Oleh
Kelompok 5 :
SOIMAH
USWATUN HASANAH
WAHYUDI MULYANINGRAT
1506707732
1506707852
1506707915
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berkah dan
rahmat-Nya sehingga makalah tentang Analisis dan Aplikasi Konsep-Konsep
Dasar Gangguan Jiwa ini dapat kami selesaikan tepat waktu. Makalah tentang
Analisis dan Aplikasi Konsep-Konsep Dasar Gangguan Jiwa ini bertujuan untuk
menganalisis aplikasi Konsep-Konsep Dasar Gangguan Jiwa. Makalah ini disusun
dalam rangka memenuhi tugas Mata Ajar Keperawatan Jiwa Lanjut 1 pada
Program Magister Peminatan Keperawatan Jiwa.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada seluruh pihak yang telah
berpartisipasi dalam penyusunan makalah ini. Semoga Allah SWT melimpahkan
karunia-Nya yang setimpal dengan amal baik mereka. Tak lupa pula tim penulis
sampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya bila dalam penyusunan
makalah ini tidak luput dari kekurangan-kekurangan. Kritik dan saran penyusun
harapkan untuk dijadikan masukan perbaikan makalah ini. Mudah-mudahan
makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Depok, Februari 2016
Tim Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iii
1.
PENDAHULUAN
............................................................1
1.1.Latar Belakng ..................................................................................
1.2.Tujuan ..............................................................................................
2.
GAMBARAN KASUS
3.
LANDASAN TEORI
............................................................4
3.1.Rentang Respon Sehat Jiwa (Adatif-maladaptif) ............................
3.2.Konsep Stress ..................................................................................
3.3.Konsep dan Fungsi Otak .................................................................
1
2
............................................................3
4
5
8
4.
PEMBAHASAN
..........................................................14
4.1.Rentang Sehat Jiwa (Adaptif-maladaptif) ........................................ 14
4.2.Konsep Stress-Adaptasi .................................................................... 14
4.3.Konsep dan Fungsi Otak .................................................................. 14
5.
PENUTUP
..........................................................16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kondisi sehat baik sehat fisik maupun psikologis merupakan dambaan
setiap manusia. Undang-Undang Republik Indonesia No 36 tahun 2009
menyatakan bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia dan merupakan
salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan citacita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Kesehatan dalam
Undang Undang No 36 tahun 2009 adalah keadaan sehat, baik secara fisik,
mental, spiritual maupun sosial, yang memungkinkan setiap orang hidup
produktif secara sosial dan ekonomis.
Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi sehat emosional, psikologis dan
sosial yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku
dan koping yang efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional
(Johnson, 1997, dalam Videbeck, 2008). Zaman semakin berkembang,
kondisi perekonomian semakin sulit, tingkat persaingan hidup semakin
tinggi, pergeseran nilai-nilai budaya, masalah rumah tangga, merupakan
stressor tersendiri yang apabila tidak diatasi dapat menjadi faktor pencetus
gangguan
jiwa
baik
ringan
maupun
berat.
Data
WHO
(2006)
dan
maladaptif.
Seseorang
yang
tidak
didiagnosis
sakit
klien,
dalam
rangka
meningkatkan
kesehatan
klien,
1.2.2.
Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan konsep rentang sehat jiwa (adaptifmaladaptif), konsep stress-adaptasi, serta konsep dan fungsi otak.
Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu menganalisa kasus terkait konsep rentang sehat jiwa
(adaptif-maladaptif), konsep stress-adaptasi, serta konsep dan fungsi
otak.
BAB II
GAMBARAN KASUS
3.1.2.
3.1.3.
Integritas
3.1.4.
Otonomi
3.1.5.
3.1.6.
Penguasaan lingkungan
3.1.2.
Mudah tersinggung
3.1.3.
Sulit konsentrasi
3.1.4.
3.1.5.
Merasa kecewa
3.1.6.
3.1.7.
Gangguan jiwa adalah pola perilaku atau psikologis yang ditunjukkan oleh
individu yang menyebabkan distress, disfungsi, dan menurunkan kualitas
hidup (Stuart, 2016). Ciri-ciri gangguan jiwa yaitu :
3.1.1.
3.1.2.
Mengurung diri
3.1.3.
3.1.4.
Bicara kacau
3.1.5.
Bicara sendiri
3.1.6.
