2.1 Pengkajian
2.1.1 Data subjektif:
2.1.1.1
Adanya faktor-faktor risiko: riwayat keluarga (penyakit jantung, hipertensi, stroke,
diabetes, hiperlipidemia).
2.1.1.2
Adanya riwayat hipertensi, obat-obat yang digunakan, kepatuhan dan pemeriksaan
lanjutan.
2.1.1.3
Adanya riwayat penyakit kardiovaskuler, serebrovaskular, ginjal, diabetes,
hiperlipidemia.
2.1.1.4
Merokok, konsumsi alkohol.
2.1.1.5
Kebiasaan makan: riwayat peningkatan atau penurunan berat badan.
2.1.1.6
Kebiasaan gerak badan.
2.1.1.7
Pekerjaan, stres, manajemen stres.
2.1.1.8
Pengetahuan tentang hipertensi dan pengobatannya.
2.1.2 Data objektif:
2.1.2.1
Periksa tekanan darah 2x (lengan kiri dan kanan).
2.1.2.2
Berat badan dan tinggi badan.
2.1.2.3
Funduskopi mata untuk mengetahui adanya penyempitan atau perdarahan arteriol.
2.1.2.4
Leher: bruit karotis, distensi vena jugularis, pembesaran kelenjar tiroid.
2.1.2.5
Auskultasi jantung: adanya murmur, peningkatan kecepatan denyut jantung, tandatanda hipertrofi ventrikel kiri.
2.1.2.6
Abdomen: bruit, tomur, pembesaran organ-organ abdominal.
2.1.2.7
Ekstremitas: warna kulit, edema, hangat, nadi perifer; auskultasi arteri femoralis
untuk adanya bruit.
2.1.2.8
Pengkajian neurologis
2.1.2.9
Uji laboratorium: darah lengkap, kimia darah, lipid, kreatinin, urinalisis rutin.
(Baradero, 2008).
3.1
Diagnosa Keperawatan
3.1.1
3.1.2
3.1.3
3.1.4 Perubahan Nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan
berlebihan sehubungan dengan kebutuhan metabolik.
3.1.5
3.1.6
3.2
3.2.1
Intervensi Keperawatan
Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi.
Pantau Tekanan darah. Ukur pada Perbandingan dari tekanan memberikan
kedua tanggan atau paha untuk gambaran yang lebih lengkap tentang
evaluasi awal. Gunakan ukuran manset keterlibatan / bidang masalah vaskuler.
yang tepat dan teknik yang akurat.
Hipertensi berat diklasifikasikan pada
orang dewasa sebagai peningkatan
tekanan diastolik sampai 130 ; hasil
pengukuran diastolik diatas 130 di
pertimbangkan sebagai peningkatan
pertama, kemudian maligna. Hipertensi
sistolik juga merupakan faktor resiko
yang
ditentukan
untuk
penyakit
serebrovaskular dan penyakit iskemi
jantung bila tekanan diastolik 90 115.
Catat keberadaan, kualitas denyutan Denyutan karotis, jugularis, radialis, dan
sentral dan perifer .
femoralis mungkin teramati / terpalpasi.
Denyut pada tungkai mungkin menurun,
mencerminkan efek dari vasokontriksi
(meningkatan SVR) dan kongesti vena.
Auskultasi tonus jantung dn bunyi S4 umum terdengar pada pasien
nafas
hipertensi berat karena adanya hipertrofi
atrium (peningkatan volume/tekanan
atrium). Perkembangan S3 menunjukkan
hipertrofi ventrikel dan kerusakan fungsi.
Adanya krakles, dapat mengindikasikan
kongesti
paru
sekunder
terhadap
terjadinya atau gagal jantung kronik.
Amati warna kulit, kelembapan, suhu, Adanya pucat, dingin, kulit lembab, dan
dan masa pengisian kapiler
masa pengisian kapiler lambat mungkin
berkaitan dengan vasokontriksi atau
mencerminkan
dekompensasi
atau
penurunan curah jantung.
Cata edema umum atau tertentu
Dapat mengindikasikan gagal jantung,
kerusakan ginjal atau vaskular.
Berikan lingkungan tenang, nyaman, Membantu untuk menurunkan rangsang
kurangi aktivitas atau keributan simpatis; meningkatkan relaksasi.
lingkungan. Batasi jumlah pengunjung
dan lamanya tinggal.
Pertahankan pembatasan aktivitas, Menurunkan stres dan ketegangan yang
seperti ; istirahat ditempat tidur atau mempengaruhi tekanan darah dan
kursi ; jadwal periode istirahat tanpa perjalanan penyakit hipertensi.
gangguan ; bantu pasien untuk
melakukan aktivitas perawatan diri
sesuai kebutuhan.
Lakukan
tindakan-tindakan
yang Mengurangi ketidaknyamanan dan dapat
nyaman seperti pijatan punggung dan menurunkan rangsang simpatis.
leher, meninggikan kepala tempat
tidur.
3.2.2
3.2.3
3.2.4
Aktivitas
yang
meningkatkan
vasokonstriksi
menyebabkan
sakit
kepala pada adanya peningkatan
tekanan vaskuler serebral.
pilihan diet.
3.2.5
Intruksikan
dan
bantu
memilih
makanan yang tepat, hindari makanan
dengan kejenuhan lemak tinggi
(mentega, keju, telur, es krim, daging)
dan kolesterol (daging berlemak,
kuning telur, produk kalengan, jeroan).
Inefektif koping individual berhubungan dengan krisis situasional.
Kaji keefektifan strategi koping dengan
mengopservasi perilaku, misalnya:
kemampuan menyatakan perasaan dan
perhatian, keinginan berpartisipasi
dalam rencana pengobatan.
Catat
laporan
gangguan
tidur,
peningkatan
keletihan,
kerusakan
konsentrasi,
peka
rangsangan,
penurunan toleransi sakit kepala,
ketidakmampuan untuk mengatasi atau
menyelesaikan masalah.
Bantu pasien untuk mengidentifikasi
stresor spesifik dan kemungkinan
strategi untuk mengatasinya.
Libatkan pasien dalam perencanaan
perawatan dan beri dorongan partisipasi
maksimum dalam rencana pengobatan.
mengidentifikasi
cara
dimana
perubahan gaya hidup yang tepat dapat
dibuat untuk mengurangi faktor-faktor
diatas.
Bahas
pentingnya
menghentikan
merokok dan bantu pasien dalam
membuat rencana untuk berhenti
merokok.
4.1
Evaluasi
Pasien dapat:
4.1.1
4.1.2
4.1.3
4.1.4
DAFTAR PUSTAKA