Anda di halaman 1dari 9

DAMPAK KENAIKAN HARGA MINYAK DUNIA DAN NILAI

TUKAR RUPIAH TERHADAP EKSPOR KOPI INDONESIA


KE AMERIKA

SKRIPSI

Disusun Oleh :
FINA MUTIA SARI
115020507111015

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Derajat Sarjana


Ekonomi

JURUSAN ILMU EKONOMI


PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Kopi merupakan salah satu komoditi dari subsektor perkebunan yang

memegang peranan cukup penting bagi perekonomian nasional khususnya sebagai


sumber penghasil devisa, penyedia lapangan kerja dan sebagai sumber pendapatan
bagi petani maupun bagi pelaku ekonomi lainnya yang terlibat dalam budidaya,
pengolahan dan pemasaran hasil kopi, terutama di daerah-daerah sentra produksi
kopi seperti Sumatera Selatan, Lampung, Sumatera Utara dan Jawa Timur. Menurut
Badan Pusat Statistik, bahwa pada tahun 2000, perkebunan kopi mampu menyerap
tenaga kerja hingga sebesar 16 juta orang, tenaga kerja tersebut meliputi bagian
mulai dari produksi, pengolahan hingga pemasaran komoditi kopi. Kondisi ini
diperkirakan akan terus meningkat pada tahun-tahun mendatang. Bahkan, pada
tahun 2013, Propinsi Sumatera Selatan menyumbangkan produksi kopi tertinggi di
Indonesia (BPS, 2014).
Karena itu, kopi dapat dibilang menjadi salah satu hasil pertanian dan
perkebunan Indonesia yang sangat berpeluang tinggi penjualannya baik dalam
negeri ataupun luar negeri atau sebagai barang ekspor. Sedangkan dalam
pengelolaannya, perkebunan kopi di Indonesia dikelola dalam tiga bentuk
pengusahaan yaitu Perkebunan Rakyat, Perkebunan Besar Negara dan Perkebunan
Besar Swasta. Produksi kopi di Indonesia sebagian besar dihasilkan oleh
Perkebunan Rakyat, yaitu rata-rata sekitar 96 persen dari total produksi dan sisanya
dihasilkan oleh Perkebunan Besar Negara dan Perkebunan Besar Swasta
(Direktorat Jendral Perkebunan, 2006). Produksi kopi di Indonesia mengalami

fluktuasi setiap tahunnya. Sebagaimana pada data produksi kopi yang disampaikan
BPS (2014), dalam kurun waktu 14 tahun terakhir, produksi kopi baik dari
perkebunan rakyat maupun perkebunan besar mengalami peningkatan namun tidak
konsisten setiap tahunnya. Berikut data produksi kopi di Indonesia pada perkebunan
rakyat dan perkebunan besar:
Tabel 1.1. Produksi Kopi di Indonesia
Produksi Kopi (ribu ton)
Perkebunan
Perkebunan
Tahun
Rakyat
Besar
28.27
2000
585.2
27.05
2001
560.4
26.74
2002
654.3
29.44
2003
645
29.16
2004
618.2
24.81
2005
615.6
28.90
2006
653.3
24.10
2007
652.3
28.07
2008
669.9
28.67
2009
653.9
29.01
2010
657.9
22.22
2011
616.4
29.30
2012
661.8
29.80
2013 *)
669.1
Sumber : Badan Pusat Statistik, data diolah
Dalam hal ekspor kopi, Indonesia menduduki urutan keempat pengekspor
kopi terbesar di dunia, dan kemudian pada tahun 2012 Indonesia menjadi tiga besar
pengekspor kopi setelah Brasil dan Vietnam. Hal tersebut menjadikan nilai ekspor
kopi sebagai komoditi penghasil devisa yang cukup besar. Pada tahun 2013, nilai
ekspor kopi mencapai 1.166.179.900 Dollar Amerika. Negara tujuan ekspor kopi
terbesar adalah Amerika Serikat dengan nilai ekspor kopi sebesar 207.037.600

