Efek Probiotik terhadap Konstipasi yang Terjadi pada Anak Anak : Uji Klinis Acak
Terkontrol Buta Ganda
Latar belakang : Data yang tidak konsisten tentang peran probiotik dalam pengobatan anak dengan
sembelit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki efektivitas probiotik dalam sembelit masa
kanak-kanak.
Bahan dan metode : Dalam plasebo terkontrol ini, lima puluh enam anak-anak berusia 4-12 tahun
dengan sembelit menerima secara acak laktulosa ditambah Protexin atau laktulosa ditambah plasebo
setiap hari selama empat minggu. Frekuensi defekasi dan konsistensi, nyeri perut, inkontinensia feses,
dan berat badan diamati pada minggu awal, setelah minggu pertama, dan pada akhir minggu keempat
pada kedua kelompok.
Hasil : Empat puluh delapan pasien menyelesaikan penelitian. Pada akhir minggu keempat, frekuensi
dan konsistensi buang air besar meningkat secara signifikan (P = 0.042 dan P= 0,049, resp). Pada akhir
dari minggu pertama, inkontinensia feses dan sakit perut meningkat secara signifikan pada kelompok
intervensi (P = 0,030 dan P = 0,017) tetapi pada akhir minggu keempat perbedaan ini tidak signifikan
(P = 0,125 dan P = 0,161). Kenaikan berat badan yang signifikan diamati pada akhir minggu pertama
pada kelompok perlakuan.
Kesimpulan : Penelitian ini menunjukkan bahwa probiotik memiliki efek positif dalam meningkatkan
frekuensi dan memperbaiki konsistensi pada akhir minggu keempat.
1. Pendahuluan
Konstipasi atau sembelit merupakan gangguan yang umum terjadi pada anak anak dan dapat menyebabkan efek yang dapat merusak fisik maupun
psikologis kesehatan. Prevalensi bervariasi dari 0,07% sampai 29,6% di dalam
penelitian yang berbeda. Penyebab organik tidak dapat ditemukan pada lebih
dari 90% kasus. Sembelit didefinisikan sebagai munculnya nyeri saat buang
air besar kurang dari dua kali seminggu atau kurang dari sekali setiap tiga hari.
Pengobatan biasanya seperti toilet training, pendidikan keluarga, perubahan
pola makan dan penggunaan obat pencahar, meskipun berguna, tidak
sepenuhnya memuaskan. Oleh karena itu, ada perhatian atau minat untuk
menemukan solusi baru.
Saat ini, probiotik digunakan sebagai terapi tambahan untuk penyakit yang
terjadi pada anak. Peranan probiotik pada penyakit gastrointestinal sama
Pasien ditempatkan secara acak dalam dua kelompok yang mendapat laktulosa
(1 mL/kg/hr) ditambah dengan Protexin (Perushaan Nikooteb, Tehran, Iran)
satu sachet setiap hari atau laktulosa ditambah plasebo saja selama empat
bulan. Kelompok kontrol disesuaikan menurut jenis kelamin dan usia.
Grup Intervensi
Grup Kontrol
Total
14 (58,3%)
10 (41,7%)
6,1 2,4
10 (41,7%)
14 (58,3%)
6,3 1,9
24 (50%)
24 (50%)
Nilai P
P = 0,248
P = 0,739
3. Hasil
Sebanyak 56 pasien yang terdaftar dalam penelitian ini. 4 pasien pada
kelompok perlakuan (3 pada minggu pertama dan 1 di minggu keempat)
menolak untuk menyelesaikan penelitian dan dikeluarkan. 4 pasien dalam
kelompok kontrol juga tidak menyelesaikan penelitian (2 tidak merujuk untuk
tidak melanjutkan dan 2 pasien tidak memenuhi criteria Roma III selama
penelitian) dan dikeluarkan. Pada akhirnya, 2 kelompok dari 24 pasien diteliti.
Pada kelompok perlakuan, 14 laki-laki (58,3%) dan 10 perempuan (41,7%)
menyelesaikan penelitian. Kelompok kontrol terdiri dari 10 laki-laki (41,7%)
dan 14 perempuan (58,3%). Perbedaan dari dua kelompok secara statistik
tidak signifikan (P = 0,248). Usia rata - rata pasien dalam kelompok perlakuan
adalah 6,1 + 2,4 dan pada kelompok kontrol adalah 6,3 + 1,9 (P = 0,739). data
demografis dapat dilihat pada tabel 1.
Pada kelompok perlakuan, 54,2% dan pada kelompok kontrol 37,5% memiliki
inkontinensia tinja sebelum intervensi (P = 0,247). Pada kelompok pertama,
66,7% memiliki nyeri perut pada awal penelitian dibandingkan dengan 58,3%
pada kelompok yang kedua (P = 0,551). pasien dipantau selama perbaikan
gejala mereka sampai minggu keempat.
Seperti yang ditunjukkan pada tabel 2, pada akhir minggu keempat, frekuensi
dan konsistensi buang air besar meningkat secara signifikan (P = 0,042, P =
0,049). Pada akhir minggu pertama, inkontinensia tinja dan nyeri perut
meningkat secara signifikan pada kelompok perlakuan (P = 0.030, P = 0,017),
tetapi, pada akhir minggu keempat, perbedaan ini tidak berarti ( P = 0,125, P
= 0,161) (Tabel 3).
Anehnya, kami menemukan bahwa, pada akhir minggu pertama, probiotik
telah meningkat secara signifikan terhadap kenaikan berat badan (lebih dari
10%) (P = 0,002), tetapi hal ini tidak bermakna pada akhir minggu keempat
(P = 0,098).
Konsistensi Feses
Pengobatan
Awal sampai minggu pertama
Awal sampai minggu keempat
Minggu pertama sampai minggu
keempat
Awal sampai minggu pertama
Awal sampai minggu keempat
Minggu pertama sampai minggu
keempat
Placebo
1,67 0,82
2,08 0,65
0,92 0,72
0,42 0,50
0,88 0,45
0,46 0,51
Nilai P
0,042
0,049
Nilai P
7 (43,8%)
9 (56,2%)
12 (85,7%)
2 (14,3%)
0,017
0,030
16 (100%)
10 (41,7%)
14 (58,3%)
24 (100%)
14 (100%)
1 (4,2%)
23(95,8%)
24 (100%)
0,002
bahwa
minyak
probiotik
yang
ditambahkan
mineral
84 anak
sembelit (2-16 tahun) yang menerima 70% laktosa 1mL / kg / hari 10 9 unit
pembentuk koloni CFU) dari Lactobacillus GG (LGG) secara oral dua kali
sehari selama 12 minggu lalu dibandingkan dengan kelompok kontrol dan
menyimpulkan bahwa LGG bukan tambahan yang efektif untuk laktulosa pada
anak-anak dengan sembelit. Kami juga memberikan laktulosa pada pasien
kami, karena laktulosa dapat ditoleransi dengan baik dan mudah didapat. Hasil
yang berbeda mungkin karena komposisi probiotikyang digunakan.
keparahan