Anda di halaman 1dari 13
Kementran Pertanian PEDOMAN PELAKSANAAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN KEGIATAN DIREKTORAT KESEHATAN HEWAN PUSAT DAN DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 Kata Pengantar Kebijakan dan Program Kesehatan Hewan dalam mendukung program Swasembada Daging melalui Program PSDSK diarahkan untuk dapat memberikan jaminan terhadap status Kesehatan hewan/ternak sebagai prasyarat meningkatnya produksi dan produktivitas temak. Sebagai upaya untuk mewujudkan hal tersebut , maka peranan bidang kesehatan hewan melalui kegiatan penanggulangan penyakit hewan baik yang bersifat menular maupun tidak menular menjadi sangat strategis. Oleh Karena itu penanggulangan penyakit hewan khususnya yang bersifat menular ‘strategis, menjadi skala prioritas kegiatan Direktorat Kesehatan Hewan. Disamping itu, skala prioritas penanggulangan penyakit hewan menular lainnya yang adalah penyakit hewan yang bersifat zoonotik yang dapat menular ke manusia. Berkaitan dengan hal tersebut, maka pendekatan Kesehatan hewan_berorientasi One Health yang berarti_harus berkontribusi kepada aspek produksi atau ekonomi, kesehatan lingkungan manusia/ masyarakat dan kesejahteraan manusia sebagai sasaran akhir. Dengan memperhatikan kedua hal diatas, maka perlu disusun Pedoman Kegiatan Tahunan Direktorat Kesehatan Hewan tahun 2014 sebagai acuan dalam melaksanakan tugas Direktorat Kesehatan Hewan untuk mengendalikan penyakit hewan menular strategis dan penyakit zoonosis. Didalam Pedoman Kegiatan Tahunan Direktorat Kesehatan Hewan tahun 2014 berisi struktur kegiatan dan capaian kinerja Direktorat Kesehatan Hewan yang diharapkan dapat tercapai pada tahun 2014 mendatang Jakarta, Desember 2013 Direktur Jenderé dan Kesehatan Hi Peternakan Ir. Syukur lwantord. MS. MBA |. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan dan Program Kesehatan Hewan tidak hanya mendukung program Swasembada Daging melalui Program PSDSK dengan pendekatan penyakit (animal diseases approach) terkait dengan kesehatan Sapi dan Kerbau semata akan tetapi lebih Iuas lagi yaitu pendekatan kesehatan hewan secara menyeluruh (animal health approach). Pendekatan kesehatan hewan tidak bisa hanya ditinjau dari aspek produksi atau ekonomi semata, akan tetapi perlu orientasi yang lebih bertumpu kepada aspek Kesehatan dan kesejahteraan manusia sebagai sasaran akhir. Karenanya bidang kesehatan hewan harus dipandang dari berbagai aspek antara lain sebagai bagian dari pembangunan pertanian melalui pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat baik berasal dari ternak sapi dan kerbau juga dari temak atau hewan lain yang dikonsumsi manusia sebagai substitusi, produk hewan bagian dari kesehatan masyarakat melalui pencegahan penyakit yang dapat menular dari hewan kepada manusia (zoonosis) dan bagian dari kesehatan lingkungan melalui kelestarian hewan dan lingkungannya dan penyakit emerging dan reemerging disease. Serta mewujudkan Program Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dalam Pencapaian Swasembada Daging Sapi dan Peningkatan Penyediaan Pangan Hewani yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal, Program kegiatan Direktorat Kesehatan hewan melalui Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Hewan Menular Strategis dan Penyakit Zoonosis menetapkan Indikator Kinerja Utama yaitu 1. Kemampuan mempertahankan status daerah bebas PMK dan BSE dan peningkatan status wilayah bebas 