Merokok Perio
Merokok Perio
PENDAHULUAN
Terdapat pasta gigi yang beraneka ragam merek beredar di pasaran dan hampir
semuanya dipromosikan dengan lebih dari satu bahan aktif yang memberikan
berbagai keuntungan bagi konsumen. Pasta gigi dengan ekstrak daun sirih
merupakan salah satu dari keanekaragaman tersebut. Tumbuhan daun sirih memiliki
kemampuan sebagai antiseptik, antioksidan dan fungisida, juga memiliki sifat
menahan pendarahan, penyembuhan lika pada kulit, obat saluran cerna dan dapat
menguatkan gigi. Secara umum, daun sirih mengandung minyak atsiri sampai 4,2%,
senyawa fenil propanoid dan tanin. Senyawa ini bersifat antimikroba dan antijamur
yang kuat dan dapat menghambat pertumbuhan beberapa jenis bakteri antara lain
Eschericia coli, Salmonlla sp, Staphylococcus aureus, Klebsiellam Pasteurella dan
dapat mematikan Candida albicans.6
Dengan adanya pasta gigi herbal tersebut dan memperhatikan masih tingginya
prevalensi penyakit periodontal khususnya gingivitis di Indonesia, maka penulis
tertarik melakukan penelitian tentang pengaruh pemakaian pasta gigi ekstrak daun
sirih pada perubahan pH saliva dan perdarahan spontan pada penderita gingivitis
marginalis kronis.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan dapat dibuat rumusan masalah,
yaitu : apakah ada pengaruh pemakaian pasta gigi yang mengandung ekstrak
daun sirih terhadap perubahan pH saliva dan bleeding on probing (BOP) pada
Ginvitis Marginalis Kronis?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini yaitu untuk
mengidentifikasi ada atau tidaknya pengaruh pemakaian pasta gigi yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Komposisi
Umumnya pasta gigi yang beredar di pasaran saat ini adalah kombinasi dari
bahan abrasif, deterjen dan satu atau lebih bahan terapeutik.7,8
a. Bahan abrasif (30-40%)
Bahan abrasif yang terdapat dalam pasta gigi berfungsi untuk
membersihkan dan memoles permukaan gigi tanpa merusak email,
mempertahankan ketebalan pelikel, serta mencegah akumulasi stain. Bentuk
dan jumlah bahan abrasif dalam pasta gigi membantu untuk menambah
kekentalan pasta gigi. Contoh bahan abrasif ini antara lain silica atau silica
hydrat, sodium bikarbonat, aluminium oxide, dikalsium fosfat dan kalsium
karbonat.7
b. Air
Air dalam pasta gigi berfungsi sebagai pelarut bagi sebagian bahan dan
mempertahankan konsistensi.7
c. Humectant atau pelembab (10-30%)
Humectant adalah bahan penyerap air dari udara dan menjaga kelembaban.
Misalnya gliserin, alpha hydroxy acids (AHA) dan asam laktat. Bahan ini
digunakan untuk menjaga pasta gigi tetap lembab.7
d. Bahan perekat (1-5%)
Bahan perekat ini berfungsi mengikat semua bahan dan membantu
memberi tekstur pada pasta gigi. Contohnya Karboksimetil sellulose,
Hidroksimetil sellulose, Carragaenan, dan Cellulose gum.7,8
e. Surfectan atau Deterjen (1-2%)
Bahan deterjen yang banyak terdapat dalam pasta gigi di pasaran adalah
Sodium Lauryl Sulfat (SLS) yang berfungsi menurunkan tegangan permukaan
dan melonggarkan ikatan debris dengan gigi yang akan membantu gerakan
pembersihan sikat gigi.7
f. Bahan penambah rasa (1-5%)
Fungsi penggunaan bahan penambah rasa pada pasta gigi adalah untuk
menutup rasa bahan-bahan lain yang kurang enak terutama SLS dan untuk
memenuhi selera pengguna. Contoh bahan penambah rasa yang digunakan
adalah Pepermint/spearmint, Menthol, Eucalyptus, Anniseed, dan Sakharin.7,8
g. Bahan terapeutik
Bahan terapeutik yang terdapat dalam pasta gigi adalah sebagai berikut:7
1. Fluoride
Penambahan fluoride pada pasta gigi adalah sebagai bahan antikaries
dimana fluoride ini dapat memperkuat enamel dengan cara membuatnya
5. Bikarbonat
Bikarbonat juga merupakan salah satu komponen dalam pasta gigi
yang ditambahkan untuk mengurangi keasaman plak gigi.7
h. Bahan pengawet ( 1%)
keaslian
produk.
