PK
PK
DI SUSUN OLEH :
STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA SDR. B
DENGAN PERILAKU KEKERASAN
DI RUANG AYODYA RSJD
SURAKARTA
Karya Tulis Ilmiah
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program diploma III Keperawatan
DI SUSUN OLEH :
Nim
: P. 10005
Program Studi
: DIII KEPERAWATAN
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benarbenar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau
pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikmudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil
jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan
ketentuan akademik yang berlaku.
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Nim
: P. 10005
Program studi
: DIII Keperawatan
Judul
Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Prodi
DIII keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
Ditetapkan di : Surakarta
Hari/ Tanggal : Jumat / 07 Juni 2013
(................................. )
NIK. 200670020
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah dengan judul ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA SDR.B DENGAN
PERILAKU KEKERASAN DI RUMAH SAIKT JIWA DAERAH SURAKARTA
Laporan Karya Tulis Ilmiah disusun dengan maksud untuk memenuhi Tugas
Akhir sebagai salah satu syarat kelulusan program Studi Diploma III Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husasda Surakarta.
Di dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis merasa sedikit mengalami
hambatan dan kesulitan. Namun bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak maka
laporan Karya Tulis Ilmiah ini dapat penulis selesaikan, oleh karena itu
perkenankanlah ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Setiyawan, S.Kep.,Ns, selaku Ketua Program studi DIII Keperawatan yang telah
memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada
Surakarta.
2. Erlina Windyastuti, S.Kep.,Ns, selaku Sekertaris Ketua Program studi D III
Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di
Stikes Kusuma Husada Surakarta.
3. Joko Kismanto, S.Kep.,Ns, selaku Dosen pembimbing sekaligus sebagai penguji I
yang telah membimbing dengan cermat, memberi masukan masukan, inspirasi
serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
Surakarta,
April 2013
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .....................................................................................
ii
iii
iv
vii
ix
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................
LAPORAN KASUS
A. Identitas Klien ........................................................................
B. Pengkajian ..............................................................................
14
D. Intervensi ................................................................................
15
E. Implementasi ..........................................................................
19
F. Evaluasi ..................................................................................
21
vii
23
B. Kesimpulan ............................................................................
36
C. Saran ......................................................................................
39
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
viii
DAFTAR GAMBAR
14
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Log Book
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Asuhan Keperawatan
BAB I
PENDAHULUAN
karakteristik
keseimbangan
kejiwaan
positif
yang
yang
menggambarkan
mencerminkan
keselarasan
kedewasaan
dan
kepribadianya.
Kesehatan Jiwa menurut UU No.3 tahun 1966 adalah suatu kondisi yang
memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari
seseorang dan perkembangan itu selaras dengan keadaan orang lain (Direja,
2011).
Salah satu gangguan jiwa yang dimaksud adalah Skizofrenia. Skizofrenia
adalah suatu bentuk psikosa fungsional dengan gangguan utama pada proses fikir
serta disharmoni (keretakan, perpecahan) antara proses pikir, afek/emosi,
kemauan dan psikomotor disertai distorsi kenyataan, terutama karena waham dan
halusinasi (Direja, 2011). Menurut Sulistyowati (dalam Isnaeni, 2008) Prevalensi
Skizofrenia di Indonesia sendiri adalah tiga sampai lima perseribu penduduk. Bila
diperkirakan jumlah penduduk sebanyak 220 juta orang akan terdapat gangguan
jiwa dengan skizofrenia kurang lebih 660 ribu sampai satu juta orang. Hal ini
merupakan angka yang cukup besar serta perlu penanganan yang serius.
Sedangkan Skizofrenia Katatonik ditandai dengan gejala utama pada psikomotor
seperti stupor maupun gaduh gelisah katatonik (Direja, 2011)
Menurut WHO (World Head Organitation) ada satu dari empat orang di
dunia yang mengalami masalah mental. WHO memperkirakan ada sekita 450 juta
orang di dunia mengalami gangguan kesehatan jiwa. Masyarakat umum terdapat
0,2 0,8% penderita Skizofrenia dan dari 120 juta penduduk di Negara Indonesia
terdapat kira kira 2.400.000 orang anak yang mengalami gangguan jiwa
(Maramis dalam Widiyatmoko, 2004).
Prevalensi gangguan jiwa tertinggi di Indonesia terdapat di provinsi
Daerah Khusus Ibu kota Jakarta 24,3%, diikuti Nanggroe Aceh Darussalam
18,5%, Sumatra Barat 17,7%, NTB 10,9%, Sumatra Selatan 9,2%, dan Jawa
Tengah 6,8% (Depkes RI, 2008). Berdasarkan Riset Kebutuhan Dasar (2007),
menunjukkan bahwa prevalensi gangguan jiwa secara nasional mencapai 5,6%
dari jumlah penduduk, dengan kata lain menunjukkan bahwa pada setiap 1000
orang penduduk terdapat empat sampai lima orang menderita gangguan jiwa.
Berdasarkan dari data tersebut bahwa data pertahun di Indonesia yang mengalami
gangguan jiwa selalu meningkat.
Gangguan jiwa adalah kumpulan dari keadaan tidak normal baik yang
berhubungan dengan fisik maupun mental (Yosep, 2007). Keabnormalan tersebut
dibagi ke dalam dua golongan yaitu gangguan jiwa (Neurosa) dan Sakit Jiwa
(Psikosa). Keabnormalan terlihat dalam berbagai macam gejala yang terpenting
diantaranya adalah ketegangan (tension), rasa putus asa dan murung, gelisah,
cemas, perbuatan-perbuatan yang terpaksa (cunvulsive), histeria, rasa lemah, dan
tidak mampu mencapai tujuan, takut pikiran-pikiran dan sebagainya (Damiyanti
2010).
Gangguan jiwa menurut UU No.3 tahun 1966 adalah adanya gangguan
pada fungsi kejiwaan. Fungsi kejiwaan adalah proses pikir, emosi, kemauan dan
perilaku psikomotorik termasuk bicara, dapat disimpulkan bahwa gangguan jiwa
adalah kondisi terganggunya fungsi, mental, emosi, pikiran, kemauan, perilaku
psikomotorik dan verbal yang menjelma dalam kelompok gejala klinis yang
disertai oleh penderitaan dan mengakibatkan terganggunya fungsi humanistic
individu (Dalami, 2010).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik naik pada dirinya sendiri
maupun orang lain disertai dengan amuk dan gaduh gelisah yang tidak terkontrol
(Kusumawati dan Hartono, 2010). Kekerasan adalah kekuatan fisik yang
digunakan untuk menyerang atau merusak orang lain (Isaacs, 2004). Perilaku
kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang
dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri orang lain maupun
lingkungan (Stuart & Sundeen dalam Direja, 2011).
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Tanda dan gejala dari perilaku
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Melaporkan kasus pada Sdr. B dengan perilaku kekerasan di RSJD Surakarta.
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Sdr. B dengan perilaku
kekerasan.
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa pada Sdr. B dengan perilaku
kekerasan.
c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada Sdr. B
dengan perilaku kekerasan.
d. Penulis mampu melakukan implementasi pada Sdr. B dengan perilaku
kekerasan.
e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada Sdr. B dengan perilaku
kekerasan.
C. Manfaat penulisan
1. Bagi penulis
a. Dapat mengerti dan menerapkan asuhan keperawatan jiwa pada klien.
b. Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam penerapan asuhan
keperawatan.
c. Meningkatkan keterampilan dalam memberikan asuhan keperawatan.
2. Bagi Profesi
Sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan lainnya dalam melaksanakan
asuhan keperawatan pada klien dengan perilaku kekerasan sehinga klien
mendapatkan penangan tepat dan optimal.
3. Bagi Institusi
a. Rumah Sakit
1) Sebagai bahan masukan yang diperlukan dalam pelaksanaan praktek
pelayanan keperawatan khususnya jiwa pada perilaku kekerasan.
2) Sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan lainnya dalam
melaksanakan
Bagi pendidikan
Sebagai sumber bacaan atau referensi untuk meningkatkan kualitas
pendidikan keperawatan khususnya pada klien dengan perilaku kekerasan
dan dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca.
BAB II
LAPORAN KASUS
Bab II ini merupakan ringkasan asuhan keperawatan jiwa dengan
pengelolaan studi kasus pada Sdr. B dengan perilaku kekerasan di ruang
Ayodya RSJD Surakarta pada tanggal 22 April -24 April 2013. Asuhan
keperawatan ini dimulai dari pengkajian, analisa data, perumusan diagnosa
keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.
A. Identitas Klien
Hasil pengkajian tanggal 22 April 24 April 2013 jam 11.00 WIB
pada kasus ini diperoleh dengan mengadakan pengkajian langsung,
pemeriksaan fisik, menelaah catatan perawat dari data pengkajian tersebut di
dapat hasil identitas klien bahwa klien bernama Sdr.B, tinggal di Losari
Sukoharjo, Ngalik, umur 18 tahun, jenis kelamin laki-laki, pendidikan SMP,
beragama islam, status belum menikah, tidak bekerja, dari IGD terus dibawa
ke bangsal Ayodya, diagnosa medis: f.20.0 Skizofrenia Katatonik, tanggal
masuk 28 februari 2013. Identitas penanggung jawab klien bernama Ny.R,
tinggal di Losari RT 2 RW 10 Sukoharjo Ngalik, umur 51 tahun pekerjaan
pegawai negeri sipil hubungan dengan klien adalah sebagai ibu.
B. Pengkajian
1.
Riwayat Kesehatan
Data saat pengkajian tanggal 22 April 2013 didapatkan klien
mengatakan jengkel pada ibunya karena minta motor tidak dibelikan, klien
terlihat emosi, marah. Saat marah klien memukul meja dan bicara
terdengar keras (membentak) saat menceritakan masalahnya dengan
ibunya karena minta motor tidak dibelikan, pandangan tajam, mondarmandir, klien tampak menyendiri diRSJ dan jarang bersosialita dengan
orang lain. Klien sudah 2x ini dirawat di RSJ karena tidak mau minum
obat dan tidak rutin kontrol. Riwayat alasan masuk kurang lebih dua hari
yang lalu klien mengalami perubahan sikap bingung, mengamuk,
memukuli kakak, emosi marah, bicara dan tertawa sendiri tampak mondarmandir, bicara terdengar keras (membentak).
2.
Faktor Predisposisi
Pengkajian di dapatkan faktor predisposisi klien mengalami
gangguan jiwa dua kali ini, pada saat ini klien dalam pengobatan tidak
berhasil karena tidak mau minum obat dan tidak rutin kontrol. Klien
sudah pernah mondok dua kali sejak satu tahun yang lalu. Keluarga belum
bisa menuruti keinginan klien untuk membelikan motor sehingga klien
merasa keluarganya tidak sayang dengan klien, klien mengatakan pernah
putus sekolah saat kelas satu SMK dan pernah di PHK dalam pekerjaanya.
Tidak ada penolakan dalam masyarakat dengan gangguan jiwa yang
dialami klien saat ini. Klien tidak pernah mengalami penganiyayaan fisik,
Faktor Presipitasi
Fraktor presipitasi didapatkan klien mengatakan ditinggal pacarnya
karena merasa kalah bersaing maka klien meminta motor kepada ibunya
tapi tidak dibelikan sehingga klien marah. Menurut keluarga perilakunya
semakin jadi mengamuk, marah, emosi serta memukuli kakak.
4.
Pemeriksaan Fisik
Hasil pemeriksaan fisik klien mencakup keadaan umum compos
mentis. Penilaian terhadap klien terlihat tegang dan gelisah, klien terlihat
mondar mandir. Tanda tanda vital klien meliputi tekanan darah klien
135/90 mmHg, suhu 360 C, respirasi 18x/menit, nadi 82x/menit, tinggi
badan 170 cm, berat badan 61 kg.Hasil pemeriksaan fisik klien tidak
mengalami asma, kejang, hipertensi.
5.
Psikososial
a. Genogram
10
Keterangan :
: laki-laki
: pasien
: perempuan
: tinggal 1 serumah
: meninggal
: Garis Keturunan
11
c. Hubungan Sosial
Berdasarkan pola hubungan sosial, klien
mengatakan orang
yang berarti dalam hidupnya adalah ibu. Peran serta dalam kegiatan
bermasyarakat klien tidak pernah bersosialita dan tidak pernah
mengikuti kegiatan dimasyarakat seperti kerja bakti dan karang taruna.
Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain, klien mengatakan
jarang bergaul dengan teman-temannya karena malu dengan keadaanya
yang pernah dirawat di RSJ.
d. Spiritual
Nilai dan keyakinan klien mengatakan beragama islam tetapi
ketika di tanya tentang pandangan dan keyakinan agamanya terhadap
gangguan jiwanya yang klien alami, klien bingung dan tidak mau
menjawab. Kegiatan ibadah klien selama di RSJ dan dirumah jarang
melakukan sholat 5 waktu.
6.
Status Mental
Pengkajian Status mental, klien berpenampilan tidak rapi, kebersihan
cukup, memakai pakaian Rumah Sakit dan mandi 2x sehari, ketika diajak
bicara klien bicara dengan nada tinggi (membentak) saat menceritakan
masalahnya dengan ibunya karena minta motor tidak dibelikan, intonasi
jelas sesuai topik pembicaraan dan pembicaraan klien dapat dipahami.
Aktivitas motorik saat diajak bicara klien terlihat tegang, klien memukul
meja saat menceritakan masalahnya dengan ibunya karena minta motor
tidak dibelikan.
12
Alam perasaan klien merasa putus asa karena minta motor baru tidak
dibelikan oleh ibunya. Afek klien stabil apabila diberi stimulus langsung
merespon. Saat dilakukan pengkajian klien kooperatif dan mau menjawab
pertanyaan yang diajukan. Persepsi klien tidak mengalami gangguan
halusinasi. Proses pikir saat bicara, pembicaraan klien terarah jelas tetapi
dengan nada tinggi (membentak) saat menceritakan masalahnya dengan
ibunya karena minta motor tidak dibelikan. Isi pikir klien mengatakan
pikirannya ingin selalu pulang dan ingin bertemu keluarganya. Tingkat
kesadaran klien sadar penuh klien dapat mengatakan saat ini klien berada
di RSJD Surakarta. Memori jangka panjang klien masih ingat ketika dulu
pernah sekolah SMK tetapi keluar waktu kelas satu. Memori jangka
pendek klien masih ingat yang membawa klien ke RSJ adalah ibu dan
kakaknya. Daya ingat saat ini klien mengatakan tadi bangun tidur jam
05.00 WIB. Tingkat konsentrasi klien mampu berkonsentrasi dengan
pertanyaan yang diberikan tanpa harus diulang kembali dan klien mampu
melakukan penambahan dan pengurangan dalam berhitung. Kemampuan
penilaian Sdr.B mampu mengambil keputusan yang sederhana setelah
diberi sedikit penjelasan dari perawat misalnya memilih cuci tangan
dahulu sebelum makan. Daya tilik, klien mengatakan bahwa klien sedang
mengalami gangguan jiwa.
7.
13
Mekanisme Koping
Hasil pengkajian mekanisme koping, pada Sdr.B yaitu mekanisme
koping maladaptif, dimana klien mengatakan jengkel kepada ibunya
karena minta motor tidak dibelikan dan bila klien sedang kesal klien
marah, emosi, mengamuk serta memukul.
9.
14
15
(Akibat)
dan lingkungan
Perilaku kekerasan
(Core Problem)
(Penyebab)
D. Intervensi
Berdasarkan hasil pengkajian, dirumuskan perencanaan keperawatan
pada Tujuan Umum: Klien tidak dapat melakukan tindakan kekerasan.
Tujuan Khusus pertama: membina hubungan saling percaya. Kriteria
hasil setelah 1x 15 menit pertemuan klien menunjukkan tanda-tanda percaya
16
bicara keras,
emosi
wajah tegang.
Intervensi
bantu
klien
17
diskusikan
dengan
klien
apakah
mau
mempelajari
cara
18
yang
mungkin
untuk
mengungkapkan
kemarahan,
latih
klien
19
menjelaskan manfaat minum obat, keinginan tidak minum obat, nama obat
bentuk obat dan warna obat, dosis yang diberikan, efek yang dirasakan klien.
Intervensi jelaskan manfaat menggunakan obat secara teratur dan kerugian jika
tidak menggunakan obat, jelaskan kepada klien: jenis obat (nama, warna dan
bentuk obat), dosis yang tepat untuk klien, waktu pemakaian, efek yang
dirasakan klien, anjurkan klien: minta dan menggunakan obat tepat wakt, lapor
ke perawat atau dokter jika mengalmi efek yang tidak biasa, beri pujian
terhadap kedisiplinan klien menggunakan obat.
E. Implementasi
Implementasi keperawatan untuk diagnosa keperawatan dilaksanakan 3
hari pada tanggal 22-24 april 2013. Pada tanggal 22 april 2013 jam 11.00 WIB
dengan SP 1 : klien dapat membina hubungan saling percaya (BHSP),
mengidentifikasi
penyebab
perilaku
kekerasan
yang
dilakukan,
berinteraksi,
memberikan
menyampaikan
kesempatan
kepada
kontrak
klien
(topik,
waktu,
mengungkapkan
tempat),
perasaannya,
20
dengan teknik nafas dalam dan memberi kesempatan kepada klien untuk
mempraktekkannya, memberi reinforcement positif kepada klien jika sudah
bisa mempraktekanya sendiri, menganjurkan klien untuk memasukkanya
kedalam jadwal harian.
Pada tanggal 23 april 2013 pukul 09.00 WIB dengan SP 2 : mengajarkan
mengontrol perilaku kekerasan dengan pukul bantal. Implementasinya : penulis
memberikan salam terapeutik, menanyakan perasaan pasien, memvalidasi SP 1
(mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik 1 : nafas dalam),
mengajarkan dan melatih cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik
2 : pukul bantal, memberikan kesempatan pasien untuk mempraktekkan cara
mengontrol perilaku kekerasan dengan pukul bantal, memberi pujian positif
kepada pasien jika sudah bisa mempraktekkannya sendiri, menganjurkan klien
untuk memasukkannya kedalam jadwal harian.
Pada tanggal 24 April 2013 09.00 WIB dengan SP 3 mengajarkan
mengontrol perilaku kekerasan secara verbal atau bicara baik-baik.
Implementasinya : penulis memberikan salam terapeutik, menanyakan
perasaan pasien, memvalidasi SP 1 (nafas dalam) dan SP 2 (pukul bantal),
mengajarkan dan melatih cara mengontrol perilaku kekerasan yang ke-3 yaitu
dengan cara verbal (bicara baik-baik), memberikan kesempatan pasien untuk
mempraktekkan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara verbal,
mengajurkan pasien untuk memasukkan kedalam jadwal harian.
21
F. Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan implementasi di dapatkan evaluasi, Strategi
pelaksanaan satu, implementasi pada hari senin tanggal 22 April 2013 pada jam
11.00 WIB membina hubungan saling percaya seperti salam terapeutik,
memberi salam setiap berinteraksi, memperkenalkan nama, nama panggilan
perawat dan tujuan perawat berinteraksi, menanyakan dan nama panggilan
kesukaan klien, menanyakan perasaan klien seperti mengidentifikasi penyebab
perilaku kekerasan, mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan,
mengidentifikasi perilaku kekerasan yang dilakukan, mengidentifikasi akibat
perilaku kekerasan, menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasan,
membantu klien mempraktekkan latihan cara mengontrol perilaku kekerasan,
menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian, memberikan
reinforcement atas keberhasilan klien. Evaluasi dari subyektifnya klien
memperkenalkan diri nama dan alamat rumah, klien mengatakan jengkel
kepada Ibunya ingin mengamuk dan memukul, klien mau diajari cara
mengontrol perilaku kekerasan dengan cara yang sehat. Obyektifnya pasien
kooperatif, kontak mata ada, nada suara tinggi, pandangan tajam, klien mau
berjabat tangan, pasien mau menyebutkan atau mengidentifikasi penyebab
marah, tanda dan gejala yang dirasakan, pasien mau diajari cara mengontrol
perilaku kekerasan dengan nafas dalam, pasien tampak bisa mempraktekkan
cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara nafas dalam secara mandiri.
Analisa klien mampu melakukan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan
tarik nafas dalam. Perencanaan strategi pelaksanaan satu evaluasi strategi
22
pelaksanaan satu (tarik nafas dalam) dan lanjut strategi pelaksanaan dua (pukul
bantal).
Implementasi pada hari selasa tanggal 23 April 2013 jam 11.00 WIB,
dengan diagnosa perilaku kekerasan, strategi pelaksanaan dua, implementasi
salam terapeutik, mengevaluasi jadwal harian kegiatan klien, melatih cara
mengontol perilaku kekerasan denga cara fisik II yaitu pukul bantal,
menganjurkan klien memasukkan ke dalam kegiatan harian, memberikan
reinforcement positif atas keberhasilan klien. Evaluasi dari subyeknya klien
mengatakan perasaanya hari ini senang, klien masih ingat cara mengontrol
perilaku kekerasan SP 1 dengan cara tarik nafas dalam, klien mau diajari cara
mengontrol perilaku kekerasan dengan pukul bantal. Obyektifnya klien
kooperatif, klien tampak rileks dan tenang, klien masih ingat cara mengontrol
perilaku kekerasan SP 1 dengan cara tarik nafas dalam, klien mampu
mempraktekkan cara mengontrol perilaku kekerasan SP 2 dengan cara pukul
bantal. Analisa klien mampu melakukan cara fisik II mengontrol rasa marah
dengan pukul bantal secara mandiri dan masalah teratasi. Perencanaan evaluasi
cara mengontrol perilaku kekerasan SP 1 (tarik nafas dalam), SP 2 (pukul
bantal) dan lanjut strategi pelaksanaan tiga mengungkapkan marah secara
verbal.
Implementasi pada hari rabu tanggal 24 April 2013 jam 11.00 WIB,
dengan diagnosa perilaku kekerasan, strategi pelaksanaan tiga, implementasi
salam terapeutik, mengobservasi kemampuan klien mengontrol perilaku
kekerasan dengan cara verbal, mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien,
23
klien
BAB III
PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
A. Pembahasan
Pada bab pembahasan penulis akan membahas mengenai kesenjangan
yang terdapat pada konsep dasar (teori) dan studi kasus pada Sdr.B dengan
perilaku kekerasan di ruang Ayodya Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta, pada
tanggal 22-23 April 2013 yang dimulai dengan membahas pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi, implementasi keperawatan dan evaluasi serta pada
bagian akhir dari penulisan laporan studi kasus ini, penulis akan memberikan
kesimpulan dan saran, yang diharapkan dapat bermanfaat dalam meningkatkan
asuhan keperawatan pada pasien, khususnya pada pasien dengan perilaku
kekerasan.
Perilaku Kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang, baik secara fisik maupun psikologis. Perilaku Kekerasan
dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang lain dan
lingkungan. Perilaku Kekerasan merupakan salah satu respon terhadap stresor
yang dihadapi oleh seseorang, respon ini dapat meninmbulkan kerugian baik
pada diri sendiri, orang lain maupun lingkungan (Keliat, 2007).
Tanda Gejala dari Perilaku Kekerasan adalah muka merah atau tegang,
mata melotot atau pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah
merah atau tegang, postur tubuh kaku, mengatupkan rahang dengan kuat,
mengepalkan tangan, jalan mondar-mandir (Yosep, 2010).
24
25
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses
keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan
kebutuhan
26
penampilan dan perilaku klien. Menurut Waber dan Kelley (dalam Nanda,
2012) Pengkajian individu terdiri atas riwayat kesehatan (data subjektif) dan
pemeriksaan fisik (data objektif). Adapun data yang diperoleh setelah
melakukan pengkajian pada klien Sdr. B yang berupa data subjektif antara
lain bingung, mengamuk, memukuli kakak, emosi marah, bicara dan tertawa
sendiri alasan klien jengkel pada Ibunya dan data objektifnya adalah mondar
mandir, bicara terdengar keras (membentak), pandangan tajam.
Faktor presipitasi menurut Direja (2011), adalah seseorang akan marah
jika dirinya merasa terancam, baik berupa injuri secara fisik, psikis, atau
ancaman konsep diri. Sedangkan faktor presipitasi dalam kasus klien adalah
klien mengatakan ditinggal pacarnya karena merasa kalah bersaing maka
klien meminta motor kepada ibunya tapi tidak dibelikan sehingga klien
marah. Klien mempunyai masa lalu yang tidak menyenangkan adalah putus
sekolah waktu kelas satu SMK dan di PHK dalam pekerjaanya.
Faktor Predisposisi adalah berbagai faktor yang menunjang terjadinya
perubahan dalam konsep diri seseorang (Stuart, 2006). Sedangkan faktor
perdisposisi klien pernah mengalami gangguan jiwa dua kali sejak satu tahun
yang lalu, pada saat ini klien dalam pengobatan tidak berhasil karena tidak
mau minum obat dan tidak rutin kontrol. Keluarga belum bisa menuruti
keinginan klien untuk membelikan motor sehingga klien merasa keluarganya
tidak sayang dengan klien, klien mengatakan pernah putus sekolah saat kelas
satu SMK dan pernah di PHK dalam pekerjaanya. Tidak ada penolakan dalam
masyarakat dengan gangguan jiwa yang dialami klien saat ini. Klien tidak
27
mental,
putus
obat,
penyalahgunaan
narkoba
atau
alkohol,
28
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah diagnosis yang dibuat oleh perawat
profesional yang menggambarkan tanda dan gejala yang menunjukkan
masalah kesehatan yang dirasakan klien dimana perawat berdasarkan
pendidikan dan pengalaman mampu menolong klien (Ali Z, 2002). Schultz
dan videbeck (dalam Nurjannah, 2005) menyatakan bahwa diagnosa
keperawatan berbeda dari diagnosa psikiatrik medis dimana diagnosa
keperawatan adalah respon klien terhadap masalah medis atau bagaimana
29
30
31
mengurangi hiperaktif agresif atau obat penenang dan agitasi dengan sediaan
tablet 25 mg, 50 mg, 100 mg, injeksi 25 mg per ml. Trihexsilphenidil untuk
obat anti parkinson dengan sediaan tablet 2 mg, 5 mg, injeksi 25 mg per ml
(ISO, 2011)
3. Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan ditulis atau dibuat setelah diagnosa keperawatan,
rencana keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang dapat mencapai
tiap tujuan khusus, perencanaan keperawatan meliputi perumusan tujuan,
tindakan, dan penilaian rangkaian asuhan keperawatan pada klien berdasarkan
analisis pengkajian agar masalah kesehatan dan keperawatan klien dapat
diatasi (Ali, 2002).
Intervensi keperawatan yang dilakukan pada Sdr.B penulis rencanakan
berdasarkan pada teori keperawatan jiwa, dimana tujuan umumnya dalah
klien tidak dapat melakukan tindakan kekerasan, dan ada sembilan tujuan
khusus yaitu tujuan khusus pertama adalah bina hubungan saling percaya
dengan klien, rasionalnya hubungan saling percaya merupakan landasan
utama untuk hubungan selanjutnya. Tujuan khusus ke dua yaitu
mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan, rasionalnya beri kesempatan
untuk mengungkapkan perasaan klien, dapat membantu stres, dan dapat
penyebab perasaan jengkel atau marah dapat diketahui. Tujuan khusus ke tiga
adalah mengidentifikasi tanda tanda perilaku kekerasan, rasionalnya untuk
mengetahui tanda-tanda klien jengkel dan mengetahui hal yang dialami dan
32
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi dan evaluasi keperawatan pada Sdr. B dilakukan selama
tiga hari pada tanggal 22 - 24 April 2013 di bangsal Ayodya, Rumah Sakit
Jiwa Surakarta. Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari
rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Effendy
dalam Nurjannah, 2005). Jenis tindakan pada implementasi ini terdiri dari
33
tindakan
mandiri
(independent),
saling
ketergantungan/kolaborasi
34
35
36
5. Evaluasi
Evaluasi adalah mengevaluasi perkembangan klien dalam mencapai
hasil yang diharapakan asuhan keperawatan adalah proses dinamik yang
melibatkan perubahan dalam status kesehatan klien sepanjang waktu, pemicu
kebutuhan terhadap data baru, berbagai diagnosa keperawatan, dan
modifikasi rencana asuhan sesuai dengan kondisi klien (Damaiyanti &
Iskandar, 2012).
Hasil evaluasi yang didapat dari Sdr. B adalah data subyektif dan
obyektif antara lain: pasien mengatakan mengamuk dan kesal kepada ibunya
karena minta motor tidak dibelikan, pasien tampak mau berjabat tangan dan
membina hubungan saling percaya pada perawat, pasien tampak mau
menyebutkan penyebab perilaku kekerasannya muncul, pasien menjawab
semua pertanyaan, ada kontak mata, pasien mau menyebutkan perilaku
kekerasan yang dilakukan, pasien mengatakan mau untuk diajari cara
mengontrol marah dengan cara pukul bantal dan pasien tampak mau
mempraktekannya. Kemudian dilakukan perencanaan untuk pasien antara lain
pasien diminta untuk memberitahukan kepada perawat atau keluarga ketika
sedang marah, sedangkan perencanaan untuk penulis adalah mempertahankan
tujuan khusus pertama membina hubungan saling percaya , tujuan khusus ke
dua mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan yang dilakukannya, tujuan
khusus ke tiga mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan , tujuan
khusus ke empat mengidentifikasi jenis perilaku kekerasan yang pernah
dilakukannya , tujuan khusus kelima mengidentifikasi akibat perilaku
37
B. Simpulan
Pengumpulan data penulis menggunakan metode wawancara (allow
anamnesa) dan (autoanamnesa) mengobservasi klien yaitu dari segi
penampilan, pembicaran, perilaku klien, kemudian ditambah dengan menelaah
catatan medik dan catatan keperawatan.
