Anda di halaman 1dari 64

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Belajar

Belajar selalu ada dalam setiap aspek kehidupan manusia baik itu
dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam dunia pendidikan, dimana pada
hakekatnya manusia tidak pernah terlepas dari suatu proses yang disebut
dengan belajar. Dengan belajar maka seseorang akan mengalami perubahan
baik itu sikap, pengetahuan, maupun ketrampilan.

a. Pengertian Belajar

Belajar selalu melekat dalam siklus hidup manusia dan seiring


dengan perkembangannya ada berbagai pendapat mengenai pengertian
belajar yang telah didefinisikan oleh para pakar ataupun ilmuwan.
Gagne (1984) dalam buku yang ditulis Dahar (2011:2) menyatakan
bahwa belajar adalah suatu proses dimana suatu organisasi berubah
perilakunya sebagai akibat pengalaman. Pendapat gagne ini
mengandung makna bahwa belajar adalah suatu tahapan dimana
sekelompok individu yang saling berinteraksi berubah perilakunya
karena melalui tahapan pengalaman, pengalaman tersebut dapat berupa
interaksi, praktik, ataupun latihan yang melibatkan olah pikir. Pendapat
senada juga diungkapkan oleh Hamalik (2013:27) bahwa belajar adalah
modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman ( learning is
defined as the modification or strengthening of behavior through
experiencing ). Dalam pendapat hamalik ini makna belajar lebih
dipertegas dengan adanya proses modifikasi atau dapat diartikan
sebagai proses mengkreasikan, memperbaharui perilaku melalui tahapan
pengalaman sehingga akan diperoleh hal-hal baru yang lebih baik. Hal-
hal baru tersebut dapat berupa pola pikir, pengalaman, ideologi, atau
aspek-aspek lain yang membuat seseorang lebih berpengetahuan.
Pendapat lain diungkapkan oleh Rusman (2012:85) bahwa belajar
merupakan aktivitas yang dapat dilakukan secara psikologis maupun
fisiologis. Aktivitas yang bersifat psikologis yaitu aktivitas yang
merupakan proses mental, misalnya aktivitas berfikir, memahami,
menyimpulkan, menyimak, menelaah, membandingkan, membedakan,
mengungkapkan, menganalisis, dan sebagainya. Sedangkan aktivitas
fisiologis yaitu aktivitas yang merupakan proses penerapan atau praktik,
misalnya melakukan eksperimen, latihan, kegiatan praktik, membuat
karya, apresiasi dan sebagainya.

Dalam uraian diatas lebih dispesifikkan lagi bahwa proses


perubahan tingkah laku yang ada dalam makna belajar bukan hanya
sekedar mengetahui akan tetapi didalamnya terdapat aspek
menyimpulkan, menelaah, membandingkan maupun menganalisis
dimana aspek-aspek tersebut menuntut sesorang yang tidak hanya
mengetahui tetapi juga memahami. Selain itu belajar juga bukan hanya
bermakna sebagai suatu proses olah pikir akan tetapi juga terdapat
proses penerapan ataupun praktik dari hasil olah pikir. Sehingga dalam
pendapat tersebut belajar diklasifikasikan menjadi aktifitas yang bersifat
psikologis dan fisiologis, dimana aktifitas psikologis adalah aktifitas yang
melibatkan olah pikir sedangkan fisiologis adalah aktifitas penerapan
dari hasil olah pikir tersebut.

Sementara dalam buku yang ditulis Rusman (2012:86) Cronbach


berpendapat bahwa learning is shown by change in behavior as a result
of experience. Belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman, makna ini lebih
diperdalam lagi dimana belajar bukanlah semata-mata perubahan dan
penemuan, tetapi sudah mencakup kecakapan yang dihasilkan akibat
perubahan dan penemuan tadi. Setelah terjadi perubahan dan
menemukan sesuatu yang baru, maka akan timbul suatu kecakapan
yang memberikan manfaat bagi kehidupannya.

Dari uraian dan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan


bahwa belajar merupakan usaha sadar dari seorang individu untuk
berinteraksi baik dengan individu lain maupun dengan lingkungan
sehingga akan terjadi sebuah proses perubahan tingkah laku, dimana
sebelum dan sesudah belajar akan mengalami penigkatan baik dari segi
ketrampilan, pengetahuan, pola pikir, ideologi dan sebagainya yang
disebabkan dari adanya pengalaman. Belajar juga bukan hanya sekedar
berpikir, memahami dan menganalisis akan tetapi belajar juga menuntut
untuk dapat membentuk kemampuan praktik sehingga akan
memberikan efek manfaat bagi kehidupan seseorang maupun
lingkungan sekitar.

b. Proses Belajar

Dalam kehidupan sehari-hari selalu terdapat suatu kegiatan yang


disebut dengan proses, dimana proses merupakan tahapan yang harus
dilalui untuk mencapai suatu tujuan begitu pula dengan belajar untuk
mencapai tujuan belajar maka ada suatu tahapan yang disebut dengan
proses belajar. Menurut Bruner dalam buku yang ditulis Nasution
(2011:9-10) menyebutkan dalam proses belajar dapat dibedakan tiga
fase atau episode yaitu.

1) Informasi

Dalam tiap pelajaran kita memperoleh informasi, ada yang


menambah pengetahuan yang telah kita miliki, ada yang
memperhalus dan memperdalamnya, ada pula informasi yang
bertentangan dengan apa yang telah kita ketahui ssebelumnya,
misalnya bahwa tidak ada energi yang lenyap.

2) Transformasi

Informasi itu harus dianalisis, diubah atau ditransformasi


kedalam bentuk yang lebih abstrak atau konseptual agar dapat
digunakan untuk hal-hal yang lebih luas. Hal ini bantuan guru sangat
diperlukan.

3) Evaluasi

Kemudian kita nilai hingga manakah pengetahuan yang kita


peroleh dan transformasi itu dapat dimanfaatkan untuk memahami
gejala-gejala lain.
Pendapat Bruner ini menjelaskan bahwa dalam proses belajar
terdapat tiga fase pokok yaitu informasi, transformasi, dan evaluasi.
Fase ini sudah banyak dijalankan oleh mayoritas para pendidik dimana
proses belajar dimulai dengan pengantar atau informasi yang
didalamnya memuat gambaran umum dari materi yang akan diajarkan.
Kemudian dilanjutkan dengan proses transformasi yaitu proses dimana
materi belajar ditransfer kepada peserta didik baik itu secara teori
maupun praktik. Setelah itu dilakukan proses evaluasi, dimana proses
evaluasi ini merupakan tolok ukur untuk mengetahui tingkat
keberhasilan transformasi materi kepada peserta didik.

Sementara menurut Baharudin (2007:16) proses belajar adalah


serangkaian aktivitas yang terjadi pada pusat syaraf individu yang
belajar. Proses belajar terjadi secara abstrak, karena terjadi secara
mental dan tidak dapat diamati. Oleh karena itu proses belajar hanya
dapat diamati jika ada perubahan perilaku dari seseorang yang berbeda
dengan sebelumnya. Dalam pendapat baharudin ini dijelaskan bahwa
proses belajar terjadi secara mental yang artinya bahwa tahapan
tersebut terjadi bukan secara fisik akan tetapi dapat diamati secara fisik
melalui perubahan perilaku individu yang belajar. Tahapan yang
diungkapkan oleh baharudin tersebut kemudian diperjelas oleh gagne
dalam buku Baharudin (2007:17-18) menyatakan bahwa proses belajar
terutama belajar yang terjadi di sekolah, itu melalui tahap-tahap atau
fase-fase sebagai berikut:

1) Tahap motivasi

Tahap motivasi yaitu saat motivasi dan keinginan siswa untuk


melakukan kegiatan belajar bangkit.

2) Tahap konsentrasi

Tahap konsentrasi yaitu saat siswa harus memusatkan


perhatian, yang telah ada pada tahap motivasi, untuk tertuju pada
hal-hal yang relevan dengan apa yang akan dipelajari.

3) Tahap mengolah
Tahap mengolah yaitu siswa menahan informasi yang diterima
dari guru dalam short term memory, atau tempat penyimpanan
ingatan jangka pendek, kemudian mengolah informasi-informasi
untuk diberi makna (meaning) berupa sandi-sandi sesuai dengan
penangkapan masing-masing.

4) Tahap menyimpan

Tahap menyimpan yaitu siswa menyimpan simbol-simbol hasil


olahan yang telah diberi makna kedalam long term memory atau
gudang ingatan jangka panjang.

5) Tahap menggali 1

Tahap menggali 1 yaitu siswa menggali informasi yang telah


disimpan dalam LTM ke STM untuk dikaitkan dengan informasi baru
yang dia terima.

6) Tahap menggali 2

Tahap menggali 2 yaitu menggali informasi yang telah disimpan


dalam LTM (Long Term Memory) untuk persiapan fase prestasi, baik
langsung maupun melalui STM (Short Term Memory).

7) Tahap prestasi

Tahap prestasi yaitu informasi yang telah tergali pada tahap


sebelumnya digunakan untuk menunjukkan prestasi yang merupakan
hasil belajar.

8) Tahap umpan balik

Tahap umpan balik yaitu siswa memperoleh penguatan


(konfirmasi) saat perasaan puas atas prestasi yang ditunjukkan.

Tahapan-tahapan yang dijelaskan oleh gagne ini secara garis


besar hampir sama dengan tahapan yang dipaparkan oleh nasution
pada paragraf sebelumnya hanya saja dalam penjelasan gagne ini lebih
dipertegas mengenai tahapan-tahapan yang memperkuat tahapan inti,
tahapan yang memperkuat ini antara lain tahapan konsentrasi dimana
tahapan ini terjadi diantara tahapan informasi dan transformasi
sehingga setelah pendidik menyampaikan informasi ataupun pengantar
maka sebenarnya setelah itu peserta didik mengalami tahapan yang
disebut konsentrasi atau bisa disebut pemusatan perhatian untuk
menerima suatu materi dari pendidik. Tahapan pendukung selanjutnya
adalah tahapan menyimpan dan menggali, dimana tahapan ini terjdi
selama proses transformasi atau proses pemindahan pengetahuan dari
pendidik pada peserta didik dalam hal ini secara sadar ataupun tidak
sadar peserta didik memerintahkan otaknya untuk menyimpan materi
yang ditransfer padanya kemudian juga menggali hal-hal yang belum
dipahami atau belum dimengerti untuk didiskusikan lebih lanjut.
Tahapan pendukung selanjutnya yaitu tahapan penguatan, tahapan ini
biasanya sering dilupakan oleh para pendidik dimana kebanyakan para
pendidik setelah melakukan evaluasi tidak lagi melakukan penguatan
dan hanya melakukan evaluasi ulang untuk mencapai hasil belajar
sesuai dengan yang diharapkan, penguatan berfungsi tidak hanya untuk
memperkuat pengetahuan yang sudah didapatkan akan tetapi juga
memberikan feedback dan penjelasan secara mendetail terkait materi
yang diajarkan.

Dalam pendapat lain wiliam burton dalam buku yang ditulis


Hamalik (2004:31) menyatakan bahwa proses belajar ialah pengalaman,
berbuat, mereaksi, dan melampaui ( under going). Proses itu melalui
bermacam-macam ragam pengalaman dan mata pelajaran-mata
pelajaran yang terpusat pada suatu tujuan tertentu. Pendapat burton ini
mendifinisikan proses informasi, transformasi, dan evaluasi kedalam
berbuat, mereaksi, dan melampaui dimana ketiga proses ini mempunyai
makna dan tujuan yang sama yaitu berbuat yang tujuannya melakukan
sesuatu atau menyampaikan sesuatu kemudian dilanjutkan dengan
mereaksi atau memberikan tanggapan terhadap pesan yang
disampaikan dan kemudian melampui atau mencapai melebihi target
yang ditentukan yaitu pada tahap evaluasi.
Dari berbagai pendapat para ahli diatas dapat didefinisikan bahwa
proses belajar adalah suatu tahapan dalam kegiatan belajar yang
ditandai dengan adanya perubahan perilkau, dimana perubahan itu
sebagai akibat dari pengalaman dan melakukan yang disusun secara
terorganisir, terpadu, serta sistematis dalam rangka mencapai tujuan
belajar. Dalam proses belajar juga terdapat tiga fase inti yaitu informasi,
transformasi, dan evaluasi dimana fase-fase ini yang menentukan
keberhasilan suatu proses belajar.

c. Faktor yang mempengaruhi belajar

Dalam suatu kegiatan belajar baik itu formal maupun non formal
selalu ada faktor-faktor yang mempengaruhi. Faktor-faktor yang
mempengaruhi inilah yang menjadi penentu keberhasilan proses belajar.
Menurut Simanjutak (1983:71) ada 5 faktor yang mempengaruhi belajar
antara lain.

