Anda di halaman 1dari 20

PENDEKATAN SCIENTIFIC, MODEL DAN STRATEGI PEMBELAJARAN

DALAM KURIKULUM 2013


Oleh:
Drs. Taufik Nugroho, M.Hum. (Widyaiswara Muda P4TK Bahasa)
Abstrak
Kurikulum 2013 menggunakan penerapan pendekatan ilmiah atau scientific approach pada proses
pembelajaran. Pendekatan scientific termasuk pembelajaran inkuiri yang bernafaskan konstruktivisme.
Sasaran pembelajaran dengan pendekatan ilmiah mencakup pengembangan ranah sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Ketiga ranah
kompetensi tersebut memiliki lintasan perolehan (proses) psikologis yang berbeda. Sikap diperoleh
melalui aktivitas: menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan. Pengetahuan
diperoleh melalui aktivitas: mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan
mencipta. Sementara itu, keterampilan diperoleh melalui aktivitas: mengamati, menanya,
mengumpulkan informasi/mencoba, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan (Permendikbud No. 81a
tahun 2013). Kurikulum 2013 yang terinspirasi dengan pembelajaran abad ke-21 pada intinya
menekankan pada aspek kolaborasi dan komunikasi. Ini dicerminkan dengan diterapkannya
pendekatan scientific dan tiga model pembelajaran yang mendukungnya; project-based learning,
problem-based learning dan discovery-learning, serta terintegrasinya stategi pembelajaran cooperative dan collaborative learning dalam pelaksanaan tiga model di atas.

A. Pendahuluan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1 angka 1
dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Standar Proses adalah kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan
untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan. Standar Proses dikembangkan mengacu pada Standar
Kompetensi Lulusan dan Standar Isi yang telah ditetapkan sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan
PemerintahNomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Proses Pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan
0

ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan pendidikan melakukan
perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran
untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan.
Berdasarkan penjelasan di atas, tantangan dunia pendidikan paling tidak ada 2, yaitu dampak
teknologi komunikasi/internet, kemunduran lingkungan manusia sehingga penanaman sikap melalui
proses pembelajaran sangat diperlukan. Kemajuan IPTEK dapat mengubah manusia informasi menjadi
masyarakat industri, pasca teknologi menjadi Hi-technology, dan ekonomi nasional menjadi ekonomi
dunia. Kemajuan IPTEK juga memiliki dampak yang sangat luas dalam mempengaruhi perilaku
manusia. Sedangkan kemunduran lingkungan manusia terjadi karena kerusakan lingkungan yang
ditandai oleh pengrusakan manusia terhadap lingkungan yang ada. Penebangan, pembakaran hutan
terjadi di mana-mana tanpa ada satupun manusia yang merasa bersalah/berdosa, dengan kata lain
kesadaran, kepedulian terhadap lingkungan sekitar patut dipertanyakan.
Sejalan dengan itu, trend dunia pendidikan abad 21 lebih berorientasi pada pengembangan
potensi manusia dan bukan memusatkan pada kemampuan teknikal dalam melakukan eksplorasi dan
eksploitasi alam. Intinya adalah bagaimana guru dapat mengoptimalkan potensi mind dan brain untuk
meraih prestasi peradaban secara cepat dan efektif. Dengan asumsi; jika manusia mampu
menggunakan potensi nalarnya dan emosinya secara jitu maka dia akan mampu membuat loncatan
prestasinya yang dia tidak duga sebelumnya (Siberman, Mel. 2002: XIII).
Kurikulum 2013 mengembangkan dua modus proses pembelajaran yaitu proses pembelajaran
langsung dan proses pembelajaran tidak langsung. Proses pembelajaran langsung adalah proses
pendidikan di mana peserta didik mengembangkan pengetahuan, kemampuan berpikir dan
keterampilan psikomotorik melalui interaksi langsung dengan sumber belajar yang dirancang dalam
silabus dan RPP berupa kegiatan-kegiatan pembelajaran. Dalam pembelajaran langsung tersebut
peserta didik melakukan kegiatan belajar mengamati, menanya, mengumpulkan informasi,
mengasosiasi atau menganalisis, dan mengkomunikasikan apa yang sudah ditemukannya dalam
kegiatan analisis. Proses pembelajaran langsung menghasilkan pengetahuan dan keterampilan
langsung atau yang disebut dengan instructional effect.
Pembelajaran tidak langsung adalah proses pendidikan yang terjadi selama proses
pembelajaran langsung tetapi tidak dirancang dalam kegiatan khusus. Pembelajaran tidak langsung
berkenaan dengan pengembangan nilai dan sikap. Berbeda dengan pengetahuan tentang nilai dan
sikap yang dilakukan dalam proses pembelajaran langsung oleh mata pelajaran tertentu,
1

