Anda di halaman 1dari 62

Puskesmas Hajimena

Perencanaan Tingkat Puskesmas Tahun 2016

BAB 2
ANALISIS SITUASI
2.1

ANALISA SITUASI UMUM

A. GEOGRAFI
Puskesmas Hajimena merupakan salah satu Puskesmas yang
terdapat diwilayah Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Luas
wilayah Kerja Puskesmas Hajimena adalah 11.650 km2 dengan batasan
batasannya yaitu sebagai berikut
1. Utara berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Natar

Kabupaten Lampung Selatan


2. Selatan

berbatasan dengan
Rajabasa Bandar Lampung.

wilayah

kerja

Puskesmas

3. Timur berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Karang

Anyar Kabupaten Lampung Selatan


4. Barat berbatasan dengan wilayah kerja Puskesmas Natar

Kabupaten Lampung Selatan.


Peta Wilayah Puskesmas Hajimena Tahun 2016

PUSKESMAS KARANG ANYAR LAMPUNG SELATAN

Tim SP2TP

PUSKESMAS RAJABASA BANDAR LAMPUNG

1
.2

Hajimena

.
3
.

Pemanggilan

Sidosari

PUSK
SMAS
NATA
R
LAMP
UNG
SELAT
AN

Puskesmas Hajimena
Perencanaan Tingkat Puskesmas Tahun 2016

B. DEMOGRAFI
Secara Administratif Puskesmas Hajimena per Maret 2014
mengalami pemekaran desa , dari 6 desa ( Desa Hajimena, Sidosari,
Pemanggilan, Muara putih, Krawang sari , Tanjung sari) menjadi 3 desa (
Desa hajimena, Sidosari dan Desa Pemanggilan) dengan luas wilayah
11.650 km2 , yang ,memiliki 19 dusun. Dengan jumlah penduduk 22440
jiwa dengan rata-rata angka kepadatan penduduknya yaitu 1926 jiwa /
km2. Jumlah KK ............. KK , sehingga rata-rata jiwa/RT adalah 4,59
jiwa / RT. Dari 22.440 jiwa tersebut 36,9 % (15.425) merupakan
penduduk Miskin.
Sedangkan jika dilihat dari komposisi penduduk menurut jenis
kelamin didapatkan bahwa Sex Ratio penduduk laki-laki terhadap
perempuan adalah 105,3. menunjukkan bahwa laju pertumbuhan laki
laki lebih cepat dibandingkan dengan penduduk perempuan. Ratio
tertinggi ditemui pada kelompok umur 15-44 tahun.
Dari 3 desa yang ada di Wilayah Puskesmas Hajimena diketahui
bahwa Desa Hajimena memiliki jumlah penduduk tertinggi (9528) dan
Desa Sidosari (4742) dengan jumlah penduduk terendah. Jika
dibandingkan dengan angka kepadatan penduduk perdesa tampak
bahwa desa Pemanggilan adalah desa yang memiliki angka kepadatan
penduduk tertinggi yaitu 6923 jiwa / km 2 dan terendah desa Hajimena
dengan kepadatan penduduk 1270 jiwa / km 2. Sedangkan Ratio
ketergantungan antara usia produktif terhadap kelompok tidak produktif
sejumlah 63,47 %, dari data tersebut menunjukkan bahwa 1 orang usia
produktif mempunyai tanggungan terhadap 63 orang usia tidak
produktif.
2.2

ANALISIS DERAJAT KESEHATAN

A. STATUS KESEHATAN
Status kesehatan masyarakat mempunyai peranan yang penting di
dalam pembangunan kesehatan, khususnya dalam peningkatan Human
Devolopment Indexs. Baik buruknya status kesehatan masyarakat
merupakan gambaran output dari program kesehatan yang
dilaksanakan di suatu wilayah. Ada 4 indikator untuk menilai status
kesehatan masyarakat, yaitu menurunnya morbiditas, menurunnya
mortalitas
penduduk,
meningkatnya
status
gizi
masyarakat,
pencegahan dan pengamatan penyakit.
A.1 Umur Harapan Hidup
Untuk menilai derajat kesehatan dan kualitas hidup masyarakat
pada tingkat Puskesmas tidak berbeda dengan tingkat kabupaten
dimana UHH adalah merupakan indikator untuk mengukur Indeks

Tim SP2TP

Puskesmas Hajimena
Perencanaan Tingkat Puskesmas Tahun 2016

Prestasi Manusia. Adanya perbaikan pada pelayanan kesehatan


melalui keberhasilan pembangunan pada sektor kesehatan yang
dapat diindikasikan dengan adanya peningkatan Umur Harapan
Hidup.
Untuk Kabupaten Lampung Selatan ,khususnya untuk wilayah
Puskesmas hajimena UHH berdasarkan pada sumber BPS Provinsi
Lampung . Tinggi UHH menunjukkan tingkat taraf hidup
masyarakatnya. Berdasarkan Kepmenkes Nomor 1202/MENKES/SK/
VIII/2003 tentang IIS 2010 dan Pedoman Penetapan Indikator
Provinsi Sehat dan Kabupaten/Kota sehat, maka tahun 2010 UHH
waktu lahir adalah 67,9 tahun.( Profil kes.kab.Lam-Sel hal,25, 2008)
A.2

Mortalitas
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan output program Kesehatan
pada masyarakat di suatu wilayah, maka indikator penilaiannya
berupa menurunnya Mortalitas atau angka kematian, khususnya
angka kematian ibu dan angka kematian bayi yang merupakan
masalah utama kesehatan yang diharapkan setiap tahunnya
menurun. Tinggi rendahnya mortalitas pada ibu, bayi dan Balita di
suatu wilayah dapat menggambarkan bahwa pelayanan kesehatan
sudah atau belum berjalan secara optimal.
1) Mortalitas Ibu
Kelompok ibu adalah termasuk kelompok yang rentan
dan/atau mempunyai resiko tinggi terhadap berbagai penyakit.
Bahkan tidak jarang dapat menyebabkan kematian pada ibu. Di
wilayah Puskesmas Hajimena dalam kurun waktu 5 tahun (20112015) Tidak ditemukan .
2) Mortalitas Bayi
Mortalitas pada bayi di Puskesmas Hajimena dalam kurun
waktu 5 tahun terakhir sejumlah 35 kasus . Temuan kasus
kematian bayi seperti terlihat pada gambar dibawah ini.
Grafik 2.2: Cakupan kematian bayi di puskesmas hajimena
Tahun 2011-2015

Tim SP2TP

Puskesmas Hajimena
Perencanaan Tingkat Puskesmas Tahun 2016

1.2

1
0.8
0.6
0.4
0.2
0

2011
0

2012
0

2013
0

2014
0

2015

Sumber : KIA. Puskesmas Hajimena

Kejadian kematian bayi tahun 20112015. Menurut tempat


kejadian kasus kematian pada kelompok bayi tahun 2014
ditemukan di 5 desa yaitu desa Hajimena (3 kasus), desa
Sidosari (7 kasus), desa Pemanggilan (9 kasus), desa Muara Putih
(5 kasus), desa Krawangsari ( 8 kasus). Adapun penyebab
kematian bayi tertinggi disebabkan karena Aspixia (13 kasus ),
BBLR (10 kasus), Kelainan jantung (2 kasus ), IUFD (9 kasus),
aspirasi ASI (1 kasus). Tahun 2010 ditemukan kematian bayi
sejumlah 10 kasus.
Sementara itu ditahun 2015 jumlah kematian bayi ditemukan
1 kasusdi desa Sidosari dikarenakan aspixia.
Grafik 2.3: % Penyebab Kematian Bayi di puskesmas hajimena
Tahun 2011-2015

Aspirasi ASI; 5

Asfixia; 5

IUFD; 5

BBLR; 5

Sumber : KIA Pusk. hajimena

A.3

Morbiditas
Kasus kesakitan atau Morbiditas mempunyai peranan yang
penting dalam meningkatkan status kesehatan masyarakat. Berikut
ini gambaran morbiditas di wilayah Puskesmas Hajimena.
Dalam kurun waktu tahun 2011 2015 jumlah
kesakitan
berdasarkan pada jumlah kunjungan pasien yang datang ke Tenaga

Tim SP2TP

Puskesmas Hajimena
Perencanaan Tingkat Puskesmas Tahun 2016

Kesehatan di Puskesmas Hajimena dan dapat dilihat pada gambar


dibawah ini :
Grafik 2.4 : Jumlah Kunjungan penduduk ke puskesmas Hajimena
Periode tahun 2007-2010
27,000
25,000
23,000
21,000
19,000
17,000
15,000
2007

2008

2009

2010

Sumber : BP,LB 1. Puskesmas Hajimena

Tampak bahwa jumlah kunjungan pasien ke pelayanan


kesehatan khususnya di Puskesmas Hajimena pada kurun waktu 4
tahun menunjukkan peningkatan jumlah kunjungan. Dengan
gambaran cakupan pelayanan kesehatan menunjukkan adanya
peningkatan
kesadaran
masyarakat
dalam
memanfaatkan
Pelayanan kesehatan baik di dalam gedung dan luar gedung.
Hal ini tidak terlepas juga dikarenakan adanya bantuan dana
kesehatan bagi masyarakat miskin berupa Jamkesmas dan
Jamkesda sehingga masyarakat secara umum dapat mendapatkan
pelayanan kesehatan secara gratis. Dan sebagian besar penduduk
datang ke puskesmas yang jatuh sakit di Puskesmas Hajimena
tersebut dikarenakan penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Bagian
Atas, seperti yang tampak pada tabel dibawah ini.
Selama 4 tahun berturut-turut (2007-2010) sepuluh besar
penyakit pertama diduduki penyakit Infeksi Akut lain pernafasan
bagian Atas, tahun 2007 sebesar 17,5 %, tahun 2008 sebesar 14,3
%, tahun 2009 sebesar 12,9 % dan tahun 2010 sebesar 20,2 %.
Gambaran 10 besar penyakit pada tahun 2010 dapat dilihat pada
tabel dibawah ini :
Tabel 2.1 : Pola Penyakit Utama Rawat Jalan Puskesmas Untuk Semua
Golongan Umur di Puskesmas Hajimena Kec. Natar Tahun 2010
N

Nama Penyakit

Tim SP2TP

Jumlah

Puskesmas Hajimena
Perencanaan Tingkat Puskesmas Tahun 2016

Pender
ita
5151
2190
2148

34,2
14,5
14,3

1125

7,5

1068
978
838
644

7,1
6,5
5,6
4,3

Darah
Tinggi
Penyakit Kulit
Infeksi

462

3,1

Penyakit Pulpa Dan Jaringan Periapikal

452

3,0

o
1
2
3
4
5
6
7
8
8
9
1
0

Infeksi Akut Lain Pernafasan Bagian Atas


Gastritis
Penyakit Pada Sistem Otot
Penyakit Lain Dari Saluran Pernafasan
Bagian Atas
Influensa
Diare
Penyakit Kulit Alergi
Penyakit Darah tinggi

TOTAL

15056

100

Sumber : Laporan LB 1, SP2TPPusk. Hajimena

1) Pola Penyakit Tidak Menular


Terjadinya perubahan pola penyakit yang sering juga disebut
sebagai transisi epidemiologis akan dihadapi dalam pelaksanaan
program pembangunan kesehatan di Puskesmas Hajimena pada
masa yang akan datang, antara lain:
a. Penyakit Gigi dan Mulut
Temuan kasus Gilut pada tahun 2007-2010 tertinggi pada
tahun 2007 disebabkan karena penyakit Pulpa dan Jaringan
peripikal 449 kasus
(2.4 %) terendah penyakit rongga
mulut, kelenjar ludah dan radang 7 kasus (0.04%) . pada tahun
2008 tertinggi penyakit Pulpa dan Jaringan peripikal 359 kasus
rongga mulut, kelenjar ludah dan radang 12 kasus, tahun 2009
tertinggi penyakit pulpa dan jaringan Periapikal 511 kasus
(4.95 %) dan terendah penyakit pada rongga mulut 43 kasus
(4.2 %). Dan tahun 2010 cakupan kunjungan gigi tertinggi
penyakit pulpa dan jaringan periapikal 662 kasus (2.6 %) dan
terendah penyakit rongga mulut 102 kasus (0.4%).
Jika dilihat dari data diatas menunjukkan bahwa ada
peningkatan jumlah kunjungan seiring dengan kesadaran
masyarakat yang telah meningkat tentang kesehatan
terutama pada kesehatan gigi dan mulut serta kunjungan
UKGS yang dilaksanakan di 16 SD di wilayah Puskesmas
Hajimena.
b. Hypertensi

Tim SP2TP

Puskesmas Hajimena
Perencanaan Tingkat Puskesmas Tahun 2016

Penyakit Hypertensi pada tahun 2007 tidak termasuk dalam


10 besar penyakit. Tahun 2008 penyakit Hypertensi
menempati urutan ke 9
(3.5 %), tahun 2009 naik menjadi
urutan ke 8 (2.4 %), dan tahun 2010 cakupan penyakit
Hypertensi sejumlah 644 kunjungan dan menempati urutan ke8 (2.5%).
Kunjungan hypertensi ditahun 2010 masih tinggi hal ini
disebabkan karena dalam pencatatan pasien dengan
hypertensi yang datang ke Puskesmas tercatat sebagai pasien
baru sehingga jumlah kunjungannya tinggi. Kasus Hypertensi
di Puskesmas Hajimena tertinggi terjadi pada kelompok umur
45 - 54 tahun (181 ks) dan terendah pada kelompok umur 2044 tahun (39 ks). Pada kasus hypertensi ini lebih tinggi pada
perempuan 370 ks (57%) dan pada laki-laki 274 ks (43%).
c. Penyakit Diabetes Melitus
Pada tahun 2010 ini cakupan kunjungan pasien dengan
Diabetes Melitus 3 kasus dan tidak termasuk dalam 10 besar
penyakit. Namun dengan munculnya kasus ini menandakan
adanya pola hidup sebagian masyarakat yang belum baik,
sehingga dibutuhkan adanya perubahan pola hidup dengan
meningkatkan peran serta masyarakat dan tenaga kesehatan .
d. Penyakit Pada System Otot dan Jaringan Pengikat
Dibandingkan dengan kasus Hypertensi, maka Penyakit
Pada System Otot dan Jaringan Pengikat yang dilaporkan
Puskesmas Hajimena menunjukkan statis dan meningkat.
Tahun 2007 berada di urutan ke-6 Penyakit Pada System otot
908 kasus ( 4.9 % ). Tahun 2008 pada urutan ke 7 dengan
jumlah kasus meningkat menjadi 1012 kasus ( 5.9%). Dan di
tahun 2009 kasus penyakit pada System otot ini jumlahnya
meningkat menempati urutan ke-2 sejumlah 1847 kasus ( 8.6
% ). Kembali ditahun 2010 terjadi peningkatan cakupan
kunjungan pasien dengan gangguan otot yaitu sebesar 2148
kasus ( 8,4%) dan berada dirurutan ke-3 dalam 10 besar
penyakit.
e. Gangguan Mental dan Perilaku
Gangguan Mental dan Perilaku terjadi karena adanya
gangguan psikose. Selama 3 tahun ini terjadi peningkatan
cakupan gangguan jiwa. Tahun 2007 jumlah pasien dengan
gangguan mental berjumlah 12 kasus . tahun 2008 meningkat
menjadi 13 kasus, tahun 2009 kembali meningkat menjadi 15
kasus. Dan di tahun 2010 cakupan kasus gangguan mental

Tim SP2TP

10

Puskesmas Hajimena
Perencanaan Tingkat Puskesmas Tahun 2016

menurun menjadi 9 kasus, dengan jumlah kunjungan kasus ke


Puskesmas 38 kunjungan.
Menurut kelompok umur, Di tahun 2010 ini kasus gangguan
mental ini tertinggi ditemukan pada kelompok umur 919
tahun (3 ks), pada kelompok umur 20-44 tahun (6 ks) dan
Tertinggi di Desa Pemanggilan
(3 ks) dan terendah desa
sidosari ( 1 ks ).
Seluruh kasus dengan gangguan mental dan perilaku ini
dirujuk ke pelayanan kesehatan yang lebih tinggi, yaitu ke
Rumah Sakit Jiwa kurungan nyawa .
2)