Umumya
bahan
pengawet
yang
Sumber : http://www.tradewindsfruit.com/betel_leaf.html
Tanaman sirih dibedakan atas beberapa jenis berdasarkan bentuk daun, aroma
dan rasa. Jenis-jenis tersebut adalah sirih jawa (berdaun hijau tua dan rasanya kurang
tajam), sirih banda (berdaun besar, berwarna hijau tua dengan warna kuning di
beberapa bagian, dan rasa serta bau lebih kuat), sirih cengke (daun kecil, lebih
kuning dan rasanya seperti cengkeh), sirih hitam (rasanya sangat kuat dan digunakan
sebagai campuran berbagai obat), dan sirih kuning. Jenis sirih yang dikunyah dengan
pinang biasanya berwarna hijau muda dan rasanya kurang pedas. Akar dari sirih
berupa akar tunggang, bulat, coklat kekuningan. Akar utama sulit ditemukan
ujungnya, yang sering terlihat adalah akar sekunder yang merupakan akar yang
muncul sebagai akibat dari penjalaran batang di bawah tanah berbentuk bulat.10
Penyebaran tanaman sirih sangat luas, dapat tumbuh baik disekitar kawasan
tropis. Tanaman ini ditemukan di bagian timur pantai Afrika, di sekitar pulau
Zanzibar, sekitar sungai Indus ke timur menelusuri sungai Yang Tse Kiang,
Kepulauan Bonim, kepulauan Fiji, Malaysia, Indonesia dan Asia Tenggara lainnya. 9
Faktor ekologi yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman sirih adalah iklim, tinggi
tempat dan jenis tanah. Iklim terdiri dari faktor curah hujan, intensitas cahaya, lama
penyinaran dan angin.9 Tanaman sirih akan tumbuh baik pada daerah dengan
ketinggian tempat berkisar antara 200 1000 m dpl. Namun tanaman ini dapat pula
dikembangkan di daerah dengan ketinggian 50 m dpl bahkan kurang, hanya tanah
tempat tumbuh perlu perbaikan komposisi media tumbuh yaitu tanah perlu ditambah
pupuk organik, penyinaran yang teratur dan diberi naungan agar tidak terkena cahaya
matahari terlalu banyak. Sedangkan mengenai jenis tanah, pada dasarnya
pertumbuhan tanaman yang baik memerlukan tanah yang kaya akan humus dan
subur. Walaupun demikian, tanaman sirih dapat pula ditanam pada semua jenis tanah
dengan modifikasi tertentu, baik dengan penambahan pupuk, pasir dan juga bahan
organik lainnya.10
10
1%-4,2%
7,2 16,7%
2,7 6,2%
0 9,6%
2,2 5,6%
26,8 42,5 %
4,2 15,8%
1,2 2,5%
2,4 4,8%
3,0 9,8%
2,4 15,8%
0,8 15,8%
11
12
mempunyai aktivitas antioksidan serta total fenolik yang lebih tinggi dibandingkan
dengan fraksi nonpolarnya.11
2.4 SALIVA
Saliva adalah suatu cairan tidak berwarna, konsistensi seperti lendir, dan
merupakan hasil sekresi kelenjar yang terus-menerus membasahi gigi-geligi dan
mukosa rongga mulut. Saliva dihasilkan oleh tiga pasang kelenjar saliva mayor serta
sejumlah kelenjar saliva minor yang tersebar di seluruh rongga mulut, kecuali pada
ginggiva dan palatum.12,13 Kelenjar-kelenjar ini dapat mensekresi saliva karena
adanya rangsangan, baik secara langsung oleh ujung-ujung saraf yang ada di mukosa
13
mulut maupun secara tidak langsung oleh rangsangan psikis atau olfaktori. Dalam
sehari, kelenjar-kelenjar saliva dapat mensekresi kira-kira 1 sampai dengan 1,5 liter.12
