Anda di halaman 1dari 11

UJI KLINIS KIT RIA MIKROALBUMINURIA

Gina Mondrida, Siti Darwati, Agus Ariyanto, Sri Setiyowati, Puji Widayati, Wening Lestari, Veronica Yulianti
Pusat Radioisotop dan Radiofarmaka BATAN

ABSTRAK
UJI KLINIS KIT RIA MIKROALBUMINURIA. Telah dilakukan uji klinis terhadap kit RIA mikroalbuminuria PRR-BATAN
dengan pembanding kit RIA RRC dan kit metoda ELISA. Pada penentuan albumin urine terhadap 15 sampel pasien di RS Hasan
Sadikin Bandung dengan pembanding kit RIA RRC didapatkan 7 sampel di atas nilai konsentrasi normal albumin (>34 g/ml),
baik dengan kit PRR-BATAN manupun kit RIA RRC. Sedangkan pada penentuan albumin urine terhadap 34 sampel pasien di RS
Fatmawati, Jakarta, dengan pembanding kit metoda ELISA, didapatkan 6 sampel di atas nilai konsentrasi normal albumin (>34
g/ml) baik dengan kit PRR-BATAN maupun dengan kit metoda ELISA. Hal ini menunjukkan bahwa pasien tersebut positif (+)
mengidap diabet. Dari hasil penentuan kadar albumin urine terhadap 37 pasien (protein urinenya negatif) di RS Fatmawati
dengan kit RIA mikroalbuminuria PRRBATAN didapatkan: 30 pasien (81%) negatif (-) dan 7 pasien (19%) positif (+), sedangkan
dengan metoda ELISA: 31 pasien (83%) negatif (-) dan 6 pasien (16%) positif (+), jadi 97% data ELISA mendukung data RIA.
Kedua metoda tersebut cukup sebanding dan mempunyai korelasi yang baik. Bila kit RIA mikroalbuminuria PRR-BATAN
dibanding dengan kit RIA RRC dan kit metoda ELISA, kit RIA mikroalbuminuria PRR-BATAN memiliki sensitifitas lebih tinggi
dari pada kit RIA RRC dan kit metoda ELISA. Kata kunci : RIA, mikroalbuminuria, normal albumin

ABSTRACT
CLINICAL TRIAL OF MICROALBUMINURIA RIA KIT. Clinical trial of microalbuminuria RIA kit locally in center of
Radioisotope & Radiopharmaceutical-BATAN have been performed by comparising with CIAE (China) kit and ELISA method.
Determination of 15 samples of patients in Hasan Sadikin Hospital using CIAE kit as gold standard gave 7 samples with high
albumin content (>34 g/ml), in both CIAE and CRR RIA kit. While the determination of 34 samples in Fatmawati Hospital,
Jakarta using ELISA method as gold standard showed 6 samples with high albumin content (>34 g/ml), in both CRR RIA kit and
ELISA method. These results represented the patients have diabetes problem. The rest of the samples showed normal albumin
value. Clinical trial in 37 patients Fatmawati Hospital showed 30 patients (81%) with protein negative (-) and 7 patients (19%)
with protein positive (+) assayed by CRR RIA kit, while ELISA method gave 31 patients (83%) with protein negative and 6
patients (16%) with protein positive. Ninety seven persent of ELISA data supported the data obtained by RIA. Both methods have
a good correlation. However, microalbuminuria RIA kit is more sensitive compared to the ELISA method. Key words : RIA,
microalbuminuria, normal albumin

