Anda di halaman 1dari 26

` ASTRINDITA AYU WIRASTI

FK-A / 1102013046
1.
1.1

Memahami dan Menjelaskan Penghantaran fisiologi nyeri


Menjelaskan pusat spesifik nyeri
Nociceptor diaktivasi oleh stimulus yang berpotensi untuk merusak sel jaringan. Kerusakan jaringan tersebut
dapat disebabkan oleh stimulasi mekanis yang kuat, temperatur yang ekstrim, kekurangan oksigen, dan paparan oleh
zat kimia.
Sel-sel jaringan yang rusak tersebut dapat pula mengeluarkan substansi yang mampu membuka channel ion pada
membran nociceptor, seperti :

Protease
Enzim pengurai protein ini dapat mengurai peptida kininogen yang berada di extra selular sehingga terbentuklah
bradikinin. Bradikinin ini kemudian akan terikat dengan molekul reseptor spesifik untuk mengaktivasi konduksi ion
pada nociceptor.
ATP
ATP dapat berikatan langsung dengan ATP Gated Ion Channel sehingga terjadi depolarisasi pada nociceptor.
K+
Peningkatan K+ extraselular berperan langsung pada depolarisasi membran neuronal.

Jenis Nociceptor
Transportasi stimulus nyeri terjadi pada ujung saraf bebas (FNE), yaitu serat C tanpa myelin (unmyelinated C
Fiber) dan serat A myelin tipis Nociceptor terbagi menjadi empat jenis, yaitu :
a.
b.
c.
d.

Polymodal Nociceptor : merespon terhadap stimulus mekanis, suhu, dan kimia.


Mechanical Nociceptor : hanya merespon terhadap tekanan yang kuat.
Thermal Nociceptor : hanya merespon terhadap suhu panas atau dingin.
Chemical Nociceptor : merespon terhadap histamin dan zat kimia lainnya.
Serat C terkecil (kecepatan konduksi <0.5 m/s) merespon selektif terhadap histamin dan mempersepsikan rasa gatal.
Hyperalgesia
Nociceptor biasanya hanya merespon saat terjadi stimulus yang cukup kuat untuk merusak jaringan. Hiperalgesia
adalah keadaan dimana kulit, sendi, atau otot yang sudah terluka menjadi sangat sensitif terhadap stimulus. Sebagai
contoh, pada kulit yang sehat, rasa sentuhan tidak terasa sakit, namun pada kulit yang melepuh rangsang tersebut
terasa sakit.
Hiperalgesia dapat berupa penurunan ambang nyeri, peningkatan intensitas stimulus nyeri, atau nyeri spontan.
Hiperalgesia juga dibedakan menjadi dua, yaitu:

a.
b.

Primer : hanya terjadi pada daerah jaringan yang terluka.


Sekunder : jaringan yang berada di sekitar jaringan yang terluka juga ikut menjadi sensitif.
Beberapa zat kimia yang berperan dalam hiperalgesia:

Bradikinin
Selain menghasilkan rasa nyeri, bradikinin juga menstimulasi perubahan intracellular yang berlangsung lama,
sehingga channel ion nociceptor menjadi lebih sensitif.
Prostaglandin
Prostaglandin tidak menyebabkan nyeri, melainkan meningkatkan sensitivitas nociceptor lain.
Substance P
Merupakan substansi yang dihasilkan oleh nociceptor sendiri. Aktivasi salah satu cabang axon nociceptor dapat
menyebabkan sekresi substance P di cabang axon lainnya. Substance P menyebabkan vasodilatasi dan pelepasan
histamin oleh sel mast, sehingga dapat juga menyebabkan hiperalgesia sekunder.
1

Aferen Primer dan Mekanisme Spinal


Terdapat dua jenis persepsi nyeri, yaitu :
a.
b.

First pain : cepat dan tajam, diaktivasi oleh serat A


Secon pain : nyeri yang mengikuti first pain dan berlangsung lama, diaktivasi serat C

Perhubungan spinalis axon nociceptif


Neurotransmitter nyeri diduga adalah glutamat, namun neuron-neuron juga mengandung substance P pada axon
terminalis. Transmisi sinaps yang diperantarai oleh substance P dibutuhkan untuk menghasilkan rasa nyeri.
Nyeri Alih (Referred Pain)
Merupakan fenomena dimana aktivasi nociceptor organ dalam (viseral) dipersepsikan sebagai sensasi luar
(cutaneus). Disebabkan karena axon nociceptor dari organ dalam memiliki rute yang sama dengan nociceptor kutan
dalam memasuki corda spinalis, sehingga terjadilah pencampuran informasi dari kedua input tersebut.
Jalur Nyeri Ascendens
1.

2.

Spinothalamic Pathway
Informasi suhu dan nyeri disampaikan dari corda spinalis ke orak melalui jalur spinothalamic.
Axon dari neuron ordo II langsung menyeberang dan menyusuri tractus spinothalamicus.
Serat spinothalamicus berjalan dari corda spinalis kemudian melewati medulla, pons, dan midbrain tanpa
bersinaps sampai mereka mencapai thalamus.
Pada akhirnya, setelah melewati batang otak, axon spinothalamicus berada bersebelahan dengan lemniscus
medialis, namun kedua axon tersebut tetap terpisah satu sama lain. Informasi sentuhan berjalan secara ipsilateral,
sedangkan nyeri berjalan contralateral.
Trigeminal Pathway
Informasi suhu dan nyeri yang berasal dari muka dan kepala berjalan melalui jalur ini, yang mirip dengan
spinothalamic pathway.
Serat nervus trigeminal bersinaps pada neuran orde kedua di nucleus trigeminal spinalis pada batang otak.
Axon tersebut kemudian naik ke thalamus di lemniscus trigeminal.
Sensasi nyeri dan sentuhan sama-sama berakhir di thalamus (Nucleus VP dan intralaminar) tetapi
menempati daerah yang berbeda. Kemudian informasi dari thalamus tersebut diteruskan ke berbagai daerah pada
cortex cerebral.

Regulasi Nyeri
a.

Regulasi Aferen
Nyeri yang dihasilkan oleh aktivitas nociceptor dapat dikurangi dengan aktivitas mechanoreceptor (Serat A)
secara bersamaan. Inilah mengapa rasa nyeri pada memar akan berkurang apabila kita lakukan gerakan memijat.
Gate Theory of Pain
*Tidak ada konflik stimulus

Dapat dilihat pada gambar ini, bahwa stimulus yang dibawa oleh serat C berjalan dengan lancar (tidak ada
hambatan apapun) dan akan sampai pada projection neuron, yang kemudian akan diteruskan ke otak, menyebabkan
sensasi nyeri maksimal.
*Terdapat konflik stimulus. Stimulus nyeri dibawa oleh serat C menuju projection neuron. Di saat yang sama, stimulus
sentuhan (stimulus tidak nyeri) dibawa oleh serat A menuju projection neuron dan interneuron inhibitorik.
Aktivasi interneuron inhibitorik tersebut akan menghambat projection neuron, sehingga tidak ada stimulus yang
diteruskan ke otak sehingga mengurangi sensasi nyeri yang ada. Namun tidak semua interneuron inhibitorik dapat
diaktifkan, sehingga masih terdapat sensasi nyeri yang diteruskan ke otak. (Barry, 2007)

Regulasi Descendens
Emosi yang kuat atau stres pada seseorang dapat mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri. Telah diketahui
bahwa terdapat bagian dari otak yang berperan dalam supresi nyeri. Salah satunya adalah zona-zona neuron di
midbrain, seperti periventricular dan periaqueductal gray matter (PAG).
Mekanismenya adalah sebagai berikut :
PAG menerima input emosional dari struktur-struktur otak.
Neuron-neuron di PAG mengirimkan axon menuju daerah pada medulla, yaitu raphe nuclei, yang kemudian akan
mengeluarkan neurotransmitter serotonin.
Kemudian neuron medulla tersebut akan memproyeksikan axon ke cornu posterior corda spinalis, dimana axon
yang membawa serotonin tersebut akan menekan aktivitas nociceptor.
Intensitas Nyeri
Gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan
individual dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda
oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling mungkin adalah
menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Namun, pengukuran dengan metode ini juga tidak
dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri (Sherwood, 2004). Menurut smeltzer, S.C bare B.G (2002)
adalah sebagai berikut :

1) skala intensitas nyeri deskritif

2) Skala identitas nyeri numerik

3) Skala analog visual

4) Skala nyeri menurut bourbanis

Keterangan
0 : Tidak nyeri
1-3 : Nyeri ringan (secara obyektif pasien dapat berkomunikasi dengan baik).
4-6 : Nyeri sedang (secara obyektif pasien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat
mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik).
7-9 : Nyeri berat (secara obyektif pasien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon terhadap
tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi
nafas panjang dan distraksi).
10 : Nyeri sangat berat (pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul).
Skala deskritif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang lebih obyektif. Skala pendeskripsi verbal
(Verbal Descriptor Scale, VDS) merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata pendeskripsi yang
tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang garis. Pendeskripsi ini diurutkan dari tidak terasa nyeri sampai
nyeri yang tidak tertahankan. Kinisi menunjukkan pasien skala tersebut dan meminta pasien untuk memilih
intensitas nyeri terbaru yang ia rasakan. Klinisi juga menanyakan seberapa jauh nyeri terasa paling menyakitkan dan
seberapa jauh nyeri terasa paling tidak menyakitkan. Alat VDS ini memungkinkan pasien memilih sebuah kategori
untuk mendeskripsikan nyeri. (Price, 2006)
Skala penilaian numerik (Numerical rating scales, NRS) lebih digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi
kata. Dalam hal ini, pasien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Skala paling efektif digunakan saat
mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi terapeutik. Apabila digunakan skala untuk menilai nyeri,
maka direkomendasikan patokan 10 cm.
Skala analog visual (Visual analog scale, VAS) tidak melebel subdivisi. VAS adalah suatu garis lurus, yang
mewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. Skala ini memberi klien
kebebasan penuh untuk mengidentifikasi keparahan nyeri. VAS dapat merupakan pengukuran keparahan nyeri yang
4

lebih sensitif karena klien dapat mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian dari pada dipaksa memilih satu kata atau
satu angka.
Faktor yang mempengaruhi nyeri: usia, jenis kelamin, budaya, makna nyeri, perhatian, ansietas, pengalaman masa
lalu, pola adaptasi, support keluarga dan social.
a.
Menjelaskan mekanisme penghantaran nyeri
Rasa nyeri merupakan suatu mekanisme perlindungan, yang dicetuskan oleh suatu kerusakan jaringan , yang akan
memnyebabkan individu untuk bereaksi memindahkan stimulus nyeri.
Rasa nyari dapat dibagi atas