1) Latihan

Latihan- latihan memajukan kegiatan pre belajar tetapi latihan


saja belum tentu menjamin. Thorndike, Schiller mengatakan bahwa
kebiasaan itu tidak dapat diajarkan, tetapi dengan latihan sesuai
dengan law effect. Tiap ulangan harus diakhiri dengan keadaan yang
memberi kepuasan. Jadi perlu latihan ditambah situasi yang
memuaskan. Kemajuan belajar bukan tergantung pada latihan tetapi
tergantung pada kepuasan.

2) Peranan motivasi

Motivasi menunjukkan kepada suatu keadaan yang


menyebabkan seseorang melakukan sesuatu. Motivasi merupakan
sesuatu keadaan dalam dari individu yang menyebabkan orang
melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Melihat
perumusan terssebut motivasi merupakan faktor dinamis penyebab
seseorang melakukan suatu perbuatan.
3) Peranan hukuman dan penghargaan

Penghargaan dan hukuman dapat memberikan motivasi dalam


belajar. Peranan hukuman dan penghargaan dalam belajar sama
besarnya, hukuman dapat memberikan anak tidak melakukan sesuatu
(stoping out) sedangkan penghargaan (reward) dapatmembuat
sesuatu perbuatan dilakukan.

4) Faktor yang berpengaruh dalam motivasi

5) Kemampuan belajar dan intelegensi

Intelegensi sebagai kecakapan umum untuk memecahkan


masalah intelektual berdasarkan pelajaran yang telah lalu serta
pemahaman inti masalah yang dihadapi. Intelegensi merupakan salah
satu faktor kemauan, hasrat, ketabahan, keuletan. Perlu disadari
kemampuan belajar, intelegensi merupakan masalah yang kompleks.

Dalam pendapat ini dijelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi


belajar dimulai dengan adanya proses latihan, dimana proses latihan ini
akan membentuk sebuah habit atau kebiasaan yang akan memberikan
kesiapan pada pola pikir peserta didik sebelum dilakukan tes ataupun
evaluasi terhadap pemahaman materi. Selain itu motivasi juga berperan
penting dalam sebuah proses belajar, dengan adanya semangat ini
seorang peserta didik akan memiliki semangat dan ambisi untuk
mencapai suatu tujuan yaitu belajar sehingga dengan motivasi yang
positif akan mempengaruhi hasil belajar yang positif pula. Dan faktor
selanjutnya adalah intelegensi atau kemampuan belajar, faktor
intelegensi ini sebenarnya bukan faktor yang sangat menentukan dalam
sebuah pencapaian belajar akan tetapi seorang peserta didik yang
dibekali dengan kemampuan intelegensi yang tinggi akan lebih mudah
mencerna suatu materi belajar yang diberikan dan memiliki potensi akan
lebih menonjol dibandingkan dengan temannya yang memiliki
kemampuan intelegensi biasa-biasa saja. Akan tetapi seorang yang
memiliki intelegensi biasa-biasa saja atau bahkan rendah juga bisa
menonjol selama dia memiliki ketekunan untuk latihan dan memiliki
motivasi untuk bisa. Sementara menurut purwanto dalam buku yang
ditulis Thobroni dan Mustofa (2013:31-34) menyatakan bahwa berhasil
atau tidaknya belajar dipengaruhi oleh berbagai macam faktor yang
dibedakan menjadi dua golongan sebagai berikut.

1) Faktor yang ada pada diri organisme tersebut yang disebut faktor
individual. Faktor individual meliputi hal-hal berikut.

a) Faktor kematangan atau pertumbuhan.

Faktor ini berhubungan erat dengan kematangan atau


tingkat pertumbuhan organ-organ tubuh manusia. Misalnya,
anak usia enam bulan dipaksa untuk belajar berjalan, meskipun
dilatih dan dipaksa anak tersebut tidak akan mampu
melakukannya.

b) Faktor kecerdasan dan intelegensi

Disamping faktor kematangan, berhasil atau tidaknya


seseorang mempelajari sesuatu dipengaruhi oleh faktor
kecerdasan. Misalnya, anak umur empat belas tahun keatas
umumnya telah matang untuk belajar ilmu pasti, tetapi pada
kenyataannya tidak semua anak tersebut pandai dalam ilmu
pasti.

c) Faktor latihan dan ulangan

Dengan rajin berlatih, sering melakukan hal-hal yang


berulang-ulang, kecakapan dan pengetahuan yang dimiliki
menjadi semakin dikuasai dan makin mendalam. Selain itu,
dengan seringnya berlatih akan timbul minat terhadap sesuatu
yang dipelajari itu.

d) Faktor motivasi

Motif merupakan pendorong bagi suatu organisme untuk


melakukan sesuatu. Seseorang tidak akan mau berusaha
mempelajari sesuatu dengan sebaik-baiknya jika ia tidak
mengetahui pentingnya dan faedahnya dari hasil yang akan
dicapai dari belajar.

e) Faktor pribadi

Setiap manusia memiliki sifat kepribadian masing-masing


yang berbeda dengan manusia lainnya. Ada orang yang
mempunyai sifat keras hati, halus perasaannya, berkemauan
keras, tekun, dan sifat sebaliknya. Sifat-sifat kepribadian tersebut
turut berpengaruh dengan hasil belajar yang dicapai.

6) Faktor yang ada di luar individu yang disebut faktor sosial.

Termasuk kedalam faktor dil luar individual atau faktor sosial


antara lain sebagai berikut :

a) Faktor keluarga atau keadaan rumah tangga.

b) Suasana dan keadaan keluarga yang bermacam-macam turut


menentukan bagaimana dan sampai dimana belajar dialami
anak-anak. Ada keluarga yang memiliki cita-cita tinggi bagi
anak-anaknya, tetapi ada pula yang biasa-biasa saja. Ada
keluarga yang diliputi suasana tenteram dan damai, tetapi ada
pula yang sebaliknya. Termasuk dalam faktor keluarga yang
turut berperan adalah ada tidaknya atau ketersediaan fasilitas-
fasilitas yang diperlukan dalam belajar.

c) Faktor guru dan cara mengajarnya.

Saat anak belajar di sekolah, faktor guru dan cara


mengajarnya merupakan faktor yang penting. Sikap dan
kepribadian guru, tinggi rendahnya pengetahuan yang dimiliki
guru dan bagaimana cara guru mengajarkan pengetahuan
tersebut kepada peserta didiknya turut menentukan hasil belajar
yang akan dicapai.
d) Faktor alat-alat yang digunakan dalam belajar mengajar.

Faktor guru dan cara mengajarnya berkaitan erat dengan


ketersediaan alat-alat pelajaran yang tersedia di sekolah. Sekolah
yang memiliki peralatan dan perlengkapan yang diperlukan
dalam belajar ditambah dengan guru yang berkualitas akan
mempermudah dan mempercepat belajar anak-anak.

e) Faktor lingkungan dan kesempatan yang tersedia.

Seorang anak yang memiliki intelegensi yang baik, dari


keluarga yang baik, bersekolah di sekolah yang keadaan guru-
gurunya dan fasilitas baik belum tentu pula dapat belajar dengan
baik. Ada faktor yang mempengaruhi hasil belajarnya, seperti
kelelahan karena jarak rumah dan sekolah terlalu jauh, pengaruh
lingkungan buruk yang terjadi di luar kemampuannya.

f) Faktor motivasi sosial.

Motivasi sosial dapat berasal dari orang tua yang selalu


mendorong anak untuk rajin belajar, motivasi dari orang lainn
seperti dari tetangga, sanak saudara, teman-teman sekolah, dan
teman sepermainan. Pada umumnya, motivasi semacam ini
diterima anak tidak dengan sengaja, bahkan tidak dengan sadar.

Dalam pendapat Purwanto ini lebih dipertegas dimana faktor yang


mempengaruhi belajar tidak hanya seperti yang dijelaskan oleh
pasaribu, dimana faktor yang dijabarkan oleh Pasaribu merupakan
faktor yang berasal dari dalam diri seorang individu, sementara
purwanto lebih menspesifikkan lagi bahwa faktor yang mempengaruhi
belajar bukan hanya berasal dari dalam diri individu tetapi juga ada
faktor-faktor yang berasal dari luar individu seperti orang tua,
lingkungan, sarana-prasarana, dan guru. Semua ini merupakan faktor
diluar individu yang tidak dapat dihindari, sehingga ketika faktor-faktor
tersebut memberikan dukungan atau dampak positif maka belajar yang
dihasilkan oleh seorang peserta didik akan bagus pula. Pendapat
Purwanto ini juga diperkuat oleh Daryanto dalam bukunya yang
berjudul belajar dan mengajar (2010:36-50) diamana faktor yang
mempengaruhi belajar secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu faktor
intern dan faktor ekstern. Dengan penjelasan sebagai berikut :

1) Faktor intern

Faktor intern ini diklasifikasikan menjadi 3 faktor yaitu faktor


jasmaniah, faktor psikologi, dan faktor kelelahan.

a) Faktor jasmaniah

(1) Faktor kesehatan

Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan


beserta bagian-bagiannya/bebas dari penyakit, kesehatan
adalah keadaan atau hal sehat, kesehatan seseorang
berpengaruh terhadap belajarnya. Proses belajar seseorang
akan terganggu jika kesehatannya terganggu.

(2) Cacat tubuh

Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang


baik atau kurang sempurna mengenai tubuh/badan. Keadaan
cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat,
belajarnya juga akan terganggu. Jika hal ini terjadi,
hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan khusus atau
diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau
mengurangi pengaruh kecacatannya.

b) Faktor psikologis

Sekurang-kurangnya ada 7 faktor yang tergolong ke dalam


faktor psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu
adalah :

(1) Intelegensi
Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan
belajar dalam situasi yang sama, siswa yang mempunyai
tingkat intelegensi tinggi akan lebih berhasil daripada yang
mempunyai intelegensi rendah, akan tetapi siswa yang
mempunyai intelegensi tinggi belum tentu lebih berhasil
dalam belajarnya. Hal ini karena belajar adalah suatu proses
yang kompleks dengan banyak faktor yang
mempengaruhinya, sedangkan intelegensi adalah salah satu
faktor yang mempengaruhi diatas faktor-faktor lain.

(2) Perhatian

Perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa


itupun semata-mata tertuju kepada suatu obyek (benda/hal)
atau sekumpulan obyek. Untuk dapat menjamin hasil
belajaryang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian
terhadap bahan yang dipelajari jika bahan pelajaran tidak
menjadi perhatian siswa, maka timbullah kebosanan
sehingga siswa tidak lagi suka belajar.

(3) Minat

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk


memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Minat
besar pengaruhya terhadap belajar karena bila bahan
pelajaran yang dipelajari tidak sesuai minat siswa, siswa tidak
akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya
tarik baginya, ia segan-segan untuk belajar dan tidak
memperoleh kepuasan dari pelajaran itu.

(4) Bakat

Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan


itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata
sesudah berlatih atau belajar. Jika bahan pelajaran yang
dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya maka hasil
belajarnya lebih baik karena ia senang belajar dan pastilah
selanjutnya ia lebih giat lagi dalam belajarnya itu.

(5) Motif

Motif erat hubungannya dengan tujuan yang akan


dicapai. Didalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau
tidak, akan tetapi untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat
sedangkan yang menjadi penyebab berbuat adalah motif itu
sendiri sebagai daya penggerak/pendorongnya.

(6) Kematangan

Kematangan adalah suatu tingkat/fase dalam


pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah
siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Kematangan
belum berarti anak dapat melaksanakan kegiatan secara
terus-menerus. Untuk itu diperlukan latihan-latihan dan
pelajaran. Dengan kata lain anak yang sudah siap (matang)
belum dapat melaksanakan kecakapannya sebelum belajar.
Belajarnya akan lebih berhasil jika anak sudah siap (matang).
Jadi kemajuan baru untuk memiliki kecakapan itu tergantung
dari kematangan dan belajar.

(7) Kesiapan

Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi response


atau bereaksi. Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang
dan juga berhubungan dengan kematangan, karena
kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan
kecakapan. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses
belajar, karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada
kesiapan maka hasilnya akan lebih baik.

c) Faktor kelelahan
Kelelahan sanagat mempengaruhi belajar. Agar siswa
dapat belajar dengan baik haruslah menghindari jangan sampai
terjadi kelelahan dalam belajarnya, sehingga perlu diusahakan
kondisi yang bebas dari kelelahan baik kelelahan jasmani
maupun rohani.

