Anda di halaman 1dari 15

LEMBAR TUGAS MANDIRI

PENGELOLAAN BENCANA PB-30


QBD-7
KELOMPOK 2
Abi Fauzan Akbar
Dini Rizkon Nurhasanah

Farmasi
FKM

1006704796
1206211543

Irfan Kurnia Pratama

Kedokteran

1306402583

Ririen Nathalia Anggita

FKM

1206276966

Uci Ramadhani

Farmasi

1206211101

1. Jelaskan langkah bantuan hidup dasar (resusitasi jantung paru)


Resusitasi jantung paru merupakan teknik yang bisa dilakukan sebagai pertolongan
pertama jika seseorang terkena serangan jantung atau berhentinya jantung dikarenakan suatu
hal. Teknik ini berfungsi untuk menormalkan detak jantung yang jika terkena serangan akan
bergeraknya abnormal. Dengan ditekan, maka detak jantung dengan sendirinya akan kembali
normal.
Langkah-langkah bantuan hidup dasar (resusitasi jantung paru) dalam tipe DRABC yaitu :
1. Cek bahaya dan keselamatan
Sebelum melakukan pertolongan pastikan pasien serangan jantung berada di tempat
yang aman dan terhindar dari bahaya. Dalam jurnal ilmiah mengatakan perbedaan
penanganan untuk tipe D CPR antara orang dewasa, balita dan bayi adalah sebagai berikut.
Cek bahaya dan keselamatan pada orang dewasa :
1. Pastikan korban tidak berada di daerah berbahaya atau daerah yang mengancam
keselamatannya.
2. Tempatkan korban dalam posisi yang nyaman dengan tidak membahayakan leher dan
punggung korban
Cek bahaya dan keselamatan pada balita dan bayi :
1. Pastikan korban tidak berada dalam bahaya dengan memindahkan secara hati-hati,
letakkan pada posisi yang nyaman dengan tidak membahayakan leher korban.

2. Cek respon. Ketahui apakah korban tersebut masih sadar atau tidak. Caranya dengan
menepuk-nepuk pundak korban sambil berteriak dengan suara yang keras. Misalnya
"pak/ibu, anda tidak apa-apa?". Jika tidak ada respons dari pasien, maka segera hubungi
ambulan atau petugas medis.
3. Meminta bantuan. Jika ternyata korban / pasien tidak memberikan respon terhadap
panggilan, segera minta bantuan atau menyuruh orang-orang disekitar untuk menelepon
ataupun mencari bantuan.
4. Buka jalur pernapasan. Sambil menunggu petugas medis atau ambulance datang, si
penolong terdekat bisa membuka jalur pernapasan dengan cara tangan kiri memegang dahi
korban sambil ditarik ke belakang dan tangan kanan menarik dagu ke bawah. Dekatkan
telinga ke pasien sambil melihat, mendengar dan merasakan ada napas atau tidak selama 5
sampai 10 detik. Tindakan ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya sumbatan jalan
napas oleh benda asing. Jika terdapat sumbatan harus dibersihkan dahulu, kalau sumbatan
berupa cairan dapat dibersihkan dengan jari telunjuk atau jari tengah yang dilapisi dengan
sepotong kain, sedangkan sumbatan oleh benda keras dapat dikorek dengan menggunakan
jari telunjuk yang dibengkokkan. Mulut dapat dibuka dengan teknik Cross Finger, dimana
ibu jari diletakkan berlawanan dengan jari telunjuk pada mulut korban. Jika lidah korban
menghalangi, di singkarkan dengan jari si penolong untuk membuka jalur pernapasan.
5. Berikan napas buatan. Jika tidak ada napas maka berikan napas buatan dengan cara
menutup hidung dan meniupkan napas dari mulut ke mulut sebanyak 2 kali selama 2 detik.
Saat melakukan hal ini mata memperhatikan dada orang tersebut, apakah bergerak atau
tidak
6. Berikan tekanan Setelah memberikan 2 kali napas buatan, maka beri tekanan pada bagian
dada. Untuk orang dewasa letakkan kedua tangan di tengah-tengah dada sambil ditekan
dengan posisi tangan lurus, tapi untuk anak-anak hanya menggunakan satu tangan saja.
Tekan sepertiga bagian dada sebanyak 30 kali untuk 2 kali napas dengan rasio 30:2.
7. Lakukan secara berulang. Setelah melakukan 30 kali tekanan, beri napas buatan kembali
sebanyak 2 kali lalu tekanan sebanyak 30 kali. Lakukan hal ini selama 2 menit.

