kebijakan pemerintah dalam mengambil keputusan di bidang ekonomi, yang mencakup kebijakan sistem pajak, anggaran pemerintah, tenaga kerja, otonomi daerah dalam sebuah perekonomian, dll. Empat paket kebijakan ekonomi pemerintah Republik Indonesia (Data BPS 23 Agustus 2013) yaitu: 1. Memperbaiki nilai tukar Rupiah terhadap Dollar dengan melakukan langkah-langkah sbb: a. Mendorong eksport dan memberikan
keringanan pajak kepada industri yang padat
karya, padat modal, dan 30% hasil produksinya berorientasi eksport. b. Mengurangi konsumsi solar yang berasal dari import c. Menetapkan pajak lebih tinggi dari barangbarang mewah yang dieksport sebesar 150% d. Memperbaiki eksport mineral
2. Menjaga pertumbuhan Ekonomi dengan cara:
a. Menjaga agar tidak devisit APBN b. Memberikan insentif kepada industri padat karya termasuk keringanan pajak c. Menjaga daya beli dengan melakukan langkah langkah sbb: 1. Berkoordinasi dengan Bank Indonesia agar untuk menjaga gejolak harga dan inflasi
2. Mengubah tata niaga inport dan
mekanisme inport dengan mengandalkan harga 3.Mempercepat investasi dengan langkahlangkah: a. Mengefektifkan sistem palayanan terpadu satu pintu dalam perijinan berinvestasi b. Mempercepat investasi diberbagai sektor yang berorientasi eksport
Pemerintah Indonesia meluncurkan lagi kebijakan
ekonomi 15 Oktober 2015. Fokus utama pada kebijakan tersebut adalah kesejahteraan pekerja dan pengembangan sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Untuk menjamin kesejahteraan pekerja, pemerintah akan mengimplementasikan formula baru dalam menghitung besaran upah minimum provinsi. Untuk mengembangkan sektor UMKM pemerintah menyalurkan kredit usaha rakyat (KUR) dan memberikan kredit modal kerja untuk UMKM produsen barang eksport.
Dari semua kebijakan-kebijakan ekonomi yang
dikeluarkan oleh pemerintah bertujuan mendorong laju pertumbuhan ekonomi yang belakangan mengalami perlambatan. Salah satu caranya adalah memberikan kemudahan bagi pelaku usaha dalam proses investasi dan produksi.
TANTANGAN HUKUM TERHADAP
KEBIJAKAN EKONOMI INDONESIA Sejak satu dekade yang lalu, para pemimpin ASEAN sepakat membentuk sebuah pasar tunggal dikawasan Asia tenggara pada akhir tahun 2015 mendatang. Ini dilakukan agar daya saing ASEAN meningkat dan menarik investasi asing serta bisa menyaingi Cina dan India. Pembentukan pasar tunggal yang diistilahkan dengan masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) ini nantinya memungkinkan satu negara untuk menjual barang dan jasa dengan mudah ke negara negara lain diseluruh Asia Tenggara sehingga kompetisi akan semakin ketat.
PELUANG DAN TANTANGAN PASAR
ASEAN Secara umum setidak tidaknya terdapat empat hal penting yang berkaitan dengan pelaksanaan MEA tahun 2015. a) ASEAN sebagai pasar dan produksi tunggal b) Pembangunan ekonomi bersama c) Pemerataan ekonomi d) Perkuatan daya saing (pekerja yang kompeten)
Kesepakatan pelaksanaan MEA ini diikuti oleh 10 negara
anggota ASEAN yang memiliki total penduduk 600 juta jiwa dan sekitar 43 persen jumlah penduduknya ada di indonesia. Artinya, pelaksanaan MEA akan menempatkan indonesia sebagai pasar utama yang besar, baik untuk arus barang maupun investasi. Dari aspek ketenagakerjaan, terdapat kesempatan yang sangat besar bagi para pencari kerja karena akan tersedia lapangan kerja dengan berbagai kebutuhan keahlian yang beraneka ragam. Selain itu, akses untuk pergi ke luar negeri dalam rangka mencari pekerjaan menjadi lebih mudah bahkan kemungkinannya tanpa ada hambatan tertentu.
MEA juga menjadi kesempatan yang bagus bagi
para wirausahawan untuk nmencari pekerja terbaik sesuai dengan kriteria yang diinginkan. Sebaliknya, situasi seperti ini juga memunculkan risiko ketenagakerjaan bagi indonesia. Dilihat dari sisi pendidikan dan produktivitas indonesia masih kalah bersaing dengan tenaga kerja yang berasal dari Malaysia, Singapura, dan Thailand. Laporan bank pembangunan asia (ADB) dan organisasi buruh internasional (ILO), MEA dapat menciptakan 14 juta lapangan kerja tambahan atau mengalami kenaikan 41 persen pada tahun 2015 karena semakin bebasnya pergerakan tenaga kerja terampil.