2. Penguatan otoritas veteriner melalui pertumbuhan jumlah Puskeswan 3. Penguatan otoritas veteriner melalui pertumbuhan jumiah laboratorium veteriner 4. Surveilans nasional PHMSZE dengan angka prevalensifinsiden menurun 5. Peningkatan ketersediaan alsin dan obat hewan bermutu. Dalam pelaksanaan program kegiatan Direktorat Kesehatan Hewan tersebut ditetapkan kegiatan yang berupa 1. Kesiagaan wabah PHM 2. Pengendalian dan Penanggulangan Rabies 3. Pengendalian dan Penanggulangan Al 4. Pengendalian dan Penanggulangan Brucellosis 5, Pengendalian dan Penanggulangan Anthrax 6. Pengendalian dan Penanggulangan Hog Cholera 7. Pengendalian dan Penanggulangan Jembrana 8. Penanggulangan Gangguan Reproduksi Pada Sapi/kerbau 9. Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Parasiter 10.Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Viral Lainnya 11.Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Bakterial Lainnya 12. Perlindungan Hewan terhadap Penyakit Eksotik B. Tujuan Tujuan yang ingin dicapai dari Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan APBN Direktorat Kesehatan Hewan TA 2014 adalah untuk 1. Memberikan acuan pelaksanaan anggaran terpadu dan berbasis kinerja dalam pembangunan kesehatan hewan. 2. Menjabarkan program kegiatan Direktorat Kesehatan Hewan ke dalam kegiatan- kegiatan mulai dari pusat sampai daerah. 3. Meningkatkan efisiensi, efektivitas, tertib dan transparan serta bertanggung jawab dalam pelaksanaan kegiatan. ©. Sasaran Sasaran yang ingin dicapai dari Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan APBN Direktorat Kesehatan Hewan TA 2014 adalah terlaksananya program kegiatan kesehatan hewan yang telah ditetapkan dan menjadi kegiatan pengungkit di daerah serta tercapainya efisiensi dan efektifitas dalam pelaksanaan kegiatan D. Ruang Lingkup Ruang lingkup Pedoman Pelaksanaan Pengelolaan APBN Direktorat Kesehatan Hewan TA 2014 adalah sebagai berikut 1. Kebijakan dan program kegiatan Direktorat Keswehatan Hewan 2. Pengelolaan program dan anggaran Direktorat Kesehatan Hewan 3. Pengendalian, pengawasan, evaluasi dan pelaporan kegiatan Il, JENIS KEGIATAN DIBIAYAI SEBAGAI DEKONSENTRASI/TUGAS PERBANTUAN DAN KEGIATAN PUSAT 1. Pengendalian dan Penanggulangan Rabies Pelaksanaan kegiatan untuk 14. 1.2 13. 14 15, 16, Penyediaan Vaksin Digunakan untuk pengadaan vaksin rabies di masing-masing daerah yang mendapatkan dana tersebut. Operasional Vaksinasi Digunakan untuk operasional pelaksanaan petugas pada saat melakukan vaksinasi di lapangan sesuai dengan standar upah yang tertuang dalam Petunjuk Operasional Kegiatan (POK). Petugas dimaksudkan adalah petugas yang berwenang melakukan kegiatan vaksinasi (dokter hewan, paramedik veteriner dan kader vaksinator) yang ditetapkan oleh pejabat berwenang di daerah tersebut dibawah kordinasi PUSKESWAN setempat. Kontrol populasi HPR Adalah kegiatan yang dilaksanakan dalam penanggulangan dan pengedalian penyakit Rabies yang bertujuan untuk menjaga populasi Hewan Penular Rabies (HPR) dengan pelaksanaan kegiatan penangkapan, observasi, eutanasi/ eliminasi/ pendepopulasian hewan Penular Rabies. Petugas yang berhak melaksanakan adalah petugas yang telah ditetapkan (dokter hewan dan paramedik veteriner dibawah penyeliaan dokter hewan) oleh pejabat yang berwenang di daerah tersebut. Koordinasi Digunakan untuk melakukan rapat koordinasi dalam rangka pengendalian dan pemberantasan rabies, yang bertujuan menentukan kebijakan