Rasa nyeri cepat


Rasa nyeri tertusuk, tajam, akut, dan tersetrum
Rasa nyeri lambat
Rasa nyeri terbakar lambat, pegal, berdenyut, mual dan kronik. Rasa nyeri ini umumnya dikaitkan dengan
kerusakan jaringan.
Reseptor nyeri
Reseptor nyeri merupakan ujung saraf bebas, terdapat tiga jenis stimulasi yang dapat merangsanganya yaitu
rangsang mekanis, suhu dan kimiawi. Pada umumnya rasa nyeri cepat diakibatkan mekanik dan suhu, sedangkan rasa
lambat diakibatkan stimulan kimia
Reseptor nyeri memiliki sedikit sekali kemampuan untuk beradaptasi , dan bahkan pada beberapa keadaan dapat
terjadi peningkatan intesitas rasa nyeri yang disebut hiperalgesia . intensitas rasa nyeri juga berhubungan erat dengan
derajat kerusakan jaringan. Ada beberapa stimulus terkait kerusakan jaringan (bukan secara langsung, dapat timbul
sebagai adanya kerusakan jaringan) yang dapat menyebabkan nyeri

1.2

Bradikinin dari jaringan rusak yang memnyebabkan pelepasan enzim proteolitik dan menyerang langsung ujung
saraf dengan membuat saraf lebih permeabel terhadap ion-ion
Asam laktat yang terakumulasi sebagai akibat dari iskemia
Apapun bentuknya, pada nantinya hal tersebut akan menyebabkan perubahan permeabilitas neurong sehingga dapat
terjadi suatu potensial aksi dengan perpindahan ion-ion yang timbul.
Menjelaskan jaras spesifik nyeri

Traktus spinotalamikus Lateralis


Axon dari neiron orde pertama (ganglion spinalis) memasuki ujung cornu posterius substantia grissea medulla
spinalis dan segera bercabang menjadi serabut yang naik dan yang turun
o
Sesudah memasuiki satu atau dua segmen medulla spinalis membentuk tractus posterolateral (lissaueri) , serabut
ini segera bersinapsis dengan neuron orde kedua yang terletak pada kelompok sel substantia gelatinosa cornu
posterius
o
Axon dari neuron orde kedua berjalan menyilang garis tengah pada comissura anterior substantia grissea dam
substantia alba kemudian naik keatas pada sisi kontra lateral sebagai anterius. Sewaktu berjalan keatas, serabut saraf
baru terus bertambah sesuai dengan banyaknya segmen medulla spinalis, demikian rupa sehingga pada bagian atas
cervical terdapat

Serabut sraf yang datang dari sacral terletak posterolateral

Serabut saraf yang datang dari cervical terletak anteromedial (serebut saraf yang menghantarkan rasa sakit
terletak didepan yang menghantarkan sensasi suhu)
o
Pada Medulla oblongata tractus tersebut terletak pada dataran lateral antara nucleus olivarius inferius dengan
nucleus tractus spinalis N.Trigeminus. disini ia bergabung dengan

Tractus spinothalamicus anterius

Tractus spinotectalis
Yang kemudian gabungan dari ketiganya disebut lemniscus spinalis
5

o
o
o
o
o
o

o
o
o

Pada pons kemudian naik keatas dibagian belakang pons


Pada mesencephalon kemudian lemniscus medialis berjalan pada tegmentum , lateralis dari lemniscus medialis
Pada diencephalon serabut saraf dari tractus spinothalamicus lateralis akan bersinapsis dengan neuron orde
ketiga yaitu nucleus posterolateral dari keolompok ventral thalamus (bagian dari nucleus lateralis thalamus), dimana
disini akan terjadi penilaian kasar sensasi sakit dan suhu dan reaksi emosi mulai timbul.
Axon dari neuron orde ketiga jalan memasuki crus posterior capsula interna dan corona radiata untuk berakhi
pada gyrus postcentralis (brodmann 3 2 1) . dari sini informasi rasa sakit dan suhu akan diteruskan ke area motorik
dan area asosiasi di cortex lobus parietalis.
Cortex cerevri gyrus psotcentralis berfungsi untuk menafsirkan suhu dan sakit sehingga akan muncul kesadaran
terkait sensasi tersbut.
Pembagian secara fisiologis
Sewaktu memasuki medulla spinalis , sinyal rasa nyeri9 melewati dua jalur ke otak yaitu:
Traktus neospinotalamikus
Traktus neospinotalamisu bergfungsi utnuk menyalurkan nyeri secara cepat. Terutama terdiri atas serabut ADelta yang tyerutama dilalui oleh rasa nyeri mekanik dan nyeri suhu akut. Serabut perifer jalur ini berakhir pada
lamina I kornu dorsalis. Dan dari sini akan merangsang neuron orde dua dari tractus neospinotalamicus. Neuron ini
akan mengirimkan sinyal ke serabut panjang yang terletak di dekat sisi lain medulla spinalis dalam komisura anterior
dan selanjutnya berbelok naik ke otak dalam kolumna anterolateralis.
Hanya sebagian kecil saja serabut neopinotalamikus berakhir di daerah retikularis batang otak, sisaya melewati
batang otak dan langsung berakir di kompleks ventrobasal thalami.
Nyeri cepat dapat dilokalisasi dengan mudah di dalam tubuh
Neurotransmiter A delta umumnya adalah glutamat
Traktus paleospinotalamikus
Jalur ini befungsi untuk menjalarkan nyeri lambat-kronik , sebagian serabutnya adalah tipe C, sebagian kecil Adelta. Dalam jaras ini, serabut-serabut perifer berakhri pada lamina II dan II kornu dorsalis yang secara bersama-sama
disebut substansi gelatinosa, serabut C terletak lebih lateral dari A-delta. Setelah itu akan berlanjut ke lamina V dan
neuron-neuronnya merangsang akson-akson panjang (yang juga menjadi penghantar nyeri cepat) yang mula-mula
melewati komisura anterior ke sisi berlawanan dari medulla spinalis ,kemudian naik ke otak melalui jaras anterolateral
Neotransmiter nya adalah glutamat dan Substansi P, substansi P bersifat lebih lambat dari Glutamat yang
memungkinkan glutamat untuk sampai terlebih dahulu. Yang menjelaskan suatu fenomena rasa sakit ganda
Jaras paleospinotalamikus berakhir kebanyakan di
Mucleus retikularis medula, pons dan mesensefalon
Area tektal mesensefalon sampai kolukulus usperior dan inferior
Daerah periakuaduktus substansia grisea yang mengelilingi aquaductus sylvii
Kemampuan lokalisasi rasa nyeri pada jalur lambat sangatlah buruk dan kebanyakan hanya dapat dilokalisasi di
bagian tubuh yang luas
Formasio retikularis berfungsi untuk menimbulkan persepsio nyeri yang disadari

LI 2. Memahami dan Menjelaskan Nyeri Kepala


LO.2.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi Nyeri Kepala
Nyeri kepala, adalah nyeri atau perasaan tidak enak yang terjadi pada daerah superior kepala, yang
menyebar pada wajah, gigi, rahang, dan leher.
LO.2.2 Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Nyeri Kepala
Berdasarkan klassifikasi Internasional Nyeri Kepala Edisi 2 dari Internasional Headache Society (IHS) :
A.
1.
2.
3.
4.

Primary headache disorders :


Migraine
Tension-type headache
Cluster headache and other trigeminal autonomic cephalalgias
Other primary headaches
6

B.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

Secondary headache disorders:


Headache attributed to head and/or neck trauma
Headache attributed to cranial or cervical vascular disorder
Headache attributed to non-vascular intracranial disorder
Headache attributed to a substance or its withdrawal
Headache attributed to infection
Headache attributed to disorder of homeoeostasis
Headache or facial pain attributed to disorder of cranium, neck, eyes, ears, nose, sinuses, teeth,mouth, or other
facial or cranial structures.
Headache attributed to psychiatric disorder
Cranial Neuralgias and facial pains
Cranial neuralgias and central causes of facial pain
Other headache, cranial neuralgia central, or primary facial pain.

SAKIT KEPALA PRIMER


1.

Migrain
Suatu kondisi nyeri kepala paroksismal dan bisa juga konstan yang disebabkan oleh karena gangguan primer otak
berasal dari reaksi neurovasculer pada individu yang memiliki predisposisi genetik
Tipe Migrain :
a.
Migren tanpa aura
b.
Migren dengan aura : Nyeri Kepala Migren dengan aura tipikal, Nyeri Kepala non migren dengan aura tipikal,
Aura tipikal tanpa Nyeri kepala, Familial Hemiplegik Migren, Sporadik hemiplegik, Migren tipe Basiler.
Fase-fase Migrain
1.
Prodromal
Gejala iritabilitas, eksitabilitas, hiperaktif atau depresi yang timbul dalam 24 jam sebelum periode nyeri kepala
2.
Aura
a.
Visual (zig zag)
b.
Sensorik
c.
Visual sensorik
d.
Motorik
3.
Fase Nyeri Kepala
4.
Fase resolusi (lelah, irritable, sulit konsentrasi)
Konsep dasar patogenesis migren:
1.
Hipereksitabilitas neuronal saat fase interiktal dan fase pre-headache
2.
Cortical spreading depression
3.
Aktivasi perifer dan sentral n. Trigeminus
4.
Kerusakan progresif periaquaductal grey matter (PAG)
5.
Genetik
Kriteria Diagnosis Migrain tanpa aura:
A.
Terdapat min. 5 serangan dg gejala B-D
B.
Nyeri kepala antara 4-72 jam
C.
Nyeri kepala dengan sedikitnya 2 karakteristik berikut: Lokasi unilateral, Kualitas berdenyut, Intensitas
sedang s.d berat, Diperberat dengan aktivitas fisik (berjalan, naik tangga, dll) atau px menghindari aktifitas fisik
D.
Selama nyeri kepala disertai salah satu gx:
1.
Mual dan atau muntah
2.
Photofobia dan fonofobia
E.
Tidak berkaitan dengan kelainan lain

Kriteria Diagnosis Migrain dengan aura:


A.
Minimal 2 serangan dengan gejala pd B - D
B.
Adanya aura paling sedikit satu dibawah ini, tetapi tidak dijumpai kelemahan motorik
1.
Gangguan visual reversibel
2.
Gangguan sensorik reversibel
3.
Gangguan bicara disfasia reversibel sempurna
C.
Paling sedikit dua dibawah ini:
1.
Gx visual homonim dan/atau gx sensorik unilateral
2.
Min. Timbul 1 macam aura secara gradual menit dan / atau jenis aura lainnya 5 menit
3.
Masing-masing gx berlangsung 5 dan 60 menit
D.
Memenuhi kriteria B-D migren tanpa aura dimulai bersamaan dengan aura atau sesudah aura selama 60 menit
E.
Tidak berkaitan dengan kelainan lain
2.

