Anda di halaman 1dari 5

Tujuan dari adanya klasifikasi massa batuan adalah sebagai berikut

(Bieniawski, 1989):
1. Mengidentifikasi parameter terpenting yang mempengaruhi perilaku
dari setiap massa batuan.
2. Membagi berbagai massa batuan ke dalam kelas massa batuan yang
sama.
3. Memberikan pengertian dasar tentang karakteristik dari setiap kelas
massa batuan.
4. Menghubungkan pengalaman-pengalaman tentang kondisi batuan pada
suatu lokasi kepada kondisi dan pengalaman yang ditemukan di lokasi
lain.
5. Untuk mendapatkan data kuantitatif dan petunjuk untuk desain
rekayasa.
6. Menyediakan sebuah dasar umum dalam komunikasi di antara
engineer dan geologist.
Klasifikasi geomekanika adalah klasifikasi massa batuan berdasarkan suatu
pembagian daeran perdaerah yang mempunyai karakteristik struktur yang
sama. Batas-batas dari zona tersebut biasanya berupa struktur atau keadaan
geologi yang ada, seperti sesar, distribusi rekahan, kemiringan lapisan atau
batas-batas penggalian.
RMR merupakan hasil total penjumlahan dari pembobotan yang
dilakukan untuk setiap parameternya. Terdapat enam parameter yang
digunakan untuk klasifikasi ini yaitu:
1. Kuat tekan uniaksial
Ada dua cara untuk mendapat kuat tekan batuan utuh yaitu pengujian di
lapangan dengan point load test dan pengujian di laboratorium menggunakan
Uniaxial Compressive Strenght Test (UCS).
a. Point Load Test
Uji Point Load dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kekuatan
batuan secara tidak langsung di lapangan. Dari uji point load
didapat: indeks point load (Is) dan kuat tekan c.

b. Uniaxial Compressive Strength Test


Prinsip yang digunakan pada uji ini adalah mengetahui kekuatan
batuan setelah memperoleh gaya dari satu arah (uniaxial). Akibat
dari tekanan
2. Rock Quality Designation (RQD)
Rock Quality Designation (RQD) dikembangkan oleh Deere dan kawan
kawan (1967) merupakan suatu cara yang sederhana dan murah untuk
menilai kualitas inti bor batuan. RQD diperoleh dengan cara menghitung
presentase inti bor yang lebih panjang atau sama dengan 10 cm, kemudian
dibagi panjang keseluruhan inti bor.
Palmston, 1982 ( dalam Bienawski, 1989 ) mengusulkan jika tidak
tersedia inti bor, maka RQD dapat dihitung atau diperkirakan dari jumlah kekar
kekar (joints) yang ada, misalnya kekar untuk masing-masing set kekar
dijumlahkan
Sedangkan Priest dan Hudson (1976) mengusulkan agar RQD
ditentukan berdasarkan frekuensi kekar dengan persamaan :
RQD = 100 e

-0,1

(0,1 + 1)

Dengan : = N/L = frekuensi kekar


N = Jumlah kekar
L = panjang scanline (cm)
3. Spasi Diskontinuitas.
Spasi ketidak menerusan kekar adalah jarak tegak lurus antara bidang
bidang ketidak menerusan. Spasi kekar dihitung dengan cara pengukuran rata
rata, yaitu dengan membagi jarak pengukuran tertentu dengan jumlah kekar
yang ada. Pegukuran rata-rata cocok digunakan untuk kondisi spasi kekar yang
hampir sama.
4. Kondisi Diskontinuitas
Pembobotan parameter ditentukan berdasarkan pengamatan terhadap
kondisi ketidakmenerusan pada lubang bukaan yang meliputi:
1. Panjang Ketidak menerusan
Panjang ketidakmenerusan mempengaruhi kelakuan massa
batuan. Panjang ketidakmenerusan dalam pembuatan lubang bukaan
dinyatakan sebagai menerus jika panjangnya lebih besar daripada
dimensi lubang bukaan

2. Pemisahan
Pemisahan atau jarak antara permukaan ketidakmenerusan
mempengaruhi sifat permukaan yang saling berhadapan. Jika jarak
antara permukaan kecil, kekerasan dinding batuan cenderung akan lebih
mengikat dan material pengisi maupun batuan memberi dukungan
terhadap kuat geser ketidakmenerusan.
3. Kekerasan
Kekerasan merupakan factor peringkat kuat geser permukaan
ketidakmenerusan. Jika permukaan bersih dan rapat dapat mencegah
terjadinya geseran dipermukaan kekar. Kekerasan dibagi dalam lima
kelas yaitu sangat kasar, kasar, agak kasar, halus dan licin.
4. Material Pengisi
Untuk

pengukuran

material

pengisi

dilakukan

dengan

memperhatikan ketebalannya. Semakin tebal material pengisi, maka


pergeseran antar permukaan rekahan dari kekar semakin sulit, selain itu
sifat isian seperti permeabilitas, perilaku deformasi, dan hubungan
antara material pengisi juga mempengaruhi kuat geser permukaan
kekar.
5. Pelapukan Batuan
Tingkat pelapukan batuan dapat diketahui dengan mengamati
ciri-ciri pelapukan, yaitu sebagai berikut:
1) Tidak lapuk/segar
Batuan segar dan kristal-kristalnya jelas.
2) Pelapukan ringan
Terlihat lunturan atau noda disekitar ketidakmenerusan yang biasa
disebabkan oleh pengisian material tipis hasil alterasi.
3) Pelapukan sedang
Perubahan warna mencapai bagian yang lebih luas. Rekahan pada
kekar bernoda dan atau berisi bahan hasil proses pelapukan.