8. Cek pernapasannya kembali. Jika sudah dilakukan 5 kali set dengan perbandingan 2
napas buatan dan 30 kali tekanan dada (2:30) atau selama 2 menit, maka cek apakah pasien
sudah bisa bernapas atau belum. Jika belum maka ulangi kembali perbandingan 2:30
tersebut hingga petugas medis datang.
9. Jika pasien sudah bisa bernapas. Apabila setelah dua menit pasien bernapas, maka
letakkan pada recovery position. Yaitu dalam posisi terlentang letakkan tangan kiri ke atas
dan tangan kanan menyilang ke telinga, tekuk kaki kanan lalu miringkan pasien ke arah kiri
dengan mendorong pundak dan kakinya secara bersamaan. Namun jika pasien tidak
bernapas lagi, terlentangkan kembali dan berikan napas buatan serta tekanan di dada.
2. Bagaimana cara mengangkat dan memindahkan korban yang membutuhkan
bantuan hidup dasar
Sebenarnya prioritas kegiatan yang harus dilakukan pertama kali adalah menjaga
ABC (Airways, breathing, circulation) orang tersebut. Namun, bila daerah kejadian tidak
memungkinkan untuk dilakukannya ABC atau daerah tersebut memiliki ancaman yang lebih
serius, seorang penolong mengangkat dan memindahkan korban ke tempat aman.
Contoh situasi yang menyebabkan seseorang harus membawa korban ke tempat yang
lebih aman:

Ancaman api
Ancaman ledakan
Ancaman lain pada lokasi kejadian (bangunan mau runtuh, mobil terbalik/terbakar)
Korban menghalangi jalan penolong menyelamatkan korban lainnya
Posisi korban tidak memungkinkan untuk diberi pertolongan pertama
Cara mengangkat

dan memindahkan

korban yang

paling penting adalah

mengutamakan bahwa korban tidak terluka lebih lanjut ketika dibawa, terutama cedera pada
tulang belakang. Selain itu, cara yang benar juga menghindarkan penolong dari cedera dan
dapat menolong korban seefisien mungkin.
1. Gerakan Mengangkat dan Memindahkan Darurat
Gerakan untuk mengangkat dan memindahkan korban dalam keadaan darurat
(menjaga tulang belakang korban):

Shirt Drag

Prinsip:
Tangan korban harus diikat keduanya agar terlindung dan tidak terjuntai begitu saja
Pastikan yang ditarik adalah baju korban dan menarik ketiak korban, bukan leher
korban
Blanket Drag
Prinsip:
Bisa menggunakan jaket atau bahan lain, tidak harus selimut
Bagian selimut yang ditarik adalah bagian bawah kepala agar kepala tetap terjaga
Shoulder or Forearm Drag
Prinsip:
Digunakan bila akan menarik korban dalam jarak yang cukup jauh dan memerlukan
pegangan yang kuat terhadap korban
Masukkan tangan ke ketiak korban lalu tarik korban
Piggyback Carry
Prinsip:
Dilakukan bila korban tidak dapat berjalan tapi dapat menggantungkan tangan pada
penyelamat
One Rescuer Crutch
Prinsip:
Dilakukan bila korban hanya mengalami cedera pada ekstremitas atas namun tetap
sadar dan bisa berjalan
One rescuer cradle Carry
Firefighters Carry

Blanket drag

One rescuer crutch

shoulder drag

craddle carry

piggyback carry

firefighters carry

2. Gerakan Mengangkat dan Memindahkan Tidak Darurat


Gerakan ini lebih pada upaya memindahkan korban dengan lebih cepat daripada
gerakan mengangkat darurat namun tidak menjaga keadaan tulang belakang korban.
Karena itu, penolong harus memastikan bahwa korban tidak mengalami cedera tulang
belakang
Gerakan untuk mengangkat dan memindahkan korban dalam keadaan darurat
(menjaga tulang belakang korban):
Direct Ground Lift
Prinsip:
Dilakukan oleh minimal 2 orang.
Digunakan bila korban tidak bisa duduk atau tandu tidak bisa dibawa ke korban. Bila
korban mengalami cedera parah, bisa diperlukan >2 orang
Extremity Lift
Prinsip:
Digunakan bila korban tidak cedera ekstremitas atas maupun bawah untuk
memindahkan korban dari kursi ke lantai