2) Faktor ekstern

Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar dapat


dikelompokkan menjadi 3 faktor antara lain :

a) Faktor keluarga

Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga


berupa :

(1) Cara orang tua mendidik

Cara orang tua mendidik anaknya akan berpengaruh


besar terhadap belajar anaknya. Hal ini jelas dipertegas
dengan pernyataan bahwa keluarga adalah lembaga
pendidikan yang pertama dan utama. Orang tua yang
memperhatikan pendidikan anaknya dan mendidiknya secara
benar akan memberikan pengaruh positif terhadap hasil
belajarnya begitu pula sebaliknya.

(2) Relasi antara anggota keluarga

Relasi antara anggota keluarga yang terpenting adalah


relasi orang tua dengan anaknya. Relasi yang penuh kasih
sayang dan pengertian disertai dengan bimbingan dan bila
perlu hukuman-hukuman untuk mensukseskan belajar anak
sendiri akan memberikan dampak yang baik untuk
kesuksesan belajarnya.

(3) Suasana rumah


Suasana rumah juga merupakan faktor yang penting
yang tidak termasuk faktor disengaja. Suasana rumah yang
gaduh, ramai, semrawut tidak akan memberi ketenangan
kepada anak yang belaja sehingga belajarnya akan terganggi
dan tidak optimal.

(4) Keadaan ekonomi keluarga

(5) Pengertian orang tua

(6) Latar belakang kebudayaan

b) Faktor sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup


11 aspek yaitu :

(1) Metode mengajar

Metode mengajar adalah suatu cara yang harus dilalui


dalam mengajar. Metode mengajar guru yang kurang baik
akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula hal ini
karena guru yang menggunakan metode belajar yang kurang
tepat akan menurunkan motivasi belajar siswa.

(2) Kurikulum

Kurikulum yang terlalu padat diatas kemampuan siswa,


tidak sesuai dengan bakat, minat dan perhatian siswa akan
mempengaruhi hasil belajar siswa

(3) Hubungan guru dengan siswa

(4) Hubungan siswa dengan siswa

(5) Disiplin sekolah

(6) Alat pelajaran


(7) Waktu sekolah

(8) Standar pelajaran

(9) Keadaan gedung

(10) Metode belajar

(11) Tugas rumah

c) Faktor masyarakat

Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga


berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh ini terjadi karena
keberadaannya siswa dalam masyarakat. Faktor didalam
masyarakat tersebut diklasifikasikan menjadi 3 kategori yaitu :

(1) Kegiatan siswa dalam masyarakat

(2) Mass media

(3) Bentuk kehidupan masyarakat

Dalam pendapat Daryanto ini secara garis besar memperkuat dari


pendapat para pakar sebelumnya, dimana Daryanto membagi faktor
yang mempengaruhi menjadi dua klasifikasi yaitu faktor intern dan
faktor ekstern. Faktor intern merupakan faktor yang ada dalam diri
seorang individu, menurut daryanto faktor intern sendiri dibagi menjadi
2 yaitu jasmaniah yang berhubungan dengan kondisi fisik seseorang
baik itu bentuk tubuh maupun kesehatan. Sedangkan yang kedua
adalah psikologis, dimana faktor ini yang berhubungan dengan tingkat
emosional maupun kebatinan sesorang. Sementara faktor ekstern
adalah faktor yang berasal dari luar diri seorang individu akan tetapi
tetap mempengaruhi hasil dari suatu proses belajar misalnya
lingkungan, keluarga, guru, sekolah. Dari semua faktor tersebut baik
intern maupun ekstern keduanya memberikan dampak yang signifikan
bagi perkembangan dan keberlangsungan proses belajar, sehingga
dalam suatu pelaksanaan belajar kedua faktor ini sangatlah mendukung
baik itu ditinjau dari segi hasil maupun proses belajar.

Dari berbagai uraian dan pendapat para ahli diatas dapat


disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi belajar dapat
diklasifikasikan menjadi 2 faktor yaitu faktor intern dan faktor ekstern.
Dimana faktor intern adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu
itu sendiri misalnya : faktor kecerdasan, motivasi, latihan, bakat, sikap,
kedisiplinan, tanggung jawab. Sedangkan faktor ekstern adalah faktor
yang berasal dari luar diri seorang individu akan tetapi mempengaruhi
belajarnya, misalnya : faktor lingkungan, keluarga, guru, sarana dan
prasarana sekolah, metode mengajar.

Kedua faktor diatas merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan


dalam suatu proses belajar karena baik faktor intern maupun ekstern
selalu terkait dengan seorang individu sehingga akan sangat
mempengaruhi terhadap hasil belajar seorang individu. Dimana tidak
hanya faktor dari dalam diri sesorang akan tetapi faktor disekitarnya
juga turut andil dalam keberhasilan suatu proses belajar.

d. Hasil belajar

Hasil belajar merupakan tahapan akhir dalam suatu proses belajar


dimana dengan hasil belajar ini dapat diketahui indikator-indikator
ketercapaian suatu kegiatan belajar. Menurut Susanto (2013:5) hasil
belajar dimaknai sebagai perubahan-perubahan yang terjadi pada diri
siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor
sebagai hasil dari kegiatan belajar.

Hasil belajar yang secara umum lebih didefinisikan kearah


pencapaian nilai dengan wujud angka yang bersifat kuantitatif akan
tetapi hasil belajar bukan hanya sekedar pencapaian angka namun juga
pencapaian yang bersifat kualitatif yang ditinjau secara kognitif, afektif,
dan psikomotorik. Dimana ketiga aspek tersebut menjadi bagian dari
indikator penilaian suatu proses belajar selain penilaian dalam bentuk
angka. Sehingga hasil belajar bukan hanya bertujuan untuk mencapai
suatu standar angka tertentu yang merupakan hasil dari olah pikir akan
tetapi hasil belajar juga mengandung pencapaian-pencapaian nilai etika,
tanggung jawab, sikap, toleransi serta pembentukan ketrampilan. Hal ini
seperti diungkapkan oleh Rusman (2012:123) bahwa hasil belajar
adalah sejumlah pengalaman yang diperoleh siswa yang mencakup
ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Belajar tidak hanya
penguasaan konsep teori mata pelajaran saja, tapi juga penguasaan
kebiasaan, persepsi, kesenangan, minat bakat, penyesuaian sosial,
macam-macam ketrampilan, cita-cita, keinginan dan harapan. Dari
pendapat tersebut bermakna bahwa hasil belajar merupakan suatu
pengalaman yang diperoleh berupa aspek kognitif, afektif, psikomotorik
setelah melalui berbagai proses belajar, dimana pengalaman tersebut
bukan hanya penguasaan materi secara teoritis akan tetapi juga
mencakup aspek sosial dan ketrampilan.

Dari pendapat para ahli tersebut secara garis besar dapat


dimaknai bahwa hasil belajar selalu mencakup tiga aspek penting,
dimana ketiga aspek tersebut tidak berpatokan pada standar angka
tertentu akan tetapi lebih kearah pembentukan mental. Ketiga aspek
tersebut adalah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dari ketiga aspek ini
menurut Bloom dalam buku yang ditulis Sudjana (2002:22-23)
dijelaskan secara rinci, dengan penjabaran sebagai berikut :

7) Aspek kognitif

Aspek kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang


terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi,
analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut
kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk
kognitif tingkat tinggi.

8) Aspek afektif

Aspek afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima


aspek yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi,
dan internalisasi.
9) Aspek psikomotoris

Aspek psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar


ketrampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah
psikomotoris yaitu gerakan refleks, ketrampilan gerak dasar,
kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan
ketrampilan kompleks, gerakan ekspresif dan interpratif.

Dari uraian para pakar tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil


belajar adalah kemampuan yang dimiliki seseorang setelah melalui
proses belajar sehingga memperoleh berbagai pengalaman dalam
berbagai aspek. Dimana aspek-aspek tersebut dijadikan standar dalam
melakukan penilaian terhadap seseorang dalam suatu proses belajar.
Aspek-aspek tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Sehingga hasil belajar yang didapatkan dalam suatu
proses belajar bukan hanya dalam bentuk angka tertentu akan tetapi
juga berupa perubahan sikap, mental, pengetahuan, serta ketrampilan.

2. Pembelajaran

Dalam suatu kegiatan belajar tentu akan ada yang disebut dengan
pembelajaran, belajar dan pembelajaran memang dua suku kata yang
mengandung tujuan sama akan tetapi memiliki makna yang berbeda. Seperti
telah dijelaskan sebelumnya bahwa belajar merupakan usaha sadar
seseorang untuk berinteraksi dengan lingkungan maupun individu lain
sehingga terjadi perubahan tingkah laku. Sementara pembelajaran menurut
Trianto (2009:17) diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara
pengembangan dan pengalaman hidup. Dalam makna yang lebih kompleks
pembelajaran adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan
siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya)
dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Hal ini dapat dimaknai
bahwa guru merupakan penunjuk jalan bagi siswa yang belum mengetahui
hal apapun dalam suatu kelompok belajar, dengan kata lain guru berupaya
memberikan arahan yang menuntut siswa untuk mengetahui sesuatu hal.
Uraian lain mengenai pembelajaran diungkapkan dalam UU Sistem
Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003, dimana pembelajaran diartikan
sebagai proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar. Ketiga komponen yang ada dalam suatu
lingkungan belajar ini memiliki keterkaitan langsung dalam rangka mencapai
tujuan belajar, hal ini terjadi karena dengan interaksi antara peserta didik
dengan pendidik maka diperlukan sumber belajar untuk mencapai tujuan
belajar sesuai yang diharapkan sehingga dalam pembelajaran yang sangat
diperlukan adalah tiga komponen utama tersebut. Sementara menurut
Winkel (1991) dalam buku yang ditulis Eveline Siregar (2010:12)
menyatakan bahwa pembelajaran adalah seperangkat tindakan yang
dirancang untuk mendukung proses belajar siswa, dengan memperhitungkan
kejadian-kejadian intern yang berlangsung dialami siswa. Secara garis besar
pendapat winkel ini memiliki makna yang sama dengan paparan sebelumnya
dimana pendidik menyusun tindakan atau konsep-konsep tertentu dimana
konsep tersebut akan memberikan kemudahan pada siswa untuk memahami
suatu pengetahuan yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan maupun
peserta didik tersebut. Dalam hal ini konsep tersebut memberikan arahan
pada siswa dalam rangka mencapai suatu tujuan belajar.

Dari berbagai uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran


adalah suatu proses interaksi antara pendidik dengan peserta didik, dimana
pendidik mentransfer pengetahuan yang dimilikinya maupun mengarahkan
peserta didik untuk belajar dengan sumber belajar yang ada serta dengan
melakukan perencenaan tujuan sehingga pelaksanaannya akan terkendali
baik isi, proses, waktu, maupun hasilnya.

a. Model pembelajaran

Pembelajaran merupakan proses untuk membelajarkan siswa


sehingga perlu adanya bentuk konkret yang menggambarkan suatu
proses tersebut. Dalam buku yang ditulis Trianto (2009:21)
menyebutkan bahwa konsep yang digunakan untuk mempresentasikan
atau menggambarkan sesuatu hal disebut dengan model. Sehingga
model pembelajaran menurut Joyce dalam buku yang ditulis Trianto
(2009:22) adalah suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau
pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-
perangkat pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku, film,
komputer, kurikulum, dan lain-lain. Dalam pendapat Joyce ini dapat
dimaknai bahwa model pembelajaran merupakan langkah kongkret
dalam mempersiapkan suatu proses pembelajaran dimana langkah ini
merencanakan tindakan-tindakan strategis yang dilakukan sehingga
akan memudahkan dalam melaksanakan suatu proses pembelajaran.
Dalam rangka memudahkan ini maka perlu melakukan desain yang
sesuai dengan perubahan lingkungan sekitar maupun psikologis peserta
didik seperti dijelaskan Sukmadinata (2012:151) bahwa model
pembelajaran adalah suatu desain yang menggambarkan proses rincian
dan penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan
siswa/mahasiswa berinteraksi sehingga terjadi perubahan atau
perkembangan pada diri siswa. Dalam penjelasan sukmadinata ini dapat
dimaknai bahwa dengan desain yang disesuaikan dengan perubahan
lingkungan dan psikologis maka akan memungkinkan siswa berinteraksi
dengan baik sehingga proses perubahan atau perkembangan diri siswa
dapat terjadi secara optimal.