Pola Penyakit Menular


Beberapa penyakit menular yang berpotensi dapat menimbulkan
Kejadian Luar Biasa ( KLB ) dan mempunyai kontribusi besar pada
derajat kesehatan masyarakat di Puskesmas Hajimena antara lain :
a. Kasus Malaria
Kasus Malaria yang ditunjukan dengan Annual Malaria
Incidence di wilayah Puskesmas Hajimena pada tahun 2007
kasus malaria baru ditemukan secara klinis sebanyak 54 kasus.
Sejak tahun 2008 telah dilakukan pemeriksaan mikroskopik
dimana jumlah angka kesakitan Malaria secara klinis ditemukan
66 kasus dan Malaria Palciparum 4 kasus . Tahun 2009 temuan
kasus malaria meningkat menjadi 52 kasus, dan dengan Malaria
palciparum 5 kasus. Untuk tahun 2010 cakupan kasus malaria
klinis sejumlah 15 kasus dan yang positif malaria palciparum
sejumlah 4 kasus. Seperti tampak pada grafik dibawah ini:
Grafik 2.5 : Temuan Kasus Malaria
Puskesmas Hajimena Kec. Natar Tahun 2007-2010
70
60
50
40
30
20
10
0

2007

2008

2009

2010

Sumber : Laporan LB 1, SP2TPPusk. Hajimena

Jika dilihat pada grafik diatas tampak bahwa cakupan malaria


fluktuatif naik turun. Pada tahun 2010 dari 15 kasus klinis

Tim SP2TP

11

Puskesmas Hajimena
Perencanaan Tingkat Puskesmas Tahun 2016

tertinggi ditemukan pada jenis kelamin laki-laki 10 kasus dan


pada perempuan 5 kasus. Sedangkan jika dilihat dari kelompok
umur tertinggi ditemukan pada kelompok umur 20-44 tahun 9
kasus (60%), kelompok umur 15-19 tahun 5 kasus (13%),
kelompok umur 10-14 tahun 2 kasus (13%), kelompok umur 4554 tahun 1 kasus (7%) dan pada kelompok umur 5-9 tahun 1
kasus (7%).
Dan menurut tempat kejadian kasus malaria pada tahun 2010
ditemukan di desa Hajimena ( 9 ks ) dan desa Tanjungsari ( 1
ks ).
b. Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD)
Temuan kasus DBD di Puskesmas Hajimena pada tahun 20072010 menunjukkan kecenderungan peningkatan, seperti terlihat
pada tabel dibawah ini.
Tabel 2.2 : Temuan Kasus DBD
Puskesmas Hajimena Kec. Natar Tahun 2007-2010
N
O

1
2
3
4
5
6

DESA

2007

2008

200
9

201
0

JUMLA
H

HAJIMENA
SIDOSARI
PEMANGGIL
AN
MUARA
PUTIH
KRAWANGSA
RI
TANJUNGSAR
I
PUSKESMAS

22
0
15
11
1
5

20
1
5
0
0
4

12
0
8
1
0
1

17
0
2
0
0
0

71
1
30
12
1
10

54

30

22

19

125

Sumber : Surv. P2 Pusk. Hajimena

Jika dilihat pada tabel diatas menunjukkan bahwa temuan


kasus DBD mengalami penurunan 54 kasus atau 1.4 /oo ( 2007) ,
menurun ditahun 2008 menjadi 30 kasus atau 0.8/oo. Dan pada
tahun 2009 kembali mengalami penurunan temuan kasus
menjadi 22 kasus atau 0.5/oo sedangkan di tahun 2010 temuan
kasus DBD sebesar 19 kasus atau 0,45/ oo dan tidak ditemukan
CFR atau kematian akibat DBD.
Penemuan kasus DBD di tahun 2007 tertinggi di bulan
Februari (22 kasus). Tahun 2008 tertinggi di bulan Februari (9
kasus) dan pada tahun 2009 tertinggi ditemukan di bulan Januari
(9 kasus). Dan ditahun 2010 tertinggi ditemukan di bulan Maret
(5 kasus). Jika dilihat berdasarkan tempat kejadian, tertinggi
kasus DBD ditemukan di desa Hajimena 22 kasus (2007), 20
kasus (2008), 12 Kasus (2009), dan 7 kasus (2010).
c. Kasus Diare

Tim SP2TP

12

Puskesmas Hajimena
Perencanaan Tingkat Puskesmas Tahun 2016

Jumlah kasus kesakitan diare selama 4 tahun fluktuatif naik


turun seperti yang tampak pada tabel dibawah ini :
Tabel 2.3 : Temuan Kasus Diare
Puskesmas Hajimena Kec. Natar Tahun 2007-2010
N
O

DESA

2007

2008

2009

2010

JUMLAH

HAJIMENA

185

164

220

304

873

SIDOSARI

161

126

118

133

538

PEMANGGIL
AN
MUARA
PUTIH
KRAWANGS
ARI
TANJUNGSA
RI

185

169

195

201

750

146

67

81

75

369

69

150

101

133

453

210

92

155

132

589

956

768

870

978

3572

4
5
6

PUSKESMAS

Sumber : Surv. P2, SP2TPPusk. Hajimena

Jika dilihat dari tabel diatas tampak bahwa tahun 2007 Insiden
Rate diare 24.8/oo (956 kasus), tahun 2008 IR diare 19.5/oo (768
kasus), tahun 2009 IR diare 21.3/oo (870 kasus). Sedangkan
pada tahun 2010 IR diare 23,4/ oo (978 kasus) Bila dibandingkan
dengan Insidens Rate Kabupaten Lampung Selatan (47.0/oo),
tampak bahwa Insiden Rate Diare di Puskesmas
Hajimena
dibawah IR Kabupaten. CFR atau kematian kasus yang
disebabkan oleh kejadian diare tidak ditemukan.
Menurut kelompok umur, kasus diare ditemukan
pada
kelompok umur > 5 tahun 498 kasus (2007), 499 kasus (2008),
478 kasus (2009), 512 kasus (2010) . Terendah ditemukan pada
kelompok umur <1 th 153 kasus (2007), 168 kasus (2008), 138
kasus (2009). 144 kasus (2010).
Sedangkan menurut tempat kejadian, kasus Diare tertinggi
ditemukan di desa Hajimena dan desa Pemanggilan sebesar 19,4
% (2007), desa Pemanggilan sebesar 22 % (2008), desa
Hajimena sebesar 25.3 % (2009) dan di desa Hajimena sebesar
31 % (2010) Terendah ditemukan di desa Krawangsari 7,2%
(2007), desa Tanjungsari 11.9% ( 2008), desa muara Putih 9.3 %
(2009).desa Muara Putih 7,7 % (2010).
d. ISPA Non Pneumonia
Penemuan kasus ISPA Non Pneumonia di puskesmas
Hajimena 2007-2010 menunjukkan kecenderungan meningkat.
Pada tahun 2007 ditemukan 6118 kasus(33.1 %), Tahun 2008

Tim SP2TP

13

Puskesmas Hajimena
Perencanaan Tingkat Puskesmas Tahun 2016

ditemukan 5853 (15.6 % ), tahun 2009 ditemukan 6522 kasus


( 12.9 % ), sedangkan tahun 2010 meningkat menjadi 8413
kasus
(33 %). Seperti yang tampak pada grafik dibawah ini :
Grafik 2.6 : Temuan Kasus Non Pneumonia
Puskesmas Hajimena Kec. Natar Tahun 2007-2010
9000
8000
7000
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0

2007

2008

2009

2010

Sumber : Laporan surv.P2 Pusk. Hajimena

Temuan kasus ISPA Non Pneumonia tahun 2007 ditemukan


pada kelompok umur > 5 tahun sebanyak 4497 kasus, kelompok
umur < 1 tahun 558 kasus, kelompok umur 1-5 tahun 1063
kasus. Tahun 2008 ditemukan pada kelompok umur < 1 tahun
sebanyak 646 kasus pada kelompok umur 1 5 tahun sebanyak
1380 kasus dan pada kelompok umur > 5 tahun 3827 kasus dan
pada tahun 2009 ditemukan pada kelompok umur < 1 tahun
ditemukan 697 kasus , pada kelompok umur 1- 5 tahun
ditemukan 4320 kasus dan pada kelompok umur > 5 tahun
ditemukan 4320 kasus. Tahun 2010 ditemukan pada kelompok
umur < 1 tahun ditemukan 16 kasus, pada kelompok umur1-5
tahun 27 kasus dan pada kelompok umur > 5 tahun 4 kasus.
Menurut waktu kejadian, Tahun 2007 penemuan tertinggi di
bulan mei dan terendah dibulan Juli. Tahun 2008 temuan
tertinggi bulan maret dan terendah bulan juni, tahun 2009
tertinggi ditemukan pada bulan Agustus dan terendah bulan
Januari dan pada tahun 2010 ditemukan di bulan februari .

e. ISPA PNEUMONIA
Dengan dilaksanakan program MTBS di Puskesmas Hajimena
nampak penemuan kasus Pneumonia pada balita . Jika dilihat
dari kelompok umur di tahun 2007 (IR 2.0/oo)Temuan kasus ISPA

Tim SP2TP

14

Puskesmas Hajimena
Perencanaan Tingkat Puskesmas Tahun 2016

Pneumonia ditemukan pada kelompok umur 1- 4 tahun (48 ks :


1,25/oo ) dan kelompok umur > 5 tahun
( 14 ks : 0,36/oo).
Tahun 2008 (IR 0.71/oo) ditemukan pada kelompok umur < 1
tahun (8 kasus : 0,20/oo ), pada kelompok umur 1-5 tahun (14
kasus : 0.35/oo), pada kelompok umur > 5 tahun (2 kasus:
0,05/oo). Dan pada tahun 2009 (IR 0.59/oo) ditemukan pada
kelompok umur < 1 tahun (11 kasus: 0,27/oo), pada kelompok
umur 1-5 tahun (10 kasus: 0,24/oo) , pada kelompok umur > 5
tahun (3 kasus: 0,07/oo) . dan pada tahun 2010 (1.12/oo)
ditemukan pada kelompok umur < 1 tahun 16 kasus(34%),
kelompok umur 1-5 tahun 27 kasus (57%), dan pada kelompok
umur > 5 tahun 4 kasus (5%).
Jumlah
temuan kasus Pneumonia di wilayah Puskesmas
Hajimena pada periode 4 tahun (2007 2010 ) dapat dilihat pada
tabel dibawah ini :
Tabel 2.4 : Temuan Kasus Penumonia
Puskesmas Hajimena Kec. Natar Tahun 2007-2010
Tahun

N
o

Desa

200
7

200
8

200
9

201
0

Hajimena

Sidosari

Pemangg
ilan

19

Muara
Putih

Krawang
sari

Tanjungs
ari

59

22

19

25

Puskesmas

77

28

24

47

Sumber : Laporan Surv. P2 Pusk. Hajimena

f. TB Paru
Meskipun Tuberkulosis (TBC) adalah merupakan penyakit
menular langsung yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium
Tuberculosis dan merupakan masalah utama di masyarakat
Indonesia pada umumnya namun temuan suspek TB Paru di
Puskesmas Hajimena masih relatif rendah.
Pencapaian program P2 TB dalam periode tahun 2007-2010
angka CDR (Case Detection Rate) sebesar 18 % (12 penderita)
Tim SP2TP

15

Puskesmas Hajimena
Perencanaan Tingkat Puskesmas Tahun 2016

jumlah yang ditemukan tersebut masih rendah jika dibandngkan


dengan Target sebesar 70 % , dengan angka kesembuhan 67 %
lebih rendah dari target sebesar 85 %. Pencapaian yang masih
rendah tersebut dikarenakan masih ada beberapa penderita
yang dalam tahap pengobatan, sehingga belum dapat dinilai
secara keseluruhan. Selain angka CDR dan Cure Rate, indikator
yang penting dalam program P2 TB yaitu angka konversi
(Convertion Rate) yaitu sebesar 58 % yang juga masih rendah
dari target 80 %.
Grafik 2.7 : Temuan Kasus TB Paru
Puskesmas Hajimena Kec. Natar Tahun 2007-2010

2007

2008

2009

2010

Sumber : Laporan Surv. P2 Pusk. Hajimena

Dari beberapa indikator pada program P2TB, pencapaian


angka CDR di Puskesmas Hajimena masih sangat rendah. Hal ini
dikarenakan penjaringan terhadap tersangka penderita TB paru
bersifat pasif (pasive promotive Case Finding) yaitu hanya
berdasarkan pasien yang datang ke Puskesmas dengan keluhan
batuk berdahak . 2 mg . Untuk itu upaya yang akan dilakukan
akan meningkatkan penemuan penderita TBC adalah dengan
membentuk Pos TB Desa disetiap desa guna membantu
meningkatkan penemuan penderita, sehingga diharapkan
angka CDR pada program P2TB di UPT Hajimena .
g. Penyakit

Yang

Dapat

Dicegah

Dengan

Imunisasi

(PD3I)
Salah satu penyakit yang ditemukan karena PD3I ini adalah
Penyakit Campak. IR Kasus Campak di Puskesmas Hajimena
dalam tahun 2007-2010 fluktuatif naik dan turun . Tahun 2007
ditemukan 16 kasus (0.42/oo), tahun 2008 ditemukan 19 kasus
(0.48/oo), Tahun 2009 ditemukan 7 kasus (0.17/oo) sedangkan
di tahun 2010 temuan kasus campak 1 kasus (0.02/oo).

Tim SP2TP

16

Puskesmas Hajimena
Perencanaan Tingkat Puskesmas Tahun 2016

Grafik 2.8: Cakupan Campak di Puskesmas Hajimena


Tahun 2007-2010
20
15
10
5
0
2007

2008

2009

2010

Sumber : P2 Surveilans, puskesmas Hajimena

Jika dilihat berdasarkan kelompok umur, penderita Campak


di Puskesmas Hajimena pada tahun 2009 ditemukan pada
kelompok umur > 5 tahun (6 kasus), dan pada kelompok umur
1-4 tahun (1 kasus). Bila dilihat dari tempat kejadian, kejadian
penyakit Campak ditemukan di Desa Sidosari (1 kasus), desa
Krawangsari (1 kasus) , dan berasal dari luar wilayah 5 kasus
yang datang berobat ke Pelayanan Kesehatan di Puskesmas
Hajimena tahun 2009.
Untuk tahun 2010 temuan kasus campak berdasarkan
tempat ditemukan di desa Sidosari di bulan April . berdasarkan
kelompok umur 1-4 tahun (1 kasus ).
h. AFP

Acute

Flaccid

Paralysis

Lumpuh

Layuh

Mendadak )
Tahun 2007 ditemukan 1 kasus AFP, tahun 2008 tidak
ditemukan dan kembali ditemukan di tahun 2009 sebanyak 2
kasus. Menurut tempat kejadian AFP tahun 2009 ditemukan di
desa Krawangsari 1 kasus dan di desa Hajimena 1 kasus.
Menurut kelompok umur, kasus ini ditemukan pada kelompok
umur 1-5 tahun.
Tahun 2010 kasus AFP ditemukan di desa Pemanggilan 1 ks.
Yang ditemukan pada kelompok umur > 5 tahun .

