Anda di halaman 1dari 6

PENERAPAN MODEL PROJECT

BASED LEARNING DALAM


PENINGKATAN MOTIVASI DAN
HASIL BELAJAR
Dipublikasi pada Desember 12, 2013 oleh juniladri

Rate This
PENERAPAN MODEL PROJECT BASED LEARNING DALAM PENINGKATAN MOTIVASI
DAN HASIL BELAJAR PADA STANDAR KOMPETENSI PERBAIKAN RINGAN
RANGKAIAN KELISTRIKAN DAN INSTRUMEN SISWA KELAS XI PROGRAM KEAHLIAN
TEKNIK OTOMOTIF SEPEDA MOTOR DI SMKN 1 KOTO XI TARUSAN
BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang Masalah

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah lembaga pendidikan kejuruan yang tujuan
utamanya mempersiapkan siswa menjadi tenaga kerja handal dengan mengutamakan
kemampuan kejuruan jenis tertentu. Rencana strategis Depdiknas 2005-2009 dan
rancangan 2010-2014 yang bertujuan mengubah komposisi perbandingan jumlah SMK dan
SMA dari 30:70 menjadi 67:33 pada tahun 2014 juga menuntut pentingnya pengembangan
sumber daya manusia siswa SMK.
Dahulu pendidikan SMK merupakan pilihan nomor dua setelah SMA, karena sebagian
besar para siswa lulusan SMP yang tidak diterima di SMA Negeri, pilihan sekolah
berikutnya adalah SMK Negeri dan SMA Swasta. Seiring dengan perhatian Pemerintah
untuk mengubah persepsi SMK, maka banyak didirikan SMK-SMK Negeri ataupun Swasta.
Direktorat Pembinaan SMK telah banyak melaksanakan berbagai macam program yang

menambah jumlah SMK dan meningkatkan kualitas dari SMK yang sudah ada melalui
berbagai macam bantuan yang diberikan pada sekolah SMK. Salah satunya bantuan
Program Ruang Kelas Baru, untuk menambah daya tampung siswa SMK, bantuan
perakitan komponen mobil serta komponen laptop dan LCD dan bantuan program lainnya.
Dengan melalui promosi yang gencar dilakukan oleh pihak Direktorat PSMK, keberadaan
SMK mulai banyak dilirik, baik oleh siswa lulusan SMP ataupun pihak dunia usaha sebagai
pihak yang bekerja sama dengan SMK. Alasan terpenting kenapa siswa lebih memilih SMK
adalah:
1.

Siswa yang memiliki minat, bakat dan hobby dapat menyalurkan melalui SMK sesuai
kompetensi yang diinginkannya. Misal siswa yang suka teknik otomotif dapat
menyalurkan bakat otomotifnya melalui program keahlian teknik otomotif.

2.

Proses pembelajaran di SMK lebih banyak praktek di bandingkan Teori, sehingga


siswa dapat memiliki keterampilan yang handal.

3.

Adanya Program Praktek Kerja Industri, siswa SMK dapat menerapkan ilmu yang
didapatkan di Sekolah dan diterapkan di dunia usaha atau dunia Industri.

4.

Siswa SMK disiapkan untuk memasuki dunia kerja.

Bukti Keunggulan anak-anak SMK telah dapat kita lihat berita di media masa, bahwa anakanak SMK pada masa sekarang telah mampu merakit Mobil, sepeda motor, pesawat
terbang, laptop dan LCD. Suatu potensi yang besar dari anak-anak SMK yang perlu kita
dukung, bahwa anak-anak SMK telah dapat menunjukkan bahwa siswa SMK adalah siswa
yang telah siap pakai. Dengan adanya bukti keunggulan dari siswa SMK, maka tidak
diragukan lagi bahwa lulusan SMK adalah lulusan yang siap pakai. Sehingga setelah siswa
SMK dapat menyelesaikan pendidikan, maka siswa SMK dapat bekerja di perusahaanperusahaan atau instansi pemerintah sesuai dengan kompetensi yang dimiliki siswa SMK
tersebut.
SMKN 1 Koto XI Tarusan Merupakan salah satu bentuk realisasi program Pemerintah yang
mempunyai beberapa Kompertensi Keahlian Kompetensi Keahlian yaitu Teknik Audio Vidio,
Teknik Gambar Bangunan, Teknik Otomotif Kendaraan Ringan, Serta Teknik Otomotif
Sepeda Motor.
Kompetensi keahlian Teknik Otomotif Sepeda Motor (TOSM) merupakan salah satu dari
Lima kompetensi keahlian pada program studi keahlian mekanik otomotif bidang studi

