Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Sampah selalu timbul menjadi persoalan rumit dalam masyarakat yang
kurang memiliki kepekaan terhadap lingkungan. Ketidakdisiplinan mengenai
kebersihan dapat menciptakan suasana semrawut akibat timbunan sampah.
Begitu banyak kondisi tidak menyenangkan akan muncul. Bau tidak sedap, lalat
berterbangan, dan gangguan berbagai penyakit siap menghadang di depan mata.
Tidak cuma itu, peluang pencemaran lingkungan disertai penurunan kualitas
estetika pun akan menjadi santapan sehari-hari bagi masyarakat.
Tidak bisa dipungkiri jika saat ini masih banyak masyarakat yang
berperilaku buruk tentang sampah. Keberadaan sampah di kehidupan sehari-hari
tak lepas dari tangan manusia yang membuang sampah sembarangan, mereka
menganggap barang yang telah dipakai tidak memiliki kegunaan lagi dan
membuang dengan seenaknya sendiri. Kurangnya kesadaran akan pentingnya
kebersihan menjadi faktor yang paling dominan, di samping itu kepekaan
masyarakat terhadap lingkungan harus dipertanyakan.
Bank dunia dalam laporan yang berjudul "What a waste : A global review
of solid waste management" 2012, mengungkapkan jumlah sampah padat di
kota-kota dunia akan terus naik sebesar 70% mulai tahun 2012 hingga tahun
2025, dari 1,3 miliar ton per tahun menjadi 2,2 miliar ton per tahun 1. Mayoritas
kenaikan terjadi di kota-kota di negara berkembang. Di Indonesia, jumlah
sampah padat yang diproduksi secara nasional mencapai 151.921 ton per hari.
1

Hoornweg dan P. Bhada-Tata, "What a waste : a global review of solid waste management," Urban development series ;
knowledge papers no. 15, Washington D.C. - The Worldbank, 2012

Hal itu berarti, setiap penduduk Indonesia rata-rata membuang sampah padat
sebesar 0,85 kg setiap hari. Data Bank Dunia juga menyebutkan, dari total
sampah yang dihasilkan secara nasional, hanya 42% yang berhasil dikumpulkan.
Sisa terbuang mencemari lingkungan. Volume sampah di Indonesia sekitar 1 juta
meter kubik setiap hari, namun baru 42% di antaranya yang terangkut dan diolah
dengan baik. Jadi, sampah yang tidak diangkut setiap harinya sekitar 348.000
meter titik atau sekitar 300.000 ton.
Berdasarkan data publikasi BPS tentang Survei Perilaku Peduli
Lingkungan Hidup (SPPLH) 2013 terkait cara pembungan sampah, seperti pada
tabel dibawah ini menunjukkan bahwa cara pembuangan sampah yang paling
banyak dilakukan oleh rumah tangga adalah dengan cara dibakar sebesar 69.92%.
Bahkan untuk rumah tangga yang tinggal di daerah perdesaan, persentase rumah
tangga yang membakar sampah mencapai sekitar 87,36 persen2. Angka tersebut
mencerminkan bahwa perilaku masyarakat Indonesia dalam mengelola sampah
masih kurang ramah lingkungan. Pembakaran sampah yang dilakukan mungkin
memang menyelesaikan masalah penumpukan sampah, namun pembakaran
sampah juga akan menimbulkan masalah baru yaitu polusi udara dan
meningkatnya konsentrasi CO2 di atmosfer. Ironisnya dalam penelitian yang
sama sekitar 80,57% responden mengetahui atau sadar bahwa sampah yang
dibakar dapat mencemari udara3.

