MAU2
MAU2
Gina Mondrida, Siti Darwati, Agus Ariyanto, Sri Setiyowati, Puji Widayati, Wening Lestari, Veronica Yulianti
Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka BATAN
ABSTRAK
UJI KLINIS KIT RIA MIKROALBUMINURIA. Telah dilakukan uji klinis terhadap kit RIA mikroalbuminuria PRR-BATAN
dengan pembanding kit RIA RRC dan kit metoda ELISA. Pada penentuan albumin urine terhadap 15 sampel pasien di RS Hasan
Sadikin Bandung dengan pembanding kit RIA RRC didapatkan 7 sampel di atas nilai konsentrasi normal albumin (>34 g/ml),
baik dengan kit PRR-BATAN manupun kit RIA RRC. Sedangkan pada penentuan albumin urine terhadap 34 sampel pasien di RS
Fatmawati, Jakarta, dengan pembanding kit metoda ELISA, didapatkan 6 sampel di atas nilai konsentrasi normal albumin (>34
g/ml) baik dengan kit PRR-BATAN maupun dengan kit metoda ELISA. Hal ini menunjukkan bahwa pasien tersebut positif (+)
mengidap diabet. Dari hasil penentuan kadar albumin urine terhadap 37 pasien (protein urinenya negatif) di RS Fatmawati
dengan kit RIA mikroalbuminuria PRRBATAN didapatkan: 30 pasien (81%) negatif (-) dan 7 pasien (19%) positif (+), sedangkan
dengan metoda ELISA: 31 pasien (83%) negatif (-) dan 6 pasien (16%) positif (+), jadi 97% data ELISA mendukung data RIA.
Kedua metoda tersebut cukup sebanding dan mempunyai korelasi yang baik. Bila kit RIA mikroalbuminuria PRR-BATAN
dibanding dengan kit RIA RRC dan kit metoda ELISA, kit RIA mikroalbuminuria PRR-BATAN memiliki sensitifitas lebih tinggi
dari pada kit RIA RRC dan kit metoda ELISA. Kata kunci : RIA, mikroalbuminuria, normal albumin
ABSTRACT
CLINICAL TRIAL OF MICROALBUMINURIA RIA KIT. Clinical trial of microalbuminuria RIA kit locally in center of
Radioisotope & Radiopharmaceutical-BATAN have been performed by comparising with CIAE (China) kit and ELISA method.
Determination of 15 samples of patients in Hasan Sadikin Hospital using CIAE kit as gold standard gave 7 samples with high
albumin content (>34 g/ml), in both CIAE and CRR RIA kit. While the determination of 34 samples in Fatmawati Hospital,
Jakarta using ELISA method as gold standard showed 6 samples with high albumin content (>34 g/ml), in both CRR RIA kit and
ELISA method. These results represented the patients have diabetes problem. The rest of the samples showed normal albumin
value. Clinical trial in 37 patients Fatmawati Hospital showed 30 patients (81%) with protein negative (-) and 7 patients (19%)
with protein positive (+) assayed by CRR RIA kit, while ELISA method gave 31 patients (83%) with protein negative and 6
patients (16%) with protein positive. Ninety seven persent of ELISA data supported the data obtained by RIA. Both methods have
a good correlation. However, microalbuminuria RIA kit is more sensitive compared to the ELISA method. Key words : RIA,
microalbuminuria, normal albumin
PENDAHULUAN
erkembangan dalam penelitian Radioimonoassay terutama dalam penentuan albuminuria akhir-akhir ini
mendorong penelitian pato fisiologi dan diagnosa klinis mikroalbuminuria berkembang pesat. Dikatakan oleh [2]
bahwa adanya mikroalbumin dalam urine memberikan peringatan adanya kondisi penting pada penderita kencing
manis (diabetes mellitus) atau pada penderita tekanan darah tinggi. Hal tersebut merefleksikan adanya kerusakan
pembuluh darah dan pragnosa yang pada tahap berikutnya adalah kegagalan ginjal.