Saliva mempunyai fungsi melindungi rongga mulut, yaitu :12
1. Menjaga kelembaban dan membasahi rongga mulut.
2. Melumasi dan melunakkan makanan sehingga memudahkan proses menelan
dan mengecap rasa makanan.
3. Membersihkan rongga mulut dari sisa-sisa makanan dari bakteri sehingga
dapat mengurangi akumulasi plak gigi dan mencegah infeksi.
4. Melumasi gigi-geligi sehingga dapat mengurangi keausan akibat daya
pengunyahan.
5. Pengaruh buffer yang dapat menekan naik turunnya derajat keasaman (pH)
sehingga dapat menghambat proses dekalsifikasi.
6. Agregasi bakteri yang dapat mencegah kolonisasi mikroorganisme.
7. Aktivitas anti bakteri sehingga dapat mencegah pertumbuhan bakteri.
2.4.1 Fungi dan komposisi12
Beberapa fungsi dari saliva adalah :
a. Pengecap
Aliran saliva awalnya terbentuk di dalam sebuah isotonik dengan plasma.
Namun, sepanjang aliran saliva tersebut berjalan melalui pembuluh jaringan,
aliran saliva menjadi hipotonik. Hipotonis dari saliva (glukosa level rendah,
sodium, klorida dan urea) serta kapasitasnya untuk mengadakan peleburan zat
14
15
gula pada mikroorganisme biofilm. Semakin baik aliran saliva maka kapasitas
pengenceran dan pembersihan juga akan semakin baik. Oleh sebab itu, jika
terjadi perubahan pada status kesehatan yang menyebabkan reduksi aliran
saliva, maka akan terjadi perubahan drastis pada kebersihan rongga mulut.12
d. Kapasitas buffer
Saliva bersifat sebagai sistem penyangga untuk melindungi mulut, yaitu :
12
1. Mencegah
kolonisasi
mikroorganisme
patogen
dengan
cara
16
glossopalatinal. Kelenjar-kelenjar ini berada di bawah mukosa dari bibir, lidah, pipi,
serta palatum.12
17
18
daerah antara inti dan apex berisi musin yang berwarna pucat. Hasil
sekresinya berupa musin dan sangat kental.15
c. Asini campuran
Asini pada kelenjar campuran mempunyai struktur asini serous serta mukous.
Bagian serous terdapat di distal dan menempel pada bagian mukous sehingga
tampak sebagai bangunan berbentuk bulan sabit. Pada kelenjar saliva juga
ditemukan struktur lain seperti sel mioepitel, terdapat di antara membrana
basalis dan sel asinus. Sel ini berbentuk gepeng, inti gepeng, sitoplasma
panjang mencapai sel-sel sekretoris, dan di dalam sitoplasma terdapat
miofibril yang kontraktil sehingga membantu memeras sel sekretoris
mengeluarkan hasil sekresi.14
Hasil sekresi kelenjar saliva akan dialirkan ke duktus interkalatus yang tersusun
dari sel-sel kuboid mengelilingi lumen yang sangat kecil. Beberapa duktus
interkalatus akan bergabung dan melanjut sebagai duktus striatus yang tersusun dari
sel-sel kuboid tinggi dan mempunyai garis-garis di basal. Duktus striatus dari
masing-masing lobulus akan bermuara pada saluran yang lebih besar, disebut duktus
ekskretorius.14
Kelenjar saliva juga kaya akan suplai darah dan elemen saraf. Suplai darah pada
kelenjar saliva tidak hanya berfungsi sebagai sumber nutrisi, tetapi juga sebagai
sumber utama dari komponen-komponen dalam saliva. Sedangkan elemen saraf
berfungsi mengontrol sekresi saliva, aliran darah, dan kontraksi sel mioepitel.15
2.4.4 Potential of hidrogen (pH) saliva
19
20
21
2.5 GINGIVITIS
2.5.1 Pengertian Gingivitis
Gingivitis adalah peradangan pada gingiva yang disebabkan bakteri dengan
tanda-tanda klinis perubahan warna lebih merah dari normal, gingiva bengkak dan
berdarah pada tekanan ringan. Penderita biasanya tidak merasa sakit pada gingiva.