Pertumbuhan ekonomi regional juga bisa terdongkrak menjadi
7 persen. Namun demikian, indonesia kemungkinan tidak diuntungkan. Taksiran lapangan kerja baru hanya mencapai 1,9 juta atau 1,3 persen dari total pekerja. Sementara ILO memperkirakan permintaan akan tenaga kerja kelas menengah akan meningkat 22 persen atau 38 juta dan lapangan kerja level rendah meningkat 24 persen atau 12 juta. Menurut kajian tersebut, sekitar setengah dari tenaga kerja sangat terampil diramalkan akan bekerja di indonesia. Tetapi sebagian besar lapangan pekerjaan itu justru akan diperebutkan oleh calon pekerja yang kurang terlatih dan minim pendidikan. Akibatnya, kesenjangan kecakapan itu akan mengurangi produktivitas dan daya saing indonesia.
Keadaan ketenaga kerjaan di indonesia pada bulan februari
2014 menunjukan adanya perbaikan yang digambarkan dengan peningkatan jumlah angkatan kerja maupun jumlah penduduk bekerja dan penurunan tingkat pengangguran. Data tentang jumlah angkatan kerja dan jumlah penduduk yang bekerja di indonesia dapat dilihat pada Tabel 1 berikut:
Keteranga n
Jumlah angkatan kerja Jumlah penduduk yang bekerja
Februari 2013
Februari 2014
123,6
125,3
1,38
116,5
118,2
1,46
Adapun beberapa persoalan mendasar yang masih dihadapi
indonesia dalam rangka menghadapi MEA 2015, yaitu: a) Masih tingginya jumlah pengangguran terselubung ( disguised unemployment) b) Rendahnya wirausahawan baru untuk mempercepat perluasan kesempatan kerja c) Pekerja indonesia didominasi oleh pekerja tidak terdidik sehingga produktivitas mereka rendah.
d)
Meningkatnya jumlah pengangguran tenaga kerja terdidik
akibat ketidaksesuaian antara lulusan perguruan tinggi dengan kebutuhan pasar tenaga kerja e) Ketimpangan produktivitas tenaga kerja antar sektor ekonomi f) Sektor informal mendominasi lapangan pekerjaan dimana sektor ini belum mendapat perhatian dari pemerintah. g) Pengangguran di indonesia merupakan pengangguran tertinggi dari 10 negara anggota asean, termasuk ketidaksiapan tenaga kerja terampil dalam menghadapi MEA 2015 h) Tuntutan pekerja terhadap upah minimum, tenaga kontrak, dan jaminan sosial ketenagakerjaan i) Masalah tenaga kerja indonesia (TKI) yang banyak tersebar diluar negeri
Agenda Kebijakan ke Depan
Indonesia masih memiliki cukup waktu untuk melakukan negosiasi ulang mengenai poin poin penting yang disepakati untuk memberikan keuntungan pada posisi indonesia. Pola atau model yang diterapkan oleh negara negara anggota Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE) sebaiknya tidak diterapkan pada kesepakatan MEA. Sebagai poin poin pada MEE harus dihindari pada MEA sehingga MEA harus lebih menjamin penyerahan keputusan kepada setiap negara anggota. Dalam konteks ini indonesia bisa memainkan peran pentingnya. Sosialisasi juga harus dilakukan pemerintah dalam konteks persiapan MEA.
Sosialisasi tersebut bukan semata mata mengenai cara
menembus pasar ASEAN tetapi yang jauh lebih penting adalah bagaimana pengusaha nasional bisa bertahan di pasar lokal di tengah tengah besarnya perdagangan jasa dari ASEAN, yang tentunya akan melibatkan SDM tenaga kerja yang ahli dan terampil. Setiap sektor akan membutuhkan koordinasi dan kosolidasi lintas-sektoral. Sejalan dengan itu diperlukan pengawalan percepatan pembangunan infrastruktur sehingga indonesia bisa mengambil manfaat positif dari area komunitas ASEAN. Era baru masyarakat asean ini tentunya juga memicu ketatnya persaingan antarkawasan dimasa masa mendatang sebagai akibat meningkatnya arus perdagangan dan modal. Namun demikian liberalisasi ini juga dinilai berpotensi mempertajam ketimpangan.