Mikroalbuminuria adalah keadaan fisiologis seseorang di mana kadar albumin yang diekskresi ke dalam urine masih
berada di bawah ambang kadar albuminuria. Pada kondisi tersebut albumin yang diekskresi ke dalam urine berkisar
antara 20 200 g/menit atau 30 300 mg/hari. Konsentrasi di atas nilai tersebut proteinuri dan dinyatakan
Nephropathy (gagal ginjal) [3]. Penentuan kadar albumin dalam jumlah mikro (<200 g/menit) pada pasien diabetes
sangat penting untuk deteksi dini mikroalbumin sebelum menjadi diabetes nephrophaty (gagal ginjal), agar dapat
dilakukan pencegahan sebelumnya [5].
HSAkadar
Sampel
Saat ini Standar
penentuan
albumin dalam urine
0 2 5 metoda
10 20 50 100
150
dilakukan NSB
dengan
DIPSTICK
atau metoda
pengendapan
dengan
asam
[1].
Meskipun
Nomor
3,4 5,6 7,8 9,10 11,12 13,14 15,16demikian,
19,2
1,2
tabung
0
penentuan
kadar17,18
albumin dengan cara DIPSTICK tidak
Standar sehingga
50 50tidak
50 50dapat
50 50 mendeteksi
50 50 50
sensitif,
kadar albumin
(l) orde mikrogram [2].
dalam
Sampel
50 50
(l) Teknik RIA merupakan teknik yang cukup
HSA 125Idan spesifik, sehingga dapat digunakan untuk
sensitif
100 100 100 100 100 100 100 100 100
100
(l)
menentukan
kadar albumin dalam jumlah mikrogram,
200 200 200untuk
200 200penentuan
200 200
200
umumnya bisa200digunakan
kadar
Vortex,
inkubasi
pada
37
0C selama 1
mikroalbuminuria [2, 4].
jam atau 2 jam pada suhu kamar
TATA KERJA
Bahan
Bahan dan pereaksi yang digunakan untuk
pembuatan urine sintetis antara lain Na 2HPO4 bebas air,
KH2PO4. 7H2O, NaCl, NH4Cl dan Urea masingmasing
diperoleh dari E-Merck dan PT. Harum Sari. Obat
suntik gentamycin sulfat anti septik untuk pengawet (40
Pembuatan Urine Sintetis
Urine sintetis digunakan untuk melarutkan HSA,
dalam pembuatan standar HSA, pembuatan standar 0
dan untuk menentukan (%) NSB. Urine sintetis
disiapkan sebagai berikut: Ke dalam botol 1 liter
dimasukkan berturut-turut 64 g Na 2HPO4 7H2O, 15 g
KH2PO4, 2,5 g NaCl dan 5 g NH 4Cl, kemudian
ditambahkan 900 ml aquabides. Campuran larutan
dengan
kit
RIA
125
Keterangan: NSB = % Ikatan tidak spesifi ; B/T = % Ikatan cacahan standar 0/ cacahan total
Begitu juga pengujian standar PRR-BATAN dan
standar CIAE (China) dengan menggunakan tracer
PRR-BATAN diperoleh keterikatan maksimum (% B/T)
untuk standar PRR-BATAN 73,9 % sedangkan untuk
standar CIAE (China) 69,7 %. Apabila digunakan tracer
CIAE (China) maka keterikatan maksimum (% B/T)
untuk standar PRRBATAN adalah 70,1. Sedangkan
untuk standar CIAE 66,9 % (lihat Tabel 2). Dari kedua
tracer PRR-BATAN dan CIAE, standar PRR-BATAN
memberikan % B/T lebih tinggi dar standar CIAE
(China). Hal ini menunjukkan bahwa standar PRRBATAN memiliki kualitas lebih baik dari pada standar
CIAE (China).