Tension Type Headache


Rasa nyeri dalam, seperti tertekan berat atau terikat erat, umumnya bilateral yang pada awalnya timbul secara
episodik dan terikat dengan stres tetapi kemudian nyaris setiap hari muncul dalam bentuk kronis, tanpa ada lagi kaitan
psikologis yang jelas
Klasifikasi :
1.
TTH episodik yang infrequent (pericranial tenderness +/-)
2.
TTH episodik yang frequent (pericranial tenderness +/-)
3.
TTH episodik kronik
4.
Probable TTH
Etiologi :
Disfungsi oromandibular, Stress psikologis, Anxietas, Depresi, Nyeri kepala sebagai delusi, Stress otot, Drug
overuse (analgetik)
Patofisiologi :
1.

Kontraksi otot perikranial berkepanjangan

2.

Teori vaskuler penyempitan A. Temporalis superfisialis

3.

Teori Humoral penurunan platelet 5-HT

4.

Posture tubuh dan kelainan dinamika dari gerakan

Kriteria Diagnosis TTH Episodik Infrequent :


A.
B.
C.
1.
2.
3.
4.
D.
1.
2.
E.

Minimal 10 episode serangan rata-rata < 1 hari / bulan (< 12 hari / tahun) dan memenuhi kriteria B D
Nyeri kepala berlangsung 30 menit sampai 7 hari
Minimal disertai 2 gejala khas:
Lokasi bilateral
Menekan / mengikat (tidak berdenyut)
Intensitasnya ringan atau sedang
Tidak diperberat oleh aktivitas rutin seperti berjalan atau naik tangga
Tidak didapatkan:
Mual dan muntah (bisa anoreksia)
Lebih dari satu keluhan : fotofobia atau fonofobia
Tidak berkaitan dengan kelainan yang lain

Kriteria Diagnostik Tth Episodik Frequent :


A.

Minimal 10 episode serangan dalam 1-15 hari/bulan paling tidak selama 3 bulan (12-180 hari/tahun) dan
memenuhi kriteria B D
8

B.
C.
1.
2.
3.
4.
D.
1.
2.
E.

Nyeri kepala berlangsung 30 menit sampai 7 hari


Minimal disertai 2 gejala khas:
Lokasi bilateral
Menekan / mengikat (tidak berdenyut)
Intensitasnya ringan atau sedang
Tidak diperberat oleh aktivitas rutin seperti berjalan atau naik tangga
Tidak didapatkan:
Mual dan muntah (bisa anoreksia)
Lebih dari satu keluhan : fotofobia atau fonofobia
Tidak berkaitan dengan kelainan yang lain

Kriteria Diagnosis Tth Kronik :


A.
B.
C.
1.
2.
3.
4.
D.
1.
2.
E.
3.

Timbul 15 hari/bulan, berlangsung > 3 bulan ( 180 hari /tahun) dan memenuhi kriteria B D
Nyeri kepala berlangsung beberapa jam atau terus menerus
Minimal disertai 2 gejala khas:
Lokasi bilateral
Menekan / mengikat (tidak berdenyut)
Intensitasnya ringan atau sedang
Tidak diperberat oleh aktivitas rutin seperti berjalan atau naik tangga
Tidak didapatkan:
Lebih dari 1 keluhan: fotofobia, fonofobia atau mual ringan
Mual sedang atau berat, maupun muntah
Tidak berkaitan dengan kelainan yang lain

Cluster Headache
Merupakan salah satu bentuk sefalgia otonomik trigeminal. Profil nyeri kepala unik, Periodisitas +, Gejala
otonomik +, Jarang, 0,4 % populasi umum, Rasio laki-laki : perempuan = 5 : 1
Gejala Klinis :

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Onset mendadak, eksplosif


Unilateral (mencapai puncak dalam 10-15 menit dan berlangsung hingga 2 jam)
Seperti dibor di belakang mata, biji mata spt mau keluar, spt dibakar, menetap
Frekuensi 4-6 serangan dalam sehari
Periodisitas serangan pada musim tertentu (musim gugur, semi dsb)
Sering timbul malam hari tepat setelah tertidur(fase REM) atau timbul pada waktu yang tetap
Disertai gejala otonom
Patofisiologi :

1.
2.
3.

Aktivasi sistem trigeminovaskuler vasodilatasi A. Ophtalmika saat serangan nyeri


Vaskulitis venous pada sinus cavernosus gx otonom
Gangguan biologic clock perubahan irama sekresi melatonin, kortisol, testosteron, prolaktin
gangguan circadian pacemaker aktivasi sistem trigeminovaskuler

Kriteria Diagnosis :
Minimal 5 serangan yang memenuhi B-D
Nyeri kepala hebat atau sangat hebat pada orbita, supra orbita atau temporal unilateral, selama 15-180 menit bila
tidak diobati
C.
Disertai minimal 1 dari
1.
Conjunctival injection dan atau lacrimasi ipsilateral
2.
Kongesti nasal dann atau rhinorhea ipsilateral
3.
Edema palpebra ipsilateral
4.
Keringat pada dahi dan wajah ipsilateral
5.
Miosis dan atau ptosis ipsilateral
A.
B.

6.
D.
E.

Perasaan kegelisahan atau agitasi


Frekwensi serangan dari satu kali setiap 2 hari sampai 8 x/hari
Tidak berkaitan dengan gangguan lain

SAKIT KEPALA SEKUNDER


1.

Trigeminal Neuralgia / Tic douloureux


Serangan nyeri wajah unilateral, spontan, episodik. Melibatkan cabang N. Trigeminus
a.
N. V1: kulit kepala, dahi, kepala bag depan
b.
N.V2: pipi, rahang atas, bibir atas, gigi dan gusi, sisi hidung
c.
N.V3: rahang bawah, gigi, bibir bawah, gusi
Faktor pencetus: sentuhan, bicara, makan, minum, mengunyah, sikat gigi, menyisir, cukur, Wanita : pria = 3:2. Penyebab:
idiopatik kompresi N.V (60-80%), demyelinisasi, traksi gigi, MS, stres, tumor
1.
2.
3.
a.
b.
c.
d.
e.
4.
2.

Gambaran Klinis :
Kebanyakan unilateral
Serangan paroksismal di daerah muka atau frontal dengan nyeri bbrp detik, tidak lebih dari 2 menit
Minimal 4 karakteristik:
Distribusi pada 1 atau lebih cabang N.V
Mendadak, tajam, stabbing, intense, spt terbakar
Intensitas nyeri berat
Faktor presipitasi dari area trigger atau aktivitas sehari-hari
Diantara masa paroksismal, px asimtomatik
Serangan stereotipi
Arteritis Temporalis
Hampir selalu terjadi pada px umur > 50 tahun. Lebih sering pada wanita
Gejala klinis:

a.

Daerah nyeri dan keras pada perabaan, sepanjang A. Temporalis

b.

Jaw claudication

c.

Febris, kelemahan, anoreksia, penurunan BB, anemia, lekositosis ringan

d.

Berlaangsung 4 6 minggu

e.

Biopsi A. Temporalis periarteritis, arteritis granulomatosa

LO.2.3 Memahami dan Menjelaskan Etiologi Nyeri Kepala


1.

traksi, trombosis, displacement sinus venosus dan cabang kortikalnya.

2.

Traksi, dilatasi, inflamasi, pada dura anterior, dan fossa posterior atau arteri intra kranial dan
ekstrakranial.

3.

Traksi, displacement atau penyakit pada N V, IX, X dan C1-3.

4.

Perubahan TIK

5.

Penyakit pada jaringan scalp, wajah, mata, hidung, telinga, dan leher.
10

Penyebab dari nyeri kepala tegang otot ini masih belum diketahui. Diduga dapatdisebabakan oleh faktor psikis
maupun fakor fisik. Secara psikis, nyeri kepala ini dapattimbul akibat reaksi tubuh terhadap stress, kecemasan, depresi
maupun konflik emosional. Sedangkan secara fisik, posisi kepala yang menetap yang mengakibatkan kontraksi ototototkepala dan leher dalam jangka waktu lama, tidur yang kurang, kesalahan dalam posisi tidurdan kelelahan juga dapat
menyebabkan nyeri kepala tegang otot ini. Selain itu, posisi tertentu yang menyebabkan kontraksi otot kepala dan leher
yang dilakukan bersamaan dengankegiatan-kegiatan yang membutuhkan peningkatan fungsi mata dalam jangka waktu
lamamisalnya membaca dapat pula menimbulkan nyeri kepala jenis ini.
LO.2.4 Memahami dan Menjelaskan Patofisiologi Nyeri Kepala

Nyeri adalah sensasi subjektif, rasa yang tidak nyaman biasanya berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau
potensial (Corwin J.E. ). Ketika suatu jaringan mengalami cedera, atau kerusakan mengakibatkan dilepasnya bahan
bahan yang dapat menstimulus reseptor nyeri seperti serotonin, histamin, ion kalium, bradikinin, prostaglandin, dan
substansi P yang akan mengakibatkan respon nyeri (Kozier dkk). Nyeri juga dapat disebabkan stimulus mekanik seperti
pembengkakan jaringan yang menekan pada reseptor nyeri. (Taylor C. dkk).
Nyeri kepala dipengaruhi oleh nukleus trigeminoservikalis yang merupakan nosiseptif yang penting untuk
kepala, tenggorokan dan leher bagian atas. Semua aferen nosiseptif dari saraf trigeminus, fasial, glosofaringeus, vagus,
dan saraf dari C1 3 beramifikasi pada grey matter area ini. Nukleus trigeminoservikalis terdiri dari tiga bagian yaitu pars
oralis yang berhubungan dengan transmisi sensasi taktil diskriminatif dari regio orofasial, pars interpolaris yang
berhubungan dengan transmisi sensasi taktil diskriminatif seperti sakit gigi, pars kaudalis yang berhubungan dengan
transmisi nosiseptif dan suhu.
Terdapat overlapping dari proses ramifikasi pada nukleus ini seperti aferen dari C2 selain beramifikasi ke C2,
juga beramifikasi ke C1 dan C3. Selain itu, aferen C3 juga akan beramifikasi ke C1 dan C2. Hal ini lah yang
menyebabkan terjadinya nyeri alih dari pada kepala dan leher bagian atas.