Dollar Amerika atau sekitar 17% dari nilai ekspor kopi Indonesia secara keseluruhan
negara.
Dimana penduduk Amerika mengkonsumsi kopi minimal satu cangkir per
hari, dan setelah adanya sebuah penelitian dari Tufst University, komite penasihat
diet Amerika merekomendasikan masyarakat Amerika untuk meminum minimal tiga
cangkir hingga lima cangkir kopi per hari untuk manfaat kesehatan. Disamping gaya
hidup, alasan kesehatan pula menjadikan Amerika sebagai pengimpor kopi terbesar
di dunia. Karena permintaan akan kopi yang cukup besar, oleh sebab itu, Indonesia
sebagai negeri yang subur dan juga memiliki banyak sekali jenis kopi bahkan kopikopi special yang tidak ditemukan di negara lain, harus mengisi perdagangan dunia
khususnya kopi menuju Amerika.
Tingginya angka ekspor kopi ini menandakan bahwa Indonesia berperan
besar dalam percaturan lalu lintas perdagangan internasional dalam sektor hasil
pertanian dan perkebunan. Tidak bisa dipungkiri bila terus dibenahi dan
disempurnakan mengenai tata aturan kelembagaan ekspor dan dukungan
pemerintah dalam peningkatan kualitas dan kuantitas kopi ini maka Indonesia akan
menemukan jalan akselerasi yang sangat cepat untuk semakin mendekati abilitas
negara lain dalam kaitannya sebagai negara penghasil kopi terbesar di dunia.
Namun dilihat dari perkembangannya, kontribusi nilai ekspor kopi cenderung
mengalami penurunan dan terjadi pergejolakan selama periode 2002 2013. Nilai
ekspor kopi ke Amerika Serikat tertinggi terjadi pada tahun 2012. Berikut nilai ekspor
kopi Indonesia ke Amerika Serikat :

350000
300000
250000
200000
Nilai Ekspor Kopi ke USA (ribu US$) 150000
100000
50000
0

Gambar 1.1. Nilai Ekspor Kopi ke Amerika Serikat Periode 2002 - 2013

Terkait dengan komoditas ekspor-impor migas, selain menjadi negara


pengekspor minyak, Indonesia juga merupakan negara pengimpor minyak. Oleh
karena

itu,

fluktuasi

harga

minyak

dunia

sangat

berpengaruh

terhadap

perekonomian bangsa Indonesia. Harga minyak dunia yang terus berfluktuasi dan
cenderung meningkat setiap tahun akan mempengaruhi perekonomian melalui
inflasi (cost push). Dampak utama dari kenaikan harga minyak dunia adalah dimana
tingginya harga minyak dunia akan menyebabkan kenaikan bagi tarif angkutan dan
meningkatnya biaya produksi dalam negeri terutama untuk sektor industri, dan
selanjutnya akan meningkatkan inflasi pada berbagai sektor perekonomian. Berikut
fluktuasi harga minyak mentah dunia selama lima tahun terakhir :

Gambar 1.2. Harga Minyak Mentah Dunia Periode 2011 April 2015
Keterkaitan harga minyak dunia dengan ekspor kopi dapat terlihat dari biaya
produksi pengolahan kopi dan pengangkutan atau transportasi. Pada pengolahan
produksi baik dari pengupasan buah kopi hingga menjadi bubuk kopi, mesin-mesin
yang digunakan menggunakan mesin bermotor bensin ataupun diesel. Dimana
harga bensin dan solar bergantung pada harga minyak dunia. Selain daripada itu,
pengangkutan yang ada baik pengangkutan buah kopi dari perkebunan menuju
tempat atau pabrik pengolahan, hingga barang jadi kopi yang telah jadi dan
kemudian di ekspor menuju negara tujuan, tidak terlepas dari alat transportasi yang
menggunakan bahan bakar minyak. Sehingga baik langsung ataupun tidak
langsung, pada proses produksi kopi membutuhkan minyak dan menjadi berkaitan
dengan harga minyak dunia.
Rezim nilai tukar pada bulan Agustus 1997 oleh Bank Indonesia diubah dari
sistem mengambang terkendali (managed-floating exchange rates system) menjadi
sistem mengambang bebas (free-floating exchange rates system). Dalam sistem ini
nilai tukar rupiah ditentukan oleh mekanisme pasar. Hal ini dilakukan terkait

