Kumpuisi
Kumpuisi
Menggigil
Abdurahman Faiz
Publikasi : Tue, 7 Jun 2005
Pernah
Sekujur badan ini terpaku
Keindahansempurnanya penciptaan
Kiranya bukan pula untukku dia di ciptakan
Rindu-rindu kian damba pertemuan
Pernah
Hati menyadari
Hakekatnya cinta karunia Illahi
Mencintalah karena Dia mencintai
Dan kebencian itu, hanya apa yang Dia benci.
Mungkin
Hanya satu perasaan yang mau tahu
Jejak jejak kembara menggapai rindu
Teriringi angin musim kemarau, layu
Terasa syahdu, sarat makna, malam itu
Pikirkanlah
Nafas-nafas yang tiada ujung pangkalan Yang maya,
mengapa tumbuhkan harapan
Yang semu mengapa kau jadikan tumpuan
Rindu itu bertaut, bukan dengan bayangan
Mungkin
Harus hapuskan tetesan peluh & airmata
Datangnya memberi kesegaran ,amat lembut
terasa
Tak terkata, jauh jauh diatas belai mesra
Jiwa yang rindu mendamba-damba
Menyatau damai ini berlama-lama
Pikirkanlah
Kepada siapa berlabuhnya sebuah hati
Berapa lama lagi engkau akan bermimpi
Raga semakin ringkih membawa diri
Raga kian tak sabar menunggu mati
Mungkin
Harus dijaga rahasia
Menggebunya rindu & dahsyatnya gelora
Agar tiada cemburu atau buruk sangka
Tentang jiwa raga berpeluk cinta
Mungkin
Harus memilih diam
Atau menirunya... semut hitam
Merambat pelan pada bongkah pualam
Dikala malam... kelammm
Hai jiwa,
Kegersangan merindu siraman
Kehausan jangan membawamu mereguk lautan
Sesuatu tengah dicari, belum lagi kau temui
Akankah disini engkau dapati
Kian maya saat dirasa nyata
Jangan bersandar pada nyanyian indah
Jangan berkaca pada cermin yang pecah
Bersandarlah di tepi malam
Ketika selimut membuai tiap hati insan
Percayalahpada kekuatan doa
Karena Dia Maha Mengabulkan.
Untukmu Sahabat
Milis media-dakwah@yahoogroups.com
Ada kalanya Aku dan Kau merasa jauh
Jauh sekali karna dipisahkan jarak dan waktu
bahkan ketika hati terusik tuk ketemu
seolah mendekap rindu dalam bayang semu
dan
Adakalanya Aku dan Kau merasa dekat
Dekat sekali...bahkan lebih dekat dari apa yang
kita rasakan
Apa yang kita harapkan
dalam setiap bentang sepanjang kenangan
saat ini,
saat itu,
dan saat yang akan datang
Wahai sahabat
Memang Aku belum mengenalmu secara
mendalam
Bahkan kornea mataku yang katanya tembus
pandang
Tak bisa melihat dinding-dinding tebal yang tegak
menghadang
Bahkan ketika Kau dan Aku jadi penasaran
Timbul gelora membara di gelanggang "Sejuta
Pertanyaan"
Apakah ini suatu kesungguhan ataukah sekedar
lelucon picisan?
Atau sekedar permainan tipuan yang penuh
ketidak manfaatan?
Karna sudah tak percaya dengan namanya
persahabatan
Apalagi hanya kenal lewat imel-imelan
Tapi sahabatku percayalah,
Bahwa di tengah ketidakmungkinan masih ada
celah berkas sinar harapan
Dibalik sejuta keniscayaan, masih ada uluran
tangan kesungguhan
Dibalik semua kemustahilan, masih ada niat
ketulusan
Atau mungkinkah ini sebagai budaya metropolitan
Sahabatku
By Muldan/Wiranagara
Sahabat
PujanggA
Sahabatku adalah tetesan embun pagi
yang jatuh membasahi kegersangan hati
hingga mampu menyuburkan seluruh taman sanubari
dalam kesejukan
Sahabatku adalah bintang gemintang malam di
angkasa raya
yang menemani kesendirian rembulan yang berduka
hingga mampu menerangi gulita semesta
dalam kebersamaan
Sahabatku adalah pohon rindang dengan seribu dahan
yang memayungi dari terik matahari yang tak
tertahankan
hingga mampu memberikan keteduhan
dalam kedamaian
Wahai angin pengembara
kabarkanlah kepadaku tentang dirinya
Sahabatku adalah kumpulan mata air dari telaga suci
yang jernih mengalir tiada henti
hingga mampu menghapuskan rasa dahaga diri
dalam kesegaran
Sahabatku adalah derasnya hujan yang turun
yang menyirami setiap jengkal bumi yang berdebu
menahun
hingga mampu membersihkan mahkota bunga dan
dedaun
dalam kesucian
Sahabatku adalah untaian intan permata
yang berkilau indah sebagai anugerah tiada tara
hingga mampu menebar pesona jiwa
dalam keindahan
Wahai burung duta suara
ceritakanlah kepadaku tentang kehadirannya
It's true you don't know what you've got until it's
gone,
but it's also true You don't know what you've been
missing until it arrives!!!.