Indonesia diuntungkan pada sektor kimia, konstruksi,
perdagangan, dan transportasi. Namun ketiga sektor tersebut membutuhkan keterampilan yang tinggi. Oleh karena itu, berbagai program peningkatan SDM dapat dilaksanakan dengan bekerja sama antara pemerintah, swasta, perguruan tinggi dan masyarakat untuk menyiapkan angkatan kerja berketerampilan tinggi. Selain itu dapat dilakukan melalui pengenalan IPTEK karena dampak yang ditimbulkan oleh teknologi dalam era globalisasi, khususnya teknologi informasi dan komunikasi sangat luas. Teknologi ini dapat menghilangkan batas geografis pada tingkat negara maupun dunia. Dalam aspek ekonomi dengan adanya IPTEK, SDM indonesia akan semakin meningkat seiring dengan proses alih pengetahuan dari teknologi tersebut. Sehingga secara tidak langsung juga akan mempengaruhi peningkatan ekonomi di indonesia.
Kebanyakan kesempatan kerja akan menyentuh
sektor perdagangan, konstruksi, serta transportasi , dan wilayah kerja informal yang diisi lebih banyak tenaga lelaki ketimbang perempuan. Tingkat perpindahan pekerja berketerampilan rendah hingga menengah juag akan terdongkrak. Hal demikian mensyaratkan peningkatan upaya perlindungan. Oleh karena itu, pemerintah perlu mengakui pentingnya regulasi penempatan pekerja asing yang lebih baik meskipun lapangan kerja yang membutuhkan kecakapan rendah juga masih tersedia secara luas.
Tantangan kebijakan ekonomi Indonesia.
dalam 5 tahun kedepan terdapat 5 tantangan ekonomi yang bersifat struktural,yaitu melekat pada struktural perekonomi indonesia: 1. Defisit Keuangan Negara 2. Defisit Neraca Perdagangan 3. Defisit Neraca transaksi berjalan 4. Defisit Pembayaran 5. Defisit Anggaran (Fiskal)
Masalah untuk memecahkan tantangan
tantangan ekomoni tersebut, adalah merespon kebijakan dengan mendorong investasi di sektor riil dengan kebijakan pemungutan pajak baik di tingkat nasional maupun di tingkat daerah. Pemerintah juga harus memperbaiki kebijakan ketenagakerjaan yang berintikan kebijakan upah minimum dan kebebasan total dari pekerja untuk mengubah potensi investasi menjadi realitas investasi
Saat ini diperkirakan 60-70% investasi
dilakukan di pasar modal dan di sektor yang padat modal-padat-teknologi, yaitu pertambangan, Perbankan keuangan, perdagangan, telekomunikasi, dan jasa-jasa lainnya. Sisanya mengalir ke sektor yang menyerap tenaga kerja berpendidikan menengah dan tinggi, yang tidak sinkron dengan fakta kualitas SDM Indonesia yangf berpendidikan kelas 2 SMP .
Kita memiliki kebijakan ketenagakerjaan
yang disensetif terhadap investasi - atau kebijakan batu sandungan untuk merespon bonus demografi, dan di sisi yang sama kita juga berhadapan dengan karakter investasi yang cenderung non-padat karya, serta kondisi SDM yang relatif terbatas. Maka di sisi lain kita berhadapan dengan fakta bahwa AFTA telah dimulai awal 2015.
Keberhasilan pertumbuhan investasi dan ekonomi
Indonesia, pada akhirnya lapangan kerja bukan lagi hanya untuk rakyat Indonesia, tetapi diperebutkan oleh rakyat se-ASEAN. Dengan produktivitas yang relatif rendah dan upah yang tinggi, maka peluang lapangan kerja sangat mudah direbut warga ASEAN. Para pencari kerja dari Vietnam, Filipina, dan Kamboja misalnya, tidak akan meributkan upah mereka, sepanjang mereka mendapatkan pekerjaan yang tidak diperolehnya di negara mereka sendiri .Tanpa kebijakan yang memadai, Pekerja Indonesia akan gigit jari menyaksikan peluang kerjanya di dalam negeri direbut bangsa-bangsa lain.
Membina BUMN sebagai pelaku ekonomi
nasional yang kuat. Istilah kuat setidaknya dari kinerja 10 BUMN raksasa, yaitu Telkom, Bank Mandiri, BRI, BNI, Semen Indonesia, PGN, hingga aneka tambang, yang menopang pasar indonesia, pemnerintah perlu mendorong BUMN untuk menjadi pelaku bisnis yang normal dan dikelola secara professional dan mendorong mereka keluar dari ketiak birokrasi dan perlindungan politik.
Kebijakan yang ditempuh seharusnya adalah
melakukan restrukturisasi BUMN, untuk menyatukan 130 BUMN dengan sekitar 1.000-an anak perusahaan, menjadi sekitar 11-12 superholding untuk bisa menjadi pelaku-pelaku bisnis kelas dunia . Masalah Pengangguran. Maraknya kasus kejahatan dengan kekerasan hingga oplosan adalah puncak dari gunung es yang bernama kemiskinan. Akar kemiskinan adalah penganguran, karena dengan menganggur orang tidak mempunyai penghasilan unruk hidup layak