Respons Adaptif
Respons Maladaftif
Sehat Jiwa
Masalah Psikososial
Gangguan Jiwa
Pikiran logis
Waham
Persepsi akurat
Ilusi
Halusinasi
Emosi konsisten
Reaksi emosional
Ketidakmampuan
mengendalikan emosi
Perilaku sesuai
Hubungan sosial
Menarik diri
Ketidakteraturan
Isolasi sosial
memuaskan
3.2. Konsep Stress
Stres Adalah respon tubuh yang sifatnya non spesifik terhadap setiap
tuntutan beban atasnya (Selye, 1976 dalam Potter & Perry, 2005). Stress adalah
stimulus atau penyebab adanya respon yang berada di luar individu dan sebagai
faktor predisposisi atau pencetus yang meningkatkan kepekaan individu terhadap
penyakit (Lyon & werner, 1987 dalam Smeltzer & Bare, 2005).
Stress (Lazarus, 1999) merupakan hubungan antara seseorang dengan
lingkungan yang bersumber dari bio-psiko-sosio yang dapat membuat lebih baik
atau membahayakan.(Boyd, 2008). Sehingga dapat disimpulkan dari berbagai
definisi para ahli bahwa stres merupakan suatu kondisi yang disebabkan oleh
transaksi antara individu dengan lingkungan yang menimbulkan persepsi jarak
antara tuntutan yang berasal dari situasi dan sumber daya sistem biologis,
psikologis dan sosial dari seseorang. Sedangkan semua stimuli yang mengawali
atau mencetuskan perubahan disebut stressor. Stressor dapat berasal dari internal
yaitu dari dalam diri sesorang, misalnya demam, kondisi seperti kehamilan atau
5
menopause, atau suatu keadaan emosi seperti rasa bersalah dan stressor berasal
dari eksternal atau dari luar diri seseorang, seperti perubahan suhu lingkungan,
perubahan dalam peran keluarga atau sosial, atau tekanan dari pasangan.
Pembagian Stress :
Menurut Hans Selye, secara makro stres terbagi menjadi 2:
3.2.1. Fisiologik (Eustress), misalnya saat bayi dilahirkan, masa pubertas,
3.2.2.
Respon Fisiologis
a. Syndrom adaptasi umum/ General Adaptation Syndrome (GAS)
GAS pada dasarnya merupakan reaksi fisiologis akibat rangsangan
fisik dan psikososial. Bila individu terancam oleh stress isyaratnya
akan dikirim keotak dan otak mengirim informasi ini ke hipotalamus
sehingga sistem syaraf otonom dan endokrin terstimulasi akibatnya
terjadi suatu perubahan fisiologis berupa gejala dari sistem syaraf
otonom dan endokrin. GAS terdiri atas reaksi peringatan, tahap
resisten dan tahap kehabisan tenaga :
1) Reaksi peringatan/ waspada/ alarm
Melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh dan
pikiran untuk menghadapi stressor. Terjadi peningkatan aktivitas
hormonal yang luas guna menyiapkan individu untuk melakukan
respon melawan atau menghindar. Pada tahap ini dapat terlihat
reaksi psikologis berupa syndrome khusus yang terdiri dari semua
perubahan yang penyebabnya tidak spesifik dalam sistem biologi
(fight or flight syndrome)
2) Tahap resisten
Dalam tahap resisten tubuh kembali menjadi stabil, kadar hormon,
frekuensi jantung, curah jantung, tekanan darah kembali ketingkat
normal. Individu berupaya mengadaptasi terhadap stressor jika
stress dapat diatasi tubuh akan memperbaiki kerusakan, namun jika
6
Respon Psikologis
Perilaku adaptif psikologis dapat konstruktif atau desdruktif. Perilaku
konstruktif dapat membantu individu menerima tantangan untuk
menyelesaikan konflik, misalkan saja ansietas dapat menjadi konstruktif
sebagai tanda bahwa terdapat ancaman sehingga seseorang dapat
melakukan tindakan untuk mengurangi keparahannya.
Perilaku destrukitif mempengaruhi orientasi realitas, kemampuan
pemecahan masalah, kepribadian dan situasi yang sangat berat serta
kemampuan untuk berfungsi. Perilaku adaptif psikologis disebut juga
sebagai mekanisme koping. Mekanisme koping dapat berorientasi
terhadap tugas, yang mencakup penggunaan teknik pemecahan masalah
7
3.3.1.
Cerebrum
Cerebrum merupakan bagian otak yang terbesar yang terdiri dari
sepasang hemisfer kanan dan kiri dan tersusun dari korteks. Korteks ditandai
dengan sulkus (celah) dan girus (Ganong, 2003).