Tim SP2TP

17

Puskesmas Hajimena
Perencanaan Tingkat Puskesmas Tahun 2016

i. GHTR
Pada tahun 2007 ditemukan kasus tersangka GHTR di desa
Hajimena 2 kasus, Desa Krawangsari 1 kasus dan Desa
Tanjungsari 1 kasus dan mendapatkan vaksin VAR.
Tahun
2008 ditemukan 4 kasus, di desa Hajimena 2 kasus, desa
pemanggilan 1 kasus, desa Krawangsari 1 kasus, tahun 2009
ditemukan 12 kasus di desa Hajimena 8 kasus, desa Sidosari 1
kasus, desa pemanggilan 2 kasus, dan desa
Krawangsari 1
kasus.
Menurut kelompok umur tahun 2007 ditemukan pada
kelompok umur 10-14 th ( 1 kasus ), kelompok umur 20-44
tahun (2 kasus), kelompok umur 45-55 tahun ( 1 kasus).tahun
2008 ditemukan pada kelompok umur 20-44 tahun. Tahun 2009
GHTR ditemukan pada kelompok umur < 5 tahun 1 kasus,
kelompok umur 5 15 thn 4 kasus dan pada kelompok umur >
15 tahun 7 kasus. Dan ditahun 2010 kasus GHTR ditemukan 9
kasus pada kelompok umur 1-4 tahun 2 kasus, kelompok umur
5-9 tahun 3 kasus, kelompok umur 10-14 tahun 2 kasus dan
kelompok umur 20-44 tahun 2 kasus. Seperti tampak pada
grafik dibawah ini :
Grafik 2.9 :Temuan Kasus GHTR
Puskesmas Hajimena Kec. Natar Tahun 2007-2010
12
10
8
6
4
2
0

4
2007

4
2008

12
2009

9
2010

Sumber : P2 Surveilans Pusk. Hajimena

j. Kusta
Kasus kusta tahun 2007 ditemukan di desa Muara Putih 1
kasus. Ditemukan pada kelompok umur 45-55 tahun. Untuk 3
tahun berikutnya yaitu tahun 2008, tahun 2009 dan tahun 2010
tidak ditemukan kasus kusta, hanya melanjutkan pengobatan
penderitan kusta pada tahun 2007.
Upaya pelayanan kesehatan yang dilakukan untuk mencegah
perluasan penyakit Kusta pada masyarakat luas adalah dengan

Tim SP2TP

18

Puskesmas Hajimena
Perencanaan Tingkat Puskesmas Tahun 2016

memberikan penyuluhan kepada keluarga penderita dan


masyarakat sekitar mengenai penyakit kusta dan tatalaksana
pengobatan serta perawatannya.
k. Keracunan Makanan
Selama kurun waktu 4 tahun, yaitu tahun 2007 2010, pada
tahun 2009 ditemukan Kasus tersangka keracunan makanan
yang terjadi di SDN I Tanjung Sari di wilayah Puskesmas
Hajimena sebanyak 5 orang yang disebabkan karena
mengkonsumsi permen Kiss.
Di tahun 2010 ini kembali ditemukan kasus keracunan
makanan (nugget) pada siswa SDN 2 Hajimena sebanyak 7
orang. Sebagai upaya tindak lanjut dilakukan pemeriksaan
bahan makanan tersebut ke Laboratorium Kesehatan Daerah
dan dinyatakan makanan disekitar sekolah mengandung jamur
dan bakteri, jenis jamur yang ditemukan adalah Klebsiella sp,
Staphylococcus sp, Klebsiella sp, Enterobacter sp, dan jamur
Candida sp. Sehingga diperlukan upaya lebih lanjut berupa
bimbingan dan binaan terhadap pedagang di sekitar SDN 2
Hajimena. Dan tidak ditemukan CFR karena keracunan makanan
.
l. Kematian Unggas
Dalam kurun waktu 2007-2010, di wilayah Puskesmas
Hajimena pada tahun 2009 ditemukan adanya kematian unggas
sebanyak 4 ekor ayam yang dkhawatirkan akan menular pada
manusia sehingga dapat menyebabkan Flu Burung.
Menurut tempat kematian unggas ditemukan di 2 desa yaitu
di desa Hajimena 3 kasus kematian unggas dan di desa
Krawangsari 1 kasus kematian unggas. Sedangkan tahun 2010
tidak ditemukan.
A.4.

Status Gizi Masyarakat

Permasalahan Kesehatan masyarakat salah satunya sangat


dipengaruhi dengan status Gizi masyarakatnya. Adapun masalah utama
gizi masyarakat , khususnya di wilayah kerja Puskesmas Hajimena
antara lain :
1.)

Status Gizi Balita


Dari hasil pemantauan Status Gizi pada Balita menunjukkan
jumlah temuan kasus Gizi buruk fluktuatif turun naik dari tahun

Tim SP2TP

19

Puskesmas Hajimena
Perencanaan Tingkat Puskesmas Tahun 2016

2007 2010. Hal ini dapat menggambarkan bahwa tingkat


kesadaran masyarakat akan pentingnya meningkatkan Gizi pada
balita belum secara maximal dipahami oleh masyarakat. Dengan
demikian masih perlu memberikan pendidikan tentang Gizi
terhadap Ibu Balita melalui kegiatan di Posyandu dan kegiatan
lainnya yang terkait dengan peningkatan status Gizi Balita.
Menurut tempat kejadian, kasus Gizi buruk tahun 2007 ditemukan
di desa Sidosari 1 kasus, desa Krawangsari 2 kasus dan desa
Tanjungsari 2 kasus . tahun 2008 ditemukan di desa Sidosari 1
kasus, desa Krawangsari 1 kasus dan desa Tanjungsari 1 kasus .
sedangkan di tahun 2009 ditemukan di Hajimena 1 kasus , desa
sidosari 2 kasus dan desa Tanjungsari 1 kasus.
Pada tahun 2010 kasus Gizi buruk Ditemukan di desa Sidosari 2
kasus . jika dilihat kelompok umur 1-4 tahun 1 kasus dan
kelompok umur > 5 tahun 1 kasus, dan di desa Hajimena yang
ditemukan kelompok umur 1-4 tahun 1 kasus. Pada tahun 2010
ditemukan 1 kasus kematian di desa Hajimena dikarenakan
kelainan jantung. Untuk temuan kasus Gizi baik, gizi lebih, dan gizi
kurang dapat dilihat pada grafik dibawah ini :

Grafik 2.10 : Cakupan Status Gizi Balita di Puskesmas hajimena


Tahun 2007-2010
5Kasus

Gizi Buruk

Kasus Gizi kurang

800
3

682

728

600

400

252

238

2009

2010

200

1
0

0
2007

Tim SP2TP

2008

2009

2010

2007

20

2008

Puskesmas Hajimena
Perencanaan Tingkat Puskesmas Tahun 2016

Kasus Gizi Baik


3000
2500

2282

2556

2861

Kasus Gizi Lebih


39

2674

40
27

30

2000
1500

14

20

1000

10

500
0

0
2007

2008

2009

2010

2007

2008

2009

2010

Sumber : Laporan Gizi, SP2TP Pusk. Hajimena

2.)

KEK Ibu Hamil


Temuan kasus KEK Bumil di Puskesmas Hajimena pada tahun
2007-2010 menunjukan angka yang berfluktuasi naik dan turun.
Tahun 2007 ditemukan 41 kasus (Hajimena 12, Sidosari 1,
Pemanggilan 7, Muara Putih 2, Krawangsari 7, Tanjungsari 12 ).
Tahun 2008 ditemukan 25 kasus Bumil KEK (Hajimena 6, Sidosari
3, Pemanggilan 4, Muara Putih 1, Krawangsari 4, Tanjungsari 7)
dan tahun 2009 ditemukan 24 kasus Bumil KEK ( Hajimena 5,
Sidosari 4, Pemanggilan 2, Muara Putih 2, Krawangsari 7, dan
Tanjungsari 4 ). Dan pada tahun 2010 ditemukan 8 kasus Bumil
KEK ( Hajimena 1, Sidosari 1, Pemanggilan 1,Muara Putih 1,
Krawangsari 2, Tanjungsari 2) seperti yang tampak pada grafik di
bawah ini:

Grafik 2.11 : Jumlah Bumil Kek di Puskesmas Hajimena


Tahun 2007-2010

Tim SP2TP

21

Puskesmas Hajimena
Perencanaan Tingkat Puskesmas Tahun 2016

45
40
35
30
25
20
15
10
5
0

41
2007

25
2008

24
2009

8
2010

Sumber : Laporan Gizi, SP2TP Pusk. Hajimena

Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa jumlah temuan kasus


Bumil KEK mengalami penurunan meskipun di dua tahun terakhir
tampak kasus Bumil KEK tetap, diharapkan dengan melakukan
upaya yang optimal dari Tenaga Kesehatan yang ada di
Puskesmas diharapkan jumlah Bumil KEK akan semakin menurun.
3.) Anemi Ibu Hamil
Dalam kurun waktu tahun 20072010, di wilayah kerja
Puskesmas Hajimena ditemukan Bumil anemi 58 kasus yaitu
pada tahun 2007 ditemukan 16 kasus , Tahun 2008 Kasus bumil
anemia 27 kasus. Tahun 2009 menurun menjadi 13 bumil anemi.
Dan pada tahun 2010 ditemukan 9 kasus Bumil Anemi Seperti
yang tampak pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.5 : Temuan Kasus Anemi Bumil
Puskesmas Hajimena Kec. Natar Tahun 2007-2010
NO

DESA

2007

2008

2009

2010

JUMLAH

HAJIMENA

11

SIDOSARI

PEMANGGILA
N
MUARA PUTIH

10

KRAWANGSA
RI
TANJUNGSARI

12

16

16

27

13

65

4
5
6

PUSKESMAS

Sumber : Laporan LB 1, SP2TPPusk. Hajimena

Dalam Periode 4 tahun (2007-2010) Pemeriksaan Anemi pada


ibu hamil masih dilakukan secara klinik sedangkan di tahun 2010
pemeriksaan anemi bumil sudah dilakukan secara laboratorium.
Tim SP2TP

22

Puskesmas Hajimena
Perencanaan Tingkat Puskesmas Tahun 2016

2.3

ANALISIS FAKTOR DETERMINAN


A. MANAJEMEN KESEHATAN

Dalam meningkatakan upaya pelayanan kesehatan yang ideal


harus mampu
menyediakan jenis pelayanan dalam memenuhi
kebutuhan masyarakat akan kesehatan dirinya, dalam hal ini adalah
kesehatan masyarakat pada umumnya. Untuk itu upaya yang diberikan
oleh Puskesmas Hajimena untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat hajimena dipengaruhi oleh 3 hal penting yaitu Analisis
manajemen kesehatan, analisis lingkungan kesehatan dan analisis
terhadap perilaku kesehatan masyarakat .
1)

Perencanaan
Rencana Tingkat Puskesmas tahun 2010 yang digunakan
sebagai acuan untuk membuat Perencanaan Tahunan. meskipun
telah dibuat suatu perencanaan untuk menentukan rencana
tahunan, masih sering ditemui berbagai kendala disaat akan
meng-Implementasikan kedalam kegiatan guna meningkatkan
cakupan pelayanan kesehatan pada masyarakat.
Ketidaksempurnaan dalam menyampaikan data yang ada di
lapangan disebabkan Sistem Informatika belum tersedia dengan
baik yang digunakan sehingga dapat mempengaruhi penilaian
terhadap Derajat Kesehatan Masyarakat ,sehingga masih
diperlukannya Perencanaan yang bersifat dari bawah ke atas
( bottom Up ).

2)

Loka Karya Mini


Masalah kesehatan yang muncul dengan berbagai alasan
harus dicari solusinya, dengan melibatkan seluruh pemegang
program di Puskesmas dan Bidan desa, diharapkan permasalahan
yang muncul dapat diketahui sebabnya sehingga dengan segera
dicari
pemecahan
masalahnya.
Untuk
mencapai
suatu
kesepakatan dalam menyelesaikan permasalahan kesehatan
maka Puskesmas Hajimena telah melaksanakan kegiatan berupa
Loka karya Mini tingkat Puskesmas
Pada tahun 2010 dilaksanakan kegiatan Lokmin 9 kali/ tahun,
sehingga masih perlu peningkatan kuantitas dan kualitas
pertemuan Lokmin untuk membahas permasalahan kesehatan
ditahun 2010.

Tim SP2TP

23

Puskesmas Hajimena
Perencanaan Tingkat Puskesmas Tahun 2016

3) Monitoring Dan Evaluasi Program Puskesmas


Tercapainya Program Kesehatan di Puskesmas Hajimena
dipantau dengan melaksanakan kegiatan Lokmin bulanan dan
triwulan guna memantau hasil kegiatan Program, yang kemudian
akan dibandingkan dengan Standar Pelayanan Minimal yang telah
ditetapkan oleh Kabupaten. Kemudian merumuskannya untuk
diidentifikasi dan diklasifikasikan di masing masing program dan
dicari Pemecahannya.
Dengan terlaksananya kegiatan ini, diharapkan hasil cakupan
kegiatan program kesehatan akan selalu terpantau sehingga akan
Tercapainya Masyarakat Hajimena Sehat dan Mandiri.

B. ANALISIS LINGKUNGAN KESEHATAN


1) Lingkungan Fisik
Puskesmas Hajimena bukan termasuk daerah endemi penyakit
Menular. Dimana kondisi fisik sebagian besar wilayah Puskesmas
Hajimena adalah bebatuan, dan dengan luas wilayah yang tidak
beraturan (54,70 km2), menyebabkan jangkauan pelayanan
kesehatan ke masyarakat untuk mendapatkan pengobatan di
Puskesmas Hajimena masih belum lancar. Sehingga dengan
melaksanakan kegiatan Inovatif berupa Puskesmas Keliling
diharapkan dapat meningkatkan cakupan kunjungan pelayanan
kesehatan pada masyarakat dan memungkinkan untuk membantu
masyarakat lebih mudah menjangkau pelayanan terhadap bagi
diri dan keluarganya.
Selain dari pada itu pada tahun 2010 telah berjalannya 2 buah
Polindes
(desa Muara Putih dan desa Pemanggilan) diharapkan
jangkauan pelayanan kesehatan dapat sampai pada seluruh
masyarakat meskipun wilayah kerja di Puskesmas Hajimena yang
jauh dari Puskesmas Hajimena dan melewati Puskesmas Natar jika
ingin dtang berobat ke Puskesmas Hajimena, sehingga jumlah
masyarakat yang berkunjung ke Puskesmas Hajimena tidak
optimal.
2.) Lingkungan biologis
Lingkungan biologis merupakan komponen yang tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan masyarakat sehingga kualitas
pencapaiannya sangat berperan dalam proses gangguan
kesehatan yang secara tidak langsung terhadap kehidupan
manusianya. Kegiatan yang dilaksanakan adalah berupa

Tim SP2TP

24

Puskesmas Hajimena
Perencanaan Tingkat Puskesmas Tahun 2016

pemantauan kualitas air , snitai dasar, pengelolaan makanan dan


sebagainya.
Pada tahun 2009 ini 71.6 % dari 8956 KK telah memiliki JAGA
sehat. Sedangkan SPAL sehat 72.03 % , SAB 88 %. Sedangkan
untuk perindukan Vektor penyakit baik yang bersifat alamiah /
buatan manusia menunjukkan adanya kecenderungan yang
meningkat. Sedangkan di tahun 2010 lingkungan biologis di
wilayah Puskesmas Hajimena seperti ketersediaan air seperti
ketersediaan ledeng 2,5 %, SPT 0,8 %, Sumur gali 96,7 %. Dari
10778 KK yang memiliki Jaga sehat sebesar 75% , SPAL sehat 74
%, SAB sehat 76,4%.
3)

Lingkungan Sosial Ekonomi


Indikator yang dipakai untuk mengukur tingkat sosial ekonomi
masyarakat adalah proporsi penduduk yang bekerja. Menurut data
yang diperoleh jumlah angkatan kerja dan partisipasi angkatan
kerja masyarakat yang berada di Puskesmas Hajimena yaitu :
Petani 8589 (48 %), PNS 771 (5 % ), Buruh 5640
(35% ),
Dagang 889(4 %), Swasta 2003 (8 %). Seperti yang terlihat pada
grafik dibawah ini :
Gambar-2.12 : Jumlah Penduduk menurut mata pencaharian
di Puskesmas Hajimena tahun 2010

4%

48%

Petani
Pns

35%
8%

4%

Buruh
Dagang
Swasta

Sumber : Laporan LB 1, SP2TPPusk. Hajimena

Jumlah angkatan kerja dan partisipasi angkatan kerja diketahui


bahwa tahun 2010 ini dari jumlah penduduk 41805 jiwa jumlah
penduduk yang bekerja sebesar 43.8 % .
Selain itu yang harus dipertimbangkan adalah tingkat
pendidikan masyarakat, yaitu penduduk yang tidak tamat SD 20,2
% , Tamat SD : 11,6 %
dan tamat SMP : 4,4 %, tamat SLTA: 2,5
% , tamat Akademi: 1,04 %, tamat Universitas : 1,05 %.