11

Nyeri alih biasanya terdapat pada oksipital dan regio fronto orbital dari kepala dan yang jarang adalah daerah
yang dipersarafi oleh nervus maksiliaris dan mandibularis. Ini disebabkan oleh aferen saraf tersebut tidak atau hanya
sedikit yang meluas ke arah kaudal. Lain halnya dengan saraf oftalmikus dari trigeminus. Aferen saraf ini meluas ke pars
kaudal.
Saraf trigeminus terdiri dari 3 yaitu V1, V2, dan V3. V1 , oftalmikus, menginervasi daerah orbita dan mata, sinus
frontalis, duramater dari fossa kranial dan falx cerebri serta pembuluh darah yang berhubungan dengan bagian duramater
ini. V2, maksilaris, menginervasi daerah hidung, sinus paranasal, gigi bagian atas, dan duramater bagian fossa kranial
medial. V3, mandibularis, menginervasi daerah duramater bagian fossa cranial medial, rahang bawah dan gigi, telinga,
sendi temporomandibular dan otot menguyah.
Selain saraf trigeminus terdapat saraf kranial VII, IX, X yang innervasi meatus auditorius eksterna dan membran
timfani. Saraf kranial IX menginnervasi rongga telinga tengah, selain itu saraf kranial IX dan X innervasi faring dan
laring.
Servikalis yang terlibat dalam sakit kepala adalah C1, C2, dan C3. Ramus dorsalis dari C1 menginnervasi otot
suboccipital triangle - obliquus superior, obliquus inferior dan rectus capitis posterior major dan minor. Ramus dorsalis
dari C2 memiliki cabang lateral yang masuk ke otot leher superfisial posterior, longissimus capitis dan splenius sedangkan
cabang besarnya bagian medial menjadi greater occipital nerve. Saraf ini mengelilingi pinggiran bagian bawah dari
obliquus inferior, dan balik ke bagian atas serta ke bagian belakang melalui semispinalis capitis, yang mana saraf ini di
suplai dan masuk ke kulit kepala melalui lengkungan yang dikelilingi oleh superior nuchal line dan the aponeurosis of
trapezius. Melalui oksiput, saraf ini akan bergabung dengan saraf lesser occipital yang mana merupakan cabang dari
pleksus servikalis dan mencapai kulit kepala melalui pinggiran posterior dari sternokleidomastoid. Ramus dorsalis dari C3
memberi cabang lateral ke longissimus capitis dan splenius. Ramus ini membentuk 2 cabang medial. Cabang superfisial
medial adalah nervus oksipitalis ketiga yang mengelilingi sendi C2-3 zygapophysial bagian lateral dan posterior.
Daerah sensitif terhadap nyeri kepala dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu intrakranial dan ekstrakranial.
Intrakranial yaitu sinus venosus, vena korteks serebrum, arteri basal, duramater bagian anterior, dan fossa tengah serta
fossa posterior. Ektrakranial yaitu pembuluh darah dan otot dari kulit kepala, bagian dari orbita, membran mukosa dari
rongga nasal dan paranasal, telinga tengah dan luar, gigi, dan gusi. Sedangkan daerah yang tidak sensitif terhadap nyeri
adalah parenkim otak, ventrikular ependima, dan pleksus koroideus.
Beberapa mekanisme umum yang tampaknya bertanggung jawab memicu nyeri kepala adalah sebagai berikut
(Lance, 2000) : (1) peregangan atau pergeseran pembuluh darah; intrakranium atau ekstrakranium, (2) traksi pembuluh
darah, (3) kontraksi otot kepala dan leher ( kerja berlebihan otot), (3) peregangan periosteum (nyeri lokal), (4) degenerasi
spina servikalis atas disertai kompresi pada akar nervus servikalis (misalnya, arteritis vertebra servikalis), defisiensi
enkefalin (peptida otak mirip- opiat, bahan aktif pada endorfin).
LO.2.5 Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Nyeri Kepala
Nyeri kepala tegang otot biasa berlangsung selama 30 menit hingga 1 minggu penuh. Nyeri bisa dirasakan
kadang kadang atau terus menerus. Nyeri pada awalnya dirasakan pasien pada leher bagian belakang kemudian menjalar
ke kepala bagian belakang selanjutnya menjalar ke bagian depan. Selain itu, nyeri ini juga dapat menjalar ke bahu. Nyeri
kepala dirasakan seperti kepala berat, pegal, rasa kencang pada daerah bitemporal dan bioksipital,atau seperti diikat di
sekeliling kepala. Nyeri kepala tipe ini tidak berdenyut.
Pada nyeri kepala ini tidak disertai mual ataupun muntah tetapi anoreksia mungkin saja terjadi. Pasien juga
mengalami fotofobia dan fonofobia. Gejala lain yang juga dapat ditemukan seperti insomnia (gangguan tidur yang sering
terbangun atau bangun dini hari), nafas pendek, konstipasi, berat badan menurun, palpitasi dan gangguan haid.
12

Pada nyeri kepala tegang otot yang kronis biasanya merupakan manifestasi konflik psikologis yang mendasarinya
seperti kecemasan dan depresi. Oleh sebab itu, perlu dievaluasi adanya stres kehidupan, pekerjaan, kebiasaan, sifat
kepribadian tipe perfeksionis, kehidupan perkawinan, kehidupan sosial, seksual, dan cara pasien mengatasinya. Keluhan
emosi antara lain perasaan bersalah, putus asa, tidak berharga, takut sakit ataupun takut mati. Keluhan psikis yaitu
konsentrasi buruk, minat menurun, ambisi menurun atau hilang, daya ingat buruk dan keinginan bunuh diri.
LO.2.6 Memahami dan Menjelaskan Diagnosis dan Diagnosis banding Nyeri Kepala
Diagnosis
Amanmesis

1.
2.
3.

4.
5.

Pertanyaan umum pada anamnesa keluhan nyeri kepala:


Apakah nyeri kepala itu merupakan nyeri kepala biasa?
Apakah pasien pernah mengalami gangguan cedera kepala yang terjadi segera, beberapa minggu bahkan
beberapa bulan sebelum timbulnya nyeri kepala untuk pertama kali?
Apakah disertai gejala demam?
Jika ya, penyebabnya harus dipikirkan. Pada penyakit-penyakit infeksi tertentu, terutama demam tifoid dan infeksi yang
disebabkan oleh arbovirus, nyeri kepala dapat dirasakan sangat hebat sehingga menutupi keluhan demamnya.
Bagaimana pasien menjelaskan nyeri kepala (lokasi, frekuensi, waktu, durasi, kualitas, faktor pemicu, faktor
pereda)?
Apakah nyeri kepala timbul tersendiri atau disertai kelainan lain (mual, muntah, pusing, fotofobia, penglihatan
kabur)?

1.
2.
3.
4.

Pertanyaan diagnostik spesifik:


Apakah nyeri kepala menggangu kehidupan anda?
Apakah ada perubahan pola nyeri kepala selama 6 bulan terakhir?
Seberapa sering anda mengalami nyeri kepala tipe apapun?
Seberapa sering anda menggunakan obat untuk mengatasi nyeri kepala?

1.
2.
3.
4.

Pemeriksaan fisik
Keadaan umum pasien & mentalnya.
Tanda tanda rangsangan meningeal
Adakah kelainan saraf cranial ?
Adakah kelainan pada kekuatan otot, refleks dan koordinasinya ?

1.
2.

3.
4.
5.
6.

Pemeriksaan penunjang
Laboratorium darah ,LED
Lumbal punksi : Pungsi lumbal, dengan mengambil cairan serebrospinalis untuk pemeriksaan. Hal ini tidak
dilakukan bila diketahui terjadi peningkatan tekanan intrakranial dan tumor otak, karena penurunan tekanan yang
mendadak akibat pengambilan CSF.
Elektroensefalografi
CT Scan kepala : CT Scan, menjadi mudah dijangkau sebagai cara yang mudah dan aman untuk menemukan
abnormalitas pada susunan saraf pusat.
MRI : MRI Scan, dengan tujuan mendeteksi kondisi patologi otak dan medula spinalis dengan menggunakan
tehnik scanning dengan kekuatan magnet untuk membuat bayangan struktur tubuh.
Fotosinus paranasal untuk melihat adanya sinusitis dan foto servikal untuk menentukan adanya spondiloartrosis
dan fraktur servikal.

13

Jenis atau Penyebab


Ketegangan otot

Migren

Nyeri Kepala Cluster

Hipertensi
Kelainan mata
(iritis, glaukoma).

Kelainan sinus

Tumor otak

Infeksi otak

Meningitis

Hematoma subdural

Ciri Khas
Sakit kepala sering terjadi, nyeri hilang
timbul, tidak terlalu berat dan dirasakan di
kepala bagian depan dan belakang atau
dirasakan kekakuan menyeluruh.
Nyeri dimulai di dalam dan di sekitar mata
atau pelipis, menyebar ke satu atau kedua
sisi kepala, biasanya mengenai seluruh
kepala, berdenyut dan disertai dengan
hilangnya nafsu
makan,
mual 1dan
muntah.
Serangannya
singkat
(sekitar
jam),

Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan untuk
menyingkirkan penyakit fisik
serta penilaian faktor psikis &
kepribadian.
Jika diagnosisnya masih
meragukan dan sakit kepala
baru terjadi, dilakukan CT scan
atau MRI/diberikan obat migren
untukmigren
melihatdiberikan
efeknya. untuk
Obat

dirasakan di satu sisi kepala, serangan


terjadi secara periodik, menyerang pria yang
disertai dengan pembengkakan mata,
hidung meler & mata berair pada sisi yang
sama dengan nyeri.

melihat efeknya (sumatriptan,


metisergid/obat vasokonstriktor,
kortikosteroid, indometasin)
atau menghirup O2.

Nyerinya berdenyut dan dirasakan di kepala


bagian belakang atau di puncak kepala.
Nyeri dirasakan di kepala bagian depan atau
di dalam dan di seluruh mata, bersifat
sedang sampai berat dan seringkali
memburuk jika mata dalam keadaan lelah.
Nyeri bersifat akut atau subakut, dirasakan
di kepala bagian depan, bersifat tumpul atau
berat, biasanya memburuk di pagi hari,
membaik di siang hari dan memburuk
dalam keadaan dingin atau lembab.
Nyeri hilang-timbul, bersifat ringan sampai
berat, dirasakan di satu titik atau di seluruh
kepala. Kelemahan di salah satu sisi tubuh
semakin meningkat, kejang, gangguan
penglihatan, kemampuan berbicara hilang,
muntahhilang-timbul,
dan perubahan
mental.
Nyeri
bersifat
ringan sampai
berat, dirasakan di satu titik atau di seluruh
kepala. Sebelumnya penderita pernah
mengalami infeksi telinga, sinus atau paruparu, penyakit jantung rematik atau
penyakit jantung bawaan.
Nyeri baru dirasakan, menetap, berat dan
dirasakan di seluruh kepala serta menjalar
ke leher. Sakit disertai demam, muntah dan
sebelumnya mengalami nyeri tenggorokan
atau infeksi pernafasan dan leher sulit
ditekuk.
Nyeri hilang-timbul atau terus menerus,
bersifat ringan sampai berat, bisa dirasakan

Analisa kimia darah dan


pemeriksaan ginjal.
Pemeriksaan mata.