keahlian teknologi rekayasa yang berada pada kelompok SMK teknologi industri (Spektrum
Keahlian Pendidikan Menengah Kejuruan: 2008), yaitu: a) Teknik kendaraan ringan, b)
Teknik sepeda motor, c)Teknik perbaikan bodi otomotif, d) Teknik alat berat. e) Teknik
ototronik.
Tujuan Berdirinya Kompetensi Keahlian TOSM secara umum mengacu pada isi UndangUndang Sistem Pendidikan Nasional (UU SPN No 20 tahun 2003) pasal 3 mengenai
mengenai Tujuan Pendidikan Nasional dan penjelasan pasal 15 yang menyebutkan bahwa
pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik
terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Secara khusus tujuan Kompetensi Keahlian
Teknik Sepeda Motor (KTSP SMKN I Koto XI Tarusan, 2012 : 12 ) adalah :
1.

Mendidik peserta didik dengan keahlian dan keterampilan dalam program keahlian
teknik sepeda motor agar dapat bekerja baik secara mandiri atau mengisi lowongan
pekerjaan yang ada di dunia usaha dan dunia industri sebagai tenaga kerja tingkat
menengah.

2.

Mendidik peserta didik agar mampu memilih karir, berkompetisi, dan


mengembangkan sikap profesional dalam program keahlian sepeda motor.

3.

Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan sebagai bekal
bagi yang berminat untuk melanjutkan pendidikan.

Kurikulum yang digunakan di Teknik Sepeda Motor menggunakan Kurikulum KTSP


(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). Tujuan utama yang ingin dicapai KTSP) SMK
Negeri 1 Koto XI Tarusan (KTSP SMK Negeri 1 Koto XI Tarusan, 2012 : 5):
1.

Mempersiapkan peserta didik menjadi manusia produktif, mampu bekerja mandiri,


dan dapat diserap oleh Dunia Usaha (DU)/Dunia Industri (DI) sebagai tenaga kerja
tingkat menengah sesuai kompetensi yang dimilikinya.

2.

Memberikan pembekalan agar mampu berkarir, ulet dan giat dalam berkompetensi,
mampu beradaptasi di lingkungan kerja dan dapat mengembangkan sikap professional
sesuai kompetensi yang dimilikinya.

3.

Membekali peserta didik dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan wawasan
enteruprener agar mampu mengembangkan diri di kemudian hari baik secara mandiri
maupun melanjutkan pada jenjang pendidikan lebih tinggi.

Pendekatan pembelajaran kejuruan menuntut adanya pemberian pelatihan keterampilan di