Tim SP2TP

25

Puskesmas Hajimena
Perencanaan Tingkat Puskesmas Tahun 2016

C. ANALISIS PRILAKU KESEHATAN


1). Pola Pemberian ASI
Pemberian ASI Ekslusive pada bayi yang berusia 0-1 tahun
sangatlah penting guna pemenuhan gizi dan zat-zat pembentuk
bagi kekebalan tubuh bayi dari berbagai penyakit. Pemberian ASI
secara Ekslusive diberikan pada usia bayi 0-6 bulan, karena pada
usia ini kondisi bayi masih lemah dan rawan terhadap serangan
berbagai penyakit, sehingga diperlukan asupan ASI secara
ekslusive. Di tahun 2009 , cakupan ASI Ekslusive bagi bayi berusia
0-6 bulan sebesar 235 bayi ( 53.7 % ).
Tahun 2010 cakupan ASI Ekslusive 65,7 % jika dibandingkan
dengan target yang diharapkan dalam pencapaian ASI ekslusive
masih dibawah target (70%).
2). Pola Pengobatan
Gambaran kemauan seseorang untuk mencari pengobatan
(Health Seeking Behavior) adalah termasuk dalam pencarian
pertolongan pada pelayanan swasta. Salah satu tempat pelayanan
kesehatan yang dekat dengan masyarakat adalah Puskesmas,
Bidan swasta, Pustu, Poskesdes, Posyandu.
Dalam kurun waktu empat tahun (2007-2010) pencarian
pengobatan oleh masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
meningkat disetiap tahunnya. Hal ini
disebabkan
telah
meningkatnya kemampuan masyarakat dalam mengidentifikasi
dirinya dalam keadaan sehat/ sakit sehingga pemanfaatan
terhadap pelayanan kesehatan meningkat.
3). Pola Pencarian Pertolongan Persalinan

Tim SP2TP

26

Puskesmas Hajimena
Perencanaan Tingkat Puskesmas Tahun 2016

Cakupan persalinan Nakes di wilayah kerja Puskesmas


Hajimena pada tahun 2009 sebesar 92,2 %
( 919 Bulin ),
persalinan oleh Dukun 1.3 % (12 Bulin), sisanya 5.8 % bersalin di
luar wilayah yang tidak tercatat dalam pelayanan Nakes di
wilayah Puskesmas Hajimena. Sedangkan di tahun 2010 dalam
upaya pencarian pertolongan persalinan yang ditangani oleh
Tenaga Kesehatan sebesar 735 bulin (95,9%) dan 4 bulin (1.6 %)
bersalin dengan dukun . Dari data tersebut telah menunjukkan
adanya peningkatan kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan
Tenaga Kesehatan sebagai tempat pencarian bagi pertolongan
persalinan sudah semakin meningkat, juga keberhasilan bagi
tenaga kesehatan dalam memberikan pemahaman pada
masyarakat akan pentingnya meminta pertolongan persalinan
pada tenaga yang mempunyai kompetabilitas yang sesuai dengan
tugasnya.
Dari pertolongan persalinan ditemukan lahir mati sebesar 3
kasus
(2 kasus di desa Sidosari dan 1 kasus di desa
Pemanggilan). Penyebab kematian BBLR (1 kasus) dan IUFD (2
kasus).
4). Pola Hidup Bersih dan Sehat
Perilaku masyarakat dalam melaksanakan Pola Hidup Bersih
dan Sehat belum sepenuhnya dilaksanakan oleh masyarakat,
masih perlu binaan dan bimbingan dari Puskesmas dalam
mewujudkannya. Seperti yang nampak pada data di bawah ini :
Bumil yang datang untuk memeriksakan kehamilannya ke
Nakes : 98.8 %.
Bumil yang mendapat Tablet Fe : 96.6 %
Ibu yang memberikan ASI Ekslusive : 65.7 %
Balita yang datang ke Posyandu untuk menimbang bayinya :
75.4 %
ABJ
: 83 %
SAB
: 76.4 %
JAGA
: 74 %
SPAL
: 74%
TPS
: 68 %
Rumah Sehat : 73 %.

Tim SP2TP

27

Puskesmas Hajimena
Perencanaan Tingkat Puskesmas Tahun 2016

D.

ANALISIS KEPENDUDUKAN
1).

Jumlah dan Kepadatan Penduduk

Tahun 2010 jumlah total penduduk Hajimena sebayak 41.805


jiwa, terdiri dari 21.363 penduduk laki-laki dan 20.442 jiwa
penduduk perempuan. Dengan luas wilayah sebesar 54.70 km 2,
maka tingkat kpadatan penduduk Hajimena sebesar 824
jiwa/km2.
2). Penduduk Miskin
Jumlah keluarga Miskin yang ada di wilayah kerja Puskesma
Hajimena sebanyak 3745 KK (15.425 jiwa). Jika dilihat dari data
kunjungan penduduk miskin ke Pelayanan Kesehatan atau Nakes
khususnya ke Puskesmas dan Pustu yaitu sebesar 5.402
kunjungan (35 %).

E.

ANALISIS PROGRAM DAN PELAYANAN KESEHATAN

Upaya Pelayanan kesehatan yang ideal adalah yang mampu


memberikan dan menyediakan jenis dan pilihan kesehatan untuk
memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat dari berbagai penyakit
sosial, berkualitas dan berkesinambungan yang sesuai dengan norma
budaya dan mampu memenuhi harapan hidup bagi penggunanya.
1). Analisis Input
a.

Tenaga Medis

Jumlah tenaga kesehatan yang bekerja di Puskesmas


Hajimena tahun 2010 berjumlah 50 orang yang terdiri dari 4
dokter Umum, 1 orang dokter gigi,3 orang Sarjana Kesehatan,
14 orang perawat umum, 16 orang bidan , 6 orang Kesehatan
Lingkungan, 2 orang farmasi, 1 orang Gizi, 1 orang perawat
gigi, 2 orang analis.

b. Keadaan Fasilitas Kesehatan


Fasilitas kesehatan yang berada di wilayah kerja Puskesmas
Hajimena antara lain terdiri dari Puskesmas Induk 1 unit,
Puskesmas Pembantu 3 unit, Gudang Obat 1 unit.

Tim SP2TP

28

Puskesmas Hajimena
Perencanaan Tingkat Puskesmas Tahun 2016

c.

Fasilitas Kesehatan Berbasis Masyarakat ( UKBM )


Keberhasilan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan
Pemerintah perlu didukung dengan keberadaan dan
ketersediaan
sarana
kesehatan
dengan
kepemilikan
masyarakat.
Bentuk
sarana
kesehatan
yang
dikelola/bersumber masyarakat di Puskesmas Hajimena pada
tahun 2010 berupa Pustu 3 unit, Poskesdes 2 unit, Posyandu
Balita 34 unit, Posyandu Usila yang semula berjumlah 12 unit.
Toga 133 unit, Batra 166 buah .

d.

Partisipasi Swasta
Partisipasi dari pihak swasta terhadap sektor kesehatan
mutlak diperlukan dalam rangka mendukung peningkatan
kesehatan masyarakat. Keterlibatan pihak swasta
dalam
sektor kesehatan diwilayah Puskesmas Hajimena adalah
antara berupa BPS /BP (5 bidan, 1 dr, 1 klinik pengobatan
Poltekes) . Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh pihak
swasta dilaporkan setiap bulan kepada Puskesmas Hajimena.
Partisipasi dari pihak Puskesmas adalah berupa Bimtek ke
palayanan swasta tersebut mengenai masalah kesehatan yang
muncul berdasarkan laporan yang telah dibuat, manajemen
pencatatan dan pelaporan. Dengan partisipasi dari pihak
swasta diharapkan seluruh masyarakat akan mendapatakan
pelayanan kesehatan seoptimal mungkin.

e.

Ketersediaan Alat Kesehatan


Sebagai Upaya pemberian Pelayanan Kesehatan tidak
terlepas dari alat kesehatan yang akan digunakan. Yang
dimaksud dengan Alat Kesehatan adalah bahan, instrumen,
partus serta implan yang tidak mengandung obat yang
digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan
dan meringankan penyakit, merawat orang sakit serta
memulihkan kesehatan pada manusia dan atau untuk
membentuk struktur dan mempengaruhi fungsi tubuh.
Ketersediaan alat kesehatan yang ada di Puskesmas
hajimena baik di Puskesmas Induk, Puskesmas Pembantu,
Poskesdes dirasakan belum mencukupi untuk digunakan
sebagai alat penunjang pelayanan kesehatan terhadap
masyarakat, dimana jumlah ketersediaan alat kesehatan di
Puskesmas Hajimena secara garis besar meliputi antara lain :

Tim SP2TP

29

Puskesmas Hajimena
Perencanaan Tingkat Puskesmas Tahun 2016

Tabel 2.6 : ketersediaan Alat Kesehatan


diPuskesmas Hajimena Kec. Natar Tahun 2007-2010
N
O
I
1.

2.
3.
4.
II.

PERALATAN
MEDIS
Diagnostik Set
a. Puskesmas
b. Pustu
c. Poskesdes
Gigi dan Mulut
a. Dental Unit
b. Perawat gigi set
Laboratorium
a. Bahan habis pakai
Tindakan Medis set
a. Bidan/ KIA set
b. BP set
Non Medis
a. Cold Chain
b. Sanitarian
c. Swing fog

JUMLAH

KONDISI

BUTUH

BAIK

RUSAK

1set
3set
2set

2 set
-

1set
0

1set
0

1set
v

4
1

2
1

2
2
2

1
1
1

2
-

2
5

5
2
1

Sumber : Inventaris Barang Pusk Hajimen

f. Ketersediaan Obat
Pemakaian obat pada periode tahun 2007-2010 terjadi
peningkatan,
distribusi penggunaan obat sesuai dengan
klasifikasi penyakit yang datang berkunjunga ke pelayanan
kesehatan yang ada diwilayah Puskesmas Hajimena baik di
Puskesmas induk, Pustu, Poskesdes maupun pelayanan yang
diberikan oleh Bidan di desa.
Diantara
berbagai
alternatif
yang
dilakukan
oleh
masyarakat, pengobatan penyakit dengan obatlah yang
dianggap sebagai intervensi yang paling banyak digunakan
dan merupakan pengobatan yang tepat dan murah, terutama
obat yang tersedia di Pelayanan Kesehatan terdekat, dalam hal
ini adalah di Puskesmas Hajimena.
Untuk cakupan penggunaan obat terbanyak di Puskesmas
Hajimena perbulan di tahun 2010 dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :

Tim SP2TP

30

Puskesmas Hajimena
Perencanaan Tingkat Puskesmas Tahun 2016

Tabel 2.7 : 10 Besar Pemakaian Obat


diPuskesmas Hajimena Kec. Natar Tahun 2010
N
o
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
1
0

Jenis Obat
Paracetamol
CTM
GG
Vitamin B1
Kalk
Antasida
Amoxicillin
500
mg
Ibupropen
Amoxicillin
250
mg
Kotri 480 mg

Jumlah Pemakaian
Obat
659967
53200
43701
37883
37205
35028
28295

18,7
15,1
12,4
10,7
10,5
9,9
8,02

23128
15754

6,6
4,5

12565

3,5

352756

100

JUMLAH

Sumber : Farmasi, Pusk Hajimena

g. Anggaran Kesehatan
Pembiayaan Kesehatan di Puskesmas Hajimena Kecamatan
Natar berasal dari sumber keuangan yang berbeda. Sumber
anggaran yag diterima selama periode tahun 2007-2010,
digunakan untuk membiayai seluruh kegiataan program
kesehatan yang dijalankan di dalam maupun diluar gedung di
seluruh wilayah Puskesmas Hajimena. Adapun sumber
anggaran yang diterima seperti yang tampak pada tabel
dibawah ini :
Tabel 2.7 : Pembiayaan Sektor Kesehatan Menurut Sumber
Anggaran
Di Puskesmas Hajimena Kecamatan Natar Tahun 2007-2010
N
o

Sumber Biaya

ANGGARAN
KESEHATAN
BERSUMBER dari:
1
2

DAU
JAMKESMAS

Tim SP2TP

Alokasi Anggaran ( Rp)


2007

2008

2009

2010

27.980.000
89.723.000

26.560.000
175.750.00

8.245.000
185.100.00

8.120.000
138.825.0

31

Puskesmas Hajimena
Perencanaan Tingkat Puskesmas Tahun 2016

0
133.801.19
4
0

8.120.000

Sisa saldo
3

3.962.577,-

DEKON.
*.

KIA

BOK

JAMKESDA

129.323.0
00

209.772.5
77

330.646.1
94

TOTAL ANGGARAN
KESEHATAN

00
86.423.17
8
0
0
18.000.00
0
25.971.50
0
277.339.6
78

Sumber : Keuangan DAU & Jamkesmas, Pusk .Hjmn

Dari Tabel di atas, tampak bahwa pembiayaan kesehatan di


Puskesmas Hajimena Kecamatan Natar
di tahun 2010
sebagian besar bersumber dari Jamkesmas ( 83.7 % ),
JAMKESDA (9.6% ), BOK (6.7%) dan DAU (2.9 %).
2.4

ANALISIS HASIL CAPAIAN PROGRAM


1.)

Program Kesehatan Ibu dan Anak.

a. Cakupan Kunjungan Bumil K1.


Indikator keberhasilan pelayanan ANC (Ante Natal Care)
adalah merupakan pelayanan terhadap ibu oleh tenaga yang
memiliki kompetensi dalam bidangnya seperti dokter spesialis
kebidanan, dokter umum, bidan atau perawat bidan.
Pelayanan
yang
diberikan
pada
ibu
selama
masa
kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan antenatal
yang meliputi 5T (Timbang BB, Ukur TB, Imunisasi TT, ukur
tinggi fundus uteri dan pemberian tablet Fe minimal 90 tablet
selama kehamilan). Hasilnya dapat dipantau melalui
pelayanan kunjungan baru bumil (K-1) dan pelayanan bumil
sesuai standar minimal 4 kali (K-4). Cakupan K-1 di Puskesmas
Hajimena Kecamatan Natar , seperti terlihat pada Gambar
dibawah ini.
Grafik 2.13 : . Cakupan Kunjungan Bumil K1
Di Puskesmas Hajimena Tahun 2007-2010

Tim SP2TP

32

Puskesmas Hajimena
Perencanaan Tingkat Puskesmas Tahun 2016

100
98
96
94
92
90
88

2007

2008

2009

2010

Sumber : KIA Pusk .Hjmn

Pada grafik di atas, tampak bahwa cakupan pelayanan


kunjungan baru ibu hamil (K-1) dari tahun 2007 hingga tahun
2010 mencapai peningkatan. Dengan pencapaian program
kunjungan Ibu hamil untuk pertama kalinya datang ke tenaga
kesehatan selama 3 tahun yang belum mencapai target.dari
yang telah ditentukan, maka perlu ditingkatkan kegiatan
pelayanan kesehatan terutama untuk meningkatkan pelayanan
ANC.

b. Cakupan Kunjungan Bumil K4.