PENDAHULUAN

erkembangan dalam penelitian Radioimonoassay terutama dalam penentuan albuminuria akhir-akhir ini

mendorong penelitian pato fisiologi dan diagnosa klinis mikroalbuminuria berkembang pesat. Dikatakan oleh [2]
bahwa adanya mikroalbumin dalam urine memberikan peringatan adanya kondisi penting pada penderita kencing
manis (diabetes mellitus) atau pada penderita tekanan darah tinggi. Hal tersebut merefleksikan adanya kerusakan
pembuluh darah dan pragnosa yang pada tahap berikutnya adalah kegagalan ginjal.
Mikroalbuminuria adalah keadaan fisiologis seseorang di mana kadar albumin yang diekskresi ke dalam urine masih
berada di bawah ambang kadar albuminuria. Pada kondisi tersebut albumin yang diekskresi ke dalam urine berkisar
antara 20 200 g/menit atau 30 300 mg/hari. Konsentrasi di atas nilai tersebut proteinuri dan dinyatakan
Nephropathy (gagal ginjal) [3]. Penentuan kadar albumin dalam jumlah mikro (<200 g/menit) pada pasien diabetes
sangat penting untuk deteksi dini mikroalbumin sebelum menjadi diabetes nephrophaty (gagal ginjal), agar dapat
dilakukan pencegahan sebelumnya [5].

HSAkadar
Sampel
Saat ini Standar
penentuan
albumin dalam urine
0 2 5 metoda
10 20 50 100
150
dilakukan NSB
dengan
DIPSTICK
atau metoda
pengendapan
dengan
asam
[1].
Meskipun
Nomor
3,4 5,6 7,8 9,10 11,12 13,14 15,16demikian,
19,2
1,2
tabung
0
penentuan
kadar17,18
albumin dengan cara DIPSTICK tidak
Standar sehingga
50 50tidak
50 50dapat
50 50 mendeteksi
50 50 50
sensitif,
kadar albumin
(l) orde mikrogram [2].
dalam
Sampel
50 50
(l) Teknik RIA merupakan teknik yang cukup
HSA 125Idan spesifik, sehingga dapat digunakan untuk
sensitif
100 100 100 100 100 100 100 100 100
100
(l)
menentukan
kadar albumin dalam jumlah mikrogram,
200 200 200untuk
200 200penentuan
200 200
200
umumnya bisa200digunakan
kadar
Vortex,
inkubasi
pada
37
0C selama 1
mikroalbuminuria [2, 4].
jam atau 2 jam pada suhu kamar

Prinsip metoda RIA untuk penentuan kadar


albuminuria dapat dijelaskan sebagai berikut. Dalam
suatu campuran yang mengandung albumin bertanda
125I dan albumin dari urine penderita yang
ditambahkan ke dalam coated tube HSA (antibodi HSA
yang disalut pada tabung), maka akan terjadi reaksi
kompetisi terhadap antibodi tersebut dalam jumlah
terbatas. Setelah diinkubasi dalam waktu tertentu,
selanjutnya dilakukan pemisahan antara albumin terikat
antisera dengan albumin bebas dengan cara dekantasi.
Besarnya keradioaktifan fraksi terikat ditentukan
dengan pencacah gamma ().
Dewasa ini penelitian dan pengembangan kit
mikroalbuminuria di Bhabha Atomic Research Centre
(BARC), India, yang berhubungan dengan pembuatan
dan penggunaannya baru sampai pada tahap uji klinis di
laboratorium, belum sampai dipasarkan, sedangkan di
China
Atomic
Energy
(CIAE),
China,
kit
mikroalbuminuria telah luas digunakan dan dipasarkan.
Tujuan dari penelitian ini adalah membuat kit
RIA mikroalbuminuria untuk memenuhi kebutuhan
domestik, khususnya untuk penentuan albumin kadar
rendah di dalam urine. Komponen kit RIA
mikroalbuminuria yang dibuat terdiri dari tracer
(antigen bertanda radioisotop 125I), antibodi yang
dicoated ke dalam tabung dasar bintang, larutan standar
HSA dan larutan pencuci. Dalam makalah ini akan
dilaporakn hasil uji klinis kit RIA mikroalbuminuria
yang dibuat di PRR-BATAN.