Uji paralelism standar (lihat Gambar 2)
menunjukkan kurva % B/T vs konsentrasi HSA dari
standar PRR-BATAN berhimpit cukup baik, dengan
standar CIAE (China). Hal ini menunjukkan bahwa
perilaku standar PRR-BATAN mendekati perilaku
standar CIAE (China).
Gambar 3 menunjukkan profil ketelitian kit RIA
mikroalbuminuria PRR-BATAN dengan % CV < 5 %
serta daerah kerja cukup lebar yaitu 2-70 g/ml. Hal ini
menunjukkan bahwa presisi standar kit RIA
1
2
3
4
5
6
7
43
65
44
46
63
32
39
+
+
+
+
+
3,1
168,2
4,1
156,5
99,8
163,3
78,2
Hasil
Hasil dengan
deng kit RIA
No
Kela an Mikroal
Sam
min Kit bumin
pel
RIA uria
RRC PRR
(g/ml)
- 13,04
2
- 27,53
3
5,79
4
+ >150
5
+ 37,38
6
3,47
7
+ >150
8
+ >150
Table 4. Hasil penentuan albumin urine dengan menggunakan
mikroalbuminuria PRR-BATAN dan
9
kit -RIA6,25
DIPSTIK
10
+ >150
11
+ >150
12
- 20,76
13
- 23,42
Tabel 5 memperlihatkan hasil penentuan albumin urine dengan menggunakan
kit RIA mikroalbuminuria PRR14
- 20,49
BATAN dan kit RIA RRC. Di sini terlihat 7 sampel di atas nilai konsentrasi
normal albumin (>34 g/ml), baik
15
+ 47,38
dengan kit PRRBATAN maupun kit RIA RRC.
Table 5. Hasil penentuan albumin urine dengan menggunakan kit RIA mikroalbuminuria PRR-BATAN dan kit
RIA RRC
Gambar 4 memperlihatkan nilai recovery kit RIA mikroalbuminuria yang cukup tinggi yaitu 96 %. Hal ini
menunjukkan akurasi analisa masih cukup tinggi. Penentuan albumin urine terhadap 34 sampel yang diambil secara
acak di RS Fatmawati dengan menggunakan kit RIA mikroalbuminuria PRRBATAN ditunjukkan di Gambar 5. Dari
seluruh sampel yang ditentukan diketahui ada 6 sampel diatas nilai konsentrasi normal albumin (>34 g/ml).
Sedangkan pada penentuan albuminurin terhadap 15 sampel di RS Hasan Sadikin Bandung dengan kit
mikroalbuminuria PRR-BATAN dan pembanding kit RIA RRC ditunjukkan di Gambar
6. Dari seluruh sampel yang ditentukan ada 7 sampel di atas nilai konsentrasi normal albumin (>34 g/ml). Hal ini
menunjukkan bahwa pasien tersebut positif mengidap diabet.
Dari hasil penentuan albumin urine terhadap 37 pasien (protein urine negatif) di RS Fatmawati dengan kit
RIA mikroalbuminuria PRR-BATAN didapat hasil sebagai berikut: 30 pasien (81 %) negatif (-) dan 7 pasien (19 %)
positif (+) sedangkan dengan ELISA: 31 pasien (83 %) (-) dan 6 pasien (16 %) positif (+), jadi 97 % data ELISA
mendukung data RIA [hanya 1 sampel yang negatif (-) dengan ELISA tetapi positif (+) dengan RIA]. Di sini terlihat
kedua metoda cukup sebanding dan mempunyai korelasi yang baik.
KESIMPULAN
Dari hasil pengujian yang dilakukan, dapat dikatakan bahwa kit RIA mikroalbuminuria yang dibuat
mempunyai kualitas cukup baik.
2
Dari hasil percobaan validasi menunjukkan bahwa kit RIA mikroalbuminuria yang dibuat cukup handal
karena kit RIA ini cukup sensitif dengan batas deteksi 0,49 g/ml, ketepatannya cukup tinggi (recovery = 96 %)
dengan ketelitian yang memenuhi persyaratan, di mana % CV intra assay di bawah 10 %. Kit RIA ini mempunyai
karakteristik yang baik dimana ikatan tidak spesifiknya kecil (% NSB = 1,38 %) dan mempunyai daerah kerja yang
cukup luas (2 -70 g/ml). Dari perbandingan dengan kit CIAE (China) menunjukkan kedua kit cukup sebanding dan
mempunyai korelasi yang baik.