Rontgen sinus

MRI atau CT scan

MRI atau CT scan

Pemeriksaan darah, pungsi


lumbal.

14

LO.2.7 Memahami dan Menjelaskan Tata Laksana Nyeri Kepala


MIGRAIN
Penatalaksanaan secara umum, tatalaksana berupa :
1. Saat serangan beri terapi simtomatik
2. Bila factor pencetus dikenali maka harus dihindari
3. Ansietas dan depresi harus diobati
4. Relaksasi dan latihan pernafasan
Terapi simtomatik
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

Banyak pasien yang membaik dengan pemberian aspirin atau paracetamol. Beberapa pasien mendapat hasil yang
lebih baik bila ditambahkan fenobarbital dosis kecil.
Nyeri kepala hebat dapat diobati dengan kodein 30-60 mg
Nausea dan fomitus dapat dihilangkan dengan prometazin 25-50 mg atau proglorperazin 5-10 mg
Bila pasien tidak dapat tidur, dapat diberikan nitrazepam 5-10 mg sebelum tidur
Penggunaan yang berlebihan dari obat-obat yang mengandung barbiturate, kafein dan opiate harus dihindari
karena dapat menimbulkan eksaserbasi nyeri kepala bila obat tersebut dihentikan
Migren yang disertai kelainan saraf ( migren komplikata ), ergotamine sebaiknya tidak diberikan. Obat yang
dianjurkan adalah propanolol HCL dengan dosis 3-4 x 40 mg sehari. Hati-hati kontraindikasi propanolol.
Migren menstrual diberikan anti inflamasi nonsteroid 2 hari sebelum haid, sampai haid berhenti, yaitu natrium
naproksen, asamefenamat, atau ketoprofen, dll
Terapi abortif
Harus diberikan sedini mungkin, tetapi sebaiknya pada saat mulai timbul nyeri kepala. Obat yang dapat digunakan :

1.

Ergotamine tartrat dapat diberikan persendiri atau dicampur dengan obat antiemetic, analgesic, atau sedative.
Banyak preparat yang dicampur dengan kafein untuk potensiasi efek ( cavergot ) atau ditambah lagi zat sedative luminal
( bellapheen atau ergophen ). Kontraindikasi pemberian ergotamine adalah adanya penyakit pembuluh darah arteri perifer
atau pembuluh koroner, penyakit hati atau ginjal, hipertensi, atau kehamilan. Efek sampingnya mual, muntah, dank ram.
Ergotisme dapat terjadi berupa gangguan mental dan gangrene. Dosis oral umunya 1 mg pada saaat serangan, di ikuti 1mg
setiap 30 menit, sampai dosis maksimum 5 mg per serangan atau 10 mg per minggu.
2.
Dihidroergotamin ( DHE ) merupakan argonis reseptor 5-HTI ( Serotinin ) yang aman dan efektif untuk
menghilangkan serangan migren dan efek samping mual yang kurang dan lebih bersifat venokontrikson. Dosis 1 mg
intravena selama 2-3 menit dan didahului dengan 5-10 mg metoklopramit ( primperan ) untuk menghilangkan mual dan
dapat diulang setiap satu jam total 3 mg.
3.
Sumatriptan subsinat ( imitrex ) merupakan zat yang bekerja sebagai agonis selektif reseptor 5-hidroksi triptamin
( 5-HTID ) yang efektif dan cepat menghilangkan serangan nyeri kepala migren. Obat ini dapat diberikan subkutan
dengan sebuah autoinjektor. Sumatriptan terbukti efektif dalam menghilangkan nyeri kepala dan mual pada migren. Dosis
lazim adalah 6 mg subcutan, dapat diulang dalam waktu 1 jam bila diperlukan ( jangan melampaui 12 mg /24 jam). Efek
samping ringan berupa reaksi local pada kulit, muka merah, kesemutan dan nyeri leher, serta kadang-kadang nyeri dada,
kontraindikasi obat ini adalah angina, penyakit koroner, hipertensi atau penggunaan yang bersamaan dengan ergotamine
atau vasokontriktor lainnya. Sumatriptan tidak boleh diberikan pada migren basiler atau migren hemiplegit.
Terapi Profilaksis
Jenis Obat

Dosis

Efek Samping

Kontraindikasi

15

-blokers
Atenolol
Metaprolol
Nadolol
Propanolol
Calcium channel
blockers
Flunarizine
Verapamil

50-150mg/hr
100-200 mg/hr
20-160 mg/hr
40-240 mg/hr

Serotonin receptor
antagonists
Methysergide
Pizotyline (pizotifen)
Tricyclic analgesics
Amitriptiline
Nortriptiline
Anti-epileptik
Divalproex
Sodium
valproate
Valproic
acid
Gabapentin

Fatigue, bronchospasm,
bradikardi, hipotensi, depresi,
congestive heart failure,
impotensi,
gangguan tidur.
Fatigue, depresi, bradikardi,
hipotensi, konstipasi, nausea,
edema.

Pasien asma, DM, peny.


vaskuler perifer, heart
block, ibu hamil.

2 mg (max 8mg/hr)

Retroperitoneal,cardiac and
pulmonary fibrosis

hipertensi, kehamilan,
tromboflebitis.

0.5 mg (max 3-6


mg/hr)
10-150 mg
10-150 mg

Weight gain, Fatigue.

500-1500 mg/d
500-1500 mg/d
500-1500 mg/d

Nausea, tremor, weight gain,


alopecia, increased liver
enzyme levels.

900-1800 mg/hr
(max 2400)

Dizzines, fatique, ataxia,


nausea, tremor.

5-10 mg/hr
240-320 mg/hr

Mulut kering, konstipasi,


weight gain, drowsiness,
reduced seizure threshold,
cardiovascular effects.

ibu hamil, hipertensi,


aritmia.

kelainan liver, ginjal,


paru, jantung,
glaukoma, hipertensi.

TENSION TYPE HEADACHE


Terapi Non-farmakologi
1.
Melakukan latihan peregangan leher atau otot bahu sedikitnya 20 sampai 30 menit.
2.
Perubahan posisi tidur.
3.
Pernafasan dengan diafragma atau metode relaksasi otot yang lain.
4.
Penyesuaian lingkungan kerja maupun rumah.
5.
Pencahayaan yang tepat untuk membaca, bekerja, menggunakan komputer, atau saat menonton televisi.
6.
Hindari eksposur terus-menerus pada suara keras dan bising.
7.
Hindari suhu rendah pada saat tidur pada malam hari.
Terapi farmakologi
1.

Menggunakan analgesik atau analgesik plus ajuvan sesuai tingkat nyeri. Seperti obat-obat OTC: aspirin,
acetaminophen, ibuprofen atau naproxen sodium. Produk kombinasi dengan kafein dapat meningkatkan efek
analgesik.
2.
Untuk sakit kepala kronis, perlu assesment yang lebih teliti mengenai penyebabnya, misalnya karena anxietas
atau depresi.
3.
Pilihan obatnya adalah antidepresan, seperti amitriptilin atau antidepresan lainnya. Hindari penggunaan
analgesik secara kronis memicu rebound headache.
16

CLUSTER HEADACHE
Sasaran terapi : menghilangkan nyeri (terapi abortif), mencegah serangan (profilaksis).
Strategi terapi : menggunakan obat NSAID, vasokonstriktor cerebral.
Obat terapi abortif: oksigen, ergotamin, sumatriptan (dosis sama dengan dosis migren).
Obat terapi profilaksis: verapamil, litium, ergotamin, metisergid, kortikosteroid, topiramat.
ARTERITIS TEMPORAL
Steroid:
1.

Kortison 100 300 mg / hari, atau

2.

Prednison dosis tinggi 40 - 80 mg /hari dipertahankan 3 4 minggu tappering off

LO.2.8 Memahami dan Menjelaskan Komplikasi Nyeri Kepala


Komplikasi TTH adalah rebound headache yaitu nyeri kepala yang disebabkan oleh penggunaan obat - obatan
analgesia seperti aspirin, asetaminofen, dllyang berlebihan. Tension type headache episodik dapat berkembang menjadi
tipe kronik, dan depresi akibat gejalanya dapat terjadi sebagai suatu komplikasi pada pasien. Komplikasi Migren adalah
rebound headache, nyeri kepala yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan analgesia seperti aspirin, asetaminofen, dll
yang berlebihan.
LO.2.9 Memahami dan Menjelaskan Pencegahan Nyeri Kepala
Terapi Perilaku merupakan pencegahan yang baik pada pasien, mengingat ini adalah suatu kelainan psikogenik,
diharapkan,d engan adanya suatu terapi psikologis, pasien dapat mengenali jika sakit kepalanya mulai timbul dan mulai
melakukan perubahan-perubahan sikap agar sakit kepalanya mereda.
LO.2.10 Memahami dan Menjelaskan Prognosis Nyeri Kepala
Prognosis nyeri kepala bergantung pada jenis sakit kepalanya sedangkan indikasi merujuk pada keadaan : (1)
sakit kepala yang tiba-tiba dan timbul kekakuan di leher, (2) sakit kepala dengan demam dan kehilangan kesadaran, (3)
sakit kepala setelah terkena trauma mekanik pada kepala,(4) sakit kepala disertai sakit pada bagian mata dan telinga, (5)
sakit kepala yang menetap pada pasien yang sebelumnya tidak pernah mengalami serangan, (6) sakit kepala yang rekuren
pada anak.
LI 3. Memahami dan Menjelaskan Gangguan Somatoform
LO.3.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi Gangguan Somatoform
Suatu kelompok gangguan yang memiliki gejala fisik di mana tidak ditemukan penjelasan medis yang adekuat.
Gejala dan keluhan somatik menyebabkan penderitaan emosional/gangguan pada kemampuan pasien untuk berfungsi di
dalam peranan sosial atau pekerjaan. Gangguan somatoform tidak disebabkan oleh pura-pura yang disadari atau gangguan
buatan.
LO.3.2 Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Gangguan Somatoform
Ada 5 gangguan somatoform yang spesifik yaitu :
1.