Gingivitis bersifat reversible yaitu jaringan gingiva dapat kembali normal apabila
dilakukan pembersihan plak dengan sikat gigi secara teratur.17
22
kronis
merupakan
penyakit
yang
berubah-ubah
dimana
inflamasinya tetap ada atau hilang dan area gingiva yang normal menjadi
terinflamasi. 18
Distribusi dari penyakit gingiva pada beberapa kasus dapat digambarkan dengan
mengombinasikan beberapa jenis seperti : 18
23
Peradangan yang terjadi pada satu atau beberapa area gingiva gigi.
b. Generalized gingivitis
Peradangan yang terjadi meliputi seluruh area gingiva.
c. Marginal gingivitis
Peradangan yang meiputi margin gingiva dan bisa meliputi bagian yang
berbatasan dengan attached gingiva.
d. Pappilary gingivitis
Peradangan yang meliputi daerah papila interdental dan biasanya meluas
hingga ke bagian yang berdekatan dengan margin gingiva. Papilla biasanya
terlibat lebih sering dibandingkan dengan margin gingiva, dan merupakan
tanda paling awal terjadinya gingivitis pada papilla.18
e. Diffuse gingivitis
Peradangan yang mempengaruhi margin gingiva, attached gingiva dan
interdental gingiva. 18
2.5.3
Penyebab Gingivitis
Kelainan yang terjadi dalam rongga mulut disebabkan oleh ketidakseimbangan
Plak gigi terbukti dapat memicu dan memperparah inflamasi gingiva. Secara
histologis, beberapa tahapan gingivitis menjadi karakteristik sebelum lesi
berkembang menjadi periodontitis. Secara klinis, gingivitis dapat dikenali.
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya gingivitis adalah sebagai
berikut :17
2.5.3.1. Faktor internal
Faktor internal yang bertanggung jawab atas terjadinya penyakit gingiva
1.
2.
3.
kadang-kadang
terbentuk
ruangan
dikarenakan
pembuangan gigi.
4.
26
serat di
27
menghasilkan daerah hambat yang semakin besar, hal ini disebabkan semakin
banyak zat aktif yang terkandung dalam ekstrak maupun fraksi tersebut.20
Daun sirih mempunyai aktivitas antibakteri yang semakin meningkat sesuai
dengan meningkatnya konsentrasi minyak atsiri. Daya antibakteri minyak atsiri daun
sirih disebabkan oleh adanya senyawa fenol dan turunannya yang dapat
mendenaturasi protein sel bakteri. Bahan aktif tersebut adalah kavikol dan betelfenol.
Senyawa ini memiliki daya antiseptik yang kuat dan kavikol memiliki daya
pembunuh bakteri lima kali lipat dar fenol biasa.20
Berbagai penelitian bakteriologis yang dilakukan untuk mengethaui aktivitas
bakteri oleh daun sirih terhadap Streptococcus mutans pada media padat SSB
(Streptococcus Selection Broth) diperoleh adanya aktivitas antibakteri pada
konsentrasi 0,1% (b/v) dan zona hambatnya berdiameter 0.049 cm. Hasil penelitian
lain membuktikan efektifitas antibakteri daun sirih mulai terlihat pada konsentrasi
0,1% (b/b) dan terus meningkat dengan meningkatnya konsentrasi minyak atsiri yang
terkandung dalam daun sirih. Dapat ditarik kesimpulan bahwa daun sirih efektif
dalam menekan pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans.20
28
mencelupkan ujung kertas lakmus pada saliva yang terkumpul dalam gelas dan
segera diangkat apabila kertas lakmus telah basah secara keseluruhan. Perubahan
warna pada kertas lakmus setelah 10 detik diamati dan dicatat sesuai dengan pH
indikator yang digunakan.