Dari berbagai uraian diatas dapat disimpulkan bahwa model


pembelajaran adalah suatu konsep yang disusun dalam rangka
menentukan perangkat-perangkat pembelajaran yang menyesuaikan
dengan karakteristik peserta didik sehingga akan mempermudah dalam
proses belajar dan berinteraksi dengan lingkungan. Dengan penyusunan
konsep ini maka dalam suatu proses pembelajaran dapat disiasati
perubahan-perubahan yang terjadi pada siswa yang itu terjadi diluar
jangkauan para pendidik sehingga proses pembelajaran akan lebih
tertata dan teratur.

b. Pembelajaran efektif

Dalam melakukan suatu kegiatan atau aktifitas apapun selalu


manusia selalu memperhitungkan tingkat keefektifannya, dimana
keefektifan yang dimaksud disini adalah tercapainya suatu tujuan
dengan waktu, tenaga, atau pikiran yang sesederhana dan semudah
mungkin dilakukan. Selain mudah dilakukan juga dapat diterima oleh
pihak-pihak yang bersangkutan dalam kegiatan tersebut. Begitu pula
dengan pembelajaran, suatu pembelajaran selalu dilakukan dengan
sebaik dan seefektif mungkin. Menurut Susanto (2013:54) disebutkan
bahwa pembelajaran dikatakan efektif apabila terjadi perubahan tingkah
laku yang positif, tercapainya tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan. Dalam paragraf berikutnya dijelaskan lagi bahwa
pembelajaran dikatakan efektif apabila hasil belajar dan aktivitas belajar
siswa yang belajar dengan pendekatan-pendekatan masalah lebih baik
dari siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional pada tingkat
ketuntasan tertentu. Dalam pendapat Susanto ini dapat dimaknai bahwa
pembelajaran efektif terjadi dengan ditandai perubahan tingkah laku
yang positif, dimana perubahan ini terjadi karena adanya pendekatan-
pendekan khusus sehingga akan lebih mudah mencapai tingkat
ketuntasan tertentu yang telah ditentukan sebelumnya dibandingkan
dengan menggunakan pendekatan konvensional. Hal ini diperkuat
dengan pendapat Wragg dalam Jihad, dkk (2008:12) bahwa
pembelajaran efektif adalah pembelajaran yang memudahkan siswa
untuk mempelajari sesuatu yang bermanfaat seperti fakta, ketrampilan,
nilai, konsep, dan bagaimana hidup serasi dengan sesama, atau suatu
hasil yang diinginkan. Pendapat Wragg ini memperkuat pendapat dari
susanto bahwa pembelajaran yang efektif merupakan pembelajaran
yang menerapkan pendekatan-pendekatan khusus sehingga
memudahkan peserta didik mencapai tingkat ketuntasan tertentu yang
berupa fakta, nilai, konsep, ataupun ketrampilan.

Dari dua pendapat tersebut secara garis besar pembelajaran


efektif adalah pebelajaran yang memudahkan peserta didik untuk
mencapai kriteria ketuntasan yang telah disepakati dengan cara yang
tidak rumit.

Dari berbagai uraian para pakar diatas dapat ditarik suatu


kesimpulan bahwa pembelajaran efektif adalah pembelajaran yang
memudahkan siswa untuk menerima materi pembelajaran yang
dilakukan dengan pendekatan-pendekatan dan prosedur yang tepat
sehingga menghasilkan perubahan baik itu pengetahuan, ketrampilan,
nilai, atau konsep yang lebih matang.

c. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning)

Dalam suatu proses pembelajaran selalu mengedepankan


pembelajaran yang efektif, dimana pembelajaran yang efektif
memudahkan siswa dalam mencapai standar-standar yang telah
ditentukan. Dalam melaksanakan pembelajaran tersebut perlu adanya
pendekatan-pendekatan khusus, salah satu pendekatan yang sinergis
dengan pembelajaran efektif adalah pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang mengedepankan
kerjasama kelompok, sehingga sitiap individu dapat saling
berkomunikasi dan bertukar ide. Hal inilah yang membuat proses
pembelajaran menjadi efektif karena guru tidak perlu menjelaskan
materi secara panjang lebar hanya memberikan garis-garis besarnya
saja kemudian menugaskan mereka untuk mendiskusikan dan
menemukan intisari permasalahan dari materi tersebut. Hal ini diperkuat
oleh pendapat Bern dan Erickson dalam buku Komalasari (2013:62)
disebutkan bahwa cooperative learning (pembelajaran kooperatif)
adalah strategi pembelajaran yang mengorganisir pembelajaran dengan
menggunakan kelompok belajar kecil dimana siswa bekerja bersama
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam pendapat ini dijelaskan
bahwa komponen inti dari sebuah pembelajaran kooperatif adalah
kelompok kecil dan kerjasama. Hal ini senada dengan pendapat Slavin
(1984) dalam buku yang ditulis oleh Allymand Bacon bahwa
pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi pembelajaran dimana
siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara
kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 2 sampai 5 orang, dengan
struktur kelompoknya yang bersifat heterogen.

Keberhasilan belajar dari kelompok tergantung pada kemampuan


dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual maupun secara
kelompok. Dalam pendapat Slavin ini lebih dipertegas lagi bahwa
pembelajaran kooperatif tidak hanya masalah kelompok kecil dan
kerjasama akan tetapi keberagaman anggota kelompok tersebut juga
menjadi komponen penting, karena tujuan pembelajaran tidak hanya
menanamkan aspek kognitif akan tetapi juga aspek afektif, dimana
dalam kelompok yang beragam tersebut dituntut untuk saling mengisi
dan toleransi serta bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan.
Hal ini juga dijelaskan oleh Nurhadi, dkk dalam buku yang ditulis
Thobroni, dkk (2013) berpendapat bahwa belajar kooperatif
mengandung makna multidimensi.

Dalam belajar kooperatif ada makna learning community, ada


share ideas, ada diskusi, service learning, belajar kelompok, belajar
kontekstual, sumber belajar, ada problem based learning, ada learning
to be, ada learning to know, ada learning to do, ada learning how to live
together, ada task based learning, ada school based learning, dan ada
collaborative learning. Uraian ini mengandung makna bahwa dalam
pembelajaran kooperatif bukan semata-mata hanya untuk mencapai
tujuan belajar akan tetapi didalamnya juga terdapat makna-makna yang
membentuk aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Sementara pendapat lain mengungkapkan bahwa pembelajaran


kooperatif juga bukan hanya pencapaian aspek-aspek pembelajaran
melalui konsep kerjasama akan tetapi pembelajaran kooperatif juga
memberikan pembentukan efek interaksi sosial seperti dijelaskan
Thompson, et al (1995) dalam buku yang ditulis Isjoni (2010:17)
menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif turut menambah unsur-
unsur interaksi sosial pada pembelajaran. Didalam pembelajaran
kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang
saling membantu satu sama lain. Dalam kelompok kecil inilah masing-
masing individu dituntut untuk saling berinteraksi secara sosial yaitu
dengan menghargai pendapat satu sama lain, saling bertukar informasi,
saling membantu dan sebagainya. Pendapat Thompson tersebut juga
diperkuat oleh paparan Roger, dkk dalam buku yang ditulis Miftahul
Huda (2014:29) bahwa cooperative learning is group learning activity
organized in such a way that learning is based on the socially structured
change of information between learners in group in which each learner
is held accountable for his or her own learning and motivated to
increase the learning of others yang artinya pembelajaran kooperatif
merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu
prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi
secara sosial diantara kelompok-kelompok pembelajar yang didalamnya
setiap pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan
didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota lain.
Dalam pendapat Roger ini dipertegas bahwa setiap anggota dituntut
untuk meningkatkan kualitas pembelajarannya bukan hanya secara
individu akan tetapi secara tim, sehingga semua anggota kelompok
dapat mengalami peningkatan kualitas pembelajaran secara merata.

Dari berbagai pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan


bahwa pembelajaran kooperatif ( cooperative learning) adalah suatu
strategi pembelajaran teroganisir yang membentuk kelompok-kelompok
kecil, dimana disetiap kelompok kecil terdapat interaksi antar individu
dan kerjasama (kooperatif) untuk memecahkan masalah dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif tidak hanya
bermakna belajar dan bekerjasama akan tetapi dalam pembelajaran ini
terdapat unsur-unsur problem based learning, learning to be, learning
to know, learning to do , dan learning how to live. Unsur-unsur tersebut
merupakan pendukung dalam pembelajaran kooperatif, dimana peserta
didik tidak hanya terfokus untuk belajar akan tetapi juga dituntut untuk
memahami bagaimana belajar, bagaimana bekerjasama, bagaimana
melakukan, dan bagaimana mengetahui. Dalam pembelajaran kooperatif
ini juga ditanamkan nilai-nilai sosial dimana kepekaan untuk memahami
anggota lain yang mengalami kesulitan, tanggung jawab, serta toleransi
dalam menghargai pendapat anggota lain.

3. Numbered Head Together

a. Pengertian NHT (Numbered Head Together)

Dalam pembelajaran kooperatif ( Cooperative Learning) terdapat


berbagai macam model, salah satu model tersebut adalah Numbered
Head Together (NHT). Dalam buku yang ditulis Anita lie (2010:59)
menyatakan bahwa teknik belajar kepala bernomor ( Numbered Heads)
dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992). Teknik ini memberikan
kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan
mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu teknik ini juga
mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka.
Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk
semua tingkatan usia anak didik. Pendapat kagan ini dapat dimaknai
bahwa kepala bernomor adalah suatu bentuk kelompok diskusi, dimana
semua anggota berhak dalam menyalurkan atau memberikan idenya
masing-masing. Hal ini diperjelas dalam buku yang ditulis Miftahul Huda
(2014:130) bahwa NHT merupakan varian dari diskusi kelompok,
dimana teknis pelaksanaannya hampir sama dengan diskusi kelompok
dengan cara pertama-tama guru meminta siswa untuk duduk
berkelompok, masing-masing anggota diberi nomor. Setelah selesai
guru memanggil nomor untuk mempresentasikan hasil diskusinya, guru
tidak memberitahukan nomor berapa yang akan berpresentasi
selanjutnya begitu seterusnya sampai semua nomor terpanggil.
Sehingga setiap individu dalam kelompok memiliki tanggung jawab
masing-masing terhadap materi yang diberikan akan tetapi seluruh
anggota tim harus mengetahui secara detail materi dari setiap anggota
tim lain.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran


NHT (Numbered Head Together) adalah suatu model pembelajaran
kooperatif yang menuntut siswa untuk lebih aktif dan bertanggung
jawab penuh dalam memahami materi pembelajaran baik secara
kelompok maupun individual. Model pembelajaran ini juga menuntut
siswa untuk berinteraksi dengan temannya karena dalam tipe
pembelajaran ini siswa diberi waktu untuk memikirkan, menjawab
pertanyaan yang dilontarkan guru sehingga membutuhkan komunikasi
yang baik antar teman sekelompoknya untuk mempersatukan ide.
Dalam mempersatukan ide ini setiap individu dituntut untuk memahami
materi pembelajaran individu lain, sehingga ketika dilakukan presentasi
seluruh anggota tim dapat membantu.

b. Prosedur pelaksanaan NHT (Numbered Head Together)


Pada saat melaksanakan suatu model pembelajaran ada beberapa
prosedur ataupun langkah-langkah yang harus dilakukan agar metode
tersebut dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan tujuan yang
akan dicapai, begitu pula dengan metode pembelajaran NHT ada
prosedur yang harus dilakukan. Seperti dijelaskan dalam buku yang
ditulis Miftahul Huda (2014:138) bahwa prosedur pelaksanaan NHT
meliputi :

1) Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok . masing-masing siswa dalam


kelompok diberi nomor.

2) Guru memberikan tugas/pertanyaan dan masing-masing kelompok


mengerjakannya.

3) Kelompok berdiskusi untuk menemukan jawaban yang dianggap


paling benar dan memastikan semua anggota kelompok mengetahui
jawaban tersebut.

4) Guru memanggil salah satu nomor. Siswa dengan nomor yang


dipanggil memprsentasikan jawaban hasil diskusi kelompok mereka.

Menurut Anita Lie (2010: 60) prosedur pelaksanaan kepala bernomor


meliputi :

1) Siswa dibagi dalam kelompok. Setiap siswa dalam setiap kelompok


mendapat nomor.

2) Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok


mengerjakannya.

3) Kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan


memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawaban ini.

4) Guru memanggil salah satu nomor. Siswa dengan nomor yang


dipanggil melaporkan hasil kerja sama mereka.