TATA KERJA
Bahan
Bahan dan pereaksi yang digunakan untuk
pembuatan urine sintetis antara lain Na 2HPO4 bebas air,
KH2PO4. 7H2O, NaCl, NH4Cl dan Urea masingmasing
diperoleh dari E-Merck dan PT. Harum Sari. Obat
suntik gentamycin sulfat anti septik untuk pengawet (40
Pembuatan Urine Sintetis
Urine sintetis digunakan untuk melarutkan HSA,
dalam pembuatan standar HSA, pembuatan standar 0
dan untuk menentukan (%) NSB. Urine sintetis
disiapkan sebagai berikut: Ke dalam botol 1 liter
dimasukkan berturut-turut 64 g Na 2HPO4 7H2O, 15 g
KH2PO4, 2,5 g NaCl dan 5 g NH 4Cl, kemudian
ditambahkan 900 ml aquabides. Campuran larutan

g/2 ml) diperoleh dari PT. Praja Ph. HSA (Albumin


serum manusia) yang digunakan sebagai standar
albumin adalah buatan Sigma. Oksidator iodogen untuk
iodinasi HSA buatan Pierce, sedangkan BSA (albumin
serum sapi) dan tris bufer masing-masing diperoleh dari
E-Merck. Kloroform untuk melarutkan iodogen, nbutilalkohol, etil alkohol dan NH4OH untuk uji
kemurnian radiokimia dari E-Merck. Antisera HSA
buatan CIAE (China).
Peralatan
Mini assay -counter tipe G-20 buatan USA digunakan
untuk pengukuran keradioaktifan, kolom Sephadex G25 PD-10 (Pharmacia), Sentrifuga Allega 21 Beckman
digunakan untuk pemisahan fraksi 125I-HSA dan 125I
bebas.
Pembuatan Coated Tube Iodogen.
Ke dalam tabung reaksi dilarutkan 2 mg iodogen dalam
2 ml kloroform. Untuk setiap iodinasi diambil 10 l
larutan dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi pendek
(volume 2 ml) untuk penandaan. Larutan iodogen di
dalam tabung dikeringkan pada suhu 37 0C selama 5 6
jam di dalam inkubator. Coated tube iodogen ditutup
parafiln dan siap digunakan untuk penandaan (disimpan
pada suhu 40 C).
Penandaan HSA dengan 125I
Ke dalam coated tube yang telah berisi 10 g iodogen
dimasukkan 50 l (100 g) HSA dalam larutan dapar
fosfat 0,2 M (1 mg/0,5 ml), kemudian ditambahkan 1-2
l Na125I (250 Ci). Larutan diaduk dengan vorteks,
dan reaksi dibiarkan berlangsung selama 90 detik.
Untuk menghentikan reaksi ditambahkan 250 l larutan
dapar fosfat 0,2 M, kemudian campuran reaksi
dimurnikan menggunakan kolom Sephadex G-25 (PD10) dan dielusi dengan larutan dapar tris 0,1 N pH 7,4.
Hasil elusi ditampung dalam tabung reaksi 4 ml,
masing-masing sebanyak 1 ml untuk 12 tabung. Tiaptiap tabung reaksi kemudian dicacah dengan
menggunakan gamma mini assay.
Kemurnian radiokimia hasil penandaan dianalisis
dengan kromatografi kertas, menggunakan fasa diam
kertas Whatman No. 1 dan fasa gerak campuran nbutanol, etanol dan NH4OH 0,1 M dengan perbandingan
3 : 2 : 1. Immunoreaktivitasnya ditentukan dengan
protokol assay dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1.Protokol RIA kit mikroalbuminuria 125I

selanjutnya disterilisasi dalam autoclave pada suhu 120


0
C selama 30 menit. Setelah dingin larutan hasil
sterilisasi dimasukkan ke dalam labu ukur 1 liter,
kemudian ditambahkan 25 g urea dikocok, dan
selanjutnya ditambahkan lagi aquabides sampai larut.
Kemudian sebanyak 2 ml gentamycin ditambahkan dan
akhirnya aquabides ditambahkan sampai volume 1000
ml. Campuran dikocok perlahan-lahan dan siap

digunakan. Larutan disimpan pada suhu 0 4 0C.

dilihat pada Gambar 1.