2.7.2 Papillary Bleeding Indeks (PBI)
Papillary Bleeding Indeks (PBI) pertama kali dikenalkan oleh Saxer dan
Muhlemann (1975). Indeks ini merupakan indikator yang sensitif untuk mengetahui
tingkat keparahan peradangan gusi pada sesorang. Pengukuran PBI dilakukan pada
28 tempat di gusi daerah papila pada gigi tetap kecuali M3. Probing dilakukan pada
keempat kuadran. Pada kuadran pertama yang diperiksa hanya pada bagian palatal,
pada kuadran kedua yang diperiksa bagian fasial/bukal, pada kuadran ketiga pada
bagian lingual dan kuadran keempat pada bagian fasial/bukal. Pemeriksaan
dilakukan dengan jalan menelusuri sulkus dengan probe yang tidak tajam dengan
tekanan jari ringan mulai dari dasar papila hingga ke puncaknya dari distal ke mesial.
Setelah 20-30 detik satu kuadran telah lengkap dilakukan probing, intensitas
perdarahan dinilai dalam skor dan dicatat.
29
Keterangan
0
1
2
3
4
Sumber: Klaus H, Reteitshack EM, Wolf HF, Hassel TM, color atlas periodontology, Nyw York:
Thieme Inc, p.30
30
BAB III
KERANGKA KONSEP
Penyakit Periodontal
Pasta Gigi
Herbal
Daun Sirih
Gingivitis
Non-herbal
Periodontitis
Gingivitis Marginalis
Kronis
Plak
Evaluasi Pengaruh
Pemakaian Pasta gigi
31
BAB IV
METODE PENELITIAN
32
Sampel.
Sampel yang digunakan adalah pasien pada bagian Periodontologi RSGMP
UNHAS yang telah dilakukan perawatan skeling yang memenuhi kriteria
inklusi.
34
a. Kaca mulut
berkumur.
e. Peridontal probe
gingiva.
f. Sikat gigi
gigi
4.11.2 Bahan.
a. Pasta gigi dengan kandungan ekstrak daun sirih.
b. Air untuk berkumur.
c. Kapas.
4.12
KRITERIA PENILAIAN
35
Keterangan
0
1
2
3
4
Sumber: Klaus H, Reteitshack EM, Wolf HF, Hassel TM, color atlas periodontology, Nyw York:
Thieme Inc, p.30
36
4.13
DATA
4.13.1 Data
Data diperoleh dengan cara memeriksa perubahan pH saliva dan bleeding on
probing (BOP) subyek setelah menggunakan pasta gigi ekstrak daun sirih kemudian
melakukan pencatatan dan analisa.
4.13.2 Jenis data
Jenis data yang digunakan adalah pengumpulan data primer, data diperoleh dari
hasil pemeriksaan perubahan pH saliva dan bleeding on probing (BOP) pada subyek
yang ada di bagian Periodontologi RSGMP UNHAS.
4.14 ANALISIS DATA
Analsis data mengenai hasil penelitian dilakukan dengan uji statistik
menggunakan SPSS 18, kemudian mendistribusikannya kedalam bentuk tabel. Data
diuji dengan menggunakan uji ANOVA untuk membandingkan nilai pH saliva dan
perdarahan papila (PBI) pada setiap pemeriksaan dan uji t-test berpasangan untuk
melihat perbedaan antara pasta gigi uji yang mengandung ekstrak daun sirih dan
pasta gigi kontrol.