3
Dari hasil penentuan albumin urine terhadap 15 sampel pasien di RS Hasan Sadikin Bandung dengan
pembanding kit RIA RRC, didapatkan 7 sampel di atas nilai konsentrasi normal albumin (>34 g/ml), baik dengan
kit PRRBATAN maupun dengan kit RIA RRC.
4
Pada penentuan albumin urine terhadap 34 sampel pasien di RS Fatmawati dengan pembanding kit metoda
ELISA, didapatkan 6 sampel di atas nilai konsentrasi norma albumin (>34 g/ml), baik dengan kit PRR-BATAN
maupun dengan kit metoda ELISA.
5
Dari hasil penentuan kadar albumin urine terhadap 37 pasien (protein urinenya negatif) di RS Fatmawati
dengan menggunakan kit RIA mikroalbuminuria PRR-BATAN dan kit metoda ELISA, ternyata 97 % data ELISA
mendukung data yang didapat dari RIA. Dibanding dengan DIPSTIK, kit RIA mikroalbuminuria lebih sensitif.
DAFTAR PUSTAKA
1. M.G.R. RAJAN, Dr., Radioimmunoassay kit For Urinary Albumin. For the detection and quantitative
determination of microalbuminuria for the used by the IAEA participants of RAS/6/208. Diabetic Nephropathy
Thematic Programme on Health Care.
G.C. VIBRETI et al. Microalbuminuria as a predictor of clinical diabetic nephropathy Early detection of
patient at risk of developing diabetic nephropathy in insulin-dependent diabetes mellitus. Lancet: (1982) 1430 - 32.
H.H. PARVING et al. Early detection of patient at risk of developing diabetic nephropathy longitudinal
study of urinary albumin excretion, Acta Endocrinologica (1982) 100, 550.
MOGENSEN C. Microalbumin a predictor of clinical diabetic nephropathy (review). Kidney Int. 31,
(1987) 687-9.
MARK E. COOPER, Pathogenesis, prevention, and treatment of diabetic nephropathy., The Lancet vol.
352, Jul 18, (1998).
TANYA JAWAB
M. Syaifudin
Bagaimana hasil penentuan sampel dengan kit RIA mikroalbuminuria dibanding dengan metoda lain ?
Gina Mondrida
Dari hasil penentuan sampel dengan kit RIA mikroalbuminuria PRR-BATAN memberikan hasil yang sama dengan
kit RIA RRC (kit komersial).
Dibanding dengan metoda lain (ELISA) kit RIA mikroalbuminuria PPR-BATAN lebih sensitif, karena untuk sampel
yang kadar sangat rendah, dengan metoda lain belum terdeteksi, sedangkan dengan kit RIA PPR-BATAN sudah
terbaca.
Pande Made Udiyani
Apa itu Mikroalbuminuria ?
Berapa batas kadar albumin yang aman/diperbolehkan dan apa akibatnya kalau di atas batas ?
Gina Mondrida
Mikroalbuminuria adalah keadaan fisiologis seseorang dimana kadar albumin yang diekskresi ke dalam urine
masih berada di bawah kadar ambang albuminuria (20 200 g/menit) atau 30 300 mg/hari.
Kalau kadar albumin > 200 g/menit atau 300 mg/hari akan menyebabkan nephropathy (gagal ginjal), untuk
amannya harus sekecil mungkin (<< 20 g/menit) atau 30 mg/hari.
Widyastuti
Parameter apa yang menentukan kelayakan suatu kit RIA ?
Gina Mondrida
Suatu kit RIA layak digunakan kalau memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1
2
3
4
a
b
kit RRC
kit PRR