Kunjungan Bumil K4 adalah Cakupan ibu hamil yang
mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar paling
sedikit empat kali, dengan distribusi pemberian pelayanan
minimal satu kali pada triwulan pertama, satu kali pada
triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur
kehamilan dan mendapat 90 tablet Fe selama periode
kehamilannya di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Kunjungan Ibu hamil adalah Cakupan kunjungan Bumil K4 di
Puskesmas Hajimena tahun 2007-2010 seperti gambar
dibawah ini
Grafik 2.14 : Cakupan Kunjungan Bumil K4
Di Puskesmas Hajimena Tahun 2007-2010

Tim SP2TP

33

Puskesmas Hajimena
Perencanaan Tingkat Puskesmas Tahun 2016

100
80
60
40
20
0

2007

2008

2009

2010

Sumber : KIA Pusk .Hjmn

Jika dilihat dari grafik diatas cakupan K4 dalam dalam


periode 2007 2010 tampak bahwa di tahun 2010 meningkat
6,1 % dari tahun sebelumnya . dari gambaran tersebut tampak
bahwa kunjungan K4 masih dibawah target Standar
Pelayanaan Minimal yang telah ditetapkan oleh Kabupaten,
sehingga masih perlu untuk dilaksanakan kegiatan kelas ibu
dengan memberikan penyuluhan tentang kehamilan dan
kapan saja Ibu Hamil harus memeriksakan kehamilannya.
Dengan kegiatan tersebut diharapkan akan meningkatkan
kunjungan K4.
c. Pertolongan Persalinan
Cakupan pertolongan persalinan oleh nakes tahun 2007
adalah 92.1% dengan kisaran 97 % (Hajimena) hingga 82.7 %
(Muara Putih). Pertolongan persalinan oleh Tenaga Kesehatan
Tahun 2008 dengan kisaran 96.3 %. (desa Sidosari) Hingga
81.7 % (desa Muara putih), Tahun 2009 dengan kisaran 100 %
(desa Krawangsari) hingga 86.6 % (desa Tanjungsari) , dan
tahun 2010 pertolongan oleh Nakes dengan kisaran 56,0 %
(desa Sidosari) hingga 48,9 % (desa Hijamena) Sedangkan
persalinan yang dilakukan dukun bayi 2007 sebesar 5,48 %,
tahun 2008 adalah 0.9 %, tahun 2009 1.3 % dan pada tahun
2010 persalinan dengan dukun 4 orang (1,6 %).
Gambaran cakupan pertolongan persalinan di Puskesmas
Hajimena Kecamatan Natar tahun 2007-2010, dapat dilihat
pada grafik dibawah ini.
Grafik 2.15 : Cakupan Pertolongan Persalinan
Di Puskesmas Hajimena Tahun 2007-2010

Tim SP2TP

34

Puskesmas Hajimena
Perencanaan Tingkat Puskesmas Tahun 2016

100
80
60
40
20
0

2007

2008

2009

2010

Sumber : KIA Pusk .Hjmn

Dari Grafik 2.15 di atas, tampak bahwa cakupan pertolongan


persalinan oleh nakes di Puskesmas Hajimena Kecamatan
Natar mengalami peningkatan disetiap tahunnya.
Untuk
persalinan oleh dukun
juga berfluktuatif turun naik. Jika
dibandingkan tahun 2007-2010 maka persalinan oleh dukun
menunjukkan fluktuatif turun naik ( 2007 : 5,48 %, 2008 : 0,9
%, 2009 : 1,3 %, 2010 :1,6 % ).
d. Cakupan Pemeriksaan Neonatal
Cakupan kunjungan neonatus (umur 1-28 hari) yang
memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan standar oleh
tenaga yang mempunyai kompetabilitas klinis kesehatan yang
sesungguhnya seperti: dokter, bidan, perawat. Dimana
Neonatus mendapatkan kunjungan paling sedikit
2 kali
(neonatus) di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Gambaran cakupan pemeriksaan neonatal oleh tenaga
kesehatan di Puskesmas Hajimena tahun 2007-2010 dapat
dilihat pada Gambar dibawah ini.
Grafik 2.16 : Cakupan Pemeriksaan Neonatal(KN1,2,3)
Di Puskesmas Hajimena Tahun 2007-2010
100
75
50
25
0

2007

2008

Sumber : KIA Pusk .Hjmn

Tim SP2TP

35

2009

2010

Puskesmas Hajimena
Perencanaan Tingkat Puskesmas Tahun 2016

Dari Grafik 2.16 di atas, tampak bahwa cakupan pelayanan


kunjungan Neonatus fluktuatif turun naik dari tahun 20072010. Pada tahun 2010 cakupan kunjungan neonatus yang
dilakukan selain KN1, KN2 juga KN3
dan hasil cakupan
pemeriksaan neonatal di Wilayah Puskesmas Hajimena
tertinggi jika dibandingkan dengan cakupan tahun 2007-2009.
HB0< 7 hari sebagai salah satu indikator penilaian dan
pemeriksaan terhadap Bayi diketahui bahwa pada tahun 2007
(34,9%) , tahun 2008 (71,7 %), tahun 2009 (69,1 %), dan
tahun 2010 cakupan bayi yang diberikan Imunisasi HB0 adalah
97,4 % . indikator keberhasilan capaian imunisasi HB < 7 hr.
Jika dibandingkan dengan cakupan KN sebagai indikator
keberhasilan imunisasi HB, tahun 2007 cakupan KN2 (91,1%),
2008 KN2 (93,6%), tahun 2009 (92,6 %) dan tahun 2010
(98,8%). Ketidak samaan jumlah yang diberi pelayanan antara
HB< 7 hr dengan KN disebabkan karena Pencatatan yang tidak
optimal,bayi tidak diimunisai karena BBLR, kematian, sakit,
Sehingga cakupan KN lebih tinggi/ lebih rendah dari cakupan
HB0 pada bayi.

e. Deteksi Bumil Faktor Resiko tinggi.


Deteksi pada Ibu Hamil dengan faktor resiko adalah keadaan
ibu hamil dengan keadaan kesehatannya mengalami
penyimpangan
dari
normal,
yang
secara
langsung
menyebabkan kesakitan dan kematian pada ibu maupun bayi.
Hal yang dikatakan sebagai Ibu Hamil dengan Resiko tinggi
adalah jika Hb < 8 gr%, tekanan darah tinggi (sistole > 140
mmHg, diastole > 90 mmHg, oedema nyata, eklampsia,
perdarahan pervaginam, ketuban pecah dini, letak lintang
pada usia kehamilan > 32 minggu, letak sungsang pada
primigravida, infeksi berat/sepsis, persalinan prematur Ibu
hamil Risti/komplikasi adalah suatu keadaan ibu pada kurun
waktu tertentu yang ditangani sesuai dengan standar oleh
tenaga kesehatan yang terlatih di Puskesmas Perawatan dan
RS pemerintah/swasta dengan fasilitas PONED dan PONEK
(Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Dasar dan
Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif) .
Pada periode tahun 2007-2009 jumlah ibu hamil Faktor
resiko tinggi di wilayah Puskesmas Hajimena yang terjaring di
tahun 2007 adalah 2.96 % ( 6 kasus ), tahun 2008 adalh 2,5
% ( 25 kasus ) dan pada tahun 2009 adalah 5,9 % ( 57 kasus ).
Dari
data
tersebut
terlihat
bahwa
tampak
peningkatanjumlah kasus ibu hamil yang beresiko tinggi, hal
ini dimungkinkan karena semakin bervariasinya tatanan dalam

Tim SP2TP

36

Puskesmas Hajimena
Perencanaan Tingkat Puskesmas Tahun 2016

masyarakat merubahgaya dan pola hidup tidak terkecuali pada


ibu hamil, sehingga pola hidup ibu hamil yang tidak terjaga
dapat beresiko bagi dirinya, sehingga dengan demikian
diperlukan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas kelas
ibu untuk membantu menurunkan angka Bumil resti di tahun
mendatang.
f. Deteksi Neonatal Resti.
Cakupan neonatus risti/komplikasi adalah suatu keadaaan
neonatus di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang
ditangani sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan
terlatih di Puskesmas Perawatan dan RS pemerintah/swasta.
Setelah dilakukan kunjungan terhadap bayi baru lahir baik
pada Kn1
(bayi berusia 0-7 hari), kunjungan pada bayi usia
7-14 hari atau Kn2 dan kunjungan neonatal pada bayi usia 1428 hari atau Kn3 , maka selama periode tahun 2007-2010.
Kasus neonatal Resiko tinggi di tahun 2007 ditemukan
sejumlah 6 kasus ( 0,7 % ), tahun 2008 ditemukan sejumlah 7
kasus , tahun 2009 tidak ditemukan
dan tahun
2010
ditemukan 7 kasus neonatal resti , seperti yang tampak pada
grafik dibawah ini :
Grafik 2.17 : Temuan Kasus Neonatal Resti
Puskesmas Hajimena Kec. Natar Tahun 2007-2010

2007

2008

2009

2010

Sumber : Laporan KIA-, SP2TP Pusk. Hajimena

g. Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita


Cakupan Deteksi Tumbuh Kembang Balita yang dilaksanaka
di Puskesmas hajimena adalah pada anak umur 0-5 tahun
yang dideteksi kesehatan dan tumbuh kembangnya sesuai
dengan standar oleh Dokter, Bidan dan Perawat, paling sedikit
Tim SP2TP

37

Puskesmas Hajimena
Perencanaan Tingkat Puskesmas Tahun 2016

2 kali per tahun, di satu wilayah kerja pada kurun waktu


tertentu. Pelayanan DDTK meliputi pendeteksian secara dini
masalah kesehatan anak dengan menggunakan MTBS,
monitoring
pertumbuhan dengan menggunakan
buku
KIA/KMS dan pemantauan perkembangan, penangan penyakit
sesuai MTBS serta penanganan pertumbuhan, stimulai
perkembangan anak balita dan prasekolah.

Grafik 2.18 : Cakupan Deteksi Dini Tumbuh Kembang


Di Puskesmas Hajimena Tahun 2007 - 2010

2007

2008

2009

2009

Sumber : KIA, Gizi, UKS Pusk .Hjmn

Dari grafik 2.18 diatas tampak di tahun 2008 cakupan DDTK


melebihi dari target yang dtetapkan, sementara di tahun 2007
dan 2009 cakupan DDTK masih dibawah target. Demikian juga
di tahun 2010 cakupan DDTK belum mengalami peningkatan,
bahkan terhadi penurunan cakupan. Hal ini dikarenakan sistem
pencatatan dan pelaporan belum ada perbaikan dan
pendeteksian tingkat kesehatan dan tumbuh kembangnya
yang belum sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dan
dilaksanakan oleh Dokter, Bidan,dan Perawat di satu wilayah
kerja pada kurun waktu tertentu belum maksimal.
h. UKS dan UKGS
Cakupan pemeriksaan kesehatan siswa SD dan setingkat
adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan dari Puskesmas hajimena atau tenaga terlatih (guru
UKS/dokter kecil)melalui penjaringan kesehatan, berupa
pemeriksaan siswa SD, cakupan siswa kelas 1 SD dan
setingkat yang. Hasil penjaringan dari pemeriksaan kesehatan
yang telah dilakukan maka cakupan pelayanan kesehatan

Tim SP2TP

38

Puskesmas Hajimena
Perencanaan Tingkat Puskesmas Tahun 2016

terhadap anak sekolah seperti yang tertera pada grafik


dibawah ini :
Grafik 2.19 : Cakupan UKS / Pemeriksaan Kesehatan Siswa SD
Puskesmas Hajimena Kec. Natar Tahun 2007-2010
110
90
70
50
30
10

2008

2009

2010

Sumber : Laporan LB 1, SP2TPPusk. Hajimena

Jumlah siswa SD yang diberi pelayanan dan diperiksa


kesehatannya adalah seluruh siswa, termasuk kesehatan gigi
siswa. Dari target yang diharapkan belum tercapai 100 %
seluruh siswa, sehingga masih diperlukan peningkatan
penjaringan kesehatan pada siswa SD.
i. MAKMIN
Upaya yang dilakukan sebagai salah satu program
puskesmas adalah program Makmin, Industri Rumah Tangga
(IRT), Pengawasan Kosalkes, Toga. Untuk program Makmin
tahun 2010 dari 25 tempat makanan dan minuman yang ada
yang telah diperiksa dan dinyatakan sehat ada 4. Sedangkan
untuk Kosalkes dari 152 kosalkes yang ada 68 (41,0 %) terdaftar
dan 84 (50,6 %) tidak terdaftar. Sedangkan TOGA dari 131 yang
ada 13 ( 2,0 %) dibina dengan tingkat perkembangan masih
pada tingkat Pratama.
j. Program promosi Kesehatan
Untuk kegiatan Promosi Kesehatan sangat berkaitan dengan
seluruh program kesehatan yang dijalankan di Puskesmas
Hajimena dengan melibatkan seluruh sumber daya yang ada
guna menunjang hasil yang dharapkan, baik Tenaga Medis
maupun Non Medis.
Seluruh kegiatan secara rutin dilakukan promosi kesehatan
baik di Posyandu ( 34 posyandu Balita dan 12 Posyandu Lansia )
tentang Imunisasi, KB, P2M, Kesling, Gizi, kesehatan Jiwa ;
Institusi Pendidikan (SD, SMP, SMA) tentang UKS dan UKGS.

Tim SP2TP

39

Puskesmas Hajimena
Perencanaan Tingkat Puskesmas Tahun 2016

2.)

Upaya Program Imunisasi


a.

Imunisasi Rutin pada Bayi


Upaya pelayanan imunisasi yang diberikan pada bayi di
seluruh wilayah Puskesmas Hajimena tidak hanya diberikan
pada bayi juga kepada wanita Usia Subur (WUS) termasuk bumil
dan Anak Sekolah. Imunisasi yang diberikan untuk kelompok
sasaran tersebut meliputi pemberian imunisasi BCG, DPT/HB,
Polio dan Campak untuk kelompok bayi, imunisasi tetanus toxid
(TT) untuk WUS termasuk ibu hamil, imunisasi DT, TT dan
campak untuk anak usia sekolah.
Hasil cakupan imunisasi pada bayi selama periode tahun
2007 2010 dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 2.8 : Cakupan Imunisasi pada Bayi


Di Puskesmas Hajimena Tahun 2007 2010
Tahun Pemberian Imunisasi
No

Jenis Vaksin

2007

2008

200
9

201
0

Hb < 7 hari

34.9

79,7

69,1

97,
4

BCG

100

97,4

97,6

99,
2

DPTHB3

98.05

98,2

93,5

100

Polio4

100

97,8

100

Campak

100

100

90,7
90,
2

100

Sumber : P2- Imunisasi Pusk .Hjmn

Hasil capaian program imunisasi pada bayi, fluktuatif turun


dan naik. Penyebabnya dikarenakan pencatatan dan pelaporan
Nakeoleh tenaga kesehatan yang melaksanakan pemberian
imunisasi baik di Puskesmas maupun Bidan swasta belum
maksimal, namun demikian tidak mempengaruhi hasil akhir
capaian program. Dengan wilayah yang berjauhan membuat
masyarakat yang memiliki bayi memilih untuk memberikan
imunisasi pada bayinya ke Nakes yang terdekat/BPS. Dengan
pencatatan yang maksimal dari bidan desa dan pelaksana
imunisasi terkait akan meningkatkan capaian program
imunisasi.

