Farmasi
FKM
1006704796
1206211543
Kedokteran
1306402583
FKM
1206276966
Uci Ramadhani
Farmasi
1206211101
2. Cek respon. Ketahui apakah korban tersebut masih sadar atau tidak. Caranya dengan
menepuk-nepuk pundak korban sambil berteriak dengan suara yang keras. Misalnya
"pak/ibu, anda tidak apa-apa?". Jika tidak ada respons dari pasien, maka segera hubungi
ambulan atau petugas medis.
3. Meminta bantuan. Jika ternyata korban / pasien tidak memberikan respon terhadap
panggilan, segera minta bantuan atau menyuruh orang-orang disekitar untuk menelepon
ataupun mencari bantuan.
4. Buka jalur pernapasan. Sambil menunggu petugas medis atau ambulance datang, si
penolong terdekat bisa membuka jalur pernapasan dengan cara tangan kiri memegang dahi
korban sambil ditarik ke belakang dan tangan kanan menarik dagu ke bawah. Dekatkan
telinga ke pasien sambil melihat, mendengar dan merasakan ada napas atau tidak selama 5
sampai 10 detik. Tindakan ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya sumbatan jalan
napas oleh benda asing. Jika terdapat sumbatan harus dibersihkan dahulu, kalau sumbatan
berupa cairan dapat dibersihkan dengan jari telunjuk atau jari tengah yang dilapisi dengan
sepotong kain, sedangkan sumbatan oleh benda keras dapat dikorek dengan menggunakan
jari telunjuk yang dibengkokkan. Mulut dapat dibuka dengan teknik Cross Finger, dimana
ibu jari diletakkan berlawanan dengan jari telunjuk pada mulut korban. Jika lidah korban
menghalangi, di singkarkan dengan jari si penolong untuk membuka jalur pernapasan.
5. Berikan napas buatan. Jika tidak ada napas maka berikan napas buatan dengan cara
menutup hidung dan meniupkan napas dari mulut ke mulut sebanyak 2 kali selama 2 detik.
Saat melakukan hal ini mata memperhatikan dada orang tersebut, apakah bergerak atau
tidak
6. Berikan tekanan Setelah memberikan 2 kali napas buatan, maka beri tekanan pada bagian
dada. Untuk orang dewasa letakkan kedua tangan di tengah-tengah dada sambil ditekan
dengan posisi tangan lurus, tapi untuk anak-anak hanya menggunakan satu tangan saja.
Tekan sepertiga bagian dada sebanyak 30 kali untuk 2 kali napas dengan rasio 30:2.
7. Lakukan secara berulang. Setelah melakukan 30 kali tekanan, beri napas buatan kembali
sebanyak 2 kali lalu tekanan sebanyak 30 kali. Lakukan hal ini selama 2 menit.
8. Cek pernapasannya kembali. Jika sudah dilakukan 5 kali set dengan perbandingan 2
napas buatan dan 30 kali tekanan dada (2:30) atau selama 2 menit, maka cek apakah pasien
sudah bisa bernapas atau belum. Jika belum maka ulangi kembali perbandingan 2:30
tersebut hingga petugas medis datang.
9. Jika pasien sudah bisa bernapas. Apabila setelah dua menit pasien bernapas, maka
letakkan pada recovery position. Yaitu dalam posisi terlentang letakkan tangan kiri ke atas
dan tangan kanan menyilang ke telinga, tekuk kaki kanan lalu miringkan pasien ke arah kiri
dengan mendorong pundak dan kakinya secara bersamaan. Namun jika pasien tidak
bernapas lagi, terlentangkan kembali dan berikan napas buatan serta tekanan di dada.
2. Bagaimana cara mengangkat dan memindahkan korban yang membutuhkan
bantuan hidup dasar
Sebenarnya prioritas kegiatan yang harus dilakukan pertama kali adalah menjaga
ABC (Airways, breathing, circulation) orang tersebut. Namun, bila daerah kejadian tidak
memungkinkan untuk dilakukannya ABC atau daerah tersebut memiliki ancaman yang lebih
serius, seorang penolong mengangkat dan memindahkan korban ke tempat aman.
Contoh situasi yang menyebabkan seseorang harus membawa korban ke tempat yang
lebih aman:
Ancaman api
Ancaman ledakan
Ancaman lain pada lokasi kejadian (bangunan mau runtuh, mobil terbalik/terbakar)
Korban menghalangi jalan penolong menyelamatkan korban lainnya
Posisi korban tidak memungkinkan untuk diberi pertolongan pertama
Cara mengangkat
dan memindahkan
korban yang
mengutamakan bahwa korban tidak terluka lebih lanjut ketika dibawa, terutama cedera pada
tulang belakang. Selain itu, cara yang benar juga menghindarkan penolong dari cedera dan
dapat menolong korban seefisien mungkin.
1. Gerakan Mengangkat dan Memindahkan Darurat
Gerakan untuk mengangkat dan memindahkan korban dalam keadaan darurat
(menjaga tulang belakang korban):
Shirt Drag
Prinsip:
Tangan korban harus diikat keduanya agar terlindung dan tidak terjuntai begitu saja
Pastikan yang ditarik adalah baju korban dan menarik ketiak korban, bukan leher
korban
Blanket Drag
Prinsip:
Bisa menggunakan jaket atau bahan lain, tidak harus selimut
Bagian selimut yang ditarik adalah bagian bawah kepala agar kepala tetap terjaga
Shoulder or Forearm Drag
Prinsip:
Digunakan bila akan menarik korban dalam jarak yang cukup jauh dan memerlukan
pegangan yang kuat terhadap korban
Masukkan tangan ke ketiak korban lalu tarik korban
Piggyback Carry
Prinsip:
Dilakukan bila korban tidak dapat berjalan tapi dapat menggantungkan tangan pada
penyelamat
One Rescuer Crutch
Prinsip:
Dilakukan bila korban hanya mengalami cedera pada ekstremitas atas namun tetap
sadar dan bisa berjalan
One rescuer cradle Carry
Firefighters Carry
Blanket drag
shoulder drag
craddle carry
piggyback carry
firefighters carry
Extremity lift
Digunakan untuk korban yang diduga mengalami cedera tulang belakang dan
sedang dalam kondisi berbaring
3. Bagaimana cara melakukan imobilisasi pada pasien yang dicurigai terkena patah
tulang
Memar
2.