4.15 ALUR PENELITIAN
4.15.1 Pasien yang datang ke bagian Periodontologi RSGMP UNHAS diskeling.
4.15.2 Pasien diberikan Informed Concent sebagai bukti persetujuan untuk dilakukan
penelitian tentang pengaruh pemakaian pasta gigi yang mengandung ekstrak
daun sirih, bersedia untuk dilakukan pemeriksaan terhadap perubahan pH
37
saliva dan bleeding on probing (BOP) serta bersedia untuk dilakukan evaluasi
kembali pada hari ke 7 dan hari ke 21 pemakaian pasta gigi
4.15.3 Dua minggu setelah dilakukan skeling, dilakukan pemeriksaan pH saliva dan
BOP pasien sebagai baseline. Pemeriksaan pH saliva menggunakan kertas
lakmus. Sampel diminta untuk mengumpulkan salivanya selama 30 detik
kemudian dimasukkan ke dalam wadah. Kertas lakmus kemudian dicelupkan
ke dalam saliva dan segera diangkat setelah basah secara keseluruhan.
Perubahan warna pada kertas lakmus kemudian diamati dan dicatat.
Pemeriksaan BOP dengan metode
(PBI)
38
Pasien diskeling
Informed Consent
Evaluasi : Pengukuran
pH saliva dan bleeding on
probing (BOP)
39
Hari ke 0 pemakaian
pasta gigi (baseline)
Hari ke 7 pemakaian
pasta gigi
Hari ke 21
pemakaian pasta
BAB V
HASIL PENELITIAN
40
PBI
I (Kelompok)
J (Kelompok)
Mean
Difference (I-J)
Sig.
Baseline
Hari ke 7
Hari ke 21
1.07000*
1.78867*
.000
.000
Hari ke 7
Hari ke 21
.71867*
.000
Tabel 5.1 menunjukkan pengaruh pemakaian pasta gigi uji yang mengandung
ekstrak daun sirih terhadap penurunan bleeding on probing (BOP). Terdapat
penurunan yang signifikan dari data hasil pemeriksaan baseline ke pemeriksaan hari
ke 7 pemakaian pasta gigi uji (p=.000) serta pemeriksaan hari ke 7 hingga hari ke 21
41
pemakaian pasta gigi uji (p=.000). Begitu juga dengan hasil pemeriksaan dari
baseline hingga hari ke 21 pemakaian pasta gigi uji menunjukkan adanya penurunan
yang signifikan (p=.000)
Tabel 5.2
Distribusi pengaruh pemakaian pasta gigi kontrol terhadap penurunan bleeding on
probing (BOP).
Pasta gigi uji
PBI
I (Kelompok)
J (Kelompok)
Mean
Difference (I-J)
Sig.
Baseline
Hari ke 7
Hari ke 21
.73933*
1.55000*
.000
.000
Hari ke 7
Hari ke 21
.81067*
.000
Tabel 5.3
42
Distribusi pengaruh pemakaian pasta gigi uji yang mengandung ekstrak daun sirih
terhadap perubahan pH saliva
Pasta gigi uji
pH saliva
I (Kelompok)
J (Kelompok)
Mean
Difference (I-J)
Sig.
Baseline
Hari ke 7
Hari ke 21
.33333
.33333
.138
.138
Hari ke 7
Hari ke 21
.00000
1.000
Tabel 5.3 menunjukkan pengaruh pemakaian pasta gigi uji yang mengandung
ekstrak daun sirih terhadap perubahan pH saliva. Pada tabel ini menunjukkan bahwa
tidak terdapat perubahan yang signifikan dari data hasil pemeriksaan baseline hingga
ke hari ke 7 pemakaian pasta gigi uji (p=.138), serta pemeriksaan hari ke 7 hingga
hari ke 21 pemakaian pasta gigi uji (p=1.000). Begitu juga dengan hasil pemeriksaan
baseline hinggan hari ke 21 tidak menujukkan adanya perubahan yang signifikan
(p=.056).
Tabel 5.4
Distribusi pengaruh pemakaian pasta gigi kontrol terhadap perubahan pH saliva
Pasta gigi uji
pH saliva
I (Kelompok)
J (Kelompok)
Mean
Difference (I-J)
Sig.
