Lebih sering terjadi pada keadaan delirium (penyakit organik) biasanya sering
muncul bersamaan dengan penurunan kesadaran, menimbulkan rasa takut akibat
gambaran-gambaranyang mengerikan.
c. Halusinasi penciuman
Halusinasi ini biasanya berupa mencium bau sesuatu bau tertentu dan
dirasakan tidak enak, melambangkan rasa bersalah pada penderita. Bau dilambangkan
sebagai pengalaman yang dianggap penderita sebagai suatu kombinasi moral.
d. Halusinasi pengecapan
Walaupun jarang terjadi, biasanya bersamaan dengan halusinasi penghidung,
penderita merasa mengecap sesuatu.
e. Halusinasi perabaan
Merasa diraba, disentuh, ditiup atau seperti ada ulat yang bergerak dibawah
kulit terutama pada keadaan delirium toksis dan skizofrenia.
3. Fase-fase Halusinasi
a. Fase 1
Klien merasa banyak masalah, ingin menghindar dari lingkungan, takut
diketahui orang lain bahwa dirinya banyak masalah. Masalah makin terasa sulit
karena berbagai stressor terakumulasi, misalnya kekasih hamil, terlibat narkoba,
dihianati kekasih, masalah di kampus, penyakit, hutang, dll. Masalah terasa menekan
karena terakumulasi sedangkan support system kurang dan persepsi terhadap masalah
sangat buruk. Sulit tidur berlangsungnya terus-menerus sehingga terbiasa
mengkhayal.
b. Fase 2
Pasien mengalami emosi yang berlanjut seperti adanya perasaan cemas,
kesepian, perasaan berdosa, ketakutan dan mencoba memusatkan fikiran pda
timbulnya kecemasan. Ia beranggapan bahwa pengalaman pikiran dan sensorinya
dapat ia kontrol bila kecemasannya diatur, dalam tahap ini ada kecenderungan klien
merasa nyaman dengan halusinasinya.
c. Fase 3
Pengalaman sensori klien menjadi sering datang dan mengalami bias. Klien
mulai merasa tidak mampu lagi mengontrol dan mulai berupaya menjaga jarak antara
dirinya dengan objek yang dipersepsikan klien mulai menarik diri dari orang lain
dengan intensitas waktu yang lama.
d. Fase 4
Klien mencoba melawan suara-suara atau sensori abdonrmal yang datang,
Klien dapat merasakan kesepian bila halusinasinya berakhir. Dari sinilah dimulai fase
psychotic.
e. Fase 5
Pengalaman sensorinya terganggu, klien mulai merasa terancam dengan
datangnya suara-suara terutama bila klien tidak dapat menuruti ancaman atau perintah
yang ia dengar dari halusinasinya. Halusinasi dapat berlangsung selama minimal 4
jam atau seharian bila klien tidak mendapat komunikasi terapeutik. Terjadi gangguan
psikotik berat.
TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK
A. DEFINISI
Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok pasien
bersama-sama dengan jalan diskusi satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan oleh
terapis yang telah terlatih (Pedoman rehabilitasi pasien mental rumah sakit jiwa di
indonesia dalam Yosep, 2007).
Sedangkan untuk jumlah peserta yaitu minumum 4 orang dan maksimum 10
orang. Kriteria untuk menjadi peserta TAK adalah: sudah punya diagnosa yang jelas,
tidak terlalu gelisah, tidak agresif (Yosep, 2007).
B. MANFAAT TAK
Terapi aktifitas kelompok mempunya manfaat, yaitu :
1. Umum
a) Menempatkan kemampuan menguji kenyataan melalui komunikasi dan
umpan balik dengan atau dari orang lain
b) Membentuk sosialisasi
c) Meningkatkan fungsi psikologis
d) Membangkitkan motivasi
2. Khusus
a) Meningkatkan identitas diri
Tn. Z
Tn.I
Tn. A
Tn. I
Tn. A
2. Kriteria pasien
D. Pengorganisasian
1. Waktu
a.
b.
c.
d.
Waktu: 25 menit
Tempat: Ruang Kresna
Hari dan tanggal: Jumat/01 desember 2016
Jam: 10.00
2. Tim Terapis:
a. Leader : Prasetyo Yodha. P
Tugasnya:
Menyusun rencana pembuatan proposal
Memimpin jalannya therapi aktifitas kelompok
Merencanakan dan mengontrol therapi aktifitas kelompok
Membuka aktifitas kelompok
Memimpin diskusi dan therapi aktifitas kelompok
Membacakan kontrak waktu
Membacakan tujuan therapi aktivitas kelompok
Membacakan tata tertib
Membacakan aturan main
b. Fasilitator : Maryuni, Dwiyan, Teguh priyadi, Roliyah, Abdul mufti
Tugasnya:
Ikut serta dalam kegiatan kelompok untuk aktif jalannya permainan
Memfasilitasi anggota dalam diskusi kelompok
c.
Tugasnya :
Mengobservasi jalannya therapi aktifitas kelompok mulai dari persiapan,
proses dan penutup.
Mencari serta mengarahkan respon klien
Mencatat semua proses yang terjadi
Memberi umpan balik pada kelompok
Melakukan evaluasi pada therapi aktifitas kelompok
2. Tahap kerja
a.
Terapis menjelaskan pentingnya bercakap-cakap dengan orang lain untuk
mengontrol dan mencegah halusinasi.
b.
terapis meminta tiap klien menyebutkan orang yang biasa dan bisa diajak
bercakap-cakap
c.
terapis meminta klien menyebutkan pokok pembicaraan yang iasa dan bisa
dilakukan
d.
suara ditelinga, saya mau ngobrol saja dengan suster atau suster saya mau
mengobrol tentang kegiatan harian saya.
e.
terapis meminta klien untuk memperagakan percakapan dengan orang
disebelahnya.
f. beri pujian atas keberhasilan klien
g. ulangi langkag e dan f sampai semua klien mendapat giliran bercakap-cakap
3. Terminasi
a. Evaluasi
o Terapis menenyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
o Terapis menenyakan TAK mengontrol halusinasi yang sudah dilatih
o Memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b. Tindak lanjut
Menganjurkan klien menggunakan ke dua cara mengontrol halusinasi yaitu
menghardik dan bercakap-cakap
F. Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khusus nya pada tahap kerja. Aspek
yang dievaluasikan adalah kemempuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Formulir
evaluasi nya adalah sebagai berikut.
N
O
1
2
3
4
Nama klien
Petunjuk :
1. Tulis nama klien yang ikut dalam TAK pada kolom nama klien
2. Untuk tiap nama klien, beri penilailan kemampuan menyebutkan orang yang biasa diajak
bercakap-cakap