fenomena penarikan modal asing secara besar-besaran yang terjadi kala itu.
Sehingga pemerintah bereaksi dalam menghadapi cepat dan besarnya gejolak
depresiasi nilai tukar rupiah. Menurut Edward (2000) pada sistem nilai tukar
mengambang bebas, capital inflow secara besar-besaran akan mendorong apresiasi
nilai tukar nominal dan juga nilai tukar riil.
Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika mengalami fluktuasi tiap tahunnya.
Bahkan dalam kurun 3 tahun terakhir, nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika
mengalami peningkatan. Bahkan pada periode April 2015 mencapai pada titik Rp
13.000,-. Berikut pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika :
14,000.00
12,000.00
10,000.00
8,000.00

Rupiah

6,000.00
4,000.00
2,000.00
0.00

Sumber : Bank Indonesia, 2015


Gambar 1.3. Nilai Tukar Rupiah Periode Januari 2005 April 2015

Pergerakan nilai tukar rupiah yang semakin meningkat sangat berpengaruh


pada perkembangan ekspor dan impor Indonesia yang semakin kompleks. Bahkan
saat ini nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika mencapai Rp. 13.000 per dollar,

hal ini dapat menjadi peluang untuk produsen dalam meningkatkan produksi produk
bakal ekspor karena harga barang hasil Indonesia dalam perdagangan dunia akan
menjadi murah. Namun, seringkali peluang tersebut tidak digunakan dengan baik,
karena bila dilihat dari ekspor kopi saat ini, Indonesia tidak lagi menjadi tiga besar
eksportir kopi melainkan turun posisi yang sangat tajam menjadi posisi ke tujuh.
(okezone, 2014). Indonesia sebagai negara besar yang memiliki sumber daya alam
melimpah tentu saja mempunyai kelebihan akan barang-barang sebagai faktor
produksi yang dibutuhkan oleh negara-negara lain. Sumber daya alam seperti hutan,
lautan, dan kemelimpahan alam lainnya menjadi berkah tersendiri bagi bangsa
Indonesia yang tampaknya memang sengaja disediakan oleh Tuhan kepada rakyat
Indonesia untuk dapat dikelola sebagai fasilitas kehidupan yang memadai.
Berdasarkan pemaparan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk
melakukan suatu penelitian dengan judul :DAMPAK KENAIKAN HARGA MINYAK
DUNIA DAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP EKSPOR KOPI INDONESIA KE
AMERIKA.
1.2.

Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang yang telah dijelaskan, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :


1. Bagaimana pengaruh kenaikan harga minyak dunia terhadap ekspor kopi ke
Amerika Serikat?
2. Bagaimana pengaruh nilai tukar rupiah terhadap ekspor kopi ke Amerika
Serikat?
3. Apakah terdapat pengaruh secara simultan antara kenaikan harga minyak
dunia dan nilai tukar rupiah terhadap ekspor kopi ke Amerika Serikat?

1.3.

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini antara lain :

1. Mengetahui pengaruh kenaikan harga minyak dunia terhadap ekspor kopi ke


Amerika Serikat.
2. Mengetahui pengaruh nilai tukar rupiah terhadap ekspor kopi ke Amerika
Serikat.
3. Mengetahui pengaruh secara simultan antara kenaikan harga minyak dunia
dan nilai tukar rupiah terhadap ekspor kopi ke Amerika Serikat.
1.4.

Manfaat Penelitian
Manfaat yang dicapai dari penelitian ini yaitu :

1. Manfaat Teoritis
Memperluas pengetahuan ilmu ekonomi, terutama mengenai pengaruh
kenaikan harga minyak dunia dan nilai tukar rupiah terhadap ekspor kopi ke
Amerika Serikat.

2. Manfaat Praktis
Sebagai referensi pengambilan kebijakan bagi pemerintah dan sektor swasta
dalam memajukan ekspor kopi.

Anda mungkin juga menyukai