Pembuatan larutan standar Albumin


Larutan standar disiapkan dengan melarutkan
sejumlah tertentu HSA dengan menggunakan pelarut
urine sintetis. Konsentrasi larutan standar yang dibuat
hdala antara 0 g/ml 150 g/ml dan diberi label
sebagai standar A = 0 g/ml, B = 2 g/ml, C = 5 g/ml,
D = 10 g/ml, E = 20 g/ml, F = 50 g/ml, G = 100
g/ml, dan H = 150 g/ml. Pembuatan standar
dilakukan mulai dari standar tertinggi 150 g/ml sebagai
standar H. Standar yang lebih rendah A, B, C, D, dan E
dibuat melalui pengenceran standar H dalam labu takar
100 ml dengan menggunakan urine sintetis sebagai
pengencer.
Pembuatan coated tube antibodi HSA
Antibodi diencerkan dengan bufer karbonat 0,05
M pH 9,6 sesuai dengan titer optimal, kemudian
dimasukkan sebanyak 500 l ke masingmasing tabung
star. Diinkubasi semalam pada suhu 4 0C, kemudian
dicuci dengan 3 x 1 ml dengan washing solution (0,1%
Tween 20 dalam aquabides). Lalu tabung dikeringkan
(disimpan pada suhu 4 0C).
Penentuan standar PRR dengan standar CIAE
(China)
Ketepatan kadar standar PRR-BATAN ditentukan
dengan menggunakan standar pembanding (Gold
standar) dari CIAE, China. Dalam penentuan ini
digunakan tracer dari CIAE (China) dan tracer buatan
PRR.

dilakukan dengan cara menentukan kesetaraan kadar


standar, sensitifitas, akurasi, profil ketelitian, daerah
kerja, nilai cuplikan kontrol dan % CV interassay
serta % CV intra assay.
Penentuan
sampel
mikroalbuminuria

dengan

kit

RIA

Sampel yang ditentukan diperoleh dari 15 pasien di RS


Hasan Sadikin Bandung dan 37 pasien [protein urinenya
negatif (-)] di RS Fatmawati. Kemudian albuminnya
ditentukan dengan metoda yang menggunakan kit RIA
mikroalbuminuria PRR-BATAN dan pembanding kit
RIA RRC dan kit metoda ELISA. Penentuan albumin
urine sebanyak 7 sampel dilakukan juga dengan metoda
DIPSTIK dan dengan metoda yang menggunakan kit
RIA mikroalbuminuria PRR-BATAN. Penentuan
albumin urine terhadap 34 sampel yang diambil secara
acak dilakukan pula dengan menggunakan kit RIA
mikroalbuminuria PRRBATAN.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Penandaan HSA dengan 125I yang dilakukan dalam tiga
bentuk percobaan memberikan efisiensi penandaan
masing-masing 97,9 %, 98,4 %, dan 78,2 % dapat

Peng dan Vali kit RI


ujian
dasi
A
mikroalbu
mkinuria
125I

125

Gambar 1. Hasil Penandaan HAS Dengan


Menggunakan Oksidator Iodogen.
Hasil penandaan percobaan pertama dan kedua
memberikan hasil yang cukup baik,