Sedangkan menurut Nurhadi dalam buku yang ditulis Thobroni,


dkk (2013:296) langkah-langkah pada model NHT adalah sebagai
berikut :

1) Langkah 1 : penomoran (numbering)


Pada langkah pertama, guru membagi para siswa menjadi
beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan tiga hingga lima
orang dan memberi mereka nomor sehingga tiap siswa dalam tim
tersebut memiliki nomor yang berbeda.

2) Langkah 2 : pengajuan pertanyaan (questioning)

Pada langkah kedua ini guru mengajukan suatu pertanyaan


kepada para siswa. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat
spesifik hingga yang bersifat umum.

3) Langkah 3 : berpikir bersama (head together)

Selanjutnya, di langkah ketiga para siswa berpikir bersama


untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa setiap orang
mengetahui jawaban tersebut.

4) Langkah 4 : pemberian jawaban (answering)

Terakhir, di langkah keempat ini guru menyebut satu nomor


dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama
mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas.

Dalam buku yang ditulis Daryanto, dkk (2012:245) dijelaskan


bahwa langkah-langkah penerapan NHT meliputi :

1) Guru menyampaikan materi pembelajaran atau permasalahan kepada


siswa sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.

2) Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk


mendapatkan skor dasar atau awal.

3) Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok, setiap kelompok


terdiri dari 4-5 siswa, setiap anggota kelompok diberi nomor atau
nama.

4) Guru mengajukan permasalahan untuk dipecahkan bersama dalam


kelompok.

5) Guru mengecek pemahaman siswa dengan menyebut salah satu


nomor (nama) anggota kelompok untuk menjawab. Jawaban salah
satu siswa yang ditunjuk oleh guru merupakan wakil jawaban dari
kelompok.

6) Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman,mengarahkan,


dan memberikan penegasan pada akhir pembelajaran.

7) Guru memberikan tes/kuis kepada siswa secara individual.

8) Guru memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor


penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar
individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya (terkini).

Dari berbagai pendapat para ahli diatas secara garis besar


prosedur pelaksanaan metode NHT adalah sebagai berikut :

1) Penomoran (Numbering) yaitu dalam satu kelas ataupun kelompok


belajar dibagi menjadi beberapa kelompok kecil, kemudian guru
memberikan penomoran pada setiap individu dalam satu kelompok.

2) Pemberian tugas/penugasan (Questioning) yaitu setiap individu


diberikan tugas ataupun pertanyaan sesuai dengan nomor yang
sudah dibagikan, setiap individu akan menerima pertanyaan atau
materi yang sudah ditentukan oleh guru sesuai dengan nomor yang
diperolehnya.

3) Berdiskusi/berpikir bersama (Head Together) yaitu dalam satu


kelompok mendiskusikan jawaban atas pertanyaan yang telah
diberikan atau materi yang dibebankan pada setiap individu dalam
satu kelompok. Dalam diskusi ini kelompok harus memastikan bahwa
setiap individu menguasai materi atau jawaban baik itu yang
dibebankan pada dirinya maupun teman dalam satu kelompok.

4) Pemberian jawaban (Answering) yaitu setelah kelompok


mendiskusikan jawaban atau materi yang diberikan, guru memanggil
nomor secara acak dan nomor yang terpanggil dari masing-masing
kelompok harus mempresentasikan atau memberikan jawaban pada
teman dalam satu kelas.

Dengan adanya prosedur-prosedur tersebut maka pelaksanaan


metode pembelajaran NHT dapat dilaksanakan dengan tahapan yang
benar sehingga hasil yang diharapkan akan optimal dan sesuai yang
diharapkan.

4. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

Dalam suatu pembelajaran perlu adanya suatu batasan untuk


menentukan kriteria pencapaian beajar. Hal ini untuk mengetahui tingkat
keberhasilan suatu proses pembelajaran sehingga disusun suatu batas
standar penilaian atau disebut KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal).

a. Pengertian KKM

Dalam buku yang ditulis Sunarti, dkk (2014:199) disebutkan


bahwa Kriteria Ketuntasan Minimal adalah kriteria minimal dimana
untuk menentukan kelulusan peserta didik. Hal ini sejalan dengan
pendapat Widoyoko (2014:264) bahwa Kriteria Ketuntasan Minimal
merupakan kriteria paling rendah untuk menyatakan siswa mencapai
ketuntasan. Dengan ditentukannya kriteria minimal ini diharapkan
nantinya pendidik memiliki standar penilaian dalam mencapai tujuan
pembelajaran sementara peserta didik juga memiliki target dalam
mencapai target standar penilaian.

Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa KKM


(Kriteria Ketuntasan Minimal) adalah suatu standar minimal untuk
menentukan keberhasilan siswa dalam menempuh suatau proses
pembelajaran sehingga seorang peserta didik dapat menentukan
target minimal yang harus dicapainya agar dapat dinyatakan lulus
ataupun tuntas menempuh suatu mata pelajaran. Dengan adanya
KKM ini juga suatu proses pembelajaran memiliki arah dan tujuan
serta patokan dalam menilai kualitas hasil pembelajaran.

b. Fungsi KKM

KKM disusun bukan berarti tanpa memiliki maksud dan tujuan


yang jelas, KKM disusun agar suatu pembelajaran memiiki patokan
dalam melakukan penilaian, akan tetapi KKM disusun bukan hanya
sebagai patokan standar penilaian tetapi juga meiliki fungsi-fungsi
lain yang mendukung proses pembelajaran. Dalam buku yang ditulis
Widoyoko (2014:266) menyatakan KKM mempunyai fungsi antara
lain:

1) Sebagai acuan bagi pendidik dalam menilai kompetensi siswa


sesuai kompetensi dasar mata pelajaran yang diikuti.

2) Sebagai acuan bagi siswa dalam menyiapkan diri mengikuti


penilaian mata pelajaran.

3) Dapat digunakan sebagai bagian dari komponen dalam melakukan


evaluasi program pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah.

4) Merupakan kontrak pendagogik antara pendidik dengan siswa dan


antara satuan pendidikan dengan masyarakat.

5) Merupakan target satuan pendidikan dalam pencapaian


kompetensi tiap mata pelajaran.

Sejalan dengan uraian diatas Sunarti, dkk (2014:200-201)


mengatakan bahwa fungsi kriteria ketuntasan minimal secara lebih
luas antara lain :

1) Acuan pendidik dalam menilai kompetensi peserta didik

KKM berfungsi sebagai acuan bagi pendidik dalam menilai


kompetensi peserta didik, sesuai kompetensi dasar mata pelajaran
yang diikuti. Ketercapaian kompetensi dasar peserta didik dapat
diketahui berdasarkan KKM yang ditetapkan.

2) Acuan peserta didik dalam menyiapkan diri.

KKM berfungsi sebagai acuan bagi peserta didik dalam


menyiapkan diri mengikuti penilaian mata pelajaran. Penetapan
KKM dilakukan pada setiap kompetensi dasar (KD) dan indikator.
KKM tersebut harus dicapai dan dikuasai oleh peserta didik,
sehingga peserta didik diharapkan dapat mempersiapkan diri
dalam mengikuti penilaian agar mencapai nilai melebihi KKM.

3) Acuan evaluasi program pembelajaran sekolah.

KKM dapat digunakan sebagai bagian dari komponen dalam


melakukan evaluasi program pembelajaran yang dilaksanakan di
sekolah. Evaluasi keterlaksanaan dari hasil program kurikulum
dapat dilihat dari keberhasilan pencapaian KKM sebagai tolok ukur.
Oleh karena itu hasil pencapaian KD berdasarkan KKM yang
ditetapkan perlu dianalisis untuk mendapatkan informasi tentang
peta-peta KD disetiap mata pelajaran yang mudah atau sulit, dan
cara perbaikan dalam proses pembelajaran maupun pemenuhan
sarana-prasarana belajar di sekolah.

4) Kontrak pendagogik

KKM juga memiliki fungsi menjadi kontrak pendagogik


antara pendidik dengan peserta didik dan antara satuan
pendidikan dengan masyarakat. Keberhasilan pencapaian KKM
merupakan upaya yang harus dilakukan bersama antara pendidik,
peserta didik, pimpinan satuan pendidikan, dan orang tua.
Pendidik melakukan upaya pencapaian KKM dengan
memaksimalkan proses pembelajaran dan penilaian. Peserta didik
melakukan upaya pencapaian KKM dengan proaktif mengikuti
kegiatan pembelajaran, serta mengerjakan tugas-tugas yang telah
didesain pendidik. Orang tua dapat membantu dengan
memberikan motivasi dan dukungan dalam mengikuti
pembelajaran. Pimpinan satuan pendidikan berupaya
memaksimalkan pemenuhan kebutuhan untuk mendukung
terlaksananya proses pembelajaran dan penilaian di sekolah.

5) Target satuan pendidikan dalam pencapaian kompetensi setiap


mata pelajaran.

Fungsi KKM lainnya adalah sebagai target satuan pendidikan


dalam pencapaian kompetensi setiap mata pelajaran. Satuan
pendidikan harus berupaya semaksimal mungkin untuk melampaui
KKM yang ditetapkan. Keberhasilan pencapaian KKM merupakan
salah satu tolok ukur kinerja satuan pendidikan dalam
menyelenggarakan program pendidikan.

Dari berbagai uraian tersebut secara garis besar fungsi KKM


dapat diklasifikasikan menjadi beberapa fungsi antara lain :
1) Sebagai acuan dasar pendidik dalam melakukan penilaian
terhadap peserta didik pada pencapaian kompetensi.

2) Sebagai acuan bagi peserta didik untuk mencapai target


kompetensi karena dengan ditetapkannya KKM maka seorang
peserta mempunyai taget untuk mencapai KKM tersebut.

3) Sebagai alat evaluasi terhadap program sekolah yang berkaitan


dengan proses pembelajaran. Karena KKM menjadi tolok ukur
keberhasilan program sekolah yang mendukung proses
pembelajaran.

4) Sebagai kontrak pendagogik antar komponen dalam proses


pembelajaran baik itu antara pendidik dengan peserta didik
ataupun keduanya dengan satuan pendidikan untuk saling
bekerjasama mencapai target KKM yang telah disepakati bersama.

c. Mekanisme penetapan KKM

Dalam buku yang ditulis Widoyoko (2014:268-269) dijelaskan


bahwa penetapan KKM dilakukan oleh guru atau kelompok guru mata
pelajara. Langkah-langkah penetapan KKM adalah sebagai berikut :

1) Guru atau kelompok guru menetapkan KKM mata pelajaran


dengan mempertimbangkan tiga aspek kriteria yaitu
kompleksitas, daya dukung, dan intake siswa.

2) Hasil penetapan KKM indikator berlanjut pada KD, SK hingga


KKM mata pelajaran.

3) Hasil penetapan KKM oleh guru atau kelompok guru mata


pelajaran disahkan oleh kepala sekolah untuk dijadikan patokan
guru dalam melakukan penilaian.

4) KKM ditetapkan disosialisasikan kepada pihak-pihak yang


berkepentingan yaitu siswa, orang tua, dan dinas pendidikan.

5) KKM dicantumkan dalam LHB pada saat hasil penilaian


dilaporkan kepada orang tua/wali siswa.
Sementara menurut Sunarti, dkk (2014:203) menyatakan
bahwa penetapan KKM dilakukan oleh guru atau kelompok guru
mata pelajaran yang dimulai dari penetapan KKM indikator,
kemudian berlanjut pada KKM kompetensi dasar (KD), KKM standar
kompetensi (SK), dan KKM mata pelajaran. Penetapan KKM
dilakukan mempertimbangkan tiga aspek yaitu kompleksitas, daya
dukung, dan intake peserta didik.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa mekanisme


penetapan KKM secara garis besar harus mempertimbangkan 3
aspek yaitu kompleksitas, daya dukung, dan intake peserta didik.
Setelah ketiga aspek tersebut teranalisa maka penetapan KKM
berlanjut mulai dari penetapan KKM indikator, KKM standar
kompetensi dasar, KKM standar kompetensi, dan KKM mata
pelajaran kemudian KKM tersebut disahkan oleh kepala sekolah
melalui kelompok guru mata pelajaran atau yang berwenang yang
kemudian dipublikasikan atau disosialisasikan kepada pihak-pihak
yang berkepentingan misalnya orang tua,siswa, dan dinas
pendidikan.