Baseline
Hari ke 7
Hari ke 21
.86667*
.86667*
.000
.000
Hari ke 7
Hari ke 21
.00000
1.000
PBI
Kelompo
k
Uji
Kontrol
N
15
15
Mean
1.0771
0.9876
Standar
deviasi
0.87509
.69880
P
0.593
Tabel 5.6
Distribusi perbandingan antara pasta gigi uji dengan kandungan ekstrak daun sirih
dan pasta gigi control dengan pengamatan pada pH saliva
44
pH
saliva
Kelompo
k
Uji
Kontrol
N
15
15
Mean
7.1111
6.7111
Standar
deviasi
.61134
.45837
P
.001
Tabel 5.6 menunjukkan perbandingan antara pasta gigi uji dengan kandungan
ekstrak daun sirih dan pasta gigi kontrol dengan pengamatan pada pH saliva. Tidak
ada perbedaan yang signifikan antara pasta gigi uji yang mengandung ekstrak daun
sirih dan pasta gigi uji dengan pengamatan pada pH saliva (p=.001).
45
BAB VI
PEMBAHASAN
Penyakit periodontal merupakan kelompok infeksi rongga mulut yang faktor
etiologinya berupa faktor plak dan faktor lokal atau faktor dari mulut pasien itu
sendiri.19 Ada dua bentuk penyakit periodontal yaitu gingivitis dan periodontitis.
Gingivitis merupakan salah satu penyakit periodontal tahap awal dimana terjadi
peradangan di dalam jaringan periodonsium yang terbatas pada gingival, bersifat
reversible, disebabkan oleh mikroorganisme suatu koloni serta membentuk plak gigi
yang melekat pada tepi gingival. Pada plak gigi yang terbentuk tersebut terjadi difusi
saliva yang lambat sehingga mempengaruhi pH saliva.22
Dalam penelitian yang dilakukan pada bagian Periodontologi RSGMP UNHAS
sejak bulan Maret sampai Mei 2013 pada 30 sampel yang berusia 18-25 tahun serta
mengalami gingivitis marginalis kronis dapat diketahui bagaimana perubahan
parameter klinis yang diukur sebelum dan setelah pemakaian pasta gigi pada hari ke
7 dan hari ke 21. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil 2 parameter klinis yaitu
46
Papillary Bleeding Index (PBI) dan pengukuran pH saliva. Hasil dari penelitian yang
dilakukan mengenai perubahan bleeding on probing (BOP) dan pH saliva setelah
pemakaian pasta gigi uji yang mengandung ekstrak daun sirih dan pasta gigi kontrol
akan dibahas satu per satu berdasarkan indeks parameter klinik yang digunakan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, untuk parameter klinis perdarahan papilla
(PBI), baik pada penggunaan pasta gigi uji yang mengandung ekstrak daun sirih
maupun pada pasta gigi kontrol, terjadi perubahan yang signifikan (p=.000). Hal ini
berbeda dengan penelitian yang dilakukan Claudio Mendes Pannuti, et al 23 di School
of Dentistry yang menyatakan bahwa tidak terdapat penurunan yang signifikan pada
perdangan gingival setelah pemakaian pasta gigi baik pada kelompok uji maupun
pada kelompok kontrol. Hal ini berbeda dengan teori tentang daun sirih bahwa daun
sirih mengandung senyawa teriterpenoid, flavonoid dan tanin yang mempunyai
aktivitas sebagai antimikroba yang mampu melawan beberapa bakteri gram positif
dan gram negatif. Daya antibakteri minyak atsiri daun sirih disebabkan oleh adanya
senyawa fenol dan turunannya yang dapat mendenaturasi protein sel bakteri. Bahan
aktif tersebut adalah kavikol dan betelfenol. Senyawa ini memiliki daya antiseptik
yang kuat dan kavikol memiliki daya pembunuh bakteri lima kali lipat dari fenol
biasa.20
Dari hasil penelitian yang dilakukan juga diperoleh hasil mengenai perubahan pH
saliva setelah pemakaian pasta gigi uji yang mengandung ekstrak daun sirih dan
pasta gigi kontrol. Perubahan yang signifikan hanya terjadi pada pemakaian pasta
gigi kontrol pada pemeriksaan baseline ke pemeriksaan hari ke 7 (p=.000). Penelitian
yang dilakukan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Alphina Nirmaladewi,
47
et al22 yang meneliti status saliva penderita gingivitis setelah berkumur dengan
EGCG yang mendapatkan hasil bahwa berkumur dengan EGCG tidak mempengaruhi
kenaikan pH saliva. Hal ini bisa disebabkan karena pH saliva sangat dipengaruhi
oleh sistem bikarbonat. Sistem bikarbonat sangat efektif dalam menetralisir asam dan
berbanding lurus dengan kecepatan sekresi saliva.22
Dari penelitian yang dilakukan dapat dilihat bahwa pasta gigi uji yang
mengandung ekstrak daun sirih dan pasta gigi kontrol memiliki pengaruh dalam
mengurangi perdarahan papilla sebab sesuai dengan uji data statistik terdapat
penurunan tingkat perdarahan papilla yang signifikan setelah pemakaian pasta gigi.