dalam penanganan penyakit rabies baik dengan Pusat ataupun antar Pemprov dan Pemkab. Monitoring dan evaluasi Digunakan untuk pelaksanaa monitoring dan evaluasi mulai dari perencanaan sampai dengan pelaporan kegiatan pengendalian dan pemberantasan rabies serta melakukan surveilans pasif atau surveilans aktif bersama BBVeU/BPPV. Pelaporan Digunakan untuk pembuatan dan pengiriman laporan rencana maupun hasil pelaksanaan kegiatan pengendalian dan penanggulangan rabies (mengacu system pelaporan penyakit rabies pada program SIKHNAS) 1.7. Kegiatan Pusat Digunakan untuk kegiatan Pertemuan Tim Koordinasi (TIKOR) Rabies Pusat, penyediaan vaksin dan bahan pengendali HPR stok pusat dan Monitoring dan Evaluasi Pengendaiian Rabies. Pengendalian dan Penanggulangan Al Pelaksanaan kegiatan untuk 2.1. Penyediaan vaksin/desinfektan : untuk pengadaan vaksin Avian Influenza (Al) pada tahun 2014 sepenuhnya akan diadakan oleh Pusat dan akan didistribusikan untuk daerah INVAK sesuai yang telah ditetapkan Direktorat Jenderal Peternakan. Pengadaan desifektan dilakukan di masing-masing daerah yang mendapatkan dana tersebut. 2.2. Operasional Vaksinasi/ desinfektan/ depopulasi : digunakan untuk operasional pelaksanaan petugas pada saat melakukan vaksinasi di lapangan dan atau pelaksanaan desinfeksi dan atau pelaksanaan kegiatan pendepopulasian unggas yang telah ditetapkan. Petugas yang berhak melaksanakan adalah petugas yang telah ditetapkan (dokter dokter hewan, paramedik veteriner dan kader vaksinator) oleh pejabat yang berwenang di daerah tersebut. 2.3. Koordinasi : digunakan untuk melakukan rapat koordinasi dalam rangka pengendalian dan pemberantasan Al 2.4, Pelaporan : digunakan untuk pembuatan dan pengiiman laporan rencana maupun hasil pelaksanaan kegiatan pengendalian dan penanggulangan Al (mengacu system pelaporan penyakit Al pada program SIKHNAS) 2.5. Kegiatan Pusat : SMS Gateway/sistem informasi, Supervisi pelaksanaan pengendalian dan pemberantasan/pembebasan Al, Rakomas Al, Perbaikan peraturan Kompartemen dan zona bebas Al, Penyusunan Pedoman, Penilaian Kompartemen Bebas Al, Penyusunan Panduan Mutu/Dokumen prosedur terkait kompartemendan Zona bebas Al, Pertemuan Intensifikasi Pengendalian Avian Influenza, Monitoring dan evaluasi pelaksanaan vaksinasi, biosecuriti dan lainnya terkait pengendalian dan pemberantasan Al. Kesiagaan wabah PHM ( Kusus Pusat ) Kegiatan pusat digunakan untuk update pedoman, SOP, koordinasi, Pengadaan vaksin, obat dan peralatan stok Pusat, Investigasi Dini Wabah, Datasharing Pengendalian Wabah, KIE, Monitoring Mutu vaksin (Cold Chain) PHM Strategis, workshop cool chain. 4, Pengendalian dan Penanggulangan Brucellosis Pelaksanaan kegiatan untuk kegiatan pusat dan daerah: 44 42 43. 44 45. 46. Penyediaan vaksin/bahan uji : digunakan untuk pengadaan_vaksin brucellosis/bahan uji untuk stok pusat dan pengadaan didaerah (sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan peruntukan untuk sapi potong adalah vaksin brucellosis train 19 dan untuk sapi perah adalah vaksin brucellosis RB.51 di masing-masing daerah yang mendapatkan dana tersebut. Operasional Vaksinasi : digunakan untuk operasional pelaksanaan petugas pada saat melakukan vaksinasi di lapangan. Petugas yang berhak melaksanakan adalah petugas yang telah ditetapkan (dokter hewan, paramedik veteriner dan kader vaksinator) oleh pejabat yang berwenang di daerah tersebut Pelaksanaan pengujian/pemotongan bersyarat digunakan