Gangguan konversi
17

Merupakan bentuk perubahan yang mengakibatkan adanya perubahan fungsi fisik yang tidak dapat dilacak
secara medis. Gangguan ini muncul dalam konflik atau pengalaman traumatik yang memberikan keyakinan akan adanya
penyebab psikologis.
2.

Hipokondriasis
Terpaku pada keyakinan bahwa dirinya menderita penyakit yang serius. Ketakukan akan adanya penyakit terus
ada meskipun secara medis telah diyakinkan. Sensasi atau rasa nyeri fisik biasanya sering diasosiasikan dengan gejala
penyakit kronis tertentu.
3.
Gangguan somatisasi
Keluhan fisik yang muncul berulang mengenai simptom fisik yang tidak ada dasar organis yang jelas. Gangguan
ini menyebabkan seseorang untuk melakukan kunjungan medis berkali-kali atau menyebabkan hendaya yang signifikan
dalam fungsi.
4.
Gangguan dismorfik tubuh
Terpaku pada kerusakan fisik yang dibayangkan atau berlebih-lebihan. Menganggap orang tidak
memperhatikannya karena kerusakan tubuh yang dimilikinya (dipersepsikannya). Gangguan ini akan membawa seseorang
pada perilaku komplusif seperti berulang-ulang berdandan, dll.
5.
Gangguan nyeri
Gejala utamanya adalah adanya nyeri pada satu atau lebih tempat yang tidak sepenuhnya disebabkan oleh
kondisi medis atau neurologis nonpsikiatris, disertai oleh penderitaan emosional dan gangguan fungsional dan gangguan
memiliki hubungan sebab yang masuk akal dengan factor psikologis.
Somatoform berdasarkan PPDGJ III dibagi menjadi,
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

gangguan somatisasi
gangguan somatoform tak terperinci
gangguan hipokondriasis
disfungsi otonomik somatoform
gangguan nyeri somatoform menetap
gangguan somatoform lainnya
gangguan somayoform YTT

LO.3.3 Memahami dan Menjelaskan Etiologi Gangguan Somatoform


Terdapat faktor psikososial berupa konflik psikologis di bawah sadar yang mempunyai tujuan
tertentu. Pada beberapa kasus ditemukan faktor genetik dalam transmisi gangguan ini. Selain itu, dihubungkan pula
dengan adanya penurunan metabolisme (hipometabolisme) suatu zat tertentu di lobus frontalis dan hemisfer non dominan.
Secara garis besar, faktor-faktor penyebab dikelompokkan sebagai berikut:
a.
Faktor-faktor Biologis
Faktor ini berhubungan dengan kemungkinan pengaruh genetis (biasanya pada gangguan somatisasi).
b.
Faktor Lingkungan Sosial
Sosialisasi terhadap wanita pada peran yang lebih bergantung, seperti peran sakit yang dapat diekspresikan
dalam bentuk gangguan somatoform.
c.
Faktor Perilaku
Pada faktor perilaku ini, penyebab ganda yang terlibat adalah:
1.
Terbebas dari tanggung jawab yang biasa atau lari atau menghindar dari situasi yang tidak nyaman atau
menyebabkan kecemasan (keuntungan sekunder).
2.
Adanya perhatian untuk menampilkan peran sakit.
3.
Perilaku kompulsif yang diasosiasikan dengan hipokondriasis atau gangguan dismorfik tubuh dapat secara
sebagian membebaskan kecemasan yang diasosiasikan dengan keterpakuan pada kekhawatiran akan kesehatan atau
kerusakan fisik yang dipersepsikan.
18

d.

Faktor Emosi dan Kognitif


Pada faktor penyebab yang berhubungan dengan emosi dan kognitif, penyebab ganda yang terlibat adalah
sebagai berikut:
1.
Salah interpretasi dari perubahan tubuh atau simptom fisik sebagai tanda dari adanya penyakit serius
(hipokondriasis).
2.
Dalam teori Freudian tradisional, energi psikis yang terpotong dari impuls-impuls yang tidak dapat diterima
dikonversikan ke dalam simptom fisik (gangguan konversi).
3.
Menyalahkan kinerja buruk dari kesehatan yang menurun mungkin merupakan suatu strategi self-handicaping
(hipokondriasis).
Pada gangguan Somatisasi berhubungan dengan:
A.
Faktor Psikososial
Rumusan psikososial tentang penyebab gangguan melibatkan interpretasi gejala sebagai sutu tipe komunikasi
sosial, hasilnya adalah menghindari kewajiban, mengekspresikan emosi, atau untuk mensimbolisasikan suatu perasaan
atau keyakinan. Beberapa pasien dengan gangguan somatisasi berasal dari rumah yang tidak stabil dan telah
mengalami penyiksaan fisik. Faktor sosial, kultural dan juga etnik mungkin juga terlibat dalam perkembangan
gangguan somatisasi.
B.
Faktor Biologis
Faktor genetik dalam transmisi gangguan somatisasi dan adanya penurunan metabolisme (hipometabolisme)
suatu zat tertentu di lobus frontalis dan hemisfer non-dominan. Selain itu diduga terdapat regulasi abnormal sistem
sitokin yang mungkin menyebabkan beberapa gejala yang ditemukan pada gangguan somatisasi.
Pada gangguan hipokondriasis berhubungan dengan:
A.
Model belajar sosial. Gejala hipokondriasis dipandang sebagai keinginan untuk mendapatkan peranan sakit oleh
seseorang untuk menghadapi masalah yang tampaknya berat dan tidak dapat dipecahkan.
B.
Varian dari gangguan mental lain. Gangguan yang paling sering dihipotesiskan berhubungan dengan
hipokondriasis adalah gangguan depresif dan gangguan kecemasan.
C.
Psikodinamika. Menyatakan bahwa harapan agresif dan permusuhan terhadap orang lain dipindahkan (melalui
represi dan pengalihan) kepada keluhan fisik. Hipokondriasis juga dipandang sebagai pertahanan dan rasa bersalah,
rasa keburukan yang melekat, suatu ekspresi harga diri yang rendah, dan tanda perhatian terhadap diri sendiri (selfconcern) yang berlebihan.
LO.3.4 Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Gangguan Somatoform
Manifestasi klinis gangguan ini adalah adanya keluhan-keluhan gejala fisik yang berulang disertai permintaan
pemeriksaan medik, meskipun sudah berkali-kali terbukti hasilnya negatif dan juga telah dijelaskan dokternya bahwa
tidak ada kelainan yang mendasari keluhannya (Kapita Selekta, 2001). Beberapa orang biasanya mengeluhkan masalah
dalam bernafas atau menelan, atau ada yang menekan di dalam tenggorokan. Masalah-masalah seperti ini dapat
merefleksikan aktivitas yang berlebihan dari cabang simpatis sistem saraf otonomik, yang dapat dihubungkan dengan
kecemasan. Kadang kala, sejumlah simtom muncul dalam bentuk yang lebih tidak biasa, seperti kelumpuhan pada
tangan atau kaki yang tidak konsisten dengan kerja sistem saraf. Dalam kasus-kasus lain, juga dapat ditemukan
manifestasi di mana seseorang berfokus pada keyakinan bahwa mereka menderita penyakit yang serius, namun tidak ada
bukti abnormalitas fisik yang dapat ditemukan (Nevid, dkk, 2005).
Pada gangguan ini sering kali terlihat adanya perilaku mencari perhatian (histrionik), terutama pada pasien yang
kesal karena tidak berhasil membujuk dokternya untuk menerima bahwa keluhannya memang penyakit fisik dan bahwa
perlu adanya pemeriksaan fisik yang lebih lanjut (PPDGJ III, 1993). Dalam kasus-kasus lain, orang berfokus pada
keyakinan bahwa mereka menderita penyakit serius, namun tidak ada bukti abnormalitas fisik yang dapat ditemukan.
19

Gambaran keluhan gejala somatoform :


Neuropsikiatri:
kedua bagian dari otak saya tidak dapat berfungsi dengan baik ;
saya tidak dapat menyebutkan benda di sekitar rumah ketika ditanya
Kardiopulmonal:
jantung saya terasa berdebar debar. Saya kira saya akan mati
Gastrointestinal:
saya pernah dirawat karena sakit maag dan kandung empedu dan belum ada dokter yang dapat menyembuhkannya
Genitourinaria:
saya mengalami kesulitan dalam mengontrol BAK, sudah dilakukan pemeriksaan namun tidak di temukan apa-apa
Musculoskeletal
saya telah belajar untuk hidup dalam kelemahan dan kelelahan sepanjang waktu
Sensoris:
pandangan saya kabur seperti berkabut, tetapi dokter mengatakan
kacamata tidak akan membantu
Beberapa tipe utama dari gangguan somatoform adalah gangguan konversi, hipokondriasis, gangguan dismorfik
tubuh, dan gangguan somatisasi.
Gangguan somatisasi
1.
Adanya beberapa keluhan fisik (multiple symptom) yang berulang, dimana ketika diperiksa secara fisik/medis,
tidak ditemukan adanya kelainan tetapi ia tetap kontinyu memeriksakan diri. Gangguan tidak muncul karena
penggunaan obat. Keluhan yang umumnya, misalnya sakit kepala, sakit perut, sakit dada, mestruasi tidak teratur, dll
2.
Pasien menunjukkan keluhan dengan cara histrionik, berlebihan, seakan tersiksa/merana.
3.
Berulang memeriksa diri ke dokter, kadang menggunakan berbagai obat, dirawat di RS bahkan dilakukan
operasi.
4.
Sering ditemukan masalah perilaku atau hubungan personal seperti kesulitan dalam pernikahan.
Gangguan konversi
1.
Kondisi dimana panca indera atau otot-otot tidak berfungsi walaupun secara fisiologis, pada sistem saraf atau
organ-organ tubuh tersebut tidak terdapat gangguan/kelainan.
2.
Secara fisiologis, orang normal dapat mengalami sebagian atau kelumpuhan total pada tangan, lengan, atau
gangguan koordinasi, kulit rasanya gatal atau seperti ditusuk-tusuk, ketidak pekaan terhadap nyeri atau hilangnya
kemampuan untuk merasakan sensasi (anastesi), kelumpuhan, kebutaan, tidak dapat mendengar, tidak dapat membau,
suara hanya berbisik, dll.
3.
Biasanya muncul tiba-tiba dalam keadaan stres, adanya usaha individu untuk menghindari beberapa aktivitas
atau tanggungjawab.
4.
Konsep Freud : energi dari insting yang di repres berbalik menyerang dan menghambat fungsi saluran
sensorimotor.
20

5.

Kecemasan dan konflik psikologik diyakini diubah dalam bentuk simptom fisik.