Direct ground lift

Extremity lift

3. Alat-Alat yang Biasa Digunakan Untuk Mengangkat dan Memindahkan Korban


a. Tandu
Alat standar untuk memindahkan korban dari satu lokasi ke lokasi lain.
b. Kursi tangga
Digunakan untuk memindahkan korban dengan melalui tangga. Alat ini
memiliki pengikat untuk mengikat korban dan pegangan untuk penyelamat.
Alat ini baik untuk korban dengan masalah respirasi yang harus naik atau
turun melalui tangga.
c. Backboard

Digunakan untuk korban yang diduga mengalami cedera tulang belakang dan
sedang dalam kondisi berbaring
3. Bagaimana cara melakukan imobilisasi pada pasien yang dicurigai terkena patah
tulang

Fraktur harus dimobilisasi untuk mencegah memburuknya cedera. Pembalutan


merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk imobilisasi fraktur. Berikut ini adalah
langkah-langkah dalam memakaikan perban pada korban fraktur.

Cara Memakaikan Perban pada Korban Fraktur

1. Ukur material splint yang dibutuhkan


2. Gunting bahan splint yang telah diukur
3. Putuskan ketebalan splint yang dibutuhkan.
4. Masukan splint yang masih kering ke dalam air dingin
5. Angkat splint dari air dingin lalu tekan-tekan agar splint tidak terlalu basah.
6. Haluskan permukaan splint agar permukaannya rata atau tidak kusut
7. Letakkan splint di area yang mengalami luka
8. Balut area yang mengalami luka dengan menggunakan splint tersebut
9. Pergunakan 1 atau lebih perban untuk melapisi splint agar splint aman
10. Gerakan anggota tubuh yang telah dibalut splint menuju posisi yang diinginkan.
11. Biarkan splint menjadi kencang
12. Beri perekat putih untuk mengencangkan splint
13. Tambahkan sling jika diperlukan
4. Jelaskan prinsip dari menghentikan perdarahan
Perdarahan dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu perdarahan internal dan
perdarahan eksternal yang dapat disebabkan oleh rusaknya pembuluh darah atau organ dalam,
bukaan normal diluar tubuh ataupun rusaknya pelindung berupa kulit. Seseorang yang
mengalami perdarahan harus segera mendapatkan pertolongan dengan segera, namun ada
beberapa hal yang harus dipertimbangkan ketika memberikan pertolongan pertama bagi
korban yang mengalami perdarahan. Langkah yang dapat dilakukan diantaranya sebagai
berikut.
1. Panggil pertolongan medis
2. Perhatikan obat yang menyebabkan penipisan pembuluh darah dan penyakit gangguan
darah

3. Penanganan steril (sarung tangan dan cuci tangan)


4. Kompresi es pada memar
5. Shock
Panggil pertolongan medis
Bila organ dalam terlihat, jangan didorong kembali
Tutup luka dengan perban
Aplikasikan tekanan secara tepat untuk menghentikan perdarahan
Gejala Perdarahan
1.

Memar

2.

Shock (pusing, tekanan darah rendah, kulit terasa dingin, pucat, bernapas
pendek, lemah)

3.

Gejala Internal (sakit dibagian perut, perubahan warna kulit, bengkak, darah
yang keluar dari area yang terbuka seperti muntah, urin, feses dan vaginal)

Prosedur dalam Menghentikan Perdarahan


1. Tenangkan korban
2. Posisikan korban dalam keadaan kepalanya lebih rendah dari kaki dan posisikan luka
hingga luka berada di atas jantung agar aliran darah tetap berjalan ke otak untuk
menghindari ketidaksadaran dari pasien
3. Bersihkan kotoran ataupun debu pada area yang mengalami perdarahan. Cuci dengan
sabun dan air hangat bila jenis luka adalah luka superficial
4. Apabila perdarahan disebabkan oleh benda tajam, biarkan saja sampai dipastikan ada
pertolongan lebih lanjut.
5. Untuk directly pressure, letakan perban atau bahan kain tepat di area yang mengalami
perdarahan.
6. Apabila perdarahan telah berhenti, perban luka secara steril
7. Apabila perdarahan tetap terjadi, tambahkan lapisan kain untuk membalutnya
8. Apabila perdarahan yang terjadi semakin parah, hubungi petugas medis terdekat dan
pastikan korban tetap dalam kondisi aman.