Tim SP2TP

40

Puskesmas Hajimena
Perencanaan Tingkat Puskesmas Tahun 2016

b. BIAS : Campak, DT , TT
Cakupan imunisasi pada anak sekolahberupa kegiatan BIAS
tahun 2007-2010 pada anak sekolah kelas I yaitu Imunisasi
Campak , DT dan TT , dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 2. 9 : Cakupan Imunisasi pada anak Sekolah Dasar
Di Puskesmas Hajimena Tahun 2007 2010
Jenis
Imunis
asi
Campak

2007

2008

2009

2010

96,8

99,6

98,3

98,3

DT

97,9

98,7

97,3

97,2

II

TT

97,9

98,7

97,9

97,2

III

TT

96,5

98,9

98,4

97,2

Kela
s
I

Tahun Pemberian

Sumber : P2-Imunisasi Pusk .Hjmn

Pada tabel diatas menggambarkan bahwa cakupan


pencapaian imunisasi pada anak SD seperti Campak, DT
maupun TT sudah mencapai > 90 % dan tidak menemui adanya
kendala dalam pelaksanaannya dan tidak ditemui adanya KIPI.
c. TT pada WUS & Ibu Hamil
Imunisasi tidak hanya diberikan pada Bayi saja , tetapi juga
diberikan kepada Wanita Usia Subur dan juga pada Ibu Hamil
dengan maksud untuk menjaga agar janin tidak terkena Tetanus
Neonatorum saat dilahirkan. Adapun hasil capaian Program
Imunisasi yang diberikan pada Ibu Hamil dan juga pada Wanita
Usia Subur dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 2.10 : Cakupan Imunisasi TT Bumil dan WUS
di Puskesmas Hajimena Tahun 2007-2009
Tahun pemberian
2007
2008
2009 2010
8

Jenis
Imunisasi
TT WUS

TT1 Bumil

100

53,1

61,3

TT2 Bumil

96

49

63,3

100

No

Sumber : P2- Imunisasi Pusk .Hjmn

Dalam periode tahun 2007 2010 tampak bahwa cakupan


imunisasi pada WUS dan Ibu hamil pada 3 tahun belum
mencapai target , hal ini dikarenakan Status Imunisasi Sasaran
WUS belum jelas dan Bidan Praktek Swasta belum paham

Tim SP2TP

41

Puskesmas Hajimena
Perencanaan Tingkat Puskesmas Tahun 2016

skrining WUS khususnya Bumil dan jadwal Imunisasi bayi yang


sering berubah. Dan WUS tidak pernah datang ke tenaga
kesehatan untuk mendapatkan imunisasi TT menyebabkan hasil
cakupan Imunisasi TT pada WUS tidak tercapai. Ditahun 2010
capaian TT Bumil sudah meningkat seiring dengan telah
diperbaikinya pencatatan dan pelaporan baik oleh Bidan desa,
Pustu, Poskesdes. sweeping dan skrining WUS yang belum
mendapatkan Imunisasi TT tetap diberikan penyuluhan tentang
pentingnya pemberian imunisasi TT.
3)

Pencegahan dan Pengamatan Penyakit.


Program pengamatan dan Pencegahan Penyakit di Puskesmas
Hajimena dilaksanakan untuk mendapatkan data akurat mengenai
penyakit yang diderita oleh masyarakat. Untuk memantau
keberhasilan program ini dilakukan pengamatan penyakit.
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, ditemukan
beberapa penyakit menular untuk kemudian dicari pemecahan
permasalahannya untuk menurunkan jumlah angka kesakitan pada
pasien dengan Penyakit menular, seperti yang nampak pada tabel
dibawah ini:

Tabel 2.11 : Cakupan Penyakit Menular


di Puskesmas Hajimena Tahun 2007-2010

NO

JENIS
PENYAKIT
MENULAR

JUMLAH
200
7

2008

2009

2010

1.

DBD

54

30

22

19

2.

Diare

956

768

870

978

3.

Campak

16

19

4.

TB Paru ( + )
Malaria Klinis
/(+)

16

12

15

12

54

66/4

52/5

15/4

5.

Sumber : P2M Pusk .Hjmn

a. Program P2 Malaria.

Tim SP2TP

42

Puskesmas Hajimena
Perencanaan Tingkat Puskesmas Tahun 2016

Periode tahun 2007-2010 angka kesakitan malaria sebagian


masih dideteksi secara klinis, dikarenakan pemanfaatan
laboratorium
yang
belum
optimal.
Dimana
kualitas
pemeriksaan secara klinis dinilai sangat rendah karena tidak
didukung dengan pemeriksaan laboratorium, Kegiatan
Pemberantasan penyakit malaria pada tahun 2010 dilakukan
dengan Pengobatan Malaria (PCD), dan pemeriksaannya telah
dikonfirmasi dengan laboratorium.
Meski upaya terapi radikal telah dilaksanakan dengan mulai
berfungsinya laboratorium sebagai penunjang medik bagi
pengobatan penderita malaria, namun terapi yang diberikan
terhadap penderita dengan gejala malaria yang berada jauh
dari Puskesmas induk, dan penderita tidak mau datang ke
Puskesmas Induk dikarenakan letak yang jauh, maka diberikan
pengobatan secara klinik. Temuan kasus malaria dapat dilihat
pada grafik di bawah ini :
Grafik 2.20 :Kasus Malaria Klinis di Puskesmas Hajimena
Periode tahun 2007-2010
70
60
50
40
30
20
10
0

2007

2008

2009

2009

Sumber : P2M Pusk .Hjmn

Pengobatan terhadap penderita malaria klinis sejumlah 165


kasus . sedangkan temuan malaria (+) Falciparum diketahui
tahun 2008, 2009 dan 2010 sejumlah 13 kasus. Pengobatan
yang diberikan adalah dengan pengobatan klinis . tahun 2010
dari 4 kasus (+) Malaria Falciparum 1 kasus dilakukan
pengobatan ACT.
Menurut jenis kelamin tahun 2010 kasus malaria ditemukan
pada laki-laki 10 kasus dan perempuan 5 kasus. Menurut
tempat kejadian malaria konfirmasi tertinggi di desa Hajimena
(5 kasus) dan terendah di desa Tanjungsari (1 kasus).

Tim SP2TP

43

Puskesmas Hajimena
Perencanaan Tingkat Puskesmas Tahun 2016

b. Program P2 Demam Berdarah Dengue


Temuan IR DBD di Puskesmas Hajimena Kecamatan Natar
tahun 2007 -2010 menunjukkan penurunan yaitu 1.4 /oo atau
54 kasus (2007), 0.76/oo atau 30 kasus (2008), 0.54/oo atau
52 kasus (2009) dan tahun 2010 ditemukan 0.45/oo atau 19
kasus dan tidak ditemukan CFR atau kematian akibat DBD.
Grafik 2.21 : Kasus DBD di Puskesmas Hajimena
Periode tahun 2007-2010

2007

2008

2009

2010

Sumber : P2M Pusk .Hjmn

Temuan kasus DBD seperti yang terlihat pada grafik diatas


menunjukkan fluktuatif turun naik dari tahun 2007- 2010,
dengan gambaran yang demikian menjelaskan bahwa
keberhasilan program P2M khususnya untuk menurunkan
angka kesakitan DBD dianggap baik.
Menurut tempat kejadian, kasus DBD tertinggi tahun 2010
ditemukan di desa Hajimena (17 kasus) dan terendah di desa
Pemanggilan (2 kasus). Menurut kelompok umur, kasus DBD
tertinggi di tahun 2010 pada kelompok umur 1-4 tahun (1
kasus), kelompok umur 5-9 tahun (1 kasus), kelompok umur
10-14 tahun (11kasus) , kelompok umur 15-19 tahun 92
kasus), dan kelompok umur 20-44 tahun (4kasus). Menurut
waktu, kasus DBD tertinggi tahun 2010 ditemukan pada bulan
Maret (5 kasus) dan terendah pada bulan Agustus, September
(1 kasus).

c. Program P2 Diare.
Penanganan terhadap kasus diare dilakukan dengan
memberikan oralit dan infus. Tahun 2007 ditemukan kesakitan
diare sebesar 956 kasus (IR 24.8/oo), tahun 2008 angka
kesakitan diare 768 kasus (IR 19.4/oo), tahun 2009 ditemukan
870 kasus (IR 21.3/oo), dan tahun 2010 ditemukan 978 kasus
(IR 23,4/oo) seperti yang tampak pada grafik dibawah ini :

Tim SP2TP

44

Puskesmas Hajimena
Perencanaan Tingkat Puskesmas Tahun 2016

Grafik 2.22 : Kasus Diare di Puskesmas Hajimena


Periode tahun 2007-2010
1015
815
615
415
215
15

2007

2008

2009

2009

Sumber : P2M Pusk .Hjmn

Tampak temuan kasus turun naik


seiring dengan
pemahaman masyarakat akan gaya hidup, pola hidup yang
mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat termasuk
temuan kasus diare. Jika dilihat dari tempat kejadian pada
tahun 2010 temuam kasus diare tertinggi ditemukan di desa
Hajimena 304 kasus dan terendah di desa Muara Putih 75
kasus.
Menurut kelompok umur dapat dilihat bahwa kasus diare
tertinggi pada kelompok umur 1-4 tahun sejumlah 322 kasus
dan terendah pada kelompok umur < 1 tahun sejumlah 144
kasus.
d. TB Paru BTA (+)
Sebagai salah satu penyakit menular yang didapat secara
langsung oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis Pencapaian
program P2 TB dalam periode tahun 2007-2010 angka CDR
(Case Detection Rate) sebesar 18 % (12 penderita) jumlah
yang ditemukan tersebut masih rendah jika dibandngkan
dengan Target sebesar 70 % , dengan angka kesembuhan 67
% lebih rendah dari target sebesar 85 %. Pencapaian yang
masih rendah tersebut dikarenakan masih ada beberapa
penderita yang dalam tahap pengobatan, sehingga belum
dapat dinilai secara keseluruhan. Selain angka CDR dan Cure
Rate, indikator yang penting dalam program P2 TB yaitu angka
konversi (Convertion Rate) yaitu sebesar 58 % yang juga
masih rendah dari target 80 %.

Tim SP2TP

45

Puskesmas Hajimena
Perencanaan Tingkat Puskesmas Tahun 2016

Grafik 2.23: Angka CDR, Cure Rate, Convertion Rate,


Proporsi
penderita BTA Positif diantara suspek Tahun 2007- 2010

2007

2008

2009

2010

Dari temuan kasus TB paru BTA (+) masih sangat rendah,


hal ini dikarenakan pelayanan kesehatan terhadap penderita
TB paru bersifat Pasif, hanya berdasarkan pada pasien yang
datang ke Puskesmas dengan keluhan Batuk > 2 mg. Untuk itu
diharapkan di tahun mendatang ada peningkatan dalam
memberikan pelayanan kesehatan yang optimal dengan
membentuk
kader TB disetiap desa
guna membantu
penemuan kasus ini, sehingga diharapkan jumlah temuan
kasus TB Paru akan meningkat.
Dari grafik diatas digambarkan bahwa cakupan pelayanan
kesehatan terhadap penderita TB paru dalam kurun waktu 4
tahun fluktuatif menurun. Untuk tahun berikutnya akan
dilakukan penjaringan terhadap penderita TB di seluruh desa
di wilayah Puskesmas hajimena .
e. ISPA PNEUMONIA DAN NON PNEUMONIA
Program pemberantasan penyakit ISPA adalah menurunkan
angka kesakitan dan kematian khususnya pada balita.
Pelaksanaan P2 ISPA ini mencakup temuan dan pengobatan
(care seeking) karena penyakit masih merupaka keluhan
uatama di masyarakat. Dengan temuan secara dinidan dengan
penatalaksanaan yang sesuai akan menurunkan kasus
kematian akibat penyakit ISPA dengan menggunakan tekhnik
yang telah ditentukan yaitu MTBS. Pengobatan ISPA dibedakan
menjadi 2 yaitu ISPA Pneumonia dan ISPA Non Pneumonia.
Pada ISPA Pneumonia Bayi dan balita di tahun 2007 ( 91 kasus)
, 22 kasus (2008), sedangkan untuk kasus ISPA Non Pneumonia

Tim SP2TP

46

Puskesmas Hajimena
Perencanaan Tingkat Puskesmas Tahun 2016

Bayi Balita tahun 2009 (24 ks ) dan 47 kasus pada tahun 2010.
Untuk temuan Pneumonia pada balita jauh dibawah target
( Target 2007 : 453, tahun 2008 : 464, tahun 2009 : 481, dan
tahun 2010 : 492).

Grafik 2.24 : Temuan Kasus Pneumonia


Puskesmas Hajimena Kec. Natar Tahun 2007-2010

2007

2008

2009

2010

Sumber : Laporan LB 1, SP2TPPusk. Hajimena

Dari temuan kasus Penumonia diatas dapat disimpulkan


bahwa penatalaksanaan temuan kasus pneumonia belum
optimal jika dibandingkan dengan temuan kasus ISPA Non
pneumonia yang cukup tinggi. Selama periode tahun 20072010 temuan kasus ISPA Non Pneumonia fluktuatif naik dan
turun. Seperti yang tampak pada grafik dibawah ini :
Grafik 2.25 : Temuan Kasus Ispa Non Pneumonia
Puskesmas Hajimena Kec. Natar Tahun 2007-2010

2007

2008

2009

Sumber : Laporan LB 1, SP2TPPusk. Hajimena

Tim SP2TP

47

2010

Puskesmas Hajimena
Perencanaan Tingkat Puskesmas Tahun 2016

Tingkat keberhasilan pengobatan kasus ISPA baik Pneumonia


maupun Non Pneumonia belum dapat diidentifikasi karena
instrument yang tersedia tidak dimanfaatkan secara optimal
sebagai standar penilaian keberhasilan pengobatan kasus ISPA
dan karena tidak didukung dengan kualitas SDM tenaga
kesehatan yang ada di Puskesmas Hajimena. Diharapkan
dengan telah terlatihnya Tenaga Kesehatan Puskesmas
Hajimena tentang MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sehat)
sangat membantu dalam menemukan kasus Ispa Non
Pneumonia dan Pneumonia.
f. P2 FILARIASIS
Penyakit kaki gajah (Filariasis) adalah penyakit menular
yang disebabkan karena infeksi cacing filarial yang hidup
disalkuran kelenjar getah bening (Limfe), ditularkan oleh
berbagai jenis nyamuk. Penyakit ini bersifat menahun (kronis)
bila tidak segera mendapatkan pengiobatan dengan benar
dapat menimbulkan kecacatan yang menetap berupa adanya
opembesaran di kaki, lengan, dan alat kelamin baik pada lakilaki maupun pada perempuan. Sebagai akibat akan
menimbulkan stigma dan penderita tidak dapat beraktifitas
secara optimal. Wilayah Puskesmas Hajimena tidak termasuk
pada daerah endemin filariasis. Sehingga dalam periode 20072010 tidak ditemukan kasus Filariasis.
g. P2 KUSTA
Kasus P2 Kusta adalah salah satu penyakit menular dan
selama tahun 2008-2010 di wilayah Puskesmas Hajimena tidak
ditemukan.
h. AFP (Acute Flaccid Paralysis)
Salah satu upaya untuk memberantas penyakit Polio telah
dilaksanakan program Eradikasi Polio (ERAPO) yaitu pemberian
imunisasi Polio secara rutin, pemberian imunisasi secara masal
melalui program, PIN (Pekan Imunisasi Nasional) serta
surveilans AFP (Acute Flaccid Paralysis). Surveilans AFP ini
bertujuan untuk memantau adanya penyebaran virus polio liar
disuatu wiklayah, sehingga upaya pemberanmtasannya akan
lebih fkus. Sasaran yang ingin dicapai adalah kelompok yeng
diangap rentan terhadap serangan Poliomyelitis yaiotu anak
yang berusia < 15 tahun.

Tim SP2TP

48

Puskesmas Hajimena
Perencanaan Tingkat Puskesmas Tahun 2016

Sebagian besar kasus Poliomyelitis ini bersifat non-paralitik


atau tidak disertai manifestasi klinis yang jelas. Sebagian kecil
kasus ini menimbulkan kelumpuhan (Poliomyelitis Paralitik).
Selama periode tahun 2007 hingga 2010, temuan kasus AFP
tahun 2007 (1 kasus), tahun 2008 (2 kasus), tahun 2009 tidak
ditemukan kasus AFP dan tahun 2010 (1 kasus). Dengan
ditemukan kasus ini menandakan bahwa Puskesmas hajimena
telah melakukan upaya yang diperlukan untuk mendapatkan
indicator Non Polio AFP Rate pada anak yang berusia < 15
tahun yang dilaporkan baik oleh Puskesmas Pembantu,
Poskesdes maupun oleh Bidan desa.

2.)

Program Pelayanan Keluarga Berencana (KB).


Keberhasilan upaya pelayanan KB dapat dilihat dari pencapaian
target peserta KB Baru, cakupan peserta KB Aktif terhadap jumlah
PUS serta persentase peserta KB aktif menggunakan Metode
Kontrasepsi Efektif Terpilih (MKET).