sekolah dan DU/DI. Sebagai rangkaian dari proses pembelajaran, Kurikulum tidak dapat
dipisahkan dari tenaga pendidik (guru), infrastruktur sekolah, serta fasilitas pendukungnya.
Selama komponen-komponen utama itu tidak terpenuhi, maka upaya peningkatan mutu
pendidikan tetap sulit terwujud walupun siswa yang memilih kompetensi keahlian TOSM di
SMK memiliki kualitas yang baik.
Zamroni (2007:74) mengatakan bahwa: Guru adalah kreator proses belajar mengajar.
Guru adalah orang yang akan mengembangkan suasana bebas untuk mengkaji apa yang
menarik minat siswa, mengekspresikan ide-ide dan kreativitasnya dalam batas-batas
norma-norma yang ditegakkan secara konsisten.
Menurut Nasution (2010:8) Guru harus melakukan aktivitas yang kompleks dalam
mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkanya dengan
siswa, sehingga terjadi proses belajar. Pernyaataan ini jelas menuntut adanya kinerja guru
yang maksimal untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif serta proses
transformasi pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki guru tersebut kepada siswa.
Berhasilnya pembelajaran pada siswa sangat bergantung pada pertanggungjawaban guru
dalam melaksanakan tugasnya.
Kompetensi lulusan pada keahlian TOSM yang diharapkan oleh DU/DI adalah kompetensi
yang dilandasi oleh aspek pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor) dan sikap
kecakapan kerja (afektif) dalam menyelesaikan suatu bidang pekerjaan. Ketiga aspek
kompetensi tersebut sudah dirumuskan dan disusun menjadi Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar (SKKD) oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dalam bentuk
Spektrum Keahlian Pendidikan Menengah Kejuruan sebagai rumusan kemampuan kerja
yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan atau keahlian serta sikap kerja yang
relevan dengan pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Peneliti merupakan salah satu guru pengajar pada Kompetensi Keahlian Teknik Otomotif
Sepeda Motor sejak Tahun sejak April 2009. Selama Peneliti melaksanakan tugas di SMKN
1 Koto XI Tarusan secara tidak lansung peneliti melakukan survei pada kegiatan proses
belajar-mengajar di kompetensi keahlian Teknik Otomotif Sepeda Motor khususnya pada

proses belajar mengajar standar kompetensi Melakukan Perbaikan Ringan Rangkaian


Kelistrikan dan Instrument merupakan salah Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
yang di rumuskan oleh BNSP pada tahun 2008.
Berdasarkan hasil survei, Proses belajar mengajar belum sesuai dengan tuntutan KTSP
SMKN I Koto XI Tarusan. Hal ini disebabkan beberapa masalah yang timbul antara lain dari
Guru, Siswa, Media dan Iklim belajar.
Masalah pertama datang dari guru yang tidak menerapkan pendekatan komunikatif yang
tepat dalam mengajar. Fakta dilapangan bahwa guru tidak menggunakan metode yang
variatif dalam mengajar Standar Kompetensi Melakukan perbaikan ringan rangkaian
kelistrikan dan instrument karena mengalami kesulitan untuk mengembangkan strategi
yang tepat bagi siswa. Sehingga Siswa tidak terangsang agar aktif dan kreatif, apalagi
Bahan ajar yang digunakan juga tidak dapat merangsang minat siswa untuk belajar. Serta
jarang menggunakan media yang kreatif dalam pengajaran karena media yang tersedia di
sekolah terbatas seperti Media infocus dan Alat Praktek.
Berdasarkan pengamatan peneliti, dari dua angkatan lulusan Kompetensi Keahlian Teknik
Otomotif Sepeda Motor SMKN 1 Koto XI Tarusan, sekitar 89,25 % memiliki skill dan
kemampuan yang rendah pada Rangkaian Kelistrikan di bandingkan seluruh SKKD
Kompetensi Kejuruan lainya yang ada pada Spektrum. Hal ini bisa dilihat dari Tabel berikut.
Tabel. 1 Persentase KKM Standar Kompetensi
Melakukan Perbaikan Ringan Rangkaian Kelistrikan dan Instrument

No

Tahun Lulusan

Ketuntasan

Jumlah Siswa

Persentase

2011

Tuntas

16,1%

Tidak tuntas

26

84,9%

Tuntas

7,4%

Tidak Tuntas

25

93,6%

2012

Sumber: Laporan Hasil Belajar Siswa SMKN I Koto XI Tarusan

Hal ini juga diperkuat oleh hasil evaluasi Praktek Kerja Industri siswa pada periode 28 Mei28 September 2012.
http://juniladri.wordpress.com/2013/12/12/penerapan-model-project-based-learningdalam-peningkatan-motivasi-dan-hasil-belajar/

Anda mungkin juga menyukai