Contoh perdarahan normal

Pressure Point untuk Pendarahan Parah

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan ketika menghentikan perdarahan :


1. Jangan membuka perban atau kain sebelum perdarahan berhenti
2. Untuk luka yang parah atau besar, sebaiknya tidak perlu dibersihkan agar tidak terjadi
komplikasi
3. Pergunakan tourniquet sebagai pilihan terakhir dalam penanganan pemberhentian
perdarahan

5. Sebutkan alat proteksi diri yang dibutuhkan tenaga kesehatan saat menolong korban
Alat proteksi diri adalah pakaian khusus atau peralatan yang dikenakan oleh karyawan
untuk perlindungan terhadap infeksi/bahaya. Tujuan pemakaian alat proteksi diri adalah
melindungi kulit dan selaput lendir dari:
1. Pajanan darah
2. Segala jenis cairan tubuh
3. Sekret atau ekskret

4. Kulit yang tidak utuh


5. Selaput lendir korban
APD yang digunakan untuk tenaga kesehatan terdiri dari,
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Sarung tangan
Masker
Doctor/Nurse Cap
Apron
Kacamata
Sepatu bot

6. Jelaskan perbedaan pertolongan pertama pada korban saat kehidupan sehari-hari


dan pada saat terjadinya bencana
Pertolongan Pertama Pada Korban :

Panggil pertolongan medis

Perhatikan obat yang menyebabkan penipisan pembuluh darah dan penyakit gangguan
darah

Penanganan steril (sarung tangan dan cuci tangan)

Kompresi es pada memar

Shock
Panggil pertolongan medis
Bila organ dalam terlihat, jangan didorong kembali
Tutup luka dengan perban
Aplikasikan tekanan secara tepat untuk menghentikan perdarahan
Gejala
1. Memar
2. Shock
3. Pusing
4. Tekanan darah rendah

5. Kulit terasa dingin


6. Pucat
7. Bernapas pendek
8. Lemah

Internal
Sakit dibagian perut
Perubahan warna kulit
Bengkak
Darah yang keluar dari area yang terbuka

Muntah

Urine

Feses

Vaginal

Prosedur Pertolongan Pertama :

Tenangkan korban

Posisikan korban dalam keadaan kepalanya lebih rendah dari kaki dan posisikan luka
hingga luka berada di atas jantung

Bersihkan kotoran ataupun debu pada area yang mengalami perdarahan

Apabila perdarahan disebabkan oleh benda tajam, biarkan saja sampai dipastikan ada
pertolongan lebih lanjut.

Untuk directly pressure, letakan perban atau bahan kain tepat di area yang mengalami
perdarahan.

Apabila perdarahan telah berhenti, perban luka secara steril

Apabila perdarahan tetap terjadi, tambahkan lapisan kain untuk membalutnya

Apabila perdarahan yang terjadi semakin parah, hubungi petugas medis terdekat dan
pastikan korban tetap dalam kondisi aman.

Peringatan

Jangan membuka perban atau kain sebelum perdarahan berhenti

Untuk luka yang parah atau besar, sebaiknya tidak perlu dibersihkan agar tidak terjadi
komplikasi

Pergunakan tourniquet sebagai pilihan terakhir dalam penanganan pemberhentian


perdarahan

Perbedan Pertolongan Pertama Sehari-hari Dan Saat Terjadi Bencana


Sehari-hari :

Korban pada umumnya perorangan

Tenaga medis yang menangani sudah mencukupi (RS/unit kesehatan suatu instansi)

Umumnya dapat ditangani dengan menggunakan P3K

Saat terjadi bencana :