4) Sangat lapuk

Pelapukan mencapai semua bagian-bagian massa batuan dan


batuannya mudah pecah dan tidak mengkilap. Semua material
selain kuarsa telah berubah warna. Batuan dapat dipecahkan atau
ditoreh dengan palu geologi.
5) Pelapukan sempurna
Batuan secara keseluruhan sudah berubah warna dan telah
mengalami dekomposisi dengan kenampakan luarnya seperti
tanah serta rapuh, hanya tinggal sedikit kristalnya.
5. Orientasi Diskontinuitas
6. Kondisi Air Tanah
Air tanah merupakan salah satu parameter penting yang harus diamati,
karena air tanah secara langsung akan mempengaruhi bobot massa batuan.
Kondisi air tanah diperoleh dengan cara mengamati kondisi umum kandungan
air tanahnya yang dapat dinyatakan sebagai kering, lembab, basah, menetes,
Danmengalir.
Pembobotan dan Klasifikasi Geomekanika Massa Batuan.
Untuk memperoleh gambaran awal mengenai kondisi batuan dengan
RMR system, berikut adalah langkah langkah yang harus ditempuh:
1. Menghitung nilai bobot total batuan dari 5 parameter awal sehingga
diperoleh nilai RMR dasar.
2. Memberikan penilaian dan pembobotan dari kedudukan sumbu
terowongan terhadap jurus dan kemiringan dari bidang bidang
diskontinu.
3. Menentukan nilai RMR terkoreksi dengan cara menjumlahkan bobot
RMR dari langkah dan bobot dari langkah kedua.
4. Memasukan pengaruh peledakan, keberadaan sesar mayor, tegangan
insitu serta perubahan untuk mendapatkan nilai RMR termodifikasi.
5. Menentukan rekomendasi penyangga dari nilai RMR termodifikasi.
A.

Parameter Klasifikasi dan Pembobotannya


PARAMETER
Index
kekuatan

SELANG NILAI
Untuk nilai yang

kecil dipakai hasil

Kekuatan
1

Point Load

> 10 Mpa

Utuh
Batuan

2 - 4 Mpa
4100
- 10- 250
Mpa

1 - 2 Mpa

50 - 100

Uniaksial

Pembobotan

> 250
15Mpa

RQD
Pembobotan
Spasi Rekahan
3

Pembobotan

Kondisi Rekahan
4

Pembobotan

Air
5

Tanah

Aliran/10
m panjang
terowongan
Tekanan
Pori
tegangan
utama max
Keadaan
Umum

Pembobotan

UCS
525
Mpa
2

1-5

<1

Mpa

Mpa

7
Mpa
50 - 75 %

25 - 50
4 Mpa

90 - 100 %

12
Mpa
75 - 90 %

25 - 50 %

< 25 %

20

17

13

>2m

0,6 - 2 m

0,2 -0,6 m

600 - 200 mm

< 60 mm

20

15

10

Permukaan
sangat
kasar, tak
menerus,
tidak
renggang,

Agak kasar,
renggangan <
1 mm agak
lapuk

Agak
kasar,
renggangan
< 1 mm
sangat

Slickenside/gouge
<5
mm/renggangan 1
- 5 mm menerus

Gouge lemah, tebal


> 5 mm atau
renggangan 5 mm
menerus

tidak
rapuh
30

lapuk
25

20

Tidak ada

< 10 l/menit

10 - 25
l/menit

25 - 125 l/menit

> 125 l/menit

0,0 1

0,1 - 0,2

0,2 - 0,5

> 0,5

Kering

Lembab

Basah

Menetes

Mengalir

15

10

10

(sumber: Z. T. Bieniawski, 1989)

Tabel 3. 10 Penentuan Kelas Massa Batuan


B.

Kelas Massa Batuan Dari Pembobotan Total


Pembobotan
100 - 81
80 61
Nomor Kelas
I
II
Sangat
Baik
Pemerian
baik
C. Arti Daripada Kelas Batuan
Nomor Kelas
I
II
10 tahun
6 bulan
Stand Up Time
untuk span untuk span
Rata-rata
15 m
8m
300 - 400
Kohesi
> 400 Kpa
Kpa
Sudut Geser Dalam
> 45
35 45
(')
(sumber: Z. T. Bieniawski, 1989)

60 - 41
III

40 - 21
IV

Sedang

Jelek

Sangat Jelek

III
1 minggu
untuk span
5m
200 - 300
Kpa

IV

10 jam untuk
span 2,5 m

30 menit untuk
span 1 m

25 - 35

100 - 200 Kpa


15 - 25

< 21
V

< 100 Kpa


< 15

Anda mungkin juga menyukai