Tabel 1.1
Persentase Rumah Tangga Menurut Perlakuan Terhadap Sampah dan
Daerah Tempat Tinggal
2

Badan Pusat Statistik. Indikator Perilaku Peduli Lingkungan Hidup 2013 (Hasil Survei Perilaku Peduli Lingkungan Hidup di
33 Ibu Kota). Jakarta: Badan Pusat Statistik, 2013
3

Badan Pusat Statistik. Indikator Perilaku Peduli Lingkungan Hidup 2013

Cara pembuangan Sampah

Perkotaan+Pedesaan

Perdesaan

Perkotaan

Di daur Ulang

1.76%

1.42%

2.11%

Di buat kompos
Di angkut petugas dibuang ke
TPA/TPS
Di jual ke pengumpul barang
bekas
Di timbun/di kubur

5.56%

7.29%

3.80%

27.98%

4.34%

51.90%

26%

26.57%

25.62%

22.92%

30.36%

14.11%

Di bakar

69.92%

87.36%

52.24%

Di buang ke laut/sungai/got

14.61%

17.95%

10.31%

Dibuang sembarangan

19.88%

29.86%

9.76%

Di jadikan makanan ternak

9.78%

12.69%

6.80%

Sumber : SPPLH 2013, Badan Pusat Statistik4

Di dalam publikasi yang sama untuk Propinsi Jawa Barat seperti pada grafik
4.1 di bawah ini menunjukan bahwa 68,5% kebiasaan rumah tangga di JawaBarat
membuang sampah dengan cara dibakar, 31,57% di angkut ke TPS/TPA, 31,37%
dilakukan dengan dijual ke pengumpul barang bekas, 17,92% ditimbun atau di kubur,
16,77% dibuang sembarangan, 14,74% dibuang ke laut/sungai, 10% dijadikan
makanan ternak, 5,96% dibuat kompos dan 1,76% didaur ulang.

Grafik 1.1
Perilaku Rumah Tangga di Propinsi Jawa Barat Terhadap Pembuangan Sampah

Badan Pusat Statistik. Indikator Perilaku Peduli Lingkungan Hidup 2013

Sumber : SPPLH 2013, Badan Pusat Statistik

Menurut laporan Dinas Kesehatan Kota Banjar dalam kegiatan


Enviromental Health Risk Assesment (EHRA) 2012 dengan sampel 4100 rumah
tangga yang tersebar di seluruh kecamatan di Kota Banjar menyimpulkan bahwa
pengelolaan sampah di Kota Banjar 65% dilakukan dengan cara dibakar 5.
Temuan ini sesuai dengan hasil publikasi BPS di atas. Salah satu kecamatan di
Kota Banjar yaitu Kecamatan Pataruman dengan total populasi sebanyak 6.518
yang terdiri dari 3 desa, yaitu Desa Pataruman dengan total populasi sebesar
3.849 jiwa, Desa Mulyasari 1.619 jiwa dan Desa Sinar Tanjung dengan populasi
1.050 jiwa. Berikut adalah grafik pengolahan sampah di tiga desa tersebut
berdasarkan hasil data dari rekapitulasi pendataan sarana sanitasi dasar Tahun
2014, mencatat bahwa:

Dinas Kesehatan Kota Banjar, Enviromental Health Risk Assesment (EHRA). Jawa Barat, 2012

Judul Grafik?
4

Sumber

Rekapitulasi

pendataan

sarana

sanitasi

dasar

2014

Kec.Pataruman

Dari grafik di atas menunjukan bahwa dari ketiga desa di Kecamatan


Pataruman, Desa Sinar Tanjung adalah desa dengan perilaku terhadap pengolaan
sampah yang kurang baik. Hal ini terlihat dari rendahnya kesadaran warga
terhadap pengolahan sampah hanya 35,9% yang MS (Memenuhi Syarat) atau
mengolah dengan cara sampah dipisah, sedangkan 64,1% lainnya TMS (Tidak
Memenuhi Syarat) atau mengolah sampah dengan cara di bakar atau dibuang.
Sementara Desa Pataruman adalah desa dengan tingkat kesadaran yang sudah
tinggi terhadap pengolahan sampah. Hal ini terlihat dari tingginya partisipasi
rumah tangga yang mengolah sampah dengan cara dipisah yaitu 74,3%6.
Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat menimbulkan pencemaran udara
karena pembakaran sampah, pencemaran air akibat pembuangan sampah
sembarangan di kali atau sungai, dan pencemaran tanah akibat menimbun
sampah plastik, makanan, dan kertas yang belum dipilah. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa asap atau gas CO2 yang dihasilkan dari proses pembakaran
6