Selama periode tahun 2007-2010 pencapaian program Peserta


KB aktif dari rata-rata 83,3 % (2007) , KB Baru di tahun 2007
sebesar 16,6 %. Tahun 2008 KB Aktif 90,3 % dan KB Baru 19,51 %
dan tahun 2009 Cakupan KB Aktif 87,1% dan cakupan KB Baru 18,8
% dan tahun 2010 Cakupan peserta KB Aktif 76,9 %, KB Baru 25,3
%. Beberapa indikator untuk menentukan kebrhasilan pencapaian KB
pada tahun 2010 , yaitu:
(a) Cakupan peserta KB aktif 5338 atau 76,9 % dari 6940 PUS.
(b)Cakupan peserta KB Baru terhadap pasangan usia subur 1757
atau 25,32 % dari 6940 PUS.
(c) Peserta KB Aktif menurut pola penggunaan Alat Kontrasepsi
cenderung mengalami penurunan .
(d)Metode Kontrasepsi Efektif Terpilih (MKET). Dimana alat
kontrasepsi yang termasuk MKET adalah AKDR, Metode Operasi
dan Implan. Cakupan peserta KB aktif yang menggunakan MKET
tahun 2010 yaitu MOP/MOW 0.2 %, Implan 7,5 %, IUD 1,9 %
sedangkan yang Non MKET yaitu Pil 15,6 % , Suntik 48,8 % dan
Kondom 3,1 %.
3.)

Perbaikan Gizi Masyarakat

Tim SP2TP

49

Puskesmas Hajimena
Perencanaan Tingkat Puskesmas Tahun 2016

Upaya perbaikan gizi pada masyarakat diprioritaskan guna


menanggulangi masalah gizi yang timbul di wilayah kerja Puskesmas
Hajimena seperti KEP, KVA, GAKI dan AGB dengan melaksanakan
kegiatan Pemantauan Tumbuh kembang balita, pemberian PMT
Penyuluhan dan PMT Pemulihan, Pemberian Vitamin A dan tablet
besi terhadap Balita di Puskesmas Hajimena.
a. Pemantauan Tumbuh Kembang Balita
Pemantauan tumbuh kembang Balita atau Deteksi Tumbuh
Kembang Balita
(DDTK) dapat didefinisikan adalah Cakupan
anak umur 0-5 tahun yang dideteksi kesehatan dan tumbuh
kembangnya sesuai dengan standar oleh Dokter, Bidan dan
Perawat, paling sedikit 2 kali per tahun, di satu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu
Pemantauan DDTK merupakan salah satu upaya dalam
menanggulangi Kurang Energi Kalori (KEK) pada Balita dalam
satu tahun, dimana kegiatan pemantauan ini harus
dilaksanakan untuk mengetahui perkembangan Tumbuh dan
kembang Balita .
Hasil Cakupan Kunjungan Balita di Puskesmas berdasakan
pada Jumlah Kunjngan Bayi dan Anak Balita di Posyandu
seperti yang tampak pada tabel di bawah ini :
Tabel 2.12 : Hasil Kegiatan Pemantauan Tumbuh Kembang Balita
di Puskesmas Hajimena Kecamatan Natar Tahun 2007-2010
m
r :

INDIKATOR KEGIATAN

2007

2008

2009

2010

4526

4636

4814

4916

2.

Jumlah balita yg ada


(S)
Balita dengan KMS (K)

4526

4636

4814

4916

3.

Balita ditimbang (D)

2393

2659

2905

2708

4.

1940

2130

2337

2193

5.

Balita BB naik saat


ditimbang (N)
K/S

100%

100%

100 %

100%

6.

D/S

57,4%

60,3%

7.

D/K

57,4%

60,3%

8.

N/S

45,9%

48,5%

9.

N/D

52.9
%
52.9
%
42.9
%
81.1
%

80,1%

80,4
%

55,2
%
55,1
%
44,6
%
80,9
%

NO
1.

Gizi Pusk .Hjmn

Tim SP2TP

50

Su
be

Puskesmas Hajimena
Perencanaan Tingkat Puskesmas Tahun 2016

b.

Pemberian Makanan Tambahan


Dalam pelaksanaan PMT ini dilakukan dengan 2 cara, yakni
PMT Pemulihan dan Penyuluhan. PMT Pemulihan diperuntukan
bagi balita dalam rangka rehabilitasi kondisi/pemulihan status
gizi balita. Tahun 2006 telah dilakukan pemberian PMT
Pemulihan diberikan pada 6 kasus Gizi buruk (2006) , 5 kasus
Gizi buruk (2007) . tahun 2008 ada 3 kasus gizi buruk,
sedangkan ditahun 2009 ditemukan 4 kasus namun tidak
mendapatkan baik PMT pemulihan/PMT penyuluhan. Dan tahun
2010 ditemukan 3 kasus Gizi Buruk .
Tahun 2010 di Puskesmas Hajimena dari 6 desa yang ada ,
hanya 1 desa yang mendapatkan PMT Penyuluhan yaitu desa
Sidosari sebanyak 9 Anak Balita dan 23 Bayi yang
mendapatkan PMT Pemulihan.
c.

Cakupan Distribusi Kapsul Vitamin A.


Cakupan bayi 6-11 bln mendapat kapsul vitamin A 1 kali dan
anak umur 12-59 bln mendapat kapsul vitamin A dosis tinggi 2
kali per tahun di suatu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu Upaya penanggulangan KVA di Puskesmas Hajimena
masih bertumpu pada pemberian kapsul Vitamin A, baik anak
balita
dan
ibu
nifas,
KIE
serta
monitoring
(pencatatan/pelaporan).
Distribusi kapsul vitamin A yang diintegrasikan dengan
UPGK dan KIA di Posyandu dan Puskesmas , dimana hasilnya
dapat dilihat pada grafik dibawah ini :
Grafik 2.26 : Cakupan Pemberian Vitamin A pada Balita
Di Puskesmas Hajimena Tahun 2007-2010

2007

Tim SP2TP

2008

51

2009

2010

Puskesmas Hajimena
Perencanaan Tingkat Puskesmas Tahun 2016

Sumber : Gizi Pusk .Hjmn

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa cakupan Vitamin A


pada Balita sudah melampaui target, kecuali ditahun 2010
masih dibawah target.
Pemberian Vitamin A pada Bufas bermanfaat untuk
meingkatkan kandungan Vitamin A dalam ASI, dengan
demikian Bayi akan lebih kebal terhadap penyakit .Pemberian
Vitamin A 200.000 SI akan menambah kandungan vitamin A
alam ASI hingga bayi berusia 6 bulan. Dimana vitamin A juga
berfungsi untuk penglohatan, pertumbuhan bayi. Sedangkan
cakupan Vitamin A pada Bufas dapat dilihat pada grafik
dibawah ini :
Grafik 2.27: Cakupan Pemberian Vitamin A pada Bufas
Di Puskesmas Hajimena Tahun 2007-2010
100
98
96
94
92
90
88
86
84
82
80
2007

2008

2009

2010

Sumber : Gizi Pusk .Hjmn

b. Cakupan Distribusi Tablet Besi


Suplementasi pil zat besi ini diberikan kepada ibu hamil
dengan harapan akan mencegah dan menanggulangi kejadian
anemi gizi besi. Upaya penanggulangan Anemia Gizi Besi
difokuskan kepada sasaran ibu hamil dengan suplementasi
tablet besi folat (Tablet Fe) terutama pada Ibu Hamil. Cakupan
bumil yang mendapat tablet besi dapat dilihat pada grafik
dibawah ini :
Grafik 2.28: Cakupan Pemberian Fe1 & Fe3 Bumil
Di Puskesmas Hajimena Tahun 2007-2010

Tim SP2TP

52

Puskesmas Hajimena
Perencanaan Tingkat Puskesmas Tahun 2016

110

100

90

80
2007

2008

2009

2010

Sumber : Gizi Pusk .Hjmn

Dalam periode tahun 2007-2010 cakupan Fe 1 dan Fe3


telah melebihi dari target yang telah ditentukan .
c. Cakupan Distribusi WUS mendapat Kapsul Iodiol
Wanita Usia Subur (WUS) adalah wanita yang berusia 15-49
tahun termasuk ibu hamil/nifas, calon pengantin (Catin),
remaja putri, pekerja wanita, dan WUS yang tidak hamil.
Kapsul Iodiol ini adalah kapsul mintak yang mengandung
yodium yang diebrikan kepada Wanita Usia Subur. Cakupan
distribusi kapsul Iodiol ini dapat dilihat pada grafik dibawah
ini :
Grafik 2.29 : Distribusi Kapsul Iodiol pada WUS
Puskesmas Hajimena Kec. Natar Tahun 2007-2010
80
70
60
50
40
30
20
10
0
2007

2008

2009

2010

Sumber : Laporan LB 1, SP2TPPusk. Hajimena

d. Persentase Balita Bawah Garis Merah (BGM)


Balita Bawah Garis Merah (BGM) adalah balita yang
ditimbang, berat badannya yang berada pada garis merah
atau dibawah garis merah pada KMS. Balita yang menderita
BGM adalah merupakan fase rawan menuju ke status Gizi
Buruk.

Tim SP2TP

53

Puskesmas Hajimena
Perencanaan Tingkat Puskesmas Tahun 2016

Grafik 2.30 : Temuan Balita BGM


Puskesmas Hajimena Kec. Natar Tahun 2007-2010
16
14
12
10
8
6
4
2
0

2007

2008

2009

2010

Sumber : Laporan LB 1, SP2TPPusk. Hajimena

Persentase balita BGM cenderung berfluktuatif naik turun.


Dengan cakupan persentase yang kecil menggambarkan
keadaan balita cukup baik dibandingkan dengan cakupan
balita BGM persentase yang besar.
4.) Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Prabayar dan
cakupan Gakin mendapatkan pelayanan kesehatan
Meningkatnya
biaya
kesehatan
menyebabkan
semakin
berkurangnya kemampuan masyarakat seiring dengan krisis
moneter, teutama pada golongan ekonomi lemah. Untuk
membiayai pemeliharaan kesehatan masyarakat khususnya
peserta Jaminan Pemeliharaan kesehatan di wilayah Puskesmas
hajimena. Cakupan penduduk dengan JPK yang mendapatkan
pelayanan kesehatan di wilayah Puskesmas Hajimena
Grafik 2.31 : Cakupan JPK
Puskesmas Hajimena Kec. Natar Tahun 2007-2010

2007

2008

2009

Sumber : Laporan LB 1, SP2TPPusk. Hajimena

Tim SP2TP

54

2010

Puskesmas Hajimena
Perencanaan Tingkat Puskesmas Tahun 2016

Persentase Jaminana Pemeliharaan Kesehatan yang terjaring


diwilayah Puskesmas Hajimena tahun 2010 dapat dilihat dari grafik
dibawah ini :
Grafik 2.32 : % Cakupan JPK
Di Puskesmas Hajimena Kec. Natar Tahun 2007-2010
25%
43%
32%

Jamkesmas

Umum

Kunjungan Puskesmas
Sumber : Laporan LB 1, SP2TPPusk. Hajimena

5.)

Pelayanan Kesehatan Pra Usia Lanjut dan Usia Lanjut


Pra Usia Lanjut adalah usia 45-59 tahun sedangkan Usia Lanjut
adalah jika seseorang telah berusia lebih atau sama dengan 60
tahun. Persentase pelayanan kesehatan terhadap lanjut usia di
wilayah Puskesmas Hajimena melalui pelayanan yang dberikan di
posyandu lansia juga pelayanan kesehatan pada lanjut usia yang
diberikan di dalam gedung Puskesmas.
Grafik 2.33 : Cakupan Kesehatan Pra Usila dan Usila
Puskesmas Hajimena Kec. Natar Tahun 2007-2010
Target
65

60

14.5

2007

Pra Usila & Usila


70

19.1

16.7

2008

2009

Sumber : Laporan LB 1, SP2TPPusk. Hajimena

Tim SP2TP

55

70

15.7

2010

Puskesmas Hajimena
Perencanaan Tingkat Puskesmas Tahun 2016

6.)

Program Penyehatan Lingkungan


a. Penyehatan Lingkungan Pemukiman.
Penyehatan lingkungan sebagai upaya untuk menngelola
perumahan agar memenuhi syarat kesehatan sehingga dapat
terwujud mutu rumah sehat dan layak huni. Penyelenggaraan
upaya penyehatan lingkungan pemukiman ini dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup serasi
dengan lingkungan dan dapat mewujudkan kualitas lingkungan
pemukiman yang bebas resiko yang dapat membahayakan
kesehatan pada komponen lingkungan seperti jamban
keluarga, saluran pembuangan air limbah dan pengelolaan
sampah.
Tabel 2.13 : Cakupan Jamban, Perumahan dan SPAL Sehat
Puskesmas Hajimena Kecamatan Natar Tahun 2007-2010
Indikator
lingkungan
Pemukiman
Jumlah
Diperik
Jamban
sa
%
Sehat
Jumlah
Diperik
Perum
sa
ahan
%
Sehat
Jumlah
Diperik
sa
SPAL
%
Sehat

Tahun Pemeriksaan
2007

2009

2010

7392

8956

2880

5388

4015

2147

71,6

74.5

7392

8956

2880

5388

4015

2129

72

73.9

7392

8956

2880

4661

4015

2124

72,0
3

73.8

67

73

58

2008

74

78,9

69

Sumber : Kesling Pusk .Hjmn

Dari tabel 2.13 di atas, tampak bahwa kegiatan program


gambaran penyehatan lingkungan pemukiman
dengan
indicator yang diperiksa sebagai berikut :
Rata-rata cakupan jamban sehat Fluktuatif meningkat dan
menurun tahun 2007 : 67%, tahun 2008 : 74 % dan tahun

Tim SP2TP

56

Puskesmas Hajimena
Perencanaan Tingkat Puskesmas Tahun 2016

2009 : 71,6 dan tahun 2010 :74.5 %. Untuk tahun 2010


cakupan jamban sehat tertinggi di desa Sidosari 81.1 %
dan terendah di desa Tanjungari 67.5 %.
Rata-rata cakupan perumahan sehat tahun 2007 : 73 %,
tahun 2008 : 78,9, tahun 2009 : 72 %, tahun 2010 : 73.9 %
. untuk tahun 2010 cakupan Perumahan sehat tertinggi di
desa Sidosari 81.1 % dan terendah di desa Tanjungari 67.5
%.
Rata-rata cakupan SPAL Sehat tahun 2007 ; 58 %, tahun
2008 : 78,9 %, tahun 2009 : 72,03%, tahun 2010 : 73.8 %.
Tampak cakupan SPAL meningkat. Dan menurut desa
tertinggi cakupan SPAL di desa Sidosari dan desa Muara
Putih 81.8 % dan terendah di desa Tanjungsari 51.6 %.

b. Penyehatan Kualitas Air.


Penyehatan air dimaksudkan untuk mengamankan kualitas
air sebagai salah satu kebutuhan manusia, Dimana air bersih
yang ideal adalah yang tidak berbau, tidak berwarna, tidak
berasa, jernih dan tidak mengandung bahan kimiawi. Jika
ditemukan mengandung zat kimia akan mempengaruhi fungsi
kesehatan tubuh manusia sebagai penggunanya.
Air bersih yang didapatkan dari tanah dangkal lebih banyak
mengandung bakteri, sehingga untuk mendapatkan kualitas
air yang baik maka diperlukan suatu upaya untuk pengamanan
terhadap kualitas air, maka perlu dilakukan suatu tindakan
pengamatan dan pemeriksaan terhadap air yang digunakan.
Dari hasil pengamatan dan pemeriksaan terhadap kualitas
air maka didapatkan pada tahun 2007 yaitu cakupan air bersih
6497 ( 81 % ). Cakupan air bersih terendah terdapat di Desa
Tanjungsari ( 65 % ) . tahun 2008 data SAB tidak ada
sedangkan di tahun 2009 diketahui bahwa dari 8131 rumah
yang ada yang memiliki SAB 92,7 % . dan pada tahun 2010
dari 2880 rumah yang diperiksa yang memiliki SAB adalah
2116 rumah atau 73,5 %.
c. Penyehatan Tempat-Tempat Umum dan TPM
Penyehatan TTU & TPM sehingga masyarakat dapat
terlindungi dari persebaran penyakit, keracunan makanan,
kecelakaan dan pencemaran lingkungan. Kualitas TTU dan TPM
yang diperiksa disini adalah Kantor, Hotel, Toko, Pasar, Salon
Kecantikan, sarana ibdah dan lain-lain. Hasil pemantauan
terhadap program penyehatan TTU di Puskesmas Hajimena
tahun 2009 dari 181 TTU dan TPM yang dinyatakan sehat

Tim SP2TP

57

Puskesmas Hajimena
Perencanaan Tingkat Puskesmas Tahun 2016

sejumlah 28 (15%) . Di tahun 2010 dari 25 TTU/TPM yang telah


diperiksa dan dinyatakan sehat sejumlah 4 (16.0 %) TTU/TPM.
7.)