pengembangan sikap sebagai proses pengembangan moral dan perilaku dilakukan oleh seluruh
mata pelajaran dan dalam setiap kegiatan yang terjadi di kelas, sekolah, dan masyarakat. Oleh
karena itu, dalam proses pembelajaran Kurikulum 2013, semua kegiatan yang terjadi selama
belajar di sekolah dan di luar dalam kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler terjadi proses
pembelajaran untuk mengembangkan moral dan perilaku yang terkait dengan sikap.
Pembelajaran langsung maupun pembelajaran tidak langsung terjadi secara terintegrasi dan
tidak terpisah. Pembelajaran langsung berkenaan dengan pembelajaran yang menyangkut KD yang
dikembangkan dari KI-3 dan KI-4. Keduanya, dikembangkan secara bersamaan dalam suatu proses
pembelajaran dan menjadi wahana untuk mengembangkan KD pada KI-1 dan KI-2. Pembelajaran
tidak langsung berkenaan dengan pembelajaran yang menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-1
dan KI-2. Proses pembelajaran terdiri atas lima pengalaman belajar pokok yaitu: (a) mengamati; (b)
menanya; (c) mengumpulkan informasi; (d) mengasosiasi; dan, (e) mengkomunikasikan.
B. Kajian Materi
Prinsip pelaksanaan proses seperti yang digariskan dalam Kurikulum 2013 adalah siswa harus
mendapat: kesempatan untuk mengekspresikan dirinya secara bebas, dinamis dan menyenangkan
dalam membangun pengetahuannya, belajar untuk memahami dan menghayati, belajar untuk mampu
melaksanakan dan berbuat secara efektif, belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain,
dan belajar untuk membangun dan menemukan jati diri, melalui proses pembelajaran yang aktif,
kreatif, efektif, dan menyenangkan. Pengetahuan dibangun bersamaan dengan ketrampilan yang
menyertai dalam membangun pengetahuan dimaksud, sehingga dampak samping atau nurturent effect
dari proses tersebut terbangunnya sikap terhadap sesama dan kepada Tuhan YME. Dengan demikian,
pemilihan strategi, pendekatan dan metode hendaknya selalu mengacu pada proses tersebut.

1. Prinsip Pembelajaran
Prinsip pembelajaran yang diterapkan dalam Kurikulum 2013 meliputi: (a) dari peserta didik
diberi tahu menuju peserta didik mencari tahu, (b) dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar
menjadi belajar berbasis aneka sumber belajar, (c) dari pendidikan tekstual menuju proses sebagai
penguatan penggunaan pendekatan ilmiah, (d) dari pembelajaran berbasis konten menuju
pembelajaran berbasis kompetensi, (e) dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu, (f) dari
pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju pembelajaran dengan jawaban yang
kebenarannya multi dimensi, (g) dari pembelajaran verbalisme menuju ketrampilan aplikatif, (h)
2