sedangkan penandaan percobaan ketiga menunjukkan terjadinya


penurunan efisiensi penandaan. Hal ini disebabkan daya oksidasi dari
oksidator
iodogen sudah mulai menurun. Karena itu sebaiknya coated
Perunut PRR
Perunut
CIAE
tube
iodogen
digunakan maksimum 2 minggu setelah pembuatan, karena
(Indonesia)
(China)
daya
oksidasinya
menurun bila digunakan lebih dari waktu tersebut.
Kemurnian
Kemurnian
Standar CIAE radiokimia: 93,9 % radiokimia:
90,6 %kualitas tracer PRR-BATAN dengan tracer CIAE
Perbandingan
(China)
NSB: 1,53 %
NSB:
1,60
%
B/T bahwa
:
menunjukkan
tracer PRR-BATAN memberikan kemurnian
B/T : 69,7 %
66,9
%
radiokimia cukup baik sebesar 93,9 % sedangkan tracer CIAE 90,6 %
Kemurnian
Kemurnian
dengan imunoreaktifitas tracer PRRBATAN 69,7 % dan tracer CIAE
Standar PRR radiokimia: 93,9 % radiokimia: 90,6 %
69,7 % (lihat Tabel 2). Dapat dikatakan bahwa tracer yang dibuat PRR
(Indonesia)
NSB: 1,91 %
NSB: 1,99 % B/T :
memiliki kualitas yang baik.
B/T : 73,9 %
70,1 %
Tabel 2.Perbandingan kualitas tracer PRR-BATAN dengan tracer CIAE

Keterangan: NSB = % Ikatan tidak spesifi ; B/T = % Ikatan cacahan standar 0/ cacahan total
Begitu juga pengujian standar PRR-BATAN dan
standar CIAE (China) dengan menggunakan tracer
PRR-BATAN diperoleh keterikatan maksimum (% B/T)
untuk standar PRR-BATAN 73,9 % sedangkan untuk
standar CIAE (China) 69,7 %. Apabila digunakan tracer
CIAE (China) maka keterikatan maksimum (% B/T)
untuk standar PRRBATAN adalah 70,1. Sedangkan
untuk standar CIAE 66,9 % (lihat Tabel 2). Dari kedua
tracer PRR-BATAN dan CIAE, standar PRR-BATAN
memberikan % B/T lebih tinggi dar standar CIAE
(China). Hal ini menunjukkan bahwa standar PRRBATAN memiliki kualitas lebih baik dari pada standar
CIAE (China).
Uji paralelism standar (lihat Gambar 2)
menunjukkan kurva % B/T vs konsentrasi HSA dari
standar PRR-BATAN berhimpit cukup baik, dengan
standar CIAE (China). Hal ini menunjukkan bahwa
perilaku standar PRR-BATAN mendekati perilaku
standar CIAE (China).
Gambar 3 menunjukkan profil ketelitian kit RIA
mikroalbuminuria PRR-BATAN dengan % CV < 5 %
serta daerah kerja cukup lebar yaitu 2-70 g/ml. Hal ini
menunjukkan bahwa presisi standar kit RIA

mikroalbuminuria memenuhi persyaratan analisis (CV <


5 %). Rentang konsentrasi (2 70 g/ml) dengan CV <
5 % merupakan parameter yang penting dalam analisa
mikro.
Dari hasil penentuan nilai 0 dengan 10 replikasi,
diperoleh sensitifitas (ED 90, konsentrasi yang
memberikan B/BO = 90 %) yang cukup baik yaitu 0,49
g/ml. Diperoleh pula bahwa nilai semua cuplikan
kontrol yang mewakili nilai rendah, medium dan tinggi
berada pada daerah rentang nilai yang seharusnya (lihat
Tabel 3).

Gambar 2. Kurva Standar kit RIA mikroalbuminuria


Hasil
dengan
Hasil
Umur
kit RIA
No
denga
/
Mikroa
Sam
n
Kela
lbumi
pel
DIPS
min
nuria
TIK
PRR
(g/ml)

1
2
3
4
5
6
7

43
65
44
46
63
32
39

+
+
+
+
+

3,1
168,2
4,1
156,5
99,8
163,3
78,2

Hasil
Hasil dengan
deng kit RIA
No
Kela an Mikroal
Sam
min Kit bumin
pel
RIA uria
RRC PRR
(g/ml)