Membutuhkan tenaga kesehatan yang banyak dan cepat tanggap

Terdapat zona pertolongan

Terdapat sistem triase

Butuh koordinasi

7. Jelaskan mengenai triase


Istilah triase berasal dari bahasa Prancis Trieryang artinya untuk memperpendek,
mengklasifikasi, dan/atau memilih. (Victoria Departement of Human Service, 2001). Triase
adalah sebuah konsep untuk memilih atau menggolongkan semua pasien yang datang ke
UGD dan menetapkan prioritas penanganannya (Kathleen, 2002). Triase bertujuan untuk
menyelamatkan pasien dengan memastikan bahwa intervensi dan alokasi sumber daya yang

digunakan sesuai untuk tingkat penyakit atau cedera. Konsep triase secara efektif
mengklasifikasi pasien dalam kelompok tertentu sesuai dengan tingkat cedera pasien.
Keputusan triase dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
Keputusan primer berhubungan dengan penilaian triase, alokasi
kategori triase dan deposisi pasien
Keputusan

skunder

berhubungan

dengan

insisasi

intervensi

keperawatan darurat untuk mencapai kenyamanan pasien


Klasifikasi Triase
1. Kedaruratan (merah) Untuk korban memiliki trauma berat ( mengancam jiwa )
2. Urgen (kuning) Mengancam nyawa/fungsi vital
3. Nonurgen (hijau) Penanganan seperti pelayanan biasa hijau
Faktor yang diperhatikan dalam pengambilan keputusan, meliputi :

Kebutuhan fisik

Tumbuh kembang

Psikososial
Kesulitan dalam penangan triase:

Hanya berkonsentrasi pada keluhan yang ada

Kehilangan objektivitas

Perhatian teralihkan akibat pasien terlalu banyak

Membiarkan perilaku pasien sebagai penentu pengambilan keputusan

REFERENSI
Andrew H. Travers, et al. Part 4: CPR Overview: 2010 American Heart Association
Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care.
Circulation 2010;122;S676-S684
Anwar Buchari, (2010). Keterampilan Cardiopulmonary Resuscitation (CPR). [cited 2014
Feb 16]. Available from :http://www.raddien.com/2010/05/teknik-pernafasanbuatan.html
Bleeding | University of Maryland Medical Center [Internet]. [cited 2014 Feb 14]. Available
from: http://umm.edu/health/medical/ency/articles/bleeding
Cheng

C.

Lifts

and

Carrys

(2006).

[cited

2014

Feb

16].

Available

on:

http://erclass.webs.com/class1ch6liftcarry.htm
Departemen Kesehatan Republik Indonesi. (2006). Tanggap darurat Bencana ( Safe
Community Modul 4 ). Jakarta.
Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medis Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
(2006). Seri Penanggulangan Penderita gawat Darurat/ General Emergency Life
Support : Sistem Penanganan Darurat Terpadu. Cetakan Ketiga. Jakarta.
Emergencies and First Aid Direct Pressure to Stop Bleeding [Internet]. [cited 2014 Feb
14]. Available from: http://www.health.harvard.edu/fhg/firstaid/directPres.shtml
http://ino.searo.who.int/LinkFiles/Emergency_and_humanitarian_action_Pedoman_RS_Lap
angan_rev.pdf (diakses pada tanggal 15 Februari 2014)
John M. Field, Part 1: Executive Summary: 2010 American Heart Association Guidelines
forCardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care. Circulation
2010;122;S640-S656.

Kathleen , S.O. and Koziol McLain, J. (2002). Emergency Nursing Secrets. Philadelphia:
Hanley & Belfus, Inc.
Karren KJ, Hafen BQ, Limmer D. (1998) First Responder. 5 ed. America: Brady. p 61-77
Ramaiah, Savitri. (2008). First Aid: Health Solutions. New york: Sterling Publishers.
Robert A. Berg, et al. Part 5: Adult Basic Life Support: 2010 American Heart Association
Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care.
Circulation2010;122;S685-S705.
Thygerson, A. L. (2006). First Aid, CPR, and AED, Standard. United State: Jones & Bartlett
Publishers.
Victoria Department of Human Service. (2001). Guidelines for Triage Education and
Practice. Victoria.

Anda mungkin juga menyukai