuba
Eustakhius, torus
tubarius dan koanal

50

51

Teknik :
Pada penderita yang sangat sensitif pemeriksaan
baru dapat dimulai 5 menit setelah ke dalam faring
diberikan tetrakain 1% (3-4x). Spatula dipegang
dengan tangan kiri, cermin dengan tangan kanan.
Pegang cermin dengan tangan kanan
Punggung cermin di panasi pada lampu spiritus
temperatur cermin dicek dengan menyentuhkan
pada punggung tangan kiri (panasnya harus
lebih sedikit dari 370C). Tangkai cermin
dipegang seperti memegang pensil dan cermin
diarahkan ke atas.
Mulut dibuka lebar-lebar
Lidah di tarik ke dalam mulut, tak boleh
digerakkan dan tak boleh dikeraskan. Penderita
disuruh bernapas dari hidung.

Ujung spatula di letakkan pada punggung lidah, di


muka uvula. Lidah di tekan ke bawah, hingga diperoleh
tempat yang cukup luas untuk menempatkan cermin.
Karena median ada uvula, maka tempat yang cukup
luas itu lebih cepat di peroleh bila lidah di tekan di
paramedial kanan dari penderita.
Memasukkan cermin ke dalam faring antara faring dan
palatum mole kanan
Cermin disinari.

Tahap-tahap pemeriksaan:
Tahap
dan
Tahap
dan
Tahap
Tahap

1: pemeriksaan septum nasi (margo posterior),koane


tuba kanan
2: pemeriksaan septum nasi (margo posterior),koane
tuba kiri
3: memeriksa atap nasofaring
4: memeriksa kauda konka inferior

Tahap 1:
Memeriksa bagian kanan
Karena cermin letaknya para median, maka
penderita
kelihatan kauda konka media kanan. Lihat
gambar yang ada di dalam cermin.

Putar tangkai cermin ke medial sehingga


kelihatan margo posterior septum nasi di
tengah - tengah cermin. Putar tangkai cermin
ke kanan sehingga kelihatan konka. Konka yang
paling besar ialah kauda dari konka inferior.
Perhatikan kauda konka superior dan meatus
medius. Tangkai cermin di putar terus kekanan.
Kelihatan ostium dan dinding- dinding tuba.

Tahap 2:
Memeriksa bagian kiri

Putar tangkai cermin ke medial, sehingga tampak


margo posterior dari septum nasi (gambar 2.10)
Putar terus tangkai cermin kekiri sehingga tampak
berturut-turut konka media kanan dan tuba kanan.

Tahap 3:
Memeriksa atap
Tangkai cermin mulai di putar kembali ke medial
nasofaring
sehingga pada cermin kelihatan kembali margo
posterior septum nasi.sesudah itu tangkai cermin
di masukkan sedikit atau cermin direndahkan
sedikit.

Tahap 4:
Memeriksa kauda konka
Tangkai
cermin
diredahkan,
atau
cermin
inferior
dinaikkan. Biasanya kauda konka inferior tak
dapat dilihat. Dapat dilihat bila konka inferior
hipertrofi, bentuknya seperti murbei (berdungkuldungkul).

Perhatikan :
Radang : pus pada meatus medius dan meatus
superior adenoiditis, ulkus pada dinding- dinding
nasofaring (tbc)
Tumor : poliposis, karsinoma.

Kesulitan kesulitan:
1. Kesulitan dari pihak dokter:
Menekan lidah, hendaknya lidah ditekan dengan tenaga
yang optimal.
Terlalu kuat
timbul rasa sakit
Kurang kuat
faring tak kelihatan
Hendaknya spatula di tekankan pada tempat yang optimal
Terlalu jauh
refleks muntah
Ujung spatula dapat bergeser bila kepala penderita
bergerak
Hendaknya ujung spatula tetap tinggal di tempat yang
optimal itu
Fiksasi spatula dilaksanakan sebagai berikut :
- Memegang spatula dilaksanakan sebagai berikut:
Ibu jari di bawah
Jari II&III diatas, jari IV di atas dagu
Jari V dibawah dagu
Dagu diapit dengan jari IV dan V.
- Mengadakan koordinasi antara tangan kiri, tangan
kanan, kepala, arah cahaya lampu dan mata yang harus
melihat
gambar di kaca.

2. Kesulitan dari pihak penderita:


Bernapas dari hidung dengan mulut yang terbuka
Reflex yang kuat (berikan tetrakain efedrin)

3. Kesulitan dari pihak alat-alat:

Kaca yang terlalu panas: sakit


Kaca terlalu dingin: kabur
Kaca menyentuh faring: reflex muntah
Spatula dari logam: rasa logam
menimbulkan reflex.

di

lidah

Transluminasi
Dikerjakan dalam kamar gelap
Alat: Lampu listrik 6 volt bertangkai panjang (Heyman)
Cara melakukan:
Sinus frontalis:
- Lampu ditekankan pada lantai sinus frontalis
- Lampu ditekankan ke arah media-superior
- Cahaya yang memancar ke depan, ditutup dengan tangan
kiri
Hasil:
Bila sinus normal, maka di dinding depan akan kelihatan terang

Gambar. Pemeriksaan
Transiluminasi Sinus
Maksillaris

Sinus Maksilaris
Cara 1:
Mulut dibuka lebar-lebar
Lampu ditekankan pada margo inferior orbita ke arah
inferior
cahaya yang memancar ke depan ditutup dengan tangan
kiri

Hasilnya: bila sinus normal maka palatum


durum homo lateral tampak terang.

Cara 2:

Mulut dibuka
Ke dalam mulut dimasukkan lampu yang telah
diselubungi tabung gelas
Mulut ditutup rapat-rapat
Cahaya yang memancar dari mulut dan bibir atas
ditutup dengan tangan kiri

Hasil: Pada sinus maksilaris normal, daerah


dinding depan di bawah orbita terlihat
bayangan terang berbentuk seperti bulan
sabit

Penilaian:

-Pemeriksaan hanya mempunyai nilai bila ada perbedaan


antara kiri dan kanan
-Bila kedua sinus terang, kemungkinannya:
Pada pria
- Sinus normal
Pada wanita
- Sinus Normal/ keduanya berisi cairan(karena
tulang tipis)
Bila sama gelap, kemungkinannya:
- Pada pria
- Sinus normal (karena tulang tebal)

Pungsi Percobaan
Hanya untuk sinus maksilaris, menggunakan alat
pungsi yang disebut troicart dan dilakukan
melalui meatus inferior
Bila keluar nanah atau sekret mukoid, dilanjutkan
dengan tindakan irigasi sinus.

X-Ray
Posisi untuk menilai sinus maksilaris
yang baik ialah posisi water.
Sinus yang gelap berarti sinus yang
patologis. Perhatikan apakah batasbatas sinus (tulang) masih utuh
atau tidak.

Hasil foto rontgen sinusitis tampa


Air fluid level (kadang)
Penebalan dinding mukosa sinus
dengan sclerotic(pada kasus-kasus
kronik
Perselubungan homogen atau tidak
homogen pada satu/lebih sinus
paranasal

Biopsi
Pada sinus maksilaris dapat dilakukan
1. Melalui lubang pungsi pada meatus
inferior
2. Memakai cara Caldwell - Luc

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai