Anda di halaman 1dari 12

ABSTRAK

Remodeling dan Repairing Vaskular pada Nefropati Hipertensif


Haerani Rasyid*, Johnson Wijaya**, Syakib Bakri*
*Divisi Ginjal-Hipertensi Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Univ. Hasanuddin
Makassar dan **Divisi Pengembangan Laboratorium Klinik Prodia Jakarta

Latar Belakang: Ketidakseimbangan proses remodeling dan repairing vaskular


diduga berperan penting pada kekakuan dan ketebalan vaskular yang akhirnya
menyebabkan komplikasi hipertensi. Petanda dini komplikasi hipertensi pada ginjal
adalah adanya mikroalbuminuria (MA).
Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui perbedaan konsentrasi TGF- 1 (sebagai
petanda remodeling) dan VEGFR-2 (sebagai petanda repairing) pada subyek
normotensi, hipertensi normoalbuminuria (NA) dan hipertensi MA.
Metode: Penelitian ini adalah studi observasi dengan rancangan potong lintang
terhadap 30 orang normotensi, 55 orang hipertensi NA dan 30 orang hipertensi MA.
Kriteria subjek hipertensi (sesuai dengan JNC-7) yaitu belum pernah mendapat
pengobatan antihipertensi atau pada waktu berobat telah berhenti minum obat
antihipertensi paling kurang 1 bulan; untuk subyek hipertensi dan normotensi, tidak
menderita diabetes (Glukosa Darah Puasa <126 mg/dL) dan laju filtrasi glomerulus
estimasi > 60 mL/menit, serta tidak sementara mengkonsumsi obat penurun lipid.
Kadar TGF-1 [pg/mL] dalam serum/plasma EDTA diukur menggunakan reagen R&D
Systems (metode sandwich/capture ELISA). Kadar VEGFR-2 [pg/mL] dalam
serum/plasma heparin atau EDTA diukur menggunakan reagen R&D Systems
(metode sandwich/capture ELISA). Disebut NA bila ekskresi albumin<30 g/mg
kreatinin. Disebut MA bila ekskresi albumin > 30 - 299 g / mg kreatinin.
Hasil: Konsentrasi TGF-1 lebih tinggi secara secara bermakna pada kelompok
hipertensi NA dibanding dengan normotensi (38611.9317095.46 vs 27631.78
12972.46, p<0.001), dan pada hipertensi MA dibanding normotensi
(38739.3912639.11 vs 27631.7812972.46 pg/mL, p<0.001); serta lebih tinggi
namun tidak bermakna pada kelompok hipertensi MA dibandingkan hipertensi NA
(38739.3912639.11 vs 38611.9317095.46 pg/mL, p< 0.078). Konsentrasi VEGFR2 lebih rendah namun tidak bermakna pada kelompok hipertensi NA dibanding
dengan kelompok normotensi (9395.611754.13 vs 9905.521851.58 pg/mL,
p=0.078), dan pada hipertensi MA dibanding normotensi (9005.061471.73 vs
9905.521851.58 pg/mL, p=0.081), serta pada kelompok hipertensi MA dibanding
hipertensi NA (9005.061471.73 vs 9905.521851.58, p=0.043). Rasio TGF1/VEGFR-2 lebih besar secara bermakna pada kelompok hipertensi MA dibanding
normotensi (4.451.72 vs 2.881.28, p<0.001), pada kelompok hipertensi NA
dibanding normotensi (4.352.02 vs 2.881.28, p<0.001) dan pada kelompok
hipertensi MA dibanding hipertensi NA (4.45 1.72 vs 4.30 2.19, p=0.312).
Kesimpulan: Terjadi peningkatan proses remodeling dan penurunan proses
repairing pada nefropati hipertensif dibanding hipertensi tanpa nefropati, demikian
juga pada subyek hipertensi dibanding normotensi.

Vascular remodeling and Repairing Vaskular in Hypertensive Nephropathy


Haerani Rasyid*, Johnson Wijaya**, Syakib Bakri*
*Divisi Nephrology-Hypertension Dept of Internal Medicine, Faculty of Medicine
Hasanuddin University- Makassar and **R&D Prodia Clinical Lab Jakarta
Background: Imbalance of vascular remodeling and repairing process has been
thought to play an important role on vascular rigidity and thickening which eventually
lead to complication in hypertension. The early marker for kidney complication of
hypertension is mikroalbuminuria (MA).
Purpose of the study: To assess the difference of TGF- 1 (as a marker of
remodelling) concentration and VEGFR-2 (as a marker of repairing)
on
normotension, hypertension with normoalbuminuria (NA) and hypertension with MA.
Methods: An observational study with cross-sectional design was conducted on 30
normotension, 55 hipertension with NA and 30 hipertension MA subjects.
Hypertensive criteria (based on JNC-7) i.e. subjects not yet on antihypertension
medication or at the time of the study has stop medication for at least 1 month. For
hypertension and normotensive subjects, do not have diabetes (Glukosa Darah
Puasa <126 mg/dL) and eGFR > 60 mL/minute and do not comsume anti-lipid
agents. Plasma/ serum TGF-1 [pg/mL] concentration is examined by R&D Systems
(sandwich/capture ELISA). Plasm/serum VEGFR-2 [pg/mL] concentration is
examined by R&D Systems (sandwich/capture ELISA). The criteria for NA is urine
excretion of albumin <30 g/mg creatinine; MA if urine excretion of albumin > 30
299 g / mg creatinine.
Results: TGF-1 concentration in hipertension with NA is significantly higher than
normotension subjects (38611.9317095.46 vs 27631.78 12972.46, p<0.001), and
in hipertension with MA compare with normotension subject (38739.3912639.11 vs
27631.7812972.46 pg/mL, p<0.001); and its higher but not significantly in
hipertension with MA compare with hipertension with NA (38739.3912639.11 vs
38611.9317095.46 pg/mL, p< 0.078). VEGFR-2 concentration lower but not
significantly in hypertension with NA compare than normotension (9395.611754.13
vs 9905.521851.58 pg/mL, p=0.078), and in hypertension with MA compare with
hypertension with NA (9005.061471.73 vs 9905.521851.58, p=0.043). TGF1/VEGFR-2 ratio is higher significantly in hypertension with MA compare with
normotension (4.451.72 vs 2.881.28, p<0.001), its also lower in hypertension with
NA compare with normotension (4.352.02 vs 2.881.28, p<0.001); and in
hypertension with MA compare with hypertension with NA (4.45 1.72 vs 4.30
2.19, p=0.312).
Conclusion: There is increase remodelling process and decrease of repairing
process in hypertensive nephropathy as compare to hypertension without
nephropaty, also in hypertension subject compare with normotension subject.

Remodeling dan Repairing Vaskular pada Nefropati Hipertensif


Haerani Rasyid*, Johnson Wijaya**, Syakib Bakri*
*Divisi Ginjal-Hipertensi Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Univ. Hasanuddin
Makassar dan **Divisi Pengembangan Laboratorium Klinik Prodia Jakarta

Pendahuluan
Remodeling vaskular yang awalnya merupakan suatu respon adaptif dinding
arteri terhadap berbagai rangsangan hemodinamik seperti tekanan, aliran,
perlukaan, inflamasi dan stres oksidatif, bila berjalan terus menerus dapat berakibat
pada perubahan struktur, geometri, ukuran dan komposisi dinding arteri. Perubahan
struktural pada pembuluh darah hipertensi berkaitan dengan peningkatan ekspresi
faktor pertumbuhan seperti transforming growth factor-1 (TGF-1), vasoaktif lokal
seperti angiotensin II, matriks protein seperti kolagen dan elastin, dan matriks
proteinase seperti kolagenase dan elastase. Proses

remodeling ini akan

dikompensasi oleh tubuh melalui proses repairing vaskular. Ketidakseimbangan


proses remodeling dan repairing vaskular diduga berperan penting pada kekakuan
dan ketebalan vaskular yang akhirnya menyebabkan tekanan darah akan lebih
meningkat dan penyulit organ target akibat hipertensi. (Bobik, 2005; Gibbons, dkk.,
1994).
Petanda

dini

dari

penyulit

hipertensi

pada

ginjal

adalah

adanya

mikroalbuminuria (MA). Mikroalbuminuria juga merupakan faktor risiko progresi


penyakit ginjal kronik. (Rodicio, 2000).
Transforming Growth Factor-1 (TGF-1) berperan dalam pertumbuhan,
proliferasi dan diferensiasi sel, serta penyembuhan luka dan angiogenesis, juga
sebagai stimulator deposisi matriks ekstraseluler. TGF-1 dianggap sebagai petanda
remodeling. (August & Suthanthiran, 2006)
Endothelial Progenitor Cell (EPC)

mempunyai peran penting dalam

mekanisme repairing untuk mempertahankan integritas lapisan endotel dengan


menggantikan bagian yang rusak pada arteri. (Hill, 2003)
Vascular Endothelial Growth Factor Receptor-2 (VEGFR-2) merupakan salah
satu petanda EPC dalam sirkulasi. (Urbich & Dimmeler, 2004)

Penelitian ini bertujuan mengukur kadar TGF- 1 sebagai petanda remodeling


vaskular dan VEGFR-2 sebagai petanda repairing vaskular pada subyek hipertensi
dengan dan tanpa MA.

Metode dan cara kerja


Desain penelitian yang digunakan adalah studi komparatif dengan rancangan
potong lintang (cross sectional). Dalam penelitian ini, populasi penelitian
dikategorikan dalam 3 kelompok yaitu normotensi, hipertensi NA dan hipertensi MA
kemudian dilakukan pengukuran.
Populasi penelitian adalah subyek hipertensi yang berobat di Poliklinik GinjalHipertensi RS Wahidin Sudirohusodo Makassar dan subyek normotensi adalah
subyek yang melakukan pemeriksaan kesehatan rutin di Laboratorium Prodia
Makassar.
Subjek penelitian adalah populasi penelitian berumur 40 70 tahun yang
memenuhi kriteria sebagai berikut : Untuk subyek hipertensi, belum pernah
mendapat pengobatan antihipertensi atau pada waktu berobat telah berhenti minum
obat antihipertensi paling kurang 1 bulan. Untuk subyek hipertensi dan normotensi,
tidak menderita diabetes (gula darah puasa < 126 mg/dL) dan laju filtrasi glomerulus
estimasi > 60 mL/menit, serta tidak sementara mengkonsumsi obat penurun lipid.
Kriteria hipertensi sesuai dengan JNC-7. Kadar TGF-1 dalam serum/plasma
EDTA diukur menggunakan reagen R&D Systems (metode sandwich/capture
ELISA),

yang

dinyatakan

dengan

satuan

g/mL.

Kadar VEGFR-2

dalam

serum/plasma heparin atau EDTA diukur menggunakan reagen R&D Systems


(metode sandwich/capture ELISA), yang dinyatakan dengan satuan g/mL.
Disebut NA bila ekskresi albumin < 30 g / mg kreatinin. Disebut MA bila
ekskresi albumin > 30 - < 300 g / mg kreatinin.
Hasil penelitian
Selama kurun waktu penelitian ( November 2006 Maret 2007) didapatkan
85 subyek hipertensi yang memenuhi syarat penelitian yang terdiri dari 55 subyek
hipertensi NA (18 pria, 37 wanita) dan 30 hipertensi MA (8 pria, 22 wanita).

Dilakukan pula pemeriksaan terhadap 30 subyek normotensi (4 pria, 26


wanita).
Tabel 1 menunjukkan bahwa konsentrasi TGF- 1 meningkat dari kelompok
normotensi ke hipertensi NA dan ke hipertensi MA (27631.7812972.46 vs
38611.9317095.46 vs 38739.3912639.11 g/mL). Konsentrasi VEGFR-2 menurun
dari kelompok normotensi ke hipertensi NA dan ke hipertensi MA (9905.521851.58
vs 9395.611754.13 vs 9005.061471.73 pg/mL).
Tabel 1. Rerata SB variabel TGF-1 dan VEGFR-2 pada kelompok normotensi,
hipertensi NA dan hipertensi MA.
Variabel

Normotensi
(n=30)

TGF- 1 (pg/mL)
VEGFR-2 (pg/mL)

Hipertensi NA

Hipertensi MA

(n=55)

(n=30)

27631.78 12972.46

38611.93 17095.46

38739.39 12639.11

9905.52 1851.58

9395.61 1754.13

9005.06 1471.73

Tabel 2 menunjukkan bahwa konsentrasi TGF-1 dengan menggunakan uji


statistik Mann-Whitney lebih tinggi secara bermakna pada kelompok hipertensi NA
dibandingkan normotensi (38611.9317095.46 vs 27631.78 12972.46 g/mL;
p<0.001). Konsentrasi VEGFR-2 dengan menggunakan uji statistik Independent
sample T test lebih rendah pada hipertensi NA dibandingkan normotensi namun
tidak bermakna (9395.611754.13 vs 9905.521851.58 g/mL; p = 0.078).
Tabel 2. Uji beda (rerata SB) variabel TGF-1 dan VEGFR-2 pada kelompok
normotensi dan hipertensi.

Variabel

Normotensi
Hipertensi NA
(n=30)
(n=55)
TGF- 1 (pg/mL)
27631.78 12972.46 38611.93 17095.46
VEGFR-2 (pg/mL)
9905.52 1851.58
9395.61 1754.13

p
< 0.001
0.078

Tabel 3 menunjukkan bahwa konsentrasi TGF-1 dengan menggunakan uji


statistik Mann-Whitney lebih tinggi pada kelompok hipertensi MA dibandingkan
hipertensi NA namun tidak bermakna (38739.3912639.11 vs 38611.9317095.46
g/mL; p=0.541). Konsentrasi VEGFR-2 dengan menggunakan uji statistik MannWhitney lebih rendah pada kelompok hipertensi MA dibandingkan hipertensi NA
namun tidak bermakna (9005.061471.73 vs 9395.611754.13 g/mL; p=0.443).

Tabel 3. Uji beda (rerata SB) variabel TGF-1 dan VEGFR-2 pada kelompok
hipertensi NA dan hipertensi MA

Variabel
TGF- 1 (pg/mL)
VEGFR-2 (pg/mL)

Hipertensi NA
Hipertensi MA
(n=55)
(n=30)
38611.93 17095.46 38739.39 12639.11
9395.61 1754.13
9005.06 1471.73

p
0.541
0.443

Tabel 4 menunjukkan bahwa konsentrasi TGF-1 dengan menggunakan uji


statistik Mann-Whitney lebih tinggi secara bermakna pada kelompok hipertensi MA
dibandingkan normotensi (38739.3912639.11 vs 27631.7812972.46 g/mL;
p<0.001). Konsentrasi VEGFR-2 dengan menggunakan uji statistik Independent
sample T test lebih rendah secara bermakna pada kelompok hipertensi MA
dibandingkan normotensi (9005.061471.73 vs 9905.521851.58 g/mL; p = 0.042).
Tabel 4. Uji beda (rerata SB) variabel TGF-1 dan VEGFR-2 pada kelompok
normotensi dan hipertensi MA

Hipertensi
Variabel

Normotensi
MA
(n=30)
27631.78

TGF- 1 (pg/mL)
VEGFR-2 (pg/mL)
Untuk

12972.46
9905.52 1851.58

menentukan

rasio

p
(n=30)
38739.39

12639.11
9005.06 1471.73

keseimbangan

penanda

< 0.001
0.042

biokimiawi

antara

remodeling dan repairing dilakukan perbandingan konsentrasi TGF-1 sebagai


penanda remodeling terhadap VEGFR-2 sebagai penanda repairing (Tabel 5).
Rasio TGF-1/VEGFR-2 meningkat dari kelompok normotensi ke hipertensi
NA dan ke hipertensi MA (2.88 1.28 vs 4.30 2.19 vs 4.45 1.72). Rasio TGF1/VEGFR-2 dengan menggunakan uji statistik Mann-Whitney lebih tinggi secara
bermakna pada kelompok hipertensi NA dibandingkan normotensi (4.30 2.19 vs
2.88 1.28; p < 0.001). Rasio TGF-1/VEGFR-2 dengan menggunakan uji statistik
Mann-Whitney lebih tinggi secara bermakna pada kelompok hipertensi MA
dibandingkan normotensi (4.45 1.72 vs 2.88 1.28; p < 0.001).Rasio TGF1/VEGFR-2 dengan menggunakan uji statistik Mann-Whitney lebih tinggi pada
kelompok hipertensi MA dibandingkan hipertensi NA namun tidak bermakna (4.45
1.72 vs 4.30 2.19; p = 0.312). Hal ini menunjukkan bahwa rasio TGF-1/VEGFR-2

semakin meningkat dari normotensi ke hipertensi yang berarti proses remodeling


semakin meningkat dan proses repairing semakin menurun sehingga berpotensi
kepada komplikasi hipertensi yang lebih parah.

Tabel 5. Rasio TGF-1/VEGFR-2 pada kelompok normotensi, hipertensi NA dan


hipertensi MA

Variabel
TGF- 1 / VEGFR-2

Normotensi
2.88 1.28

Hipertensi NA
4.30 2.19

Hipertensi MA
4.45 1.72

Hipertensi NA vs Normotensi: p<0.001


Hipertensi MA vs Normotensi: p<0.001
Hipertensi MA vs Hipertensi NA: p= 0.312

Pembahasan
Pada hipertensi akan terjadi proses remodeling vaskular yang awalnya
merupakan suatu respon adaptif dinding arteri terhadap berbagai rangsangan
hemodinamik seperti tekanan, aliran, perlukaan, inflamasi dan stres oksidatif.
Namun bila berlangsung terus menerus dapat berakibat pada perubahan struktur,
geometri, fungsi ukuran dan komposisi dinding arteri yang akhirnya menyebabkan
kerusakan organ target. Proses remodeling ini akan dikompensasi oleh tubuh
melalui proses repairing vaskuler. Ketidak seimbangan proses remodeling dan
repairing vaskular diduga berperan penting pada kekakuan dan ketebalan vaskular
yang akhirnya menyebabkan komplikasi hipertensi. (Bobik, 2005; Gibbson dkk,
1994).
Pada penelitian ini remodeling vaskuler diwakili oleh pemeriksaan TGF- 1.
Transforming Growth Factor-1 berperan dalam pertumbuhan, proliferasi dan
diferensiasi sel, serta penyembuhan luka dan angiogenesis, juga sebagai stimulator
deposisi matriks ekstraseluler. (August & Suthanthiran, 2006).
Pada penelitian ini EPC sebagai sel yang berperan pada repairing vaskular
diwakili oleh penanda permukaan VEGFR-2. Penelitian yang dilakukan oleh
Wojakowski (2007), Powell (2005), Rosenzweig (2005), Hristov (2003), dan Ribatti
(2004) menunjukkan bahwa EPC dapat diidentifikasi melalui penanda permukaan
seperti CD34, CD133 dan VEGFR-2. EPC awal pada sumsum tulang menunjukkan
adanya CD34, CD133 dan VEGFR-2. Namun pada sirkulasi di perifer, EPC yang
matang kehilangan CD133 dan menunjukkan positif terhadap CD34 dan VEGFR-2.

Hilangnya CD133 menunjukkan adanya transformasi EPC di sirkulasi menjadi sel


endotel yang lebih matang. Oleh karena itu pada penelitian ini digunakan penanda
VEGFR-2 untuk mewakili EPC. CD34 tidak digunakan pada penelitian ini karena
keterbatasan metodologi pengukuran yaitu dengan flow-cytometri.
Pada penelitian ini, pemeriksaan MA digunakan sebagai penanda klinik
adanya nefropati hipertensif. Mikroalbuminuria dapat juga digunakan sebagai
penanda biokimia disfungsi endotel. Berdasarkan konsensus Diabetes Mellitus tahun
2006, nilai rujukan untuk MA adalah sebagai berikut : NA < 30 g/mg kreatinin, MA
30 299 g/mg kreatinin dan makroalbuminuria 300 g/mg kreatinin. Bila terjadi
peningkatan tekanan darah, ginjal akan melakukan adaptasi berupa refleks miogenik
dimana terjadi vasokonstriksi arteriole aferen yang bertujuan menghambat transmisi
tekanan darah sistemik yang tinggi ke dalam glomerulus. Dengan lamanya
hipertensi berlangsung, utamanya pada subyek dengan tekanan darah tidak
terkontrol, maka refleks miogenik akan gagal mengadakan vasokonstriksi arteriole
aferen, sehingga peningkatan tekanan darah sistemik akan ditransmisikan ke dalam
glomerulus

yang

menyebabkan

suatu

keadaan

yang

disebut

hipertensi

intraglomeruler. (Remuzzi, 1997).


Hipertensi juga menyebabkan terjadinya disfungsi endotel dari glomerulus
yang akan merubah permeabilitas membran basalis glomeruler. Hipertensi
intraglomeruler dan peningkatan permeabilitas membran basalis glomerulus akan
meyebabkan

peningkatan

filtrasi

glomeruler.

Peningkatan

filtrasi

albumin

transglomeruler ini akan diikuti oleh peningkatan reabsorbsi albumin pada tubulus
yang akan menyebabkan akumulasi protein pada endolisosom dan retikulum
endoplasma. (Pontremolli dkk, 1998)
Mekanisme yang menghubungkan MA dengan penyakit pada ginjal maupun
vaskular meliputi tiga hal yaitu : pertama adalah penyakit pada ginjal dan vaskular
dimediasi oleh alur yang sama, yang melibatkan faktor hemodinamik dan metabolik,
kedua adalah penyakit pada ginjal dapat menyebabkan gangguan fungsi vaskular
melalui peningkatan alur patologik seperti akumulasi advance glycation products
(AGE) yang dapat mengaktivasi faktor pertumbuhan, menstimulasi disfungsi endotel
dan terjadi aterosklerosis yang dimanifestasikan sebagai penyakit vaskular dan
ketiga adalah bahwa penyakit pada ginjal dapat menyebabkan peningkatan

hipertensi intraglomerulus yang melibatkan faktor hemodinamik pada progresivitas


kerusakan ginjal (Maclsaac dkk., 2004; Taal, 2003).
1. Analisis konsentrasi TGF-1 pada individu normotensi, hipertensi NA dan
hipertensi MA
Pada penelitian ini didapatkan bahwa konsentrasi TGF-1 meningkat dari
kelompok normotensi ke hipertensi NA dan ke hipertensi MA. Hal ini menunjukkan
bahwa proses remodeling akan semakin meningkatnya tekanan darah dan
terjadinya kelainan organ target yang pada penelitian ini berupa nefropati hipertensi.
August dkk. (2006) menemukan adanya hubungan antara peningkatan TGF1 serum dengan tekanan darah. Juga ditemukan konsentrasi TGF-1 serum lebih
tinggi pada penderita hipertensi dengan MA dan hipertrofi ventrikel kiri (HVK). Hal ini
sesuai dengan penelitian ini dimana terdapat korelasi positif antara konsentrasi TGF1 dengan tekanan darah sistolik dan diastolik.
2. Analisis konsentrasi VEGFR-2 pada individu normotensi, hipertensi NA dan
hipertensi MA
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi VEGFR-2 menurun dari
kelompok normotensi ke hipertensi NA dan ke hipertensi MA.
Penelitian yang dilakukan oleh Imanishi dkk (2005) menunjukkan bahwa
hipertensi mempercepat proses penuaan EPC melalui stress oksidatif dan inaktivasi
telomerase. Penelitian secara in vitro menunjukkan bahwa LDL teroksidasi dan Ang
II menginduksi penuaan EPC melalui stress oksidatif. Ang II meningkatkan ekspresi
gp91phox pada EPC, yang berkontribusi terhadap stress oksidatif yang ditandai
dengan pembentukan peroxynitrite, juga peningkatan jumlah senyawa thiobarbituric
acid dan 8-epiisoprosyanes, yang merupakan biomarker untuk lipid peroxidasi dan
stress oksidatif. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Imanishi dkk (2005) juga
menunjukkan bahwa aktivitas telomerase EPC menurun pada penderita hipertensi.
Aktivitas telomerase berperan untuk memperpan9jang masa hidup dan aktivitas
fungsional dari sel endotel. Penelitian Yang dkk (1999) menunjukkan bahwa
pemberian human telomerase reverse transcriptase (hTERT) pada sel vaskular
dapat memperpanjang masa hidup sel dan memperlihatkan fenotipe muda. Lebih
jauh, penelitian yang dilakukan oleh Murasawa menunjukkan bahwa over-ekspresi
dari hTERT menyebabkan penundaan penuaan dan terjadi peremajaan EPC. Oleh

sebab itu dapat disimpulkan bahwa hipertensi menyebabkan percepatan penuaan


EPC melalui stress oksidatif dan inaktivasi dari telomerase (Imanishi T dkk, 2005).
3. Analisis hubungan rasio remodeling yang diwakili oleh TGF-1 dan
repairing yang diwakili oleh VEGFR-2 pada individu normotensi, hipertensi
NA dan hipertensi MA
Pada penelitian ini didapatkan bahwa Rasio TGF-1/VEGFR-2 meningkat
pada kelompok normotensi ke hipertensi NA dan ke hipertensi MA. Rasio TGF1/VEGFR-2

lebih

rendah

secara

bermakna

pada

kelompok

normotensi

dibandingkan dengan kelompok hipertensi dan kelompok hipertensi MA. Hal ini
dapat dipahami, bahwa dengan makin tingginya tekanan darah dan lamanya
hipertensi berlangsung, maka proses remodeling makin berat dan proses repairing
akan makin menurun. Hal ini dapat menerangkan terjadinya penyulit pada organ
target, seperti hipertensif nefrosklerosis.

DAFTAR PUSTAKA
August P., Suthanthiran M. 2006. Transforming growth factor Signaling, Vascular
remodeling, and hypertension. N Engl J Med. 354:25
Bobik A. 2005. The structural basis of hypertension : vascular remodeling,
rarefaction and angiogenesis/arteriogenensis. J Hypertens. 23:1473-75.
Chobanian AV, Bakris GL, Black HR, et al and the National High Blood Pressure
Education Program Coordinating Committee. The seventh report of the Joint
National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of
High Blood Pressure. The JNC 7 report. JAMA 2003; 289:25602572.
Gibbons GH., Dzau VJ. 1994. The Emerging Concept of Vascular Remodeling. N
Engl J Med. 330:1431-1438.
Hill JM. dkk. 2003. Circulating endothelial progenitor cells, vascular function, and
cardiovascular risk. N Engl J Med. 348:593-600.
Hristov M., Erl W., Weber PC. 2003. Endothelial Progenitor Cells Mobilization,
Differentiation and Homing. Arterioscler Thromb Vasc Biol. 23:1185-1189.
Imanishi T., Moriwaki C., Hano T., Nishio I. 2005. Endothelial progenitor cell
senescence is accelerated in both experimental hypertensive rats and
patients with essential hypertension. J Hypertens. 23:1831-1837.
Maclsaac RJ. Jerums G. Cooper ME. 2004. New insights into the significance of
microalbuminuria. Curr Opin Nephrol Hypertens. 12;615-617.
Pontremolli R, Nicolella C, Viassy F, et al. 1998. Microalbuminuria is an early marker
of target organ damage in essential hipertensin. Am J Hypertens. 11:430438.
Powell TM dkk. 2005. Granulocyte colony-stimulating factor mobilizes functional
endothelial progenitor cells in patients with coronary artery disease.
Arterioscler Thromb Vasc Biol. 25:296-301.
Remuzzi G BT. 1997. Pathophysiology of progression of nephropathy. Nephrol Dial
Transplant. 129 (supp12):63-66
Ribatti D. 2004. The involvement of endothelial progenitor cells in tumor
angiogenesis. J Cell Mol Med. 8:294-300.
Rodicio JL, dkk. 2000. Microalbuminurias in essential hypertension. Kidney Int. 54
(Suppl 68):S1-S4.

Rosenzweig A. 2005. Circulating Endothelial Progenitors Cells as Biomarkers. N


Engl J Med.10:353
Taal MW. 2003. Proteinuria: new information from an old friend. Curr Opin Nephrol
Hypertens. 12;615-617.
Urbich C., Dimmeler S. 2004. Endothelial progenitor cells, characterization and role
in vascular biology. Circ Res. 95:343-353.
Wojakowski W. Tendera M. 2007. Endothelial progenitor cell capture stents
practical use of cell mobilization. E-journal. Volume 5.
Yang J., Chang E., Cherry AM., Bangs CD., Oei Y., Bodner A. 1999. Human
endothelial cell life extension by telomerase expression. J Biol Chem.
274:26141-26148.

Anda mungkin juga menyukai