Perilaku Kesehatan
a.

Pola Pemberian ASI Ekslusive


Kekebalan tubuh pada bayi dari penyakit, maka bayi sangat
membutuhkan asupan gizi dan pemenuhan zat-zat pembentuk
kekebalan antara lain yang hanya didapatkan dari ASI.
Pemberian ASI secara Ekslusive diberikan pada bayi berusia 06 bulan . Dimana pemberian ASI Ekslusive akan sangat
membantu bagi bayi untuk meningkatkan sistem kekebalan
tubuhnya dari berbagai penyakit.
Pemberian Air Susu pada bayi ini mempunyai arti yang
sangat penting terutama untuk pemenuhan zat gizi dan zat
lain pembentuk kekebalan tubuh terhadap penyakit. Selama
periode tahun 2007-2010 diketahui bahwa cakupan bayi yang
mendapatkan ASI Ekslusive yaitu : tahun 2007 : 58.9 %, tahun
2008 : 64.4 % dan tahun 2009 : 53.7 % . seperti yang tampak
pada grafik dibawah ini :
Grafik 2.34 : Pola Pemberian ASI Ekslusive
Puskesmas Hajimena Kec. Natar Tahun 2007-2010
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0

2007

2008

2009

2010

Sumber : Laporan LB 1, SP2TPPusk. Hajimena

Dari data tersebut menunjukkan angka fluktuatif naik dan


turun, dengan berbagai alasan ibu bayi tidak dapat secara
optimal memberikan ASI Ekslusif ,sehingga menjadi tugas dari
tenaga kesehatan di Puskesmas Hajimena untuk memberikan
pemahaman tentang pentingnya pemberian ASI Ekslusive
pada bayi.
b. Pola Pencarian Pengobatan

Tim SP2TP

58

Puskesmas Hajimena
Perencanaan Tingkat Puskesmas Tahun 2016

Health Seeking Behavior adalah kemauan masyarakat dalam


mncari tempat pengobatan untuk kesembuhan sakitnya. Di
Puskesmas Hajimena cakupan kunjungan pasien untuk
mendapatkan pengobatan seperti yang tampak dibawah ini.
Grafik 2.35 : Pola Pencarian pengobatan
di puskesmas hajimena tahun 2007- 2010

2007

2008

2009

2010

Sumber : BP. Pusk .Hjmn

Jika dilihat dari gambar diatas menunjukkan adanya angka


yang fluktuatif turun dan naik. Hal ini menggambarkan
kesadaran masyarakat akan pentingnya memanfaatkan
pelayanan kesehatan, terutama bagi peserta Gakin dalam
pemanfaatan Pelayanan Kesehatan.
Cakupan Kunjungan total tahun 2010 meningkat 21 % dari
tahun 2009, Kunjungan Gakin tahun 2009 meningkat 6.8 %
dari kunjungan Gakin tahun 2009. untuk kunjungan Umum
tahun 2010 meningkat 26.8 % dari tahun 2009.
c. Pola Pencarian Pertolongan Persalinan
Cakupan pertolongan persalinan oleh Bidan atau Tenaga
Kesehatan adalah cakupan ibu bersalin yang mendapat
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan di satu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu. Pertolongan persalinan
di puskesmas Hajimena
dalam periode tahun 2007-2010 oleh Tenaga kesehatan
menunjukan angka cakupan yang sudah baik, seperti yang
terlihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 2.14 : Cakupan Pencarian Pertolongan Persalinan
Di Puskesmas Hajimena Kecamatan Natar Tahun 2007-2010
N
o

Cakupan
Pertolong
an

Tim SP2TP

2007
Ab

2008
Abs

59

2009
Abs

2010
Abs

Puskesmas Hajimena
Perencanaan Tingkat Puskesmas Tahun 2016

persalina
n
1.

Linakes

2.

Dukun

s
892
53

92.
1
5.4
8

884
9

89,
2
0,9

848

92,2

734

95.9

12

1,3

1.6

Sumber : KIA Pusk .Hjmn

Seperti yang tampak pada tabel diatas, menunjukkan bahwa


Pencarian Pertolongan persalinan ke Tenaga Kesehatan, cukup
baik jika dibandingkan dngan pertolongan persalinan oleh
dukun.
Jika dilihat dari SPM yang ditetapkan bahwa pertolongan
persalinan oleh dukun tidak boleh > 10 %. Oleh karena itu
Puskesmas Hajimena di tahun 2010 dengan melaksanakan
kelas ibu untuk memotivasi ibu hamil guna memeriksakan dan
mencari pertolongan persalinan ke Nakes dan juga
melaksanakan kerjasama dengan dukun dengan memulai
program Kemitraan Bidan dan Dukun. Keberhasilan Program ini
sangat tergantung dari kerjasama antara Bidan dan Dukun
setempat saat ada persalinan, sehingga diharapkan angka
kematian pada bayi baru lahir akan berkurang.

d. Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat


Program perilaku sehat dan pemberdayaan masyarakat
bertujuan
untuk
memberdayakan
individu,
keluarga,
masyarakat dalam bidang kesehatan agar dapat dan mampu
untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan
nya sendiri dan lingkungannya menuju masyarakat yang sehat
, mandiri serta produktif.
Perilaku Hidup sehat didefinisikan sebagai sutau perilaku
proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan,
mencegah resiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari
ancaman penyakit, serta turut berperan aktif dalam gerakan
kesehatan masyarakat. Perilaku menuju kemandirian keluarga
dapat berupa keluarga sadar gizi, pemantauan pertumbuhan
balita dan kebiasaan mengukur berat badan , mengkonsumsi
garam beryodium, pemberian ASI Ekslusive dan pemberian MP
ASI pada balita yang merupakan perilaku sehat yang
mempengaruhi keadaan gizi.
Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat,
diperlukan adanya kerjasama antara masyarakat dengan

Tim SP2TP

60

Puskesmas Hajimena
Perencanaan Tingkat Puskesmas Tahun 2016

Tenaga Kesehatan. Salah satu program yang hingga saat ini


tetap dan akan selalu digiatkan adalah Promosi Kesehatan,
dimana Kondisi Perilaku Masyarakat yang kurang baik perlu
untuk dirubah dan diperbaiki, sehingga tercapai masyarakat
yang sehat dan mandiri.
Cakupan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Masyarakat
Hajimena tahun 2010 adalah sebagai berikut :Bumil yang
datang ke Nakes untuk memeriksakan kehamilannya : 98.8 %,
Bumil yang mendapat tablet Fe ; 100 %, Penyuluhan dalam
Rumah Tangga ( PHBS) : 27.8 %, Penyuluhan pada TempatTempat Umum : 10 %, Jumlah Posyandu Purnama : 100 %,
Penyuluhan Napza : 2.5 %, Ibu yang memberikan ASI Ekslusive
: 65.7 %, Balita ke Posyandu untuk ditimbang : 55.1 %, JAGA
sehat: 74.5 %, SAB : 73.5 %, SPAL: 73.8 %, Rumah Sehat: 73.9
%.
e.

Batra , Kosalkes dan Toga


Sebagai Program inovatif di Puskesmas Hajimena, maka
kegiatan yang dilaksanakan untuk mendapatkan cakupan
program belum terealisasi secara optimal, dimana tatalaksana
kegiatan Batra, Kosalkes dan TOGA masih memerlukan binaan
dari Kabupaten dalam menjalankan kegiatan ini, dikarenakan
kegiatan yang dijalanan masih pendataan dan pembinaan
terhadap Batra, Kosalkes danBatra yang ada.
Hasil pendataan dan binaan pada jumlah Batra, Kosalkes,
dan Toga pada tahun 2010 dapat dilihat pada tabel dibawah
ini :

Tabel 2.15: Cakupan Batra, Kosalkes & Toga


Di Puskesmas Hajimena Kecamatan Natar Tahun 2010
N
O

CAKUP
AN

1
2
3

Batra
Kosalkes
Toga

SASARA
N
166
152
131

Tahun 2010
TDK
TERDAFT
TERDAFT
AR
AR
17
149
68
84
0
131

Sumber : Batra,Kosalkes Pusk .Hjmn

f. Pelayanan Laboratorium sederhana

Tim SP2TP

61

DIBINA
17
0
13

Puskesmas Hajimena
Perencanaan Tingkat Puskesmas Tahun 2016

Kegiatan laboratorium di Puskesmas Hajimena mempunyai


peran yang penting terutama dalam upaya pemberantasan
penyakit TB Paru dan Malaria. Kegiatan-kegiatan lain meliputi
pemeriksaan darah rutin, urine rutin, tinja dan lain-lain.
Cakupan pelayanan laboratorium sederhana di Puskesmas
Hajimena belum aktif dijalankan di tahun 2009, sedangkan di
tahun 2010 pemanfaatan Laboratrium adalah sebagai berikut :
Tabel 2.16 Hasil Laboratorium UPT Puskesmas Hajimena
Tahun 2010
No

Jenis Pemeriksaan

Tahun 2010

Hb Bumil

Sputum BTA

127

3
4

Darah Malaria
Urine
+Kehamilan

15
962

Rutin

Sumber : Laporan SP2TP UPT Puskesmas Hajimena

g. Posyandu Purnama dan Mandiri


Sarana upaya kesehatan yang bersumber dari masyarakat
yang merupakan upaya kesehatan dengan melibatkan peran
serta dari masyarakat, diantaranya adalah Posyandu sebagai
salah satu bentuk nyata perabn serta dari masyarakat, dimana
dalam
pelaksanaannya melibatkan tim penggerak PKK
Kecamatan serta pelayanan kesehatan MKIA Ibu dan Anak ( KIA)
melalui Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Poskesdes.
Posyandu ini adalah suatu lembaga masyarakat yang
semestinya dapat berkembang dengan baik dan cepat dengan
dukungan dari berbagai pihak yang terkait tersebut. Yang
dimaksud dengan Posyandu Purnama adalah posyandu yang
melaksanakan hari buka lebih dari 8 kali pertahunnya. Jumlah
kader yang bertugas sama dengan atau lebih dari 5 orang, dan
cakupan program utama seperti Kesehatan Ibu dan Anak (KIA),
Keluarga Berencana (KB), Gizi, Imunisasi > 50 % dan sudah ada
satu atau lebih program tambahan serta adanya cakupan dana
sehat < 50 %.
Jumlah posyandu yang ada di Puskesmas hajimena
berjumlah 34 posyandu. Meskuipun kategori Posyandu di
Puskesmas hajimena telah termasuk dalam Posyandu Purnama
namun belum memiliki dana sehat.
Tim SP2TP

62

Puskesmas Hajimena
Perencanaan Tingkat Puskesmas Tahun 2016

h. Penyuluhan Napza
Sebagian dari masyarakat memiliki kebiasan yang kurang
baik antara lain perilaku merokok atau menggunakan Napza. Di
Puskesmas hajimena belum ada data khusus mengenai perilaku
merokok masyarakat dan perilaku penggunaan Napza oleh
masyarakat, sehingga tidak dapat diketahui data masyarakat
Hajimena yang memiliki perilaku tersebut.
i. Cakupan Desa Siaga/ Kelurahan siaga
Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki
kesiapan sumber daya dan kemampuan untuk mencegah dan
mengatasi
masalah-masalah
kesehatan,
bencana
dan
kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Desa Siaga Aktif
adalah desa yang mempunyai Pos Kesehatan Desa (Poskesdes)
atau UKBM lainnya yang buka setiap hari dan berfungsi sebagai
pemberi pelayanan kesehatan Dasar, penanggulangan bencana
dan kegawat daruratan, surveilans berbasis masyarakat yang
meliputi pemantauan pertumbuhan (gizi), penyakit berbasis
lingkungan dan perilaku sehingga masyarakatnya mamopu
untuk menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Poskesdes sebagai Upaya Kesehatan Bersumberdaya
Masyarakat (UKBM) yang dibentuk di desa dalam rangka upaya
mendekatkan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat
desa. Pelayanan Kesehatan dasar adalah pelayanan kesehatan
yang sesuai dengan kewenangan bidan penanggungjawab
poskesdes, selanjutnya dirujuk ke pustu atau Puskesmas apabila
tidak bisa ditangani. Surveilans penyakit yang berbasis
masyarakat adalah upaya pengamatan dan pencatatan yang
dilakukan oleh masyarakat (kader, bidan/perawat) tentang
kejadian penyakit yang dapat mengancam kesehatan
penduduk/masyarakat.
Pemantaun pertumbuhan adalah sebagau upaya yang
dilakukan oleh kader untuk mengetahui kader untuk
mengetahui berat badan balita setiap bulannya untuk
mendeteksi secara dini pertumbuhan balita (D/S). Masyarakat
berperilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah masyarakat
dimana masyarakatnya menerapkan perilaku hidup besih dan
sehat.
Cakupan desa siaga di Puskesmas Hajimena tahun 2010
adalah dengan jumlah Poskesdes yang dimiliki yaitu sejumlah 2
Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) maka jumlah desa Siaga yang
adalah 2 desa.

Tim SP2TP

63

Puskesmas Hajimena
Perencanaan Tingkat Puskesmas Tahun 2016

7.) Pelayanan Keluarga Berencana


a) Pelayanan KB
Keberhasilan program Keluarga Berencana dapat diketahui
dari beberapa indikator dari pencapaian target KB Baru,
cakupan peserta KB Aktif terhadap PUS dan persentase KB
Aktif Metoda Kontrasepsi Efektif Terpilih (MKET). Pada tahun
2010 ini metode MKET dan Non MKET diganti dengan hormonal
(Implant, suntik, Pil) dan Non Hormonal ( IUD, MOW, MOP dan
Kondom).
b) Pola Penggunaan Alat Kontrasepsi Akseptor Baru
Persentase cakupan peserta kb baru terhadap pud selama 4
tahun (2007-2010) dapat dilihat dari grafik dibawah ini :
Grafik 2.36 : Pola Penggunaan Alkon Akseptor Baru
Puskesmas Hajimena Kec. Natar Tahun 2007-2010
30
25
20
15
10
5
0
2007

2008

2009

2010

Sumber : Laporan KIA- KB , SP2TP Pusk. Hajimena

Sedangkan Jika dilihat dari Pola Penggunaan alat kontrasepsi


peserta Kb Baru di wilayah Puskesmas Hajimena dapat dilihat
pada tabel dibawah ini :

Tabel 2.16: % Alkon peserta KB Aktif


Puskesmas Hajimena Kec. Natar Tahun 2007-2010
Tahu
n
200
7
200
8

Tim SP2TP

IUD

Sunti
k

Impla
n

MOP/M
OW

Pil

Kondo
m

0,5

64,0

1,3

0,0

31,2

3,1

0,4

59,2

1,4

0,1

19,7

2,0

64

Puskesmas Hajimena
Perencanaan Tingkat Puskesmas Tahun 2016

200
9
201
0

0,4

5,9

2,3

0,1

11,9

4,0

1,9

48,8

7,5

0,2

15,6

3,1

Sumber : Laporan KIA- KB , SP2TP Pusk. Hajimena

c) Peserta KB Aktif
Cakupan pencapaian peserta KB Aktif terhadap PUS
cenderung fluktuatif naik turun, trand cakupan dan pola
penggunaan alat kontraasepsi peserta KB Aktif dapat dilihat
pada grafik dibawah ini :
Grafik 2.37: Kepesertaan KB Aktif
Puskesmas Hajimena Kec. Natar Tahun 2007-2010

2007

2008

2009

2010

Sumber : Laporan KIA- KB , SP2TP Pusk. Hajimena

Tim SP2TP

65

Anda mungkin juga menyukai