- 13,04
2

- 27,53
3

5,79
4

+ >150
5

+ 37,38
6

3,47
7

+ >150
8

+ >150
Table 4. Hasil penentuan albumin urine dengan menggunakan
mikroalbuminuria PRR-BATAN dan
9
kit -RIA6,25
DIPSTIK
10
+ >150
11
+ >150
12
- 20,76
13

- 23,42
Tabel 5 memperlihatkan hasil penentuan albumin urine dengan menggunakan
kit RIA mikroalbuminuria PRR14

- 20,49
BATAN dan kit RIA RRC. Di sini terlihat 7 sampel di atas nilai konsentrasi
normal albumin (>34 g/ml), baik
15
+ 47,38
dengan kit PRRBATAN maupun kit RIA RRC.
Table 5. Hasil penentuan albumin urine dengan menggunakan kit RIA mikroalbuminuria PRR-BATAN dan kit
RIA RRC

Gambar 4 memperlihatkan nilai recovery kit RIA mikroalbuminuria yang cukup tinggi yaitu 96 %. Hal ini
menunjukkan akurasi analisa masih cukup tinggi. Penentuan albumin urine terhadap 34 sampel yang diambil secara
acak di RS Fatmawati dengan menggunakan kit RIA mikroalbuminuria PRRBATAN ditunjukkan di Gambar 5. Dari
seluruh sampel yang ditentukan diketahui ada 6 sampel diatas nilai konsentrasi normal albumin (>34 g/ml).
Sedangkan pada penentuan albuminurin terhadap 15 sampel di RS Hasan Sadikin Bandung dengan kit
mikroalbuminuria PRR-BATAN dan pembanding kit RIA RRC ditunjukkan di Gambar

6. Dari seluruh sampel yang ditentukan ada 7 sampel di atas nilai konsentrasi normal albumin (>34 g/ml). Hal ini
menunjukkan bahwa pasien tersebut positif mengidap diabet.
Dari hasil penentuan albumin urine terhadap 37 pasien (protein urine negatif) di RS Fatmawati dengan kit
RIA mikroalbuminuria PRR-BATAN didapat hasil sebagai berikut: 30 pasien (81 %) negatif (-) dan 7 pasien (19 %)
positif (+) sedangkan dengan ELISA: 31 pasien (83 %) (-) dan 6 pasien (16 %) positif (+), jadi 97 % data ELISA
mendukung data RIA [hanya 1 sampel yang negatif (-) dengan ELISA tetapi positif (+) dengan RIA]. Di sini terlihat
kedua metoda cukup sebanding dan mempunyai korelasi yang baik.

Gambar 4. Uji Ketepatan (Recovery) kit HAS PRR

Gambar 5. Penentuan Albuminurine kit RIA Mikroalbuminuria PRR

Gambar 6. Penentuan Albuminuria menggunakan kit RIA Mikroalbuminuria PRR-BATAN Dengan


Pembanding kit RIA-RRC.

KESIMPULAN

Dari hasil pengujian yang dilakukan, dapat dikatakan bahwa kit RIA mikroalbuminuria yang dibuat
mempunyai kualitas cukup baik.
2
Dari hasil percobaan validasi menunjukkan bahwa kit RIA mikroalbuminuria yang dibuat cukup handal
karena kit RIA ini cukup sensitif dengan batas deteksi 0,49 g/ml, ketepatannya cukup tinggi (recovery = 96 %)
dengan ketelitian yang memenuhi persyaratan, di mana % CV intra assay di bawah 10 %. Kit RIA ini mempunyai
karakteristik yang baik dimana ikatan tidak spesifiknya kecil (% NSB = 1,38 %) dan mempunyai daerah kerja yang
cukup luas (2 -70 g/ml). Dari perbandingan dengan kit CIAE (China) menunjukkan kedua kit cukup sebanding dan
mempunyai korelasi yang baik.
3
Dari hasil penentuan albumin urine terhadap 15 sampel pasien di RS Hasan Sadikin Bandung dengan
pembanding kit RIA RRC, didapatkan 7 sampel di atas nilai konsentrasi normal albumin (>34 g/ml), baik dengan
kit PRRBATAN maupun dengan kit RIA RRC.
4
Pada penentuan albumin urine terhadap 34 sampel pasien di RS Fatmawati dengan pembanding kit metoda
ELISA, didapatkan 6 sampel di atas nilai konsentrasi norma albumin (>34 g/ml), baik dengan kit PRR-BATAN
maupun dengan kit metoda ELISA.
5
Dari hasil penentuan kadar albumin urine terhadap 37 pasien (protein urinenya negatif) di RS Fatmawati
dengan menggunakan kit RIA mikroalbuminuria PRR-BATAN dan kit metoda ELISA, ternyata 97 % data ELISA