peningkatan dan keseimbangan antara ketrampilan fisik (hard skills) dan ketrampilan mental (soft
skills), (i) pembelajaran yang mengutaman pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai
pembelajar sepanjang hayat, (j) pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi
keteladanan (ing ngarso sung tulodo),membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan
mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri haandayani), (k)
pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah dan di masyarakat., (l) pembelajaran yang
menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja adalah siswa, dan dimana saja adalah
kelas, (m) pemanfaatan teknologi inforrmasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas pembelajaran, (n) pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta
didik
Terkait dengan prinsip- prinsip di atas, dikembangkanlah standar proses yang mencakup:
perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pem belajaran,
dan pengawasan proses pembelajaran.
Hal baru yang hendak dibangun dalam kurikulum 2013 bahwa proses belajar hendaknya selalu
dilalui dengan kegiatan scientific/ilmiah seperti mengamati, menanya, menalar, mencoba dan membuat
hubungan apa yang sedang dipelajari. Proses pembelajaran di sekolah merupakan kegiatan kunci
yang harus diwujudkan dan tercermin dalam model pembelajaran yang diaktualisasikan oleh guru di
dalam kelas. Jadi, dapat digambarkan tentang filosofi guru mengajar sekarang terbalik dari teaching
menjadi tutoring, dan bukan lagi murid diberi tahu melainkan murid mencari tahu.

2. Pendekatan Pembelajaran
Secara umum, pendekatan dapat dipahami sebagai cara pandang terhadap obyek yang akan
mewarnai seluruh jalannya proses pembelajaran (aktif, pasif, dialogis, PAKEM, Contextual teaching
and learning/CTL, scientific approach, dsb). Romiszowski dalam Milan Rianto: 2000 menjelaskan
tentang pendekatan pembelajaran yang diibaratkan sebagai rentangan antara dua ujung yang saling
berlawanan seperti ekspositori dan diskoveri/inkuiri. Ekspositori menunjukkan pendekatan dengan
dominasi peran guru selama proses pembelajaran berlangsung. Sedangkan diskoveri/inkuiri
menunjukkan dominasi siswa selama proses pembelajaran dan peran guru hanya sebagai fasilitator.
Batasan pendekatan inkuiri di sini adalah kegiatan penemuan yang dilakukan siswa sendiri mulai dari
merumuskan masalah, mengumpulkan data/informasi, menganalisis, menyajikan hasil dalam bentuk
tulisan, gambar, table, dll, serta mengkomunikasikannya kepada pihak lain. Hal ini sudah sangat
sejalan dengan pendekatan ilmiah yang dikembangkan dalam kurikulum 2013.
Pendekatan pembelajaran yang dikembangkan dengan nama scientific approach atau
pendekatan ilmiah, adalah cara atau mekanisme untuk mendapatkan pengetahuan dengan prosedur
yang didasarkan pada suatu metode ilmiah. Suatu pengetahuan ilmiah hanya dapat diperoleh dari
metode ilmiah. Metode ilmiah memandang fenomena khusus (unik) dengan kajian spesifik dan detail
untuk kemudian merumuskan pada simpulan. Dengan demikian diperlukan adanya penalaran dalam
rangka pencarian (penemuan).
Proses kerja ilmiah, mengedepankan penalaran induktif (inductive reasoning) daripada
penalaran deduktif (deductive reasoning). Penalaran induktif memandang fenomena atau situasi
spesifik untuk kemudian menarik simpulan secara keseluruhan. Penalaran induktif menempatkan buktibukti khusus /spesifik ke dalam relasi idea yang lebih luas. Penalaran deduktif melihat fenomena umum
untuk kemudian menarik simpulan yang spesifik. Sebaliknya, Metode ilmiah umumnya menempatkan
fenomena unik dengan kajian spesifik dan detail untuk kemudian merumuskan simpulan umum.
Pendekatan ilmiah menerapkan kaidah-kaidah ilmiah yang memiliki ciri penonjolan dimensi
pengamatan, penalaran, penemuan, pembenaran, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Dengan
demikian, proses pembelajaran dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria
ilmiah. Dalam dokumen pelatihan implementasi kurikulum 2013 dijelaskan tentang proses
pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi kriteria seperti berikut ini.
1. Substansi atau materipembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan
dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng
semata.
4

2. Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta didik terbebas dari
prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur
berpikir logis.
3. Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam
mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan substansi atau materi
pembelajaran.
4. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan,
kesamaan, dan tautan satu sama lain dari substansi atau materi pembelajaran.
5. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan, dan
mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon substansi atau materi
pembelajaran.
6. Berbasis

pada

konsep,

teori,

dan

fakta

empiris

yang

dapat

dipertanggungjawabkan.
7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem
penyajiannya.
Untuk dapat disebut ilmiah, harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi,
empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik. Karena itu, pendekatan ilmiah
umumnya memuat rangkaian kegiatan koleksi data atau fakta melalui observasi dan ekperimen,
kemudian memformulasi dan menguji hipotesis. Pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah lebih efektif
hasilnya dibandingkan dengan pembelajaran tradisional. Pada pembelajaran berbasis pendekatan
ilmiah, retensi informasi dari guru lebih dari 90 persen setelah dua hari dan perolehan pemahaman
kontekstual sebesar 50-70 persen. Sedangkan pembelajaran tradisional, retensi informasi dari guru
sebesar 10 persen setelah lima belas menit dan
perolehan pemahaman kontekstual sebesar 25
persen.
Secara sederhana, pendekatan ilmiah merujuk
pada: (a) adanya fakta, (b) sifat bebas prasangka,
(c) sifat objektif, dan (d) adanya analisa. Dengan
metode

ilmiah,

proses

belajar

diharapkan
5

mempunyai sifat: (1) kecintaan pada kebenaran yang objektif, (2) tidak gampang percaya begitu saja
pada ha-hal yang tidak rasional (takhayul), (3) ingin tahu, (4) tidak mudah membuat prasangka, (5)
selalu optimis
Jadi, pendekatan ilmiah merupakan mekanisme untuk memperoleh pengetahuan yang
didasarkan pada struktur logis dengan memerlukan langkah-langkah pokok seperti:
a)
b)
c)
d)
e)

Mengamati (observing)
Menanya(questioning)
Mengumpulkan informasi/mencoba (experimenting)
Mengasosiasi (associating)
Mengkomunikasikan (communicating)
Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik moderen dalam pembelajaran, dengan

menggunakan pendekatan ilmiah.

Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran

sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan,


menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata pelajaran.

3. Model Pembelajaran
Model pembelajaran merupakan implementasi seluruh komponen pendekatan, strategi,
metode yang diterapkan secara menyeluruh dan utuh dalam proses pembelajaran.Kurikulum 2013
menitikberatkan pada pola / model yang mendukung terjadinya proses scientific seperti Project Based
learning, Problem Solving/Inquiry, Discovery Learning.
a. Project-Based Learning
Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan cara belajar dengan menggunakan masalah
sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan
pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata. Pembelajaran Berbasis Proyek dirancang untuk
digunakan pada permasalahan komplek yang diperlukan peserta didik dalam melakukan insvestigasi
dan memahaminya. Pembelajaran Berbasis Proyek memberikan kesempatan kepada para peserta
didik untuk menggali materi dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan
melakukan eksperimen secara kolaboratif.

Pembelajaran Berbasis Proyek memiliki karakteristik seperti peserta didik: (1) membuat
keputusan tentang permasalahan yang diberikan, (2) mendesain solusi atas permasalahan yang
diajukan, (3) secara kolaboratif bertanggungjawab mengelola informasi untuk memecahkan
permasalahan, (4) secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang sudah dijalankan, (5) produk
akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif, (6) situasi pembelajaran sangat toleran
terhadap kesalahan dan perubahan
Peran guru dalam PBL adalah sebagai fasilitator, pelatih, penasehat dan perantara untuk
mendapatkan hasil yang optimal sesuai dengan daya imajinasi, kreasi dan inovasi dari siswa.
Keuntungan melaksanakan PBL adalah meningkatkan: (1) kolaborasi, (2) motivasi belajar peserta
didik, (3) kemampuan memecahkan masalah. (4) membuat siswa menjadi lebih aktif, (5) mendorong
siswa untuk mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi, (6) keterampilan
mengelola sumber, (7) memberikan pengalaman kepada siswa dalam mengorganisasi tugas, (8)
melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan menunjukkan pengetahuan yang
dimiliki, kemudian diimplementasikan dengan dunia nyata. Langkah langkah pelaksanaan PBL