Secara umum otak besar dapat terbagi menjadi dua bagian yaitu left hemisphere
(hemisfer kiri) atau lebih di kenal dengan otak kiri berfungsi untuk berhitung,
analisa dan bahasa dan Right hemisphere (otak kanan) berfungsi untuk
menghasilkan pikiran-pikiran kreatif. Cerebrum dapat dibagi berdasarkan lobus
yang ada di dalamnya, yaitu:
a.
Lobus frontalis
Lobus frontalis berperan sebagai pusat fungsi intelektual yang lebih tinggi,
seperti kemampuan berpikir abstrak dan nalar, bicara (area broca di hemisfer
kiri), pusat penghidu, dan emosi. Bagian ini mengandung pusat pengontrolan
gerakan volunter di gyrus presentralis (area motorik primer) dan terdapat area
asosiasi motorik (area premotor). Pada lobus ini terdapat daerah broca yang
mengatur ekspresi bicara, lobus ini juga mengatur gerakan sadar, perilaku
sosial, berbicara, motivasi dan inisiatif (Purves dkk, 2004). Kerusakan pada
lobus ini akan mengakibatkan gangguan wicara (aphasia).
b.
Lobus temporalis
Lobus temporalis temporalis mencakup bagian korteks serebrum yang berjalan
ke bawah dari fisura laterali dan sebelah posterior dari fisura parieto-oksipitalis
(White, 2008). Lobus ini berfungsi untuk mengatur daya ingat verbal, visual,
pendengaran dan berperan dlm pembentukan dan perkembangan emosi.
Gangguan yang terjadi akibat kerusakan lobus ini adalah gangguan bahasa,
ingatan dan emosi.
c.
Lobus parietalis
Lobus Parietalis merupakan daerah pusat kesadaran sensorik di gyrus
postsentralis (area sensorik primer) untuk rasa raba dan pendengaran (White,
2008). Gangguan yang dapat terjadi jika terdapat kerusakan pada lobus ini
adalah kerusakan asosiasi input visual, taktil dan auditoris.
d.
Lobus oksipitalis
Lobus oksipitalis berfungsi untuk pusat penglihatan dan area asosiasi
penglihatan: menginterpretasi dan memproses rangsang penglihatan dari
nervus optikus dan mengasosiasikan rangsang ini dengan informasi saraf
lain & memori (White, 2008). Gangguan yang dapat terjadi jika terdapat
kerusakan pada lobus ini adalah kerusakan asosiasi input visual, taktil dan
auditoris. Selain itu juga terjadi kesulitan mengenali objek yang umum seperti
orang
e.
Lobus Limbik
Lobus limbik berfungsi untuk mengatur emosi manusia, memori emosi dan
bersama hipothalamus menimbulkan perubahan melalui pengendalian atas
susunan endokrin dan susunan otonom (White, 2008).
10
Korteks Serebri
Gambaran Hemisfer serebri (Sumber; Simon dan Schuster, Fundamental Of Anatomy and
Physiology, 4th ed, New Jersey: Prentice Hall, Inc., 1998)
11
12
3.3.2.
Cerebellum
Cerebellum adalah struktur kompleks yang mengandung lebih banyak
neuron dibandingkan otak secara keseluruhan. Cerebellum merupakan
pusat koordinasi untuk keseimbangan dan tonus otot. Mengendalikan
kontraksi otot-otot volunter secara optimal. Bagian-bagian dari
cerebellum
adalah
lobus
anterior,
lobus
medialis
dan
lobus
Brainstem
Brainstem adalah batang otak, berfungsi untuk mengatur seluruh proses
kehidupan yang mendasar. Berhubungan dengan diensefalon diatasnya
dan medulla spinalis dibawahnya. Secara garis besar brainstem terdiri
dari tiga segmen, yaitu mesensefalon, pons dan medulla oblongata.
a. Pons
Merupakan stasiun pemancar yang mengirimkan data ke pusat otak
bersama dengan formasi retikular. Contoh, pons yang menentukan kita
terjaga atau tidur. Pons juga merupakan pusat reflek tubuh.
b. Medula Oblongata
Adalah titik awal saraf tulang belakang dari sebelah kiri badan menuju
bagian kanan badan dan begitu juga sebaliknya. Medula juga
mengontrol fungsi otomatis otak seperti detak jantung, sirkulasi darah,
pernafasan dan pencernaan. Gangguan akibat kerusakan bagian ini
adalah gangguan pernafasan, aktifitas kardiovaskuler dan kesadaran.
c. Reticular Formation
Memiliki peranan penting dalam pengaturan gerakan dan perhatian.