Seringai Senja
Milis pengembangankepribadian@yahoogroups.com
Surya kembali merunduk malu
memamerkan senyum sumringah
menyambut gelap....
bersama sekawanan camar
Walau sekejap....
terawang awan putih mampu biaskan
kemilau sinar kemerahan
yang terpantul di pucuk-pucuk pohon
Pun....
ketika pekat datang membentang
atau hitam mulai menggulung mimpi
setitik nyata masih tersisa
di antara gunung dan laut
yang tampak menenggelamkan dirinya
menerbitkan siluet Sang Pelukis Agung
Aku ingin seperti surya di ufuk barat
tersenyum manis bersama perih
biar terasa pahit menikam
tapi, pesona itu.........
mampu bersemayam dalam setiap jiwa
insan pemikat keindahan.
Wahai Hati
by Hana
Wahai diri yang memasung hati
Kulihat ketidak benaran itu
Apakah aku harus diam?
Wahai diri yang memasung hati
Kulihat banyak kebohongan disana
Apakah aku harus bersabar?
Yang Kurindu
PujanggA
Kurindukan
Sekuntum mawar dalam sebuah harapan
Mekar di pagi hari menyambut datangnya mentari
Semerbak sepanjang hari tuk meramaikan suasana
taman hati
Tak layu di malam hari bersama purnama yang
menerangi bumi
Kurindukan
Sekuntum mawar dalam genggaman
Kelopaknya bukan gemerlap materi tapi kasih
sayang Ilahi
Mahkotanya bukan kilauan intan permata tapi
cahaya pekerti
Duri-durinya bukan kesombongan tapi
pembenteng diri
Kurindukan
Sekuntum mawar dalam keindahan
Dalam kemuliaan abadi
Dalam kesucian kasih Ilahi
Dalam kemurnian cinta hakiki
Kurindukan
Sekuntum mawar dalam keinginan
Sebagai teman sepanjang zaman
Kurindukan..
Sekuntum mawar dalam lantunan do'a
Kelak kan hadir di depan mata
Permata
PujanggA
PujanggA
Pengakuan
PujanggA
Rinduku kekasih
Tumbuh bersemi dalam kehampaan
Pupus dan gersang
Hanyut dan hilang
Di sungai tanpa sekumpulan mata air
Terbang dan melayang
Di bumi terhampar tanpa denyut kehidupan
Cintaku kekasih
Tak sebening tetes embun pagi di ujung dedaunan
Hanya bagai kabut putih di pegunungan
Yang datang dan kembali pergi
Hilang diterpa pancaran sinar matahari
Ketulusanku kekasih
Yang kusampaikan di dalam setumpuk bingkisan
Disinggahi seribu pamrih
Yang berakar dan terus berbunga.
Amien.
Sunyi
By: Elang
Kali ini mentari redup
tanpa nur menyinari ruh
shiloet kemerahan tak lagi menggores
birunya cakrawala
dan...
ketika angin menyapa
embun tlah hilang dalam genggaman daun
awan pun kelam
menahan tangis hujan
lihatlah kalbuku...
dapatkah kau lihat pelangi membelah bumi?
atau...
dapatkah kau dengar hempasan ombak
menggetarkan karang hati insan?
Sunyi...
kesemuanya tentang sunyi
Sunyi kadang menjadi mentari
kadang menjadi syair
kadang menjadi gerak
kadang juga membekukan kalbu
Kali ini...
biarkan aku menyatu bersama alam
mewarnai hidup dengan hijaunya daun
membasahi kalbu dengan tetesan embun
dan...
menari bersama hembusan angin
Sunyi adalah resapan jiwa
yang semoga menuju Nur Illahi...