Shock (pusing, tekanan darah rendah, kulit terasa dingin, pucat, bernapas
pendek, lemah)
3.
Gejala Internal (sakit dibagian perut, perubahan warna kulit, bengkak, darah
yang keluar dari area yang terbuka seperti muntah, urin, feses dan vaginal)
5. Sebutkan alat proteksi diri yang dibutuhkan tenaga kesehatan saat menolong korban
Alat proteksi diri adalah pakaian khusus atau peralatan yang dikenakan oleh karyawan
untuk perlindungan terhadap infeksi/bahaya. Tujuan pemakaian alat proteksi diri adalah
melindungi kulit dan selaput lendir dari:
1. Pajanan darah
2. Segala jenis cairan tubuh
3. Sekret atau ekskret
Sarung tangan
Masker
Doctor/Nurse Cap
Apron
Kacamata
Sepatu bot
Perhatikan obat yang menyebabkan penipisan pembuluh darah dan penyakit gangguan
darah
Shock
Panggil pertolongan medis
Bila organ dalam terlihat, jangan didorong kembali
Tutup luka dengan perban
Aplikasikan tekanan secara tepat untuk menghentikan perdarahan
Gejala
1. Memar
2. Shock
3. Pusing
4. Tekanan darah rendah
Internal
Sakit dibagian perut
Perubahan warna kulit
Bengkak
Darah yang keluar dari area yang terbuka
Muntah
Urine
Feses
Vaginal
Tenangkan korban
Posisikan korban dalam keadaan kepalanya lebih rendah dari kaki dan posisikan luka
hingga luka berada di atas jantung
Apabila perdarahan disebabkan oleh benda tajam, biarkan saja sampai dipastikan ada
pertolongan lebih lanjut.
Untuk directly pressure, letakan perban atau bahan kain tepat di area yang mengalami
perdarahan.
Apabila perdarahan yang terjadi semakin parah, hubungi petugas medis terdekat dan
pastikan korban tetap dalam kondisi aman.
Peringatan
Untuk luka yang parah atau besar, sebaiknya tidak perlu dibersihkan agar tidak terjadi
komplikasi
Tenaga medis yang menangani sudah mencukupi (RS/unit kesehatan suatu instansi)
Butuh koordinasi
digunakan sesuai untuk tingkat penyakit atau cedera. Konsep triase secara efektif
mengklasifikasi pasien dalam kelompok tertentu sesuai dengan tingkat cedera pasien.
Keputusan triase dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
Keputusan primer berhubungan dengan penilaian triase, alokasi
kategori triase dan deposisi pasien
Keputusan
skunder
berhubungan
dengan
insisasi
intervensi
Kebutuhan fisik
Tumbuh kembang
Psikososial
Kesulitan dalam penangan triase:
Kehilangan objektivitas
REFERENSI
Andrew H. Travers, et al. Part 4: CPR Overview: 2010 American Heart Association
Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care.
Circulation 2010;122;S676-S684
Anwar Buchari, (2010). Keterampilan Cardiopulmonary Resuscitation (CPR). [cited 2014
Feb 16]. Available from :http://www.raddien.com/2010/05/teknik-pernafasanbuatan.html
Bleeding | University of Maryland Medical Center [Internet]. [cited 2014 Feb 14]. Available
from: http://umm.edu/health/medical/ency/articles/bleeding
Cheng
C.
Lifts
and
Carrys
(2006).
[cited
2014
Feb
16].
Available
on:
http://erclass.webs.com/class1ch6liftcarry.htm
Departemen Kesehatan Republik Indonesi. (2006). Tanggap darurat Bencana ( Safe
Community Modul 4 ). Jakarta.
Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medis Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
(2006). Seri Penanggulangan Penderita gawat Darurat/ General Emergency Life
Support : Sistem Penanganan Darurat Terpadu. Cetakan Ketiga. Jakarta.
Emergencies and First Aid Direct Pressure to Stop Bleeding [Internet]. [cited 2014 Feb
14]. Available from: http://www.health.harvard.edu/fhg/firstaid/directPres.shtml
http://ino.searo.who.int/LinkFiles/Emergency_and_humanitarian_action_Pedoman_RS_Lap
angan_rev.pdf (diakses pada tanggal 15 Februari 2014)
John M. Field, Part 1: Executive Summary: 2010 American Heart Association Guidelines
forCardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care. Circulation
2010;122;S640-S656.
Kathleen , S.O. and Koziol McLain, J. (2002). Emergency Nursing Secrets. Philadelphia:
Hanley & Belfus, Inc.
Karren KJ, Hafen BQ, Limmer D. (1998) First Responder. 5 ed. America: Brady. p 61-77
Ramaiah, Savitri. (2008). First Aid: Health Solutions. New york: Sterling Publishers.
Robert A. Berg, et al. Part 5: Adult Basic Life Support: 2010 American Heart Association
Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care.
Circulation2010;122;S685-S705.
Thygerson, A. L. (2006). First Aid, CPR, and AED, Standard. United State: Jones & Bartlett
Publishers.
Victoria Department of Human Service. (2001). Guidelines for Triage Education and
Practice. Victoria.