Selain itu juga seolah-olah berfungsi untuk mengaktifkan bagian lain
dalam otak. Berperan penting dalam meningkatkan kewaspadaan
tubuh. Kerusakan bagian ini menyebabkan penurunan kesadaran.
13
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Rentang Sehat Jiwa (Adaptif-maladaptif)
Berdasarkan kasus Tn. AAN berada pada rentang respon maladaptif yaitu
gangguan jiwa berupa gangguan persepsi sensori halusinasi. Adapun ciri ciri
gangguan jiwa yang dialami oleh Tn. AAN diantaranya marah-marah tanpa
sebab, mengurung diri, tidak mengenali diri, bicara kacau, bicara sendiri,
tidak mampu merawat diri
4.2. Konsep Stress-Adaptasi
Pada kasus Tn.AAN menurut Hans Selye, termasuk kedalam stress
Patologik (Distress) dimana Tn. AAN mengalami stres yang terjadi pada
kehidupan sehari-hari (real-life stress) berupa pola asuh keluarga yang
kurang baik, karena klien sering dibanding bandingkan dengan adiknya
yang sudah bekerja dan berpenghasilan. Tn. AAN juga mengalami sosial
stress yaitu dipecat dari pekerjaan,
4.3. Konsep dan Fungsi Otak
Halusinasi merupakan salah satu gejala positif skizofrenia, sehingga
perubahan neurobiologis pada pasien dengan halusinasi sama dengan pasien
skizofrenia. Kondisi neurobiologi pasien skizofren dari hasil studi
menunjukkan kelainan anatomi, fungsional, dan neurokimia dalam
kehidupan otaknya.
Penelitian menunjukkan bahwa korteks prefrontal dan korteks limbik
mungkin tidak sepenuhnya berkembang pada otak orang dengan skizofrenia.
Dua hasil penelitian neurobiologis yang paling konsisten dalam skizofrenia
adalah penurunan volume otak dan perubahan sistem neurotransmiter.
Penurunan otak pada grey matter dan white matter (akson saraf (Arnsten,
2011)). Hal ini disebabkan kerusakan mielinisasi yang terjadi pada usia 6
tahun dan pada usia 13 tahun, serta berhubungan dengan teori pemangkasan
neurom abnormal selama masa remaja (Faludi dan Mirnics, 2011).
Pada pasien halusinasi terjadi gangguan pada sistem limbik dalam lobus
temporal, sehingga menimbulkan gejala positif skizofrenia. Secara fisiologis
14
15
BAB V
PENUTUP
Sehat jiwa merupakan keadaan sejahtera dikaitkan dengan kebahagiaan,
kegembiraan, kepuasan, pencapaian, optimisme, dan harapan. Masalah psikososial
yaitu setiap perubahan dalam kehidupan individu baik yang bersifat psikologis
ataupun sosial yang mempunyai pengaruh timbal balik dan dianggap berpotensi
cukup besar sebagai faktor penyebab terjadinya gangguan jiwa (atau gangguan
kesehatan) secara nyata. Sedangkan gangguan jiwa adalah pola perilaku atau
psikologis yang ditunjukkan oleh individu yang menyebabkan distress, disfungsi,
dan penurunan kualitas hidup manusia.
Klien dengan gangguan jiwa dipastikan mempunyai pengalaman yang tidak
menyenangkan, baik secara psikologis maupun fisik. Faktor-faktor tersebut yang
menjadi sumber stressor seseorang mengalami gangguan. Faktor lingkungan dan
kurangnya dukungan juga memicu timbulnya gejala-gejala gangguan jiwa.
Secara fisiologis klien dengan gangguan jiwa mengalami disfungsi di sistem
persarafannya yaitu otak. Kelompok kami membahas klien dengan gangguan
persepsi sensori halusinasi. Klien dengan halusinasi mengalami gangguan di
sistem limbik pada lobus temporal otak. Gangguan neurotransmiter juga terjadi
pada pasien dengan halusinasi ini.
16
DAFTAR PUSTAKA
Corwin Elizabet C, 1997. Buku Saku Patofisiologi. EGC.Jakarta
Guyton, 1996. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. EGC. Jakarta
Kaplan dan Saddlock. 1997. Sinopsis Psikiatri. Binarupa Aksara. Jakarta
Pasiak, Taufik.(2009). Unlimited Potency of The Brain. Bandung: Mizan
Stuart, Gail W. (2013). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. St. Louis:
Mosby
17