Untuk perubahan pH saliva, tidak terlihat perubahan yang signifikan setelah
pemakaian pasta gigi uji yang mengandung ekstrak daun sirih. Hanya pada
pemakaian pasta gigi kontrol pada pemeriksaan baseline ke pemeriksaan hari ke 7
dan pada pemeriksaan baseline ke pemeriksaan hari ke 21. Namun pada pemeriksaan
baseline ke pemeriksaan hari ke 21 tidak ada perubahan yang signifikan. Hal ini
menunjukkan bahwa tidak ada perubahan signifikan yang terjadi pada pH saliva
setelah pemakaian pasta gigi uji yang mengandung ekstrak daun sirih dan pasta gigi
kontrol.
48
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7.1 SIMPULAN
Dari pembahasan hasil penelitian, dapat disimpulkan:
1. Dari 30 sampel yang telah diberikan pasta gigi (15 sampel menggunakan
pasta gigi uji dan 15 sampel menggunakan pasta gigi kontrol), diperoleh
nilai penurunan yang signifikan dari pemeriksaan baseline ke
pemeriksaan hari ke 7 (p=.000), pemeriksaan hari ke 7 sampai hari ke 21
(p=.000). Begitu juga dengan pemeriksaan baseline ke pemeriksaan hari
ke 21 terdapat penurunan yang signifikan (p=.000). Hal ini menunjukkan
pasta gigi yang mengandung ekstrak daun sirih memiliki pengaruh
terhadap peradangan gingival, sebab daun sirih memiliki kandungan
utama yaitu minyak atsiri. Daya antibakteri minyak atsiri daun sirih
disebabkan oleh adanya senyawa fenol dan turunannya yang dapat
mendenaturasi protein sel bakteri. Bahan aktif tersebut adalah kavikol dan
betelfenol. Senyawa ini memiliki daya antiseptik yang kuat dan kavikol
memiliki daya pembunuh bakteri lima kali lipat dar fenol biasa.
2. Pada hasil uji data statistik tentang pengaruh pemakaian pasta gigi
terhadap pH saliva, perubahan yang signifikan hanya terjadi pada
pemakaian pasta gigi kontrol yaitu perubahan yang signifikan terjadi pada
49
DAFTAR PUSTAKA
50
terhadap
kualitas
hidup.
2010.
Available
from:
51
and
52
22. Nirmaladewi alphiana, Handajani juni, Tandelilin regina TC. Status saliva
dan gingivitis pada penderita gingivitis setelah kumur epigalocatechingallate
(EGCG) dari ekstrak teh hijau (camellia sinensis). Jogjakarta: FKG UGM.
2006. Hal 2-6.
23. Pannuti, Matos. Clinical effect of a herbal dentrifice in the control of plaque
and gingivitis. Brazilia : Pesqui Odontal Bras. Hal 323-33
53