1. Pengkajian penulis mengkaji data dari tanggal klien masuk RSJD, identitas
klien, penanggung jawab alasan masuk, faktor predisposisi, faktor
prestisipitasi, pemeriksaan fisik keluhan fisik, psikososial, (genogram dan
analisa genogram) konsep diri, hubungan sosial, spiritual status mental,
kebutuhan persiapan pulang, mekanisme koping, masalah psikososial dan
lingkungan, pengetahuan klien, aspek penunjang dan meliputi data subyektif
dan data obyektif. Data yang berfokus pengkajian pada kasus adalah pola
koping toleransi stress bahwa klien mengatakan jengkel pada ibunya karena
minta motor tidak dibelikan sehingga klien emosi, marah, memukul meja,
38
kekerasan
yang
dilakukannya,
tujuan
khusus
ke
tiga
39
40
5. Evaluasi yang didapat dari Sdr. B adalah data subyektif dan obyektif antara
lain: pasien mengatakan kesal dan marah kepada ibunya karena minta motor
tidak dibelikan kemudian mengamuk dan memukul, pasien mau berjabat
tangan dan membina hubungan saling percaya pada perawat, pasien tampak
mau menyebutkan penyebab perilaku kekerasannya muncul, pasien
menjawab semua pertanyaan, ada kontak mata, pasien mau menyebutkan
perilaku kekerasan yang dilakukan, pasien mengatakan mau untuk diajari
cara mengontrol marah dengan cara pukul bantal dan pasien tampak mau
mempraktekannya.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis memberikan saran yang
diharapkan bermanfaat, sebagai berikut:
1. Bagi Pendidikan
Institusi pandidikan di harapkan pembimbing memberikan bimbingan
kepada mahasiswa secara optimal, terutama dalam pendidikan Ilmu
Keperawatan Jiwa kepada penulis, sehingga penulis dapat mengaplikasikan
di lahan klinik secara maksimal.
2. Bagi Keluarga
Keluarga diharapkan memberikan motivasi kepada klien dan kontrolkan
secara rutin dan untuk melakukan kunjungan satu minggu sekali agar pasien
cepat sembuh.
41
3. Bagi Perawat
Perawat diharapkan memberikan pelayanan yang tepat dan selalu
meningkatkan komunikasi terapeutik kepada pasien sehingga pasien dapat
membina hubungan saling percaya dengan perawat dan lebih sabar dalam
memberikan pelayanan guna peningkatan penyembuhan pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Ali Z, 2002. Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Penerbit Airlangga University
Press.
Dalami Ermawati, 2010. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta :
Penerbit CV. Trans Info Media.
Damaiyanti & Iskandar, 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung. Penerbit
Buku PT. Refika Aditama.
Damaiyanti Mukhripah, 2010. Komunikasi Terapeutik Dalam
Keperawatan. Bandung. Penerbit Buku PT. Refika Aditama.
Praktik
Direja, Ade Herman Surya, 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta. Penerbit Buku Nuha Medika.
Hidayati, Eni, 2012. Pengaruh Terapi Kelompok Suportif Terhadap Kemampuan
Terhadap
Kemampuan
Perilaku
Kekerasan,
http://e.journal.unimus.ac.id.pdf diakses pada tanggal 25 April 2013.
Isaacs, Ann. 2004. Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Psikiatrik, edisi 3. Jakarta.
Penerbit Buku Kedokteran: EGC.
Isnaeni, 2008. Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas dalam Terhadap Tingkat Emosi
Klien
Perilaku
Kekerasan,
http://ejournal.stikestelogorejo.ac.id/index.php/ilmukeperawatan/article/v
iew/68 diakses pada tanggal 2 Mei 2013.
Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia. 2009. Informasi Spesialite Obat (ISO)
Indonesia. Jakarta. Penerbit PT ISFI
Kelliat Budi A & Akemat. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran: EGC.
Nanda. 2012. Definisi Dan Klasifikasi. Penerbit Buku: Prima Medika. Jakarta.
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, volume 1, edisi 4.
EGC: Jakarta.