1
PENENTUAN
PERMASALAHAN

6
EVALUASI
PENGALAMAN/RE
FLEKSI

2
MENYUSUN
PERECANAAN
PROYEK

5
MENGUJI HASIL

3
MENYUSUN
JADWAL

4
MONITORING

Diagram 1: Langkah langkah Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Proyek (dikembangkan dari materi pelatihan
kurikulum 2013)

b. Problem-Based Learning (PBL)


Pembelajaran berbasis masalah merupakan pembelajaran yang menyajikan masalah
kontekstual sehingga merangsang siswa untuk mengembangkan ketrampilan/kreativitas tingkatan
berfikir tinggi (HOTS). Pembelajaran berbasis masalah merupakan pembelajaran yang menantang
siswa untuk belajar bagaimana belajar, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari
permasalahan dunia nyata. Masalah yang diberikan digunakan untuk memancing rasa ingin tahu siswa
pada pembelajaran yang dimaksud. Ada lima cara dalam menggunakan model pembelajaran berbasis

masalah (PBL) yaitu permasalahan sebagai: (1) kajian, (2) penjajakan pemahaman, (3) contoh, (4)
bagian yang tak terpisahkan dari proses, (5) stimulus aktivitas otentik
Peran guru, siswa dan masalah dalam pembelajaran berbasis masalah dapat digambarkan
sebagai berikut:
Siswa sebagai problem

Guru sebagai pelatih


o

Asking about thinking (bertanya tentang

o
o
o
o
o

pemikiran)
memonitor pembelajaran
probing ( menantang siswa untuk berfikir )
menjaga agar siswa terlibat
mengatur dinamika kelompok
menjaga berlangsungnya proses

Masalah sebagai awal

o
o

solver
peserta yang aktif
o
terlibat langsung dalam o

tantangan dan motivasi


menarik untuk dipecahkan
menyediakan kebutuhan

pembelajaran
membangun

yang ada hubungannya

pembelajaran

dipelajari

dengan pelajaran yang

(Dokumen Pelatihan Kur 2013)

Keuntungan menerapkan PBL antara lain bahwa peserta didik: (1) memperoleh pengetahuan
dasar (basic sciences) yang berguna untuk memecahkan masalah, (2) belajar secara aktif dan mandiri
dengan sajian materi terintegrasi dan relevan dengan kenyataan sebenarnya, yang sering disebut
student-centered, (3) mampu berpikir kritis, dan mengembangkan inisiatif. Tahapan menerapkan PBL:
Fase-fase
Fase 1
Orientasi siswa kepada masalah

Perilaku guru

Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan

logistik yg dibutuhkan
Memotivasi siswa untuk terlibat aktif dalam
pemecahan masalah yang dipilih

Fase 2
Mengorganisasikan siswa

Membantu siswa mendefinisikan


danmengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut

Fase 3
Membimbing penyelidikan individu dan kelompok

Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang


sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan
penjelasan dan pemecahan masalah

Fase 4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Membantu siswa dalam merencanakan dan


menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, model
dan berbagi tugas dengan teman