Rekapitulasi pendataan sarana sanitasi dasar 2014 Kec.Pataruman

sampah tersebut akan menyebabkan semakin bertambahnya konsentrasi CO 2


yang ada di atmosfer, yang pada akhirnya akan menyebabkan meningkatnya
emisi gas rumah kaca di atmosfer sehingga dapat menyebabkan terjadinya
pemanasan global. Sumbernya?
Hal tersebut mengingat bahwa perilaku manusia merupakan penyebab
paling besar terhadap kerusakan lingkungan. Perilaku tersebut kemungkinan
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mempermudah (pengetahuan, sikap) dan
faktor pendukung (ketersedian sarana, peran pemerintah dan tokoh masyarakat) 7.
(Soekidjo N, 2013:15).
Melihat kondisi tersebut penulis melakukan penelitian tentang Analisis
Faktor-Faktor yang mempengaruhi Perilaku Rumah Tangga dalam Pengelolaan
Sampah di Desa Sinar Tanjung Kecamatan Pataruman.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan tingginya angka pengelolaan sampah yang tidak memenuhi
syarat dan dampaknya terhadap lingkungan. Oleh karena hal tersebut maka
rumusan masalah pada penelitian ini adalah Apakah faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku pengelolaan sampah rumah tangga di Desa Sinar
Tanjung Kecamatan Pataruman?

1.3. Tujuan Penelitian


1.3.1
7

Tujuan Umum

Soekidjo Notoatmodjo. Metodologi Peneltian Kesehatan. Jakarta,Rineka Cipta, 2013

Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pengelolaan sampah


rumah tangga di desa Sinar Tanjung kecamatan Pataruman.
1.3.2

Tujuan Khusus
Mengetahui pengaruh pengetahuan terhadap perilaku pengelolaan sampah
rumah tangga
Mengetahui pengaruh sikap terhadap perilaku pengelolaan sampah rumah
tangga
Mengetahui pengaruh ketersedian sarana terhadap perilaku pengelolaan
sampah rumah tangga
Mengetahui pengaruh peran pemerintah dan tokoh masyarakat terhadap
perilaku pengelolaan sampah rumah tangga

1.4.

Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini adalah mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
pengelolaan sampah rumah tangga di Desa Sinar Tanjung Kecamatan Pataruman.
Penelitian ini menggunakan metode yang bersifat analitik dengan desain cross
sectional.

1.5. Manfaat Penelitian


1.5.1 Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan penulis mengenai
cara mendapatkan data dan analisa data, serta penulis dapat mengaplikasikan
ilmu yang didapat, sehingga mengetahui faktor faktor yang berhubungan
dengan perilaku masyarakat dalam membuang sampah rumah tangga.
1.5.2

Bagi Instansi Terkait


Bagi instansi (sebutkan) terkait memberikan masukan yang diharapkan
bermanfaat sebagai bahan pertimbangan dalam usaha meningkatkan
kesadaran masyarakat terkait pengolahan sampah rumah tangga.

1.5.3. Bagi Masyarakat

Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan agar memiliki kesadaran


tentang pentingnya mengelola sampah rumah tangga dengan baik agar
tercipta lingkungan yang bersih dan sehat

Daftar Pustaka ditulis di akhir saja (digabungkan)


DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

Badan Pusat Statistik. Indikator Perilaku Peduli Lingkungan Hidup 2013 (Hasil
Survei Perilaku Peduli Lingkungan Hidup di 33 Ibu Kota). Jakarta: Badan
Pusat Statistik, 2013
Dinas Kesehatan Kota Banjar, Hasil Enviromental Health Risk Assesment (EHRA).
Jawa Barat, 2012
Hoornweg, dan P. Bhada-Tata, P.B. "What a waste : a global review of solid waste
management,", Urban development series ; knowledge papers no. 15,
Washington D.C. - The Worldbank, 2012
Soekidjo Notoatmodjo, S. Metodologi Peneltian Kesehatan. Jakarta: ,Rineka Cipta,
2013

Anda mungkin juga menyukai