Hipokondriasis
1.
Meyakini/ketakutan atau pikiran yang berlebihan dan menetap bahwa dirinya memiliki suatu penyakit fisik yang
serius
2.
Adanya reaksi fisik yang berlebihan terhadap sensasi fisik/tubuh (salah interpretasi terhadap gejala fisik yang
dialaminya), misalnya otot kaku, pusing/sakit kepala, berdebar-debar, kelelahan.
3.
Melakukan banyak tes lab, menggunakan banyak obat, memeriksakan diri ke banyak dokter atau RS
4.
Keyakinan ini terus berlanjut, tidak mau menerima nasehat atau penjelasan dokter, walaupun hasil pemeriksaan
medis tidak menunjukkan adanya penyakit dan sudah diyakinkan.
5.
Keyakinan ini menyebabkan adanya distress atau hambatan dalam fungsi sosial, pekerjaan atau aspek penting
lainnya.
Gangguan dimorfik tubuh
1.
Keyakinan akan adanya masalah dengan penampilan atau melebih-lebihkan kekurangan dalam hal penampilan
(misalnya : keriput di wajah, bentuk atau ukuran tubuh)
2.
Keyakinan/perhatian berlebihan ini meyebabkan stress, menghabiskan banyak waktu, menjadi mal-adaptive atau
menimbulkan hambatan dalam fungsi sosial, pekerjaan atau aspek penting lainnya (menghindar/tidak mau bertemu
orang lain, keluar sekolah atau pekerjaan), juga menyebabkan dirinya sering harus konsultasi untuk operasi plastik
3.
Bagian tubuh yang diperhatikan sering bervariasi, kadang dipengaruhi budaya.
Gangguan nyeri
1.
Gangguan dimana individu mengeluhkan adanya rasa nyeri yang sangat dan berkepanjangan, namun tidak dapat
dijelaskan secara medis (bahkan setelah pemeriksaan yang intensif)
2.
Rasa nyeri ini bersifat subyektif, tidak dapat dijelaskan, bersifat kronis, muncul di satu atau beberapa bagian
tubuh.
3.
Rasa nyeri ini menyebabkan stress atau hambatan dalam fungsi sosial, pekerjaan dan aspek penting lainnya.
4.
Faktor-faktor psikologis sering memainkan peranan penting dalam memunculkan, memperburuk rasa nyeri.
LO.3.5 Memahami dan Menjelaskan Diagnosis dan Diagnosis banding Gangguan Somatoform
Kriteria diagnosis menurut DSM-IV
Kriteria diagnostik untuk Gangguan Somatisasi
A.

Riwayat banyak keluhan fisik yang dimulai sebelum usia 30 tahun yang terjadi selama periode beberapa tahun
dan membutuhkan terapi, yang menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.
B.
Tiap kriteria berikut ini harus ditemukan, dengan gejala individual yang terjadi pada sembarang waktu selama
perjalanan gangguan:
1.
Empat gejala nyeri: riwayat nyeri yang berhubungan dengan sekurangnya empat tempat atau fungsi yang
berlainan (misalnya kepala, perut, punggung, sendi, anggota gerak, dada, rektum, selama menstruasi, selama
hubungan seksual, atau selama miksi).
2.
Dua gejala gastrointestinal: riwayat sekurangnya dua gejala gastrointestinal selain nyeri (misalnya mual,
kembung, muntah selain dari selama kehamilan, diare, atau intoleransi terhadap beberapa jenis makanan)
3.
Satu gejala seksual: riwayat sekurangnya satu gejala seksual atau reproduktif selain dari nyeri (misalnya
indiferensi seksual, disfungsi erektil atau ejakulasi, menstruasi tidak teratur, perdarahan menstruasi berlebihan,
muntah sepanjang kehamilan).
4.
Satu gejala pseudoneurologis: riwayat sekurangnya satu gejala atau defisit yang mengarahkan pada kondisi
21

neurologis yang tidak terbatas pada nyeri (gejala konversi seperti gangguan koordinasi atau keseimbangan, paralisis
atau kelemahan setempat, sulit menelan atau benjolan di tenggorokan, afonia, retensi urin, halusinasi, hilangnya
sensasi atau nyeri, pandangan ganda, kebutaan, ketulian, kejang;gejala disosiatif seperti amnesia; atau hilangnya
kesadaran selain pingsan)
C.
Salah satu (1) atau (2):
1.
Setelah penelitian yang diperlukan, tiap gejala dalam kriteria B tidak dapat dijelaskan sepenuhnya oleh sebuah
kondisi medis umum yangdikenal atau efek langsung dan suatu zat (misalnya efek cedera, medikasi, obat, atau
alkohol).
2.
Jika terdapat kondisi medis umum, keluhan fisik atau gangguan sosial atau pekerjaan yang ditimbulkannya
adalah melebihi apa yangdiperkirakan dan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium.
D.
Gejala tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti gangguan buatan atau pura-pura).

A.
B.
C.
D.
E.
F.

A.
B.
C.
D.
E.
F.

Kriteria diagnostik untuk Gangguan Konversi


Satu atau lebih gejala atau defisit yang mengenai fungsi motorik volunter atau sensorik yang mengarahkan pada
kondisi neurologis atau kondisi medis lain.
Faktor psikologis dipertimbangkan berhubungan dengan gejala atau defisit karena awal atau eksaserbasi gejala
atau defisit adalah didahului oleh konflik atau stresor lain.
Gejala atau defisit tidak ditimbulkkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti pada gangguan buatan atau
berpura-pura).
Gejala atau defisit tidak dapat, setelah penelitian yang diperlukan, dijelaskan sepenuhnya oleh kondisi medis
umum, atau oleh efek langsung suatu zat, atau sebagai perilaku atau pengalaman yang diterima secara kultural.
Gejala atau defisit menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial,
pekerjaan, atau fungsi penting lain atau memerlukan pemeriksaan medis.
Gejala atau defisit tidak terbatas pada nyeri atau disfungsi seksual, tidak terjadi semata-mata selama perjalanan
gangguan somatisasi, dan tidak dapat diterangkan dengan lebih baik oleh gangguan mental lain.
Kriteria Diagnostik untuk Hipokondriasis
Preokupasi dengan ketakutan menderita, atau ide bahwa ia menderita, suatu penyakit serius didasarkan pada
interpretasi keliru orang tersebut terhadap gejala-gejala tubuh.
Perokupasi menetap walaupun telah dilakukan pemeriksaan medis yang tepat dan penentraman.
Keyakinan dalam kriteria A tidak memiliki intensitas waham (seperti gangguan delusional, tipe somatik) dan
tidak terbatas pada kekhawatiran tentang penampilan (seperti pada gangguan dismorfik tubuh).
Preokupasi menyebabkan penderitaan yang bermakna secara kilnis atau gangguan dalam fungsi sosial,
pekerjaan, atau fungsi penting lain.
Lama gangguan sekurangnya 6 bulan.
Preokupasi tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan kecemasan umum, gangguan obsesif-kompulsif,
gangguan panik, gangguan depresif berat, cemas perpisahan, atau gangguan somatoform lain.

Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Dismorfik Tubuh


Preokupasi dengan bayangan cacat dalam penampilan. Jika ditemukan sedikit anomali tubuh, kekhawatiran
orang tersebut adalah berlebihan dengan nyata.
B.
Preokupasi menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial,
pekerjaan, atau fungsi penting lainnya.
C.
Preokupasi tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mental lain (misalnya, ketidakpuasan dengan
bentuk dan ukuran tubuh pada anorexia nervosa).
Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Nyeri
A.
Nyeri pada satu atau lebih tempat anatomis merupakan pusat gambaran klinis dan cukup parah untuk
memerlukan perhatian klinis.
A.

22

B.

Nyeri menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau
fungsi penting lain.
C.
Faktor psikologis dianggap memiliki peranan penting dalam onset, kemarahan, eksaserbasi atau bertahannnya
nyeri.
D.
Gejala atau defisit tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti pada gangguan buatan atau berpurapura).
E.
Nyeri tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mood, kecemasan, atau gangguan psikotik dan tidak
memenuhi kriteria dispareunia.

A.
B.
1.
2.

C.
D.
E.
F.

Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Somatoform yang Tidak Digolongkan


Satu atau lebih keluhan fisik (misalnya kelelahan, hilangnya nafsu makan, keluhan gastrointestinal atau saluran
kemih).
Salah satu (1) atau (2)
Setelah pemeriksaan yang tepat, gejala tidak dapat dijelaskan sepenuhnya oleh kondisi medis umum yang
diketahui atau oleh efek langsung dan suatu zat (misalnya efek cedera, medikasi, obat, atau alkohol).
Jika terdapat kondisi medis umum yang berhubungan, keluhan fisik atau gangguan sosial atau pekerjaan yang
ditimbulkannya adalah melebihi apa yang diperkirakan menurut riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau temuan
laboratonium.
Gejala menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan,
atau fungsi penting lainnya.
Durasi gangguan sekurangnya enam bulan.
Gangguan tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mental lain (misalnya gangguan somatoform,
disfungsi seksual, gangguan mood, gangguan kecemasan, gangguan tidur, atau gangguan psikotik).
Gejala tidak ditimbulkan dengan sengaja atau dibuat-buat (seperti pada gangguan buatan atau berpura-pura).

Kriteria Diagnostik Faktor Psikologis yang Mempengaruhi Kondisi Medis


Adanya suatu kondisi medis umum (dikodekan dalam Aksis III).
Faktor psikologis yang mempengaruhi kondisi medis umum dengan salah satu cara berikut:
1.
Faktor yang mempengaruhi perjalanan kondisi medis umum ditunjukkan oleh hubungan erat antara faktor
psikologis dan perkembangan atau eksaserbasi dan, atau keterlambatan penyembuhandan, kondisi medis umum.
2.
Faktor yang mengganggu pengobatan kondisi medis umum.
3.
Faktor yang membuat risiko kesehatan tambahan bagi individu.
4.
Respons fisiologis yang berhubungan dengan stres menyebabkan atau mengeksaserbasi gejala-gejala kondisi
medis umum.
A.
B.

DIAGNOSIS BANDING
a.

Gangguan Somatisasi
Klinisi harus selalu menyingkirkan kondisi medis non-psikiatrik yang dapat menjelaskan gejala pasien.
Gangguan medis tersebut adalah sklerosis multiple, miastenia gravis, lupus eritematosus sistemik kronis. Selain itu juga
harus dibedakan dari gangguan depresi berat, gangguan kecemasan (anxietas), gangguan hipokondrik dan skizofrenia
dengan gangguan waham somatik.
b.
Hipokondriasis
Kondisi medis nonpsikiatrik: khususnya gangguan yang tampak dengan gejala yang tidak mudah didiagnosis.
Penyakit-penyakit tersebut adalah AIDS, endokrinopati, miastenia gravis, skerosis multiple, penyakit degeneratif pada
sistem saraf, lupus eritematosus sistemik, dan gangguan neoplastik yang tidak jelas.
c.
Gangguan Konversi
Gangguan neurologis (seperti demensia, penyakit degeneratif), tumor otak, penyakit ganglia basalis harus
23

dipertimbangkan sebagai diagnosis banding.