Fase 5
Menganalisa dan mengevaluasi proses

Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah


dipelajari /meminta kelompok presentasi hasil kerja

pemecahan masalah

c. Discovery Learning
Discovery merupakan cara belajar dengan membangkitkan rasa ingin tahu (curiousity)
siswa untuk mengeksplorasi dan belajar sendiri. Pemahaman suatu konsep didapat siswa melalui
proses yang lebih menekankan kepada proses penemuan konsep dan bukan pada produknya.
Discovery Learning mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri (inquiry) dan problem Solving.
Ketigannya tidak ada perbedaan yang prinsip, hanya saja Discovery Learning lebih menekankan
pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui. Pada discovery masalah
yang diperhadapkan kepada siswa semacam masalah yang direkayasa oleh guru. Sedangkan
pada inkuiri masalahnya bukan hasil rekayasa, sehingga siswa harus mengerahkan seluruh pikiran
dan keterampilannya untuk mendapatkan temuan-temuan di dalam masalah itu melalui proses
penelitian sederhana, sedangkan Problem Solving lebih memberi tekanan pada kemampuan
menyelesaikan masalah.
Prinsip belajar dalam Discovery Learning adalah materi atau bahan pelajaran yang akan
dibelajarkan tidak disampaikan dalam bentuk final; peserta didik didorong untuk mengidentifikasi
apa yang ingin diketahui dilanjutkan dengan mencari informasi sendiri kemudian mengorgansasi
atau membentuk (konstruktif) apa yang mereka ketahui dan mereka pahami dalam suatu bentuk
akhir. Tahapan pembelajaran dilakukan melalui 4 tahap, yaitu: (1) data dikemukakan kepada siswa,
(2) siswa menganalisis strategi untuk mendapatkan konsep-konsep, (3) siswa menganalisis jenisjenis konsep, yang sesuai dengan umur dan pengalamansisw, (4) siswa mengaplikasikan konsep
Proses mental yang dikembangkan meliputi kegiatan. (1) mengamati, (2) menggolonggolongkan, (3) membuat dugaan/rumusan., (4) mengukur, (5) mengumpulkan data, (6) menarik
kesimpulan.
4. Strategi pembelajaran
Strategi pembelajaran adalah garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha
mencapai sasaran kompetensi dasar. Strategi dapat dipandang sebagai pola-pola umum kegiatan
guru-siswa dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai kompetensi dasar tertentu
seperti yang dijelaskan Jamarah & Zain (2002)
Langkah-langkah strategi;
a. Menetapkan spesifikasi/mengidentifikasi kualifikasi perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan
yang diharapkan

b. Memilih pendekatan belajar mengajar


c. Menetapkan prosedur, metode, teknik yang dianggap paling efektif/tepat sesuai dengan
karakteristik siswa
d. Menetapkan norma dan batas minimal keberhasilan/kriteria kompetensi inti, sehingga dapat
dijadikan pedoman evaluasi hasil KBM. Dengan begitu umpan balik penyempurnaan instruksional
dapat dilakukan.
Jadi, strategi belajar mengajar adalah memanfaatkan segala daya dan sumber yang dimiliki
untuk dikerahkan dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya (induktif,
deduktif, campuran).

Model 1

Model 2

Contoh Model 1 dari White dan White: sebuah model kolaboratif bagi siswa tuna ringan di SMP, yang
menerapkan inklusi dengan melibatkan guru khusus (Special Ed) yang bergabung dengan guru biasa. Mereka
menggabungkan program yang memadukan antara strategi pembelajaran dengan penguasaan materi
pembelajaran.

10

Model 2 menerapkan collaborative teaching, antara guru biasa dengan guru khusus (special Ed)
dengan rasio siswa 1:15. Mereka menerapkan pembelajaran individual, berbagi pengambilan keputusan dan
evaluasi.

1. Pembelajaran Kooreratif (Cooperative Learning)


Untuk mewujudkan

strategi

pembelajaran yang efektif, guru

hendaknya jeli memilih pembelajaran

yang

pemberdayaan

cooperative learnig atau disingkat

siswa

seperti;

CL merupakan pembelajaran yang


kemampuan individu dalam kelompok,

mengarah

pada

demokratis dengan mengoptimalkan


menegakkan konsep saling asah, asuh,

asih, tanpa harus ada yang disebut sebagai pemimpin dan yang dipimpin, dimana masing-masing
siswa mempunyai tanggungjawab yang sama.
Cooperative learning merupakan pembelajaran yang sistematis dengan mengelompokkan
siswa untuk tujuan menciptakan pendekatan pembelajaran yang efektif yang mengintegrasikan
ketrampilan sosial yang bernuatan akademis (Davidson & Worsham, 1992:xii). Secara umum
cooperative learning di desain untuk melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran inkuiri
dan diskusi dalam kelompok kecil, Kelompok-kelompok tersebut diorganisir sedemikian rupa sehingga
tercipta partisipasi belajar secara menyeluruh dengan pengertian bahwa siswa dibiarkan dalam
kelompoknya untuk berdiskusi terlebih dahulu kemudian