5. Penelitian Tindakan Kelas

a. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan


kelas (PTK). Menurut Burns (1999) dalam buku yang ditulis Sanjaya
(2013:25) bahwa penelitian tindakan adalah penerapan berbagai
fakta yang ditemukan untuk memecahkan masalah dalam situasi
sosial untuk meningkatkan kualitas tindakan yang dilakukan dengan
melibatkan kolaborasi dan kerjasama para peneliti dan praktisi.
Sementara menurut Yudisthira (2013:26) menyatakan bahwa
penelitian tindakan kelas (PTK) adalah suatu bentuk penelitian yang
bersifat reflektif dengan melakukan tindakan tertentu agar dapat
memperbaiki/meningkatkan praktek pembelajaran dikelas secara
lebih profesional, dengan tujuan perbaikan dan peningkatan layanan
profesional guru dalam menangani proses pembelajaran. Hal ini
diperkuat oleh pernyataan hopkins dalam buku yang ditulis Muslich
(2011:8) yang menyatakan bahwa PTK adalah suatu bentuk kajian
yang bersifat reflektif, yang dilakukan oleh pelaku tindakan untuk
meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakannya dalam
melaksanakan tugas dan memperdalam pemahaman terhadap
kondisi dalam praktik pembelajaran.

Dari berbagai uraian para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa


penelitian tindakan kelas (PTK) adalah suatu penelitian yang bersifat
reflektif dengan melakukan tindakan tertentu untuk memperbaiki atau
meningkatkan praktek pembelajaran di kelas yang dilakukan oleh para
peneliti dan para praktisi. Penelitian ini memberikan alternatif
tindakan dan pemecahan masalah dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran baik itu dari segi proses maupun hasil belajarnya.

b. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas

Dalam setiap penelitian selalu ada tujuan yang hendak dicapai


begitu pula dengan Penelitian Tindakan Kelas, penelitian ini dilakukan
dengan maksud dan tujuan tertentu. Menurut Somadayo (2013:23)
menyatakan bahwa tujuan utama penelitian tindakan kelas adalah
untuk mengubah perilaku penelitinya, orang lain, dan untuk
mengubah kerangka kerja, organisasi, atau struktur lain yang pada
gilirannya menghasilkan perubahan pada perilaku orang lain.
Sementara Kunandar (2011: 63-64) menyatakan bahwa tujuan dari
PTK adalah sebagai berikut :

1) Memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas


yang dialami langsung dalam interaksi antara guru dengan siswa
yang sedang belajar, meningkatkan profesionalisme guru dan
menumbuhkan budaya akademik dikalangan para guru.

2) Peningkatan kualitas praktik pembelajaran di kelas secara terus-


menerus mengingat masyarakat berkembang secara cepat.

3) Peningkatan relevansi pendidikan, hal ini dicapai melalui


peningkatan proses pembelajaran.
4) Sebagai alat training in-service, yang memperlengkapi guru
dengan skill dan model baru, mempertajam kekuatan analitisnya
dan mempertinggi kesadaran dirinya.

5) Sebagai alat untuk memasukkan pendekatan tambahan atau


inovatif terhadap sistem pembelajaran yang berkelanjutan yang
biasanya menghambat inovasi dan perubahan.

6) Peningkatan mutu hasil pendidikan melalui perbaikan praktik


pembelajaran di kelas dengan mengembangkan berbagai jenis
ketrampilan dan meningkatnya motivasi belajar siswa.

7) Meningkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga


kependidikan.

8) Menumbuhkembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah,


sehingga tercipta sikap proaktif dalam melakukan perbaikan mutu
pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan.

9) Peningkatan efisiensi pengelolaan pendidikan, peningkatan, atau


perbaikan proses pembelajaran di sampng untuk meningkatkan
relevansi dan mutu hasil pendidikan juga ditunjukkan untuk
meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber-sumber daya yang
terintegrasi di dalamnya.

Grundy dalam buku yang ditulis Sanjaya (2009:31) menyatakan


bahwa tujuan penelitian tindakan meliputi tiga hal yakni : peningkatan
praktik, pengembangan profesional, dan peningkatan situasi tempat
praktik berlangsung. Tiga hal tersebut dapat dimaknai bahwa dengan
adanya penelitian tindakan maka jam terbang seorangguru akan
meningkat karena guru terlibat secara langsung dalam proses
penerapannya meskipun nantinya belum tentu akan menerapakannya
dalam proses pembelajaran yang dilakukan sehari-hari. Pengembangan
profesional ini bisa didapatkan dari penelitian tindakan karena dengan
adanya penelitian tindakan ini maka akan diketahui kelemahan atau
kekurangan yang ada pada seorang guru sehingga dapat memperbaiki
dan selalu meningkatkan kualitasnya untuk mencapai kemampuan
profesional. Sementara peningkatan situasi tempat praktik berlangsung
dimaksudkan bahwa dengan penelitian tindakan ini maka dilakukan
berbagai analisis sehingga dapat diterapkan rekayasa-rekayasa teknologi
yang tepat sesuai dengan kebutuhan pembelajaran.

Dari berbagai pendapat para ahli diatas secara garis besar dapat
disimpulkan bahwa tujtuan utama dari penelitian tindakan kelas adalah
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dengan menganalisis
permasalahan-permasalahan yang terjadi baik pada guru atapun siswa.
Selain itu penelitian tindakan kelas juga bertujuan untuk meningkatkan
profesionalitas seorang guru karena dengan penelitian tindakan kelas ini
dapat dilakukan evaluasi terkait cara mengajar seorang guru dan
mencoba diterapkannya rekayasa-rekayasa teknologi pendidikan yang
ada.

c. Siklus Penelitian Tindakan Kelas

Siklus secara umum dapat didefinisikan menjadi langkah-langkah


utama yang terjadi pada suatu sistem, baik itu sistem sosial, fisik, dan
sebagainya. Sedangkan dalam penelitian tindakan kelas satu siklus
adalah satu putaran dalam PTK yang di dalamnya meliputi tahapan
kegiatan perencanaan strategi pembelajaran, tahapan pelaksanaan
pembelajaran sesuai dengan strategi yang telah disiapkan, yang diamati
tingkat keberhasilannya, dan dievaluasi apakah tingkat keberhasilan
sudah mencapai yang ditargetkan. Dalam PTK banyak berbagai model
siklus yang dikembangkan oleh para ahli. Dalam buku yang ditulis
Kusumah,dkk (2012:20-24) model-model pelaksanaan penelitian
tindakan kelas yang telah dikembangkan oleh para ahli antara lain :

(1) Model Kurt Lewin

Model Kurt Lewin menjadi acuan pokok atau dasar dari


adanya berbagai model penelitian tindakan yang lain, khususnya
PTK. Konsep pokok penelitian tindakan Model Kurt Lewin terdiri dari
empat komponen yaitu : perencanaan ( Planning), tindakan (Acting),
Pengamatan (Observing), refleksi (reflecting).

(2) Model Kemmis & McTaggart


Model Kemmis & McTaggart merupakan pengembangan dari
konsep dasar yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin sebagaimana
yang diutarakan sebelumnya, hanya saja perbedaannya adalah
komponen acting dan observing dijadikan satu menjadi satu
kesatuan, hal ini karena kedua kegiatan ini harus dilakukan dalam
satu kesatuan waktu, ketika tindakan dilaksanakan begitu pula
observasi juga harus dilaksanakan.

(3) Model John Elliot

Model PTK John Elliot menggunakan beberapa langkah


tindakan dalam satu langkah tindakan yaitu tindakan 1, tindakan 2,
tindakan 3. Adanya beberapa langkah dalam satu tindakan tersebut
didasarkan atas pemikiran bahwa didalam mata pelajaran terdiri
dari beberapa pokok bahasan, dan setiap pokok bahasan terdiri dari
beberapa materi yang tidak dapat selesai dalam satu kali tindakan.

(4) Model Hopkins

Gambar 1. Gambar siklus PTK menurut Hopkins

(5) Model Mc Kernan

Menurut Mc Kernan ada tujuhlangkah yang harus dicermati


dalam PTK yaitu :

a) Analisis situasi (recoinnaissance) atau kenal medan.

b) Perumusan dan klarifikasi permasalahan

c) Hipotesis tindakan

d) Perencanaan tindakan

e) Penerapan tindakan dengan monitoringnya


f) Evaluasi hasil tindakan

g) Refleksi dan pengambilan keputusan untuk pengembangan


selanjutnya.

Dari berbagai pendapat para ahli siklus yang paling mudah


diterapkan dan mudah dipahami adalah siklus yang dikembangkan oleh
Kemmis dan McTaggart. Dalam buku yang ditulis Kusumah, dkk
(2012:20-21) mengemukakan bahwa siklus Kemmis dan McTaggart
pada hakekatnya berupa perangkat-perangkat atau untaian-untaian
dengan satu perangkat terdiri dari empat komponen, yaitu perencanaan,
tindakan, pengamatan dan refleksi. Model Kemmis dan McTaggart ini
banyak digunakan oleh para guru karena sederhana dan mudah
diterapkan. Dalam buku yang ditulis Muhadi (2011:70) dijelaskan lebih
rinci fase-fase siklus PTK yang dikembangkan oleh kemmis dan mc
taggart dengan penjelasan sebagai berikut :

a) Fase perencanaan (planning) yaitu langkah yang dilakukan


berdasarkan hasil observasi awal. Dari masalah yang ada dan cara
pemecahannya yang telah ditetapkan, dibuat perencanaan kegiatan
belajar mengajarnya (KBM). Perencanaan ini persis dengan KBM
yang dibuat guru sehari-hari, termasuk penyiapan media, dan alat-
alat pemantauan perkembangan pengjaran seperti lembar
observasi, tes, catatan harian, dan lain-lain.

b) Fase tindakan (action) adalah fase pelaksanaan KBM yang telah


direncanakan. Bersamaan dengan ini juga dilakukan fase
pemantauan/observasi.

c) Fase observasi (Observation) adalah fase dimana dilakukan


pengumpulan data-data yang diperlukan. Untuk mendapat data ini
maka diperlukan instrumen dan prosedur pengumpulan data. Dalam
fase ini juga dilakuakn analisis terhadap data dan interpretasinya.
Fase ini berlangsung bersamaan dengan pelaksanaan tindakan
(action), dan pada akhir tindakan. Data yang diambil selama
pelaksanaan tindakan misalnya observasi perilaku siswa dan pada
akhir tindakan dapat dilakukan tes maupun wawancara.
d) Fase refleksi (Reflection) adalah fase yag terdiri atas refleksi kritis
dan refleksi diri. Refleksi kritis adalah pemahaman secara mendalam
atas temuan siklus tersebut, dan refleksi diri adalah mengkaji
kelebihan dan kekurangan yang terjadi selama siklus berlangsung.
Dengan demikian fase ini adalah fase yang berisi kegiatan
pemaknaan hasil analisis, pembahasan, penyimpulan, dan
identifikasi tindak lanjut.

Sedangkan menurut Arikunto,dkk (2014:16-20) dijelaskan bahwa


banyak ahli yang mengemukakan model penelitian tindakan dengan
bagan yang berbeda, namun secara garis besar terdapat empat tahapan
lazim yang dilalui yaitu : perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan
refleksi. Dengan penjelasan secara rinci sebagai berikut :

a) Perencanaan (planning) adalah tahap dimana peneliti menjelaskan


tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana
tindakan tersebut dilakukan.

b) Tindakan (acting) adalah tahap penelitian tindakan yang


pelaksanaannya merupakan implementasi atau isi rancangan. Hal
yang harus diingat adalah bahwa tahap tindakan ini pelaksana
harus berusaha menaati apa yang sudah dirumuskan dalam
rancangan, tetapi harus pula berlaku wajar, tidak dibuat-buat.

c) Pengamatan (observing) adalah kegiatan pengamatan yang


dilakukan oleh pengamat. Tahapan ini sebenarnya dilakukan pada
waktu tindakan sedang dilakukan, sehingga pada saat
melaksanakan tindakan dilakukan pula tahap pengamatan diamana
peneliti mengumpulkan data-data yang diperlukan untuk dilakukan
analisis.

d) Refleksi (Reflecting) adalah kegiatan untuk mengemukakan kembali


apa yang sudah dilakukan. Dengan kata lain peneliti melihat dirinya
kembali untuk menemukan hal-hal yang sudah dirasakan
memuaskan hati karena sudah sesuai dengan rancangan dan secara
cermat mengenali hal-hal yang masih perlu diperbaiki.
Dari berbagai uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam
penelitian tindakan kelas dalam satu siklus terdapat 4 tahan penting
yaitu:

a. tahap perencanaan

Tahap perencanaan ini merupakan tahap dimana


strategi dan persiapan semua kebutuhan yang akan
diterapkan dalam penelitian tindakan ini didesain sedemikian
mungkin baik itu dari segi perangkat pembelajaran,
instrumen-instrumen pengambilan data, proses
pembelajaran, tes, catatan harian dan sebagainya.

b. tahap tindakan

Tahap tindakan merupakan inti dari sebuah penelitian


tindakan dimana tahap ini merupakan implementasi dari
rancangan-rancangan yang sudah disusun pada tahap
perencanaan sebelumnya. Dalam tahapan ini juga dilakukan
proses pengamatan terhadap objek penelitian.

c. tahap observasi.