untuk pelaksanaan kegiatan pelaksanaan pengujian terhadap brucelosis dan atau untuk pemotongan bersyarat ternak yang positif brucellosis. Koordinasi : digunakan untuk melakukan rapat koordinasi dalam rangka pengendalian dan pemberantasan Brucellosis. Pelaporan : digunakan untuk pembuatan dan pengiriman laporan rencana maupun hasil pelaksanaan kegiatan pengendalian dan penanggulangan Brucellosis (mengacu system pelaporan penyakit pada program SIKHNAS). Kegitatan Pusat : Workshop, Monitoring dan Evaluasi Pengendalian dan Pemberantasan Brucellosis. 5. Pengendalian dan Penanggulangan Anthrax Pelaksanaan kegiatan untuk kegiatan pusat dan daerah: Penggunaan : 5.4 5.2. 5.3, Penyediaan vaksin ; digunakan untuk pengadaan vaksin Anthrax untuk stok pusat dan pengadaan masing-masing daerah sesuai dengan situasi penyakit ‘Anthrax yang ada di daerah dan mendapatkan dana tersebut. Operasional Vaksinasi : digunakan untuk operasional pelaksanaan petugas pada saat melakukan vaksinasi di lapangan. Petugas yang berhak melaksanakan adalah petugas yang telah ditetapkan (dokter hewan, paramedik veteriner dan kader vaksinator) oleh pejabat yang berwenang di daerah tersebut. Koordinasi : digunakan untuk melakukan rapat koordinasi dalam rangka pengendalian dan pemberantasan Anthrax. 5.5. Pelaporan : digunakan untuk pembuatan dan pengiriman laporan rencana maupun hasil pelaksanaan kegiatan pengendalian dan penanggulangan Anthrax (mengacu system pelaporan penyakit pada program SIKHNAS) 5.6. Kegitatan Pusat : Pengadaan Vaksin dan peralatan vaksinasi, Monitoring dan Evaluasi Pengendalian dan Pemberantasan Anthrax. Alokasi Pusat dan Daerah. Alokasi daerah terdiri dari Propinsi DKI JAKARTA . Propinsi JABAR Propinsi JATENG. Propinsi NTB Propinsi NTT Propinsi SULSEL Propinsi SULTENG NOmenoens Pengendalian dan Penanggulangan Hog Cholera Pelaksanaan kegiatan untuk kegiatan pusat dan daerah Penggunaan 6.1. Penyediaan vaksin : digunakan untuk pengadaan vaksin Hog Cholera untuk stok pusat dan pengadaan masing-masing daerah sesuai dengan situasi penyakit Hog Cholera yang ada di daerah dan mendapatkan dana tersebut. 6.2. Operasional Vaksinasi : digunakan untuk operasional pelaksanaan petugas pada saat melakukan vaksinasi di lapangan. Petugas yang berhak melaksanakan adalah petugas yang telah ditetapkan (dokter hewan, paramedik veteriner dan kader vaksinator) oleh pejabat yang berwenang di daerah tersebut. 6.3. Koordinasi : digunakan untuk melakukan rapat Koordinasi dalam rangka pengendalian dan pemberantasan Hog Cholera 6.4. Pelaporan : digunakan untuk pembuatan dan pengiriman laporan rencana maupun hasil pelaksanaan kegiatan pengendalian dan penanggulangan Hog Cholera (mengacu system pelaporan penyakit Hog Cholera pada program SIKHNAS) 6.5. Kegitatan Pusat : Pengadaan Vaksin dan peralatan vaksinasi, Monitoring dan Evaluasi Pengendalian dan Pemberantasan Hog Cholera 7. Pengendalian dan Penanggulangan Jembrana Pelaksanaan kegiatan untuk kegiatan pusat dan daerah’ 7A 7.2 72. TA. 75. Penyediaan vaksin dan alat : digunakan untuk pengadaan vaksin Jembrana dan peralatan yang dibutuhkan untuk vaksinasi untuk stok pusat dan pengadaan masing-masing daerah sesuai dengan situasi penyakit Jembrana yang ada di daerah dan mendapatkan dana tersebut. Operasional Vaksinasi : digunakan untuk operasional pelaksanaan petugas pada saat melakukan vaksinasi di lapangan. Petugas yang berhak melaksanakan adalah petugas yang telah ditetapkan (dokter hewan, paramedik veteriner dan kader vaksinator) oleh pejabat yang berwenang di daerah tersebut. Koordinasi : digunakan untuk melakukan rapat koordinasi dalam rangka pengendalian dan pemberantasan Jembrana. Pelaporan : digunakan untuk pembuatan dan pengitiman laporan rencana maupun hasil pelaksanaan kegiatan pengendalian dan penanggulangan Jembrana (mengacu system pelaporan penyakit Jembrana pada program SIKHNAS) Kegitatan Pusat : Pengadaan Vaksin dan peralatan vaksinasi, Monitoring dan Evaluasi Pengendalian dan Pemberantasan Jembrana, 8. Penanggulangan Gangguan Reproduksi Pada Sapi/kerbau Pelaksanaan kegiatan terdiri dari : 8.1 8.2. 8.3. 8.4. Pemeriksaan akseptor terhadap status brucellosis : digunakan untuk pelaksanaan pemeriksaan sapi betina produktif penerima IB terhadap penyakit brucellosis. Peningkatan SDM pelaksana penanganan gangguan reproduksi : digunakan untuk pelatihan dokter hewan pelaksana kegiatan penanganan gangguan reproduksi agar mendapatkan peningkatan kemampuan terkait gangguan reproduksi Pengadaan obat-obatan dan Hormonal : digunakan untuk pembelian obat- obatan stok pusat maupun pengadaan di daerah sesuai situasi penyakit gangguan reproduksi dan mendapatkan dana tersebut. Operasional pelaksana penanganan gangguan reproduksi: digunakan untuk membiayai penanganan gangguan reproduksi pelaksana tugas dilapangan Petugas yang berhak melaksanakan adalah petugas yang telah ditetapkan (dokter hewan, paramedik veteriner dan kader vaksinator) oleh pejabat yang berwenang di daerah tersebut. 8.5. Monitoring, evaluasi dan pelaporan : digunakan untuk merencanakan, koordinasi, memonitor dan membuat dan mengirimkan laporan rencana dan hasil pelaksanaan, penanganan gangguan reproduksi 8.6. Kegiatan pusat : digunakan untuk pelaksanaan koordinasi penanggulangan gangguan reproduksi petugas pusat dan daerah, penyediaan obat-obatan dan hormonal stok pusat, pembinaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan hasil pelaksanaan penanganan gangguan reproduksi nasional 9. Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Parasiter Penggunaan 9.1.Pemeriksaan, identifikasi dan pemetaan kasus parasit internal dan kematian pedet : digunakan untuk pengadaan bahan obat-obatan dan alat terkait pelaksanaan pemeriksaan, identifikasi kasus parasit internal pada sapi dan penyebab kematian pedet dan pemetaannya. 9.2. Operasional pemeriksaan, identifikasi dan pemetaan kasus parasit internal dan kematian pedet : digunakan untuk operasional pelaksana kegiatan Pemeriksaan, identifikasi dan pemetaan kasus parasit internal dan kematian pedet petugas pelaksana dilapangan. 9.3. Monitoring, evaluasi dan pelaporan : digunakan untuk merencanakan, koordinasi, memonitor dan membuat dan mengirimkan laporan rencana dan hasil pelaksanaan penanganan Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Parasiter dan penyebab kematian pedet. 9.4.Kegiatan pusat : digunakan untuk pelaksanaan koordinasi penangana pengendalian dan penanggulangan Penyakit Parasiter dan penyebab kematian pedet petugas pusat dan daerah, penyediaan obat-obatan dan hormonal stok Pusat, pembinaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan hasil_pelaksanaan penanganan Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Parasiter dan penyebab kematian pedet nasional. 10. Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Viral Lainnya Penggunaan : 10.1.Pemeriksaan, identifikasi dan pemetaan kasus Penyakit Viral Lainnya digunakan untuk pengadaan bahan obat-obatan dan alat terkait pelaksanaan pemeriksaan, identifikasi kasus parasit lainya pada sapi dan penyebab kematian dan pemetaannya. " 10.2.Operasional pemeriksaan, identifikasi dan pemetaan kasus — Penyakit Viral Lainnya : digunakan untuk operasional pelaksana kegiatan Pemeriksaan, identifikasi dan pemetaan kasus Penyakit Viral Lainnya petugas pelaksana dilapangan 10.3.Monitoring, evaluasi dan pelaporan : digunakan untuk merencanakan, koordinasi, memonitor dan membuat dan mengirimkan laporan rencana dan hasil pelaksanaan penanganan Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Viral Lainnya. 10.4.Kegiatan pusat : digunakan untuk pelaksanaan koordinasi penangana pengendalian dan penanggulangan Penyakit Viral Lainnya petugas pusat dan daerah, penyediaan obat-obatan dan hormonal stok pusat, pembinaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan hasil_pelaksanaan _penanganan Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Viral Lainnya nasional Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Bakterial Lainnya Penggunaan 11.1.Pemeriksaan, identifikasi dan pemetaan kasus Penyakit Bakterial Lainnya: digunakan untuk pengadaan bahan obat-obatan dan alat terkait pelaksanaan pemeriksaan, identifikasi kasus Bakterial lainya pada sapi dan penyebab kematian dan pemetaannya. 11.2.Operasional pemeriksaan, identifikasi dan pemetaan kasus Penyakit Bakterial Lainnya : digunakan untuk operasional pelaksana kegiatan Pemeriksaan, identifikasi dan pemetaan kasus Penyakit Bakterial Lainnya petugas pelaksana dilapangan 11.3.Monitoring, evaluasi dan pelaporan : digunakan untuk merencanakan, koordinasi, memonitor dan membuat dan mengirimkan laporan rencana dan hasil pelaksanaan penanganan Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Bakterial Lainnya. 11.4.Kegiatan pusat digunakan untuk pelaksanaan koordinasi penangana pengendalian dan penanggulangan Penyakit Bakterial Lainnya petugas pusat dan daerah, penyediaan obat-obatan dan hormonal stok pusat, pembinaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan hasil_pelaksanaan _penanganan Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Bakterial Lainnya nasional. 12. Perlindungan Hewan terhadap Penyakit Eksotik 1). Penyusunan Permentan Pemasukan Bahan Pakan Asal 2). Penyusunan Permentan Pemasukan Hewan Penular Rabies 3).Pengawasan penggunaan Bahan Pakan asal hewan 4). Harmonisasi SPS. 5). Onsite Review Produsen BPAH 6). Pertemuan SEACFMD 7), ASWGL 8). SOM AMAF 9). Quardriparteit 10). WGAFC 14), Simulasi Kiat Vetindo PMK 12). Kiat Vetindo Johne's Disease 13), Pedoman Kesiagaan Nipah 14), Emergency Center Ill, PENUTUP Kegiatan pembangunan kesehatan hewan oleh Pemerintah dilakukan antara lain melalui fasilitasi penyediaan obat dan vaksin, operasional, sarana dan prasarana puskeswan, laboratorium, koordinasi,pembinaan, monitoring dan __evaluasi Diharapkan output yang dicapai dapat memenuhi target yang telah ditetapkan sehingga dapat terwujud pangamanan, pengendalian dan penanggulangan penyakit hewan yang dapat menyediaken hewan yang sehat aman untuk di konsumsi manusia dan aman bagi kesehatan manusia dan lingkungan, Pedoman Umum Pelaksanaan Kegiatan Direktorat Kesehatan Hewan Tahun 2014 ini merupakan acuan bagi semua pihak terkait dalam melaksanakan program dan kegiatan lingkup Direktorat Kesehatan Hewan. Direktur Kesehatan Hewan Drh. Pudjiatmdko, Ph.D

Anda mungkin juga menyukai