Gangguan Dismorfik Tubuh
Pada distorsi citra tubuh terjadi pada anoreksia nervosa, gangguan identitas jenis kelamin, gangguan depresif,
gangguan kepribadian narsistik, skizofrenia dan gangguan obsesif-kumpulsif.
e.
Gangguan Nyeri
Gangguan nyeri harus dibedakan dari gangguan somatoform lain, seperti nyeri pada
hipokondrial, nyeri pada konversi.
d.

LO.3.6 Memahami dan Menjelaskan Tata Laksana Gangguan Somatoform


1.

Terapi farmakologis : terapi yang diberikan untuk kasus dengan gangguan somatoform bersifat simtomatik sesuai
dengan keluhan somatik pasien dan dapat berupa : analgetika, relaksan otot, antasida. Bila ditemuka n gejala depresi :
tambahkan anti depresan bila ditemukan gejala anxietas berikan anti anxietas,
2.
Psikoterapi suportif
3.
Terapi remedial / edukatif
4.
Terapi keluarga
a.

Gangguan somatisasi ditatalaksana dengan ikatan terapeutik, perjanjian teratur, dan intervensi krisis.

b.

Penatalaksanaan untuk gangguan konversi adalah sugesti dan persuasi dengan berbagai teknik. Strategi
penatalaksanaan pada hipokondriasis meliputi pencatatan gejala, tinjauan psikososial, dan psikoterapi.

c.

Gangguan dismorfik tubuh diterapi dengan ikatan terapeutik, penatalaksanaan stres, psikoterapi, dan pemberian
antidepresan.

d.

Terapi pada gangguan nyeri mencakup ikatan terapeutik, menentukan kembali tujuan terapi, dan pemberian
antidepresan.

Antidepresan
Golongan
Anti depresan trisiklik

SSRIs (selective serotonin


reuptake inhibitors
Mixed DA/NE reuptake
Inhibitor
MAO inhibitors

Mekanisme Kerja
Menghambat reuptake
5-HT/NE
secara
tidak
selektif
Menghambat secara
selektif reuptake 5-HT
Menghambat reuptake
DA/NE secara tidak selektif
Menghambat aktivitas
enzim MAO

Contoh
Amitriptilin, imipramin,
desipramin,
nortriptilin,
klomipramin
Fluoksetin, paroksetin,
sertralin, fluvoksamin
Trazodon, nefazodon,
mirtazapin, bupropion,
maprotilin, venlafaksin
Phenelzine, tranylcypromine

LO.3.7 Memahami dan Menjelaskan Komplikasi Gangguan Somatoform


1.
2.

Kehidupan yang bergantung pada orang lain


Suicide.
LO.3.8 Memahami dan Menjelaskan Pencegahan Gangguan Somatoform

24

Pertama, mulai berolah raga dengan baik dan teratur serta menjaga pola makan dengan asupan gizi yang seimbang. Hal ini
berguna untuk menjaga metabolism tubuh. Sehingga menjadi prima.
Kedua, Apabila gangguan serangan cemas akan rasa sakit menyerang, katakan pada diri anda stop, lalu lakukan relaksi
dengan cara mengatur aliran nafas anda.
Ketiga, Lakukan lah medical check up 1 tahun 1 kali, secara rutin. Dengan harapan dapat mengetahui kondisi fisikyang
sebenarnya (membuat anda tenang), dan melakukan langkah pencegahan jika ditemukan penyakit dalam diri.
Self talk Tubuh saya sehat, dan saya baik-baik saja. (katakan pada diri anda, setiap hari saat anda bercermin setiap saat,
dan katakan juga indahnya hari ini, saya bersyukur karena tuhan masih mengijinkan saya menikmati setiap karuniaNya
LO.3.9 Memahami dan Menjelaskan Prognosis Gangguan Somatoform
Prognosis pada gangguan somatoform sangat bervariasi, tergantung umur pasien dan sifat gangguannya (kronik
atau episodik). Umumnya, gangguan somatoform prognosisnya baik, dapatditangani secara sempurna. Sangat sedikit
sekali yang mengalami eksarsebasi, dapat bervariasidari mild-severe dan kronis. Pengobatan yang lebih awal dan
menjadikan prognosis menjadilebih baik. Secara independen tidak meningkatkan risiko kematian. Kematian lebih
disebabkankarena upaya bunuh diri.
Memahami dan Menjelaskan Nyeri Somatoform
Nyeri pada satu atau lebih tempat yang tidak sepenuhnya disebabkan oleh kondisi medis atau neurologis
nonpsikiatris, disertai oleh penderitaan emosional dan gangguan fungsional dan gangguan memiliki hubungan sebab yang
masuk akal dengan factor psikologis.
Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Nyeri
1.

Nyeri pada satu atau lebih tempat anatomis merupakan pusat gambaran klinis dan cukup parah untuk
memerlukan perhatian klinis.
2.
Nyeri menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau
fungsi penting lain.
3.
Faktor psikologis dianggap memiliki peranan penting dalam onset, kemarahan, eksaserbasi atau bertahannnya
nyeri.
4.
Gejala atau defisit tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti pada gangguan buatan atau berpurapura).
5.
Nyeri tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mood, kecemasan, atau gangguan psikotik dan tidak
memenuhi kriteria dispareunia.
Gangguan nyeri berhubungan dengan faktor psikologis:
Faktor psikologis dianggap memiliki peranan besar dalam onset, keparahan, eksaserbasi, dan bertahannya nyeri.
Akut: durasi kurang dari 6 bulan
Kronis: durasi 6 bulan atau lebih
Gangguan nyeri berhubungan baik dengan faktor psikologls maupun kondisi medis umum:
Akut: durasi kurang dari 6 bulan
Kronis: durasi 6 bulan atau lebih
LI 4. Memahami dan Menjelaskan Keluarga Sakkinah, Mawaddah, Warrahmah
Firman Allah ta'ala dalam Al Qur'an surat Ar Rum ayat 2:

25

"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu
sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa
kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum
yang berfikir."
Kata Sakinah. Sakinah merupakan pondasi dari bangunan rumah tangga yang sangat penting. Tanpanya, tiada
mawaddah dan warahmah. Sakinah itu meliputi kejujuran, pondasi iman dan taqwa kepada Allah SWT.
Dalam Al Quran pun dikatakan bahwa suatu saat, akan banyak orang yang saling berkasih sayang di dunia,
tetapi di akhirat kelak mereka akan bermusuhan, menyalahkan dan saling melempar tanggung jawab. Kecuali orangorang yang berkasih sayang dilandasi dengan cinta kepada Allah SWT. Kata adalah mawaddah. Mawaddah itu
berupa kasih sayang. Setiap mahluk Allah kiranya diberikan sifat ini, mulai dari hewan sampai manusia. Dalam
konteks pernikahan, contoh mawaddah itu berupa kejutan suami untuk istrinya, begitu pun sebaliknya. Misalnya
suatu waktu si suami bangun pagi-pagi sekali, membereskan rumah, menyiapkan sarapan untuk anak-anaknya. Dan
ketika si istri bangun, hal tersebut merupakan kejutan yang luar biasa.
Kata terakhir adalah warahmah. Warahmah ini hubungannya dengan kewajiban. Kewajiban seorang suami
menafkahi istri dan anak-anaknya, mendidik, dan memberikan contoh yang baik. Kewajiban seorang istri untuk
menaati suaminya. Intinya warahmah ini kaitannya dengan segala kewajiban.
Prinsip yang harus dilakukan untuk mencapai rasa tenteram, kasih dan sayang dalam rumah tangga:

Sikap yang santun dan bijak (Muasyarah bil Maruf), merawat cinta kasih dalam keluarga. Rasulullah saw
menyatakan bahwa : Sebaik-baik orang diantara kamu adalah orang yang paling baik terhadap isterinya, dan
aku (Rasulullah) adalah orang yang paling baik terhadap isteriku.
Saling mengingatkan dalam kebaikan. Di antara bentuk ketakwaan suami istri dalam mempererat serta
mengokohkan rumah tangga adalah dengan saling nasehat menasehati untuk menjalankan sunnah Nabi.
"Allah merahmati seorang suami yang bangun pada malam hari untuk melaksanakan shalat
(malam/tahajjud) lalu dia juga membangunkan istrinya hingga shalat. Jika istrinya enggan untuk bangun dia
percikan air kewajahnya. Dan Allah merahmati seorang istri yang bangun dimalam hari untuk melaksanakan
shalat (malam/tahajjud) lalu dia membangunkan suaminya hingga shalat. Jika suaminya enggan untuk bangun dia
percikan air ke wajahnya" (HR. Ahmad, Nasai, dan Ibnu Majah dan derajatnya hasan shohih).
Lebih mengutamakan untuk melaksanakan kewajiban daripada menuntut hak. Dalam membangun rumah
tangga, suami dan istri memiliki hak dan kewajiban yang saling sinergi satu sama lain. Untuk menghadirkan
ketentraman, hendaknya setiap individu lebih mengedepankan kewajiban daripada hak. Hal ini akan
menumbuhkan sikap saling pengertian dan rasa tanggung jawab. Sebaliknya, tuntutan yang muncul dalam
kehidupan rumah tangga dapat menyulut api perpecahan diantara pasangan suami-istri.
Saling menutupi kekurangan pasangannya. Setiap suami pasti memiliki kekurangan, begitu juga dengan sang
istri. Dengan saling menutupi kekurangan diri masing-masing, harmonisasi dalam rumah tangga akan terjaga.
Prinsip saling menutupi ini didasari oleh Surat Al Baqarah ayat 187, "..mereka adalah pakaian bagimu, dan
kamupun adalah pakaian bagi mereka..". Fungsi pakaian adalah menutup aurat, sehingga dapat dipahami bahwa
suami-istri hendaknya saling menutupi kekurangannya satu sama lain.
Saling tolong menolong. Itulah kata kunci pasangan samara dalam mengelola keluarga. Suami-istri itu akan
berbagi peran dan tanggung jawab dalam mengelola keluarga mereka. Suami penuh rasa tanggung jawab, istri
mampu menjaga kehormatan diri dan pandai menempatkan diri.

26

Anda mungkin juga menyukai