Tahap observasi dilakukan bersamaan dengan tahap


tindakan karena dalam tahap tindakan ini proses pengamatan
dan pengambilan data dapat dilakukan serta dapat pula
dilakukan evaluasi. Dalam tahap ini pula data yang telah
tercatat atau terekam dapat dianalisis.

d. tahap refleksi.

Tahap refleksi merupakan tahapan untuk mereview


tindakan yang telah dilakukan sehingga dapat diketahui
tindakan-tindakan yang sudah tercapai sesuai dengan
perencanaan dan tindakan yang belum tercapai sehingga
dapat diperbaiki dalam siklus berikutnya. Tahapan ini dapat
dikatakan juga merupakan tahapan evaluasi, dimana semua
yang telah dilakukan akan diperbaiki dan dikembangkan atau
dipertahankan pada siklus selanjutnya.
Dimana 4 hal ini saling berkesinambungan sehingga antara
tahap satu dengan yang lainnya akan mempengaruhi hasil
pencapaian karena didalam setiap tahap terdapat unsur evaluasi
yang berguna untuk memperbaiki tahap-tahap berikutnya.

6. Sistem Bahan Bakar


Sistem bahan bakar berfungsi untuk mencampur udara dan bahan
bakar dan mengirim campuran tersebut dalam bentuk kabut ke ruang
bakar. Dilihat dari cara pemasukan campuran udara dan bahan bakar
tersebut ada dua macam. Cara pertama, masuknya campuran udara dan
bahan bakar dengan cara dihisap, sedang cara kedua masuknya
campuran udara dan bahan bakar dengan cara diinjeksikan. Cara pertama
biasa disebut sistem bahan bakar konvensional, sedang cara kedua
disebut sistem injeksi bahan bakar. Sistem injeksi bahan bakar dapat
dibagi menjadi sistem bahan bakar konvensional dan sistem injeksi bahan
bakar secara elektronik dan biasa disebut EFI (Electronic Fuel Injection).

a. Komponen Sistem Bahan Bakar Konvensional


Komponen sistem bahan bakar konvensional terdiri atas :
1) Tangki bahan bakar.
Pada umumnya tangki bahan bakar terbuat dari lembaran
baja yang tipis. Penempatan tangki bahan bakar biasanya
diletakkan di bagian belakang kendaraan untuk mencegah bocoran
apabila terjadi benturan. Namun ada beberapa kendaraan yang
letak tangki bahan bakarnya di tengah. Bagian dalam tangki dilapisi
bahan pencegah karat. Disamping itu tangki juga dilengkapi dengan
penyekat (separator) untuk mencegah perubahan permukaan bahan
bakar pada saat kendaraan melaju di jalan yang tidak rata. Lubang
saluran masuk bahan bakar ke saluran utama terletak 2-3 cm dari
dasar tangki untuk mencegah endapan dan air dalam bensin ikut
terhisap ke dalam saluran.
Gambar 2. Tangki bahan bakar
2) Saluran bahan bakar
Pada sistem bahan bakar terdapat tiga saluran bahan bakar
yaitu : saluran utama yang menyalurkan bahan bakar dari tangki ke
pompa bahan bakar, saluran pengembali yang menyalurkan bahan
bakar kembali dari karburator ke tangki, dan saluran uap bahan
bakar yang menyalurkan gas HC (uap bensin) dari dalam tangki
bahan bakar ke charcoal canister. Untuk mencegah kerusakan
saluran bahan bakar yang disebabkan oleh benturan, biasanya
saluran bahan bakar dilengkapi dengan pelindung. Saluran bahan
bakar yang menghubungkan karburator dengan pompa bahan bakar
menggunakan selang karet karena adanya getaran mesin.
3) Saringan bahan bakar
Saringan bahan bakar ditempatkan antara tangki dengan
pompa bahan bakar yang berfungsi untuk menyaring kotoran atau
air yang mungkin terdapat di dalam bensin. Dalam saringan
terdapat elemen yang berfungsi untuk menghambat kecepatan
aliran bahan bakar, mencegah masuknya air dan kotoran masuk ke
karburator. Partikel kotoran yang besar mengendap di dasar
saringan, sedang partikel yang kecil disaring oleh elemen.
Gambar 3. Saringan bahan bakar
4) Pompa bahan bakar
Pompa bahan bakar yang biasa digunakan pada motor bensin
adalah pompa bahan bakar konvensional dan pompa bahan bakar
listrik.

Gambar 4. Pompa bahan bakar konvensional


Pompa bahan bakar konvensional digerakkan oleh mesin
itu sendiri, sedang pompa bahan bakar listrik digerakkan dengan
arus listrik. Ada dua jenis pompa bahan bakar konvensional yaitu
pompa bahan bakar yang dilengkapi dengan saluran pengembali
dan pompa bahan bakar tanpa saluran pengembali. Namun
demikian konstruksi dan cara kerjanya sama. Pada mesin-mesin
terdahulu umumnya saluran pengembali ada di karburator, sedang
mesin-mesin sekarang saluran pengembalinya ada di pompa bahan
bakar.
5) Charcoal canister
Charcoal canister berfungsi untuk menampung sementara
uap bensin yang berasal dari ruang pelampung pada karburator dan
uap bensin yang dikeluarkan dari saluran emission pada saat
tekanan di dalam tangki naik karena bertambahnya temperatur di
dalam internal canister agar tidak terbuang keluar. Uap bensin yang
ditampung oleh charcoal canister dikirim langsung ke intake
manifold, kemudian ke ruang bakar untuk dibakar pada saat mesin
hidup.

Gambar 5. Charcoal canister


6) Karburator
a) Macam-Macam Karburator
Karburator berfungsi untuk merubah bahan bakar dalam
bentuk cair menjadi kabut bahan bakar dan mengalirkan ke
dalam silinder sesuai dengan kebutuhan mesin. Karburator
mengirim sejumlah campuran udara dan bahan bakar melalui
intake manifold menuju ruang bakar sesuai dengan beban dan
putaran mesin.
(1) Dilihat dari tipe venturi, karburator dapat dibedakan
menjadi :
(a) Karburator dengan venturi tetap (fixed venturi)

Gambar 6. Karburator dengan venturi tetap


Karburator dengan venturi tetap (fixed venturi)
dewasa ini masih banyak digunakan karena konstruksinya
sederhana. Sifat utama karburator tersebut menggunakan
sebuah venturi tetap dengan diameter tertentu. Besarnya
vakum yang dihasilkan oleh udara yang mengalir melalui
venturi tersebut sesuai dengan kecepatan aliran.
Kecepatan aliran dipengaruhi oleh beban mesin dan
pembukaan katup gas. Keadaan tersebut akan
mempengaruhi banyak sedikitnya bahan bakar yang
keluar dari venturi.
(b) Karburator variable venturi

Gambar 7. Karburator variable venturi


Karburator variable venturi menggunakan sistem
dimana permukaan venturi dikontrol sesuai dengan
banyaknya udara yang dihisap. Salah satu keistimewaan
karburator tersebut adalah perubahan membukanya
venturi sama saat kecepatan rendah dan sedang, serta
pada beban ringan dan sedang. Dengan alasan tersebut
volume bahan bakar berubah sesuai dengan volume
udara yang masuk dan tahanan udara yang masuk
menjadi kecil. Dengan demikian dapat memudahkan
untuk mencapai output yang tinggi.
(c) Karburator air valve venturi
Gambar 8. Karburator air valve venturi
Pada karburator air valve venturi, membukanya air
valve dikontrol dengan besarnya udara yang dihisap.
Konstruksinya berbeda dengan karburator variable
venturi, tetapi cara kerjanya sama. Karburator jenis air
valve mempunyai dasar karburator arus turun dua barrel
(down draft double barrel), tetapi konstruksi dan cara
kerjanya sama dengan sistem secondary yang
dimodifiksai. Katup udara terpasang di dalam silinder
secondary dan membukanya air valve bervariasi sesuai
dengan jumlah udara yang dihisap. Kevakuman pada
nosel utama dikontrol agar bekerjanya konstan.
Karburator jenis ini tidak mempunyai tahanan aliran udara
pada venturi sehingga keuntungannya mampu
menghasilkan output yang besar. Disamping itu,
membuka dan menutupnya katup throttle secara
konvensional maka diafragma tidak diperlukan lagi.
(2) Dilihat dari arah masuk campuran udara dan bahan bakar :
(a) Karburator arus turun
Gambar 9. Karburator arus turun
Pada karburator arus turun, arah masuknya
campuran udara dan bahan bakar adalah ke bawah
(down draft). Karburator jenis ini banyak digunakan
karena tidak ada kerugian gravitasi.
(b) Karburator arus datar

Gambar 10. Karburator arus datar


Pada karburator arus datar, arah masuknya
campuran udara dan bahan bakar adalah ke samping
(side draft). Karburator tersebut pada umumnya
digunakan pada mesin yang memiliki output yang tinggi.
(3) Dilihat dari jumlah barel, karburator dapat dibedakan
menjadi:
(a) Karburator single barel
Gambar 11. karburator single barel
Pada karburator single barel, semua kebutuhan
bahan bakar pada berbagai putaran mesin dilayani oleh
satu barel. Padahal pada putaran mesin rendah, diameter
venturi yang besar akan lebih lambat menghasilkan
tenaga dibanding diameter venturi yang kecil. Sebaliknya
diameter venturi yang kecil hanya mampu memenuhi
kebutuhan bahan bakar pada putaran mesin tertentu,
tetapi pada putaran rendah lebih cepat menghasilkan
tenaga. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka
diciptakan karburator double barel.
(b) Karburator double barel
Pada putaran rendah, karburator double barel
cepat menghasilkan tenaga (output) karena yang bekerja
hanya primary venturi yang mempunyai diameter venturi
kecil. Pada putaran tinggi, baik prymary maupun
secondary venturi bekerja bersama-sama sehingga output
yang dicapai akan tinggi karena total diameter venturinya
besar. Disamping itu kecepatan aliran maksimal pada
venturi karburator double barel dibanding karburator
single barel lebih kecil sehingga kerugian gesekannyapun
lebih kecil.
Gambar 12. karburator double barel
b) Prinsip Kerja Karburator
Prinsip kerja karburator berdasarkan hukum-hukum fisika
seperti : Qontinuitas dan Bernauli. Apabila suatu fluida mengalir
melalui suatu tabung, maka banyaknya fluida atau debit aliran
(Q) adalah :
Q = A.V = konstan
Q = debit aliran (m3/detik)
A = luas penampang tabung (m2)
V = kecepatan aliran (m/detik)

Gambar 13. Konstruksi dasar karburator


Konstruksi dasar karburator dapat dilihat pada gambar
diatas. Bagian karburator yang diameternya menyempit (bagian
A) disebut venturi. Pada bagian ini kecepatan aliran udara yang
masuk semakin tinggi sehingga kevakumannya semakin rendah.
Dengan demikian pada bagian venturi bahan bakar yang dapat
terhisap semakin banyak.
c) Cara Kerja Karburator
Untuk memenuhi kebutuhan kerjanya, pada karburator
terdapat beberapa sistem yaitu :
(1) Sistem Pelampung
Sistem pelampung diperlukan untuk menjaga agar
permukaan bahan bakar pada ruang pelampung selalu
konstan. Pada ruang pelampung terdapat pelampung (float)
dan jarum pelampung (needle valve).