mendukung data yang didapat dari RIA. Dibanding dengan DIPSTIK, kit RIA mikroalbuminuria lebih sensitif.

DAFTAR PUSTAKA
1. M.G.R. RAJAN, Dr., Radioimmunoassay kit For Urinary Albumin. For the detection and quantitative
determination of microalbuminuria for the used by the IAEA participants of RAS/6/208. Diabetic Nephropathy
Thematic Programme on Health Care.

G.C. VIBRETI et al. Microalbuminuria as a predictor of clinical diabetic nephropathy Early detection of
patient at risk of developing diabetic nephropathy in insulin-dependent diabetes mellitus. Lancet: (1982) 1430 - 32.

H.H. PARVING et al. Early detection of patient at risk of developing diabetic nephropathy longitudinal
study of urinary albumin excretion, Acta Endocrinologica (1982) 100, 550.

MOGENSEN C. Microalbumin a predictor of clinical diabetic nephropathy (review). Kidney Int. 31,
(1987) 687-9.

MARK E. COOPER, Pathogenesis, prevention, and treatment of diabetic nephropathy., The Lancet vol.
352, Jul 18, (1998).

TANYA JAWAB
M. Syaifudin
Bagaimana hasil penentuan sampel dengan kit RIA mikroalbuminuria dibanding dengan metoda lain ?
Gina Mondrida
Dari hasil penentuan sampel dengan kit RIA mikroalbuminuria PRR-BATAN memberikan hasil yang sama dengan
kit RIA RRC (kit komersial).
Dibanding dengan metoda lain (ELISA) kit RIA mikroalbuminuria PPR-BATAN lebih sensitif, karena untuk sampel
yang kadar sangat rendah, dengan metoda lain belum terdeteksi, sedangkan dengan kit RIA PPR-BATAN sudah
terbaca.
Pande Made Udiyani
Apa itu Mikroalbuminuria ?
Berapa batas kadar albumin yang aman/diperbolehkan dan apa akibatnya kalau di atas batas ?

Gina Mondrida
Mikroalbuminuria adalah keadaan fisiologis seseorang dimana kadar albumin yang diekskresi ke dalam urine
masih berada di bawah kadar ambang albuminuria (20 200 g/menit) atau 30 300 mg/hari.
Kalau kadar albumin > 200 g/menit atau 300 mg/hari akan menyebabkan nephropathy (gagal ginjal), untuk
amannya harus sekecil mungkin (<< 20 g/menit) atau 30 mg/hari.

Widyastuti
Parameter apa yang menentukan kelayakan suatu kit RIA ?

Gina Mondrida
Suatu kit RIA layak digunakan kalau memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1
2
3
4

NSB (Non Spesifik Binding) < 5%.


Maximum Bounding (% B/T) > 30%.
Nilai cuplikan kontrol masuk dalam batas range.
Sensitivitas (B/Bo) > 90%.

Kurva Standar (B/Bo) vs konsentrasi masih linier.

a
b

kit RRC
kit PRR

Anda mungkin juga menyukai