Gambar 14. Sistem pelampung


Pelampung dapat bergerak naik turun sesuai dengan
tinggi permukaan bahan bakar, sedang jarum pelampung
berfungsi untuk membuka dan menutup saluran bahan
bakar yang berasal dari pompa bahan bakar. Apabila
permukaan bahan bakar di dalam ruang pelampung turun,
maka pelampung akan turun sehingga jarum pelampung
membuka saluran masuk. Akibatnya bahan bakar yang
berasal dari pompa bahan bakar mengalir masuk ke ruang
pelampung. Selanjutnya apabila permukaan bahan bakar
dalam ruang pelampung naik, maka pelampung ikut naik
sehingga jarum pelampung menutup saluran bahan bakar.
Akibatnya aliran bahan bakar terhenti. Demikian seterusnya
sehingga permukaan bahan bakar diharapkan selalu konstan
walaupun putaran mesin berubah-ubah. Dalam
kenyataannya jarum pelampung terdiri atas katup jarum,
pegas dan pin. Pada katup jarum terdapat pegas yang
berfungsi untuk mencegah pembukaan katup jarum pada
saat kendaraan terguncang.
(2) Sistem Stasioner dan Kecepatan lambat

Gambar 15. Sistem stasioner dan kecepatan lambat


Pada saat mesin berputar stasioner, bahan bakar
mengalir dari ruang pelampung melalui primary main jet,
kemudian ke slow jet, economizer jet, dan akhirnya ke ruang
bakar melalui idle port.
Kemudian pada saat pedal gas ditekan sedikit, maka
katup gas akan membuka lebih lebar sehingga aliran bahan
bakar dari ruang pelampung tersebut masuk ke ruang bakar
selain melalui idle port juga melalui slow port.
(3) Sistem kecepatan Tinggi Primer
Pada saat pedal gas dibuka lebih lebar, aliran bahan
bakar dari ruang pelampung langsung menuju primary main
nozle (nosel utama primer). Sementara dari idel port dan
slow port tidak lagi mengeluarkan bahan bakar karena
kevakuman pada idel port dan slow port lebih rendah dari
pada di daerah prymary main nozle.
Gambar 16. Sistem kecepatan tinggi primer
Pada saat pedal gas dibuka lebih lebar, aliran bahan
bakar dari ruang pelampung langsung menuju primary main
nozle (nosel utama primer). Sementara dari idel port dan
slow port tidak lagi mengeluarkan bahan bakar karena
kevakuman pada idel port dan slow port lebih rendah dari
pada di daerah prymary main nozle.
(4) Sistem Kecepatan Tinggi Sekunder

Gambar 17. Sistem kecepatan tinggi sekunder


Pada saat pedal gas dibuka penuh, maka katup gas
sekunder (secondary throttle valve) terbuka sehingga bahan
bakar keluar selain dari nosel utama primer juga melalui
nosel utama sekunder. Dengan demikian jumlah bahan
bakar yang masuk lebih banyak lagi, karena dari kedua nosel
mengeluarkan bahan bakar.
(5) Sistem Tenaga

Gambar 18. Sistem tenaga


Prymary high sistem mempunyai perencanaan untuk
pemakaian bahan bakar yang ekonomis. Apabila mesin harus
mengeluarkan tenaga yang besar, maka harus ada
tambahan bahan bakar ke prymary high speed
system. Tambahan bahan bakar disuplai oleh power sistem
(sistem tenaga) sehingga campuran udara dan bahan bakar
menjadi kaya (12-13 : 1).
Apabila katup gas hanya terbuka sedikit, kevakuman
pada intake manifold besar, sehingga power piston akan
terhisap pada posisi atas. Hal tersebut akan menyebabkan
power spring (B) menekan power valve sehingga power
valve tertutup.
Apabila katup gas dibuka lebih lebar, maka
kevakuman pada intake manifold akan berkurang sehingga
kevakuman tersebut tidak mampu melawan tegangan pegas
power valve (spring A). Akibatnya power piston akan
menekan power valve sehingga saluran power jet terbuka.
Pada keadaan seperti ini bahan bakar disuplai dari prymary
main jet dan power jet.
Gambar 19. Power valve pada sistem tenaga
(6) Sistem Percepatan
Pada saat pedal gas diinjak secara tiba-tiba, katup
gas akan membuka secara tiba-tipa pula, sehingga aliran
udara akan menjadi lebih cepat. Sementara bahan bakar
mengalir lebih lambat karena berat jenis bahan bakar lebih
rendah dari pada udara sehingga campuran menjadi kurus.
Padahal pada keadaan tersebut dibutuhkan campuran yang
kaya. Untuk itu pada karburator dilengkapi dengan sistem
percepatan.

Gambar 20. Sistem percepatan


Pada saat pedal gas diinjak secara tiba-tiba, plunger
pompa akan bergerak turun menekan bahan bakar yang ada
di ruangan di bawah plunger pompa. Akibatnya bahan bakar
akan mendorong outlet steel ball dan discharge weight,
sehingga bahan bakar keluar melalui pump jet menuju ruang
bakar.
Setelah melakukan penekanan, plunger pump
kembali ke posisi semula karena adanya pegas yang
ada di bawah plunger pompa. Akibatnya bahan bakar
yang ada di ruang pelampung terhisap melalui inlet
steel ball.
(7) Sistem Cuk
Pada saat mesin dingin, bahan bakar tidak akan
menguap dengan baik dan sebagian campuran udara dan
bahan bakar yang mengalir akan mengembun pada dinding
intake manifold karena intake manifold dalam keadaan
dingin. Keadaan tersebut akan mengakibatkan campuran
udara dan bahan bakar menjadi kurus sehingga mesin sukar
hidup. Sistem cuk membuat campuran udara dan bahan
bakar menjadi kaya (1:1) yang disalurkan ke dalam silinder
apabila mesin masih dingin. Ada dua sistem cuk yang biasa
digunakan pada karburator yaitu sistem cuk manual dan
sistem cuk otomatis.
i. Sistem Cuk Manual
Pada sistem cuk manual untuk membuka dan
menutup katup cuk digunakan linkage yang dihubungkan
ke ruang kemudi. Apabila pengemudi akan membuka
atau menutup katup cuk cukup menarik atau menekan
tombol cuk yang ada pada instrumen panel (dashboard)

Gambar 21. Sistem cuk manual


ii. Sistem Cuk Otomatis
Pada sistem cuk otomatis, katup cuk membuka
dan menutup secara otomatis tergantung dari temperatur
mesin. Pada umumnya sistem cuk otomatis yang
digunakan pada karburator ada dua macam yaitu : sistem
pemanas dari exhaust dan sistem electric.
Pada saat mesin distart katup cuk tertutup rapat
hingga temperatur di ruang mesin mencapai 25˚ C.
Apabila mesin dihidupkan dalam keadaan katup cuk
menutup maka akan terjadi kevakuman di bawah katup
cuk. Hal tersebut akan menyebabkan bahan bakar keluar
melalui prymary low dan high speed system dan
campuran menjadi kaya.

Gambar 22. Sistem cuk otomatis saat dingin


Setelah mesin hidup, pada terminal L timbul arus
dari voltage regulator, arus tersebut akan mengalir ke
choke relay sehingga menjadi ON. Akibatnya arus dari
ignition switch mengalir melalui choke relay menuju ke
masa electric heat coil. Apabila electric heat coil
membara/panas maka bimetal element akan
mengembang dan akan membuka choke valve.
Gambar 23. Sistem cuk otomatis saat panas.
PTC berfungsi untuk mencegah arus yang
berlebihan yang mengalir dari electric heat coil, apabila
katup cuk telah terbuka (temperatur di dalam rumah
pegas telah mencapai 100˚ C)
(8) Mekanisme Idel Cepat
Mekanisme idel cepat diperlukan untuk menaikkan
putaran idel pada saat mesin masih dingin dan katup cuk
dalam keadaan menutup.

Gambar 24. Mekanisme idel cepat


Apabila katup cuk menutup penuh dan katup throttle
ditekan sekali, kemudian dibebaskan, maka pada saat yang
sama, fast idel cam yang dihubungkan dengan cuk melalui
rod berputar berlawanan arah jarum jam. Kemudian fast idel
cam menyentuh cam follower yang dihubungkan dengan
katup throttle sehingga katup throttle akan membuka
sedikit.
(9) Hot Idel Compensator (HIC)
Apabila kendaraan berjalan lambat dan temperatur di
sekelilingnya tinggi, maka temperatur di dalam komponen
mesin akan naik. Hal tersebut akan menyebabkan bahan
bakar dalam ruang pelampung banyak yang menguap dan
masuk ke intake manifold. Akibatnya campuran udara dan
bahan bakar menjadi gemuk sehingga memungkinkan
putaran idel kasar. Oleh karena itu pada karburator perlu
dilengkapi dengan HIC untuk mengatasi masalah tersebut.

Gambar 25. Hot idel compensator


Pada saat temperatur mesin naik, maka bimetal
membuka thermostatic valve, sehingga udara dari air horn
mengalir ke dalam intake manifold melalui saluran udara
dalam flange sehingga campuran udara dan bahan bakar
menjadi normal kembali. Katup thermostatic mulai membuka
apabila temperatur di sekeliling elemen bimetal telah
mencapai 55˚ C dan akan membuka penuh pada temperatur
75˚ C.
j) Anti Dieseling
Dieseling adalah berputarnya mesin setelah
kunci kontak dimatikan. Meskipun kunci kontak telah
dimatikan, mesin masih bisa hidup karena pada ruang
bakar ada panas (bara api). Terjadinya proses
pembakaran bukan karena nyala api dari busi, tetapi
dari tumpukan karbon (deposit) yang membara.
Adapun cara kerja anti dieseling adalah sebagai berikut
:

Gambar 29. Anti dieseling


Apabila kunci kontak di ON kan, maka arus
akan mengalir dari baterai ke solenoid sehingga
selonoid akan menjadi magnit. Akibatnya katup tertarik
sehingga saluran pada economiser jet terbuka dan
bahan bakar dapat mengalir ke idle port. Setelah kunci
kontak dimatikan, arus yang ke solenoid tidak ada
sehingga kemagnitannya hilang. Akibatnya katup
solenoid turun ke bawah karena adanya pegas
sehingga saluran pada economiser jet tertutup. Dengan
demikian tidak akan terjadi dieseling karena bahan
bakar tidak dapat mengalir ke idle port.
Gambar 30. Katup solenoid pada anti dieseling
k) Dashpot
Apabila mesin sedang berputar pada putaran
tinggi, kemudian tiba-tiba kunci kontak dimatikan,
maka pada ruang bakar akan terjadi kelebihan bahan
bakar. Bahan bakar masuk ke ruang bakar dalam
jumlah banyak karena kevakuman yang terjadi di
bawah katup throttle cukup tinggi. Hal tersebut dapat
terjadi karena katup throttle pada posisi menutup,
sementara putaran mesin masih tinggi.

Gambar 31. Dashpot


Fungsi dashpot adalah untuk memperlambat
penutupan katup throttle dari putaran tinggi, sehingga
tidak akan menambah emisi gas buang. Adapun cara
kerjnya adalah sebagai berikut :
 Selama pengendaraan berjalan normal, tidak ada
vakum pada TP port, sehingga pegas dalam TP port
menekan diafragma ke kiri menggerakkan TP
adjusting screw ke kiri.
 Selama perlambatan, tuas pengait pada katup
throttle menyentuh adjusting screw, mencegah
katup throttle menutup penuh. Kemudian vakum
dari TP port bekerja pada diafragma melalui jet
memungkinkan katup throttle berangsur-angsur
menutup.
l) Deceleration Fuel Cut-Off System
Pada saat deselerasi, throttle valve akan
menutup rapat sementara putaran mesin masih tinggi.
Hal tersebut mengakibatkan bahan bakar yang masuk
ke ruang bakar lebih banyak sehingga campuran
menjadi gemuk. Untuk itu pada karburator perlu
dilengkapi dengan “Deceleration Fuel Cut-Off System“
yang berfungsi menutup aliran bahan bakar dari slow
port sehingga konsentrasi CO dan HC dapat
diturunkan.
Selama pengendaraan normal dengan putaran
mesin di bawah 2000 rpm, solenoid valve pada posisi
ON. Pada saat ini saluran bahan bakar pada slow port
terbuka karena solenoid mendapat masa dari Emission
Control Computer.
Apabila putaran mesin mencapai 2000 rpm atau
lebih, Emission Control Computer akan
menghubungkan arus solenoid ke masa melalui
vacuum switch. Pada saat ini vacuum switch pada
posisi ON karena vacuum pada TP port lebih kecil dari
400 mmHg.
Gambar 32. Deceleration Fuel Cut-Off System
Apabila pada putaran mesin di atas 2000 rpm,
kemudian pedal gas tiba-tiba dilepas (deselerasi) maka
vacuum pada TP port akan lebih besar dari 400 mmHg,
vacuum switch akan OFF dan solenoid valve tidak
mendapat masa sehingga solenoid valve menutup
saluran bahan bakar yang ke slow port.
Apabila putaran mesin mencapai 2000 rpm , maka solenoid valve
akan mendapat masa dari emission control computer kembali sehingga
saluran bahan bakar yang ke slow port dan idle port terbuka dan bahan
bakar akan mengalir kembali. Hal tersebut untuk mencegah mesin mati
dan mempertahankan agar mesin dapat hidup pada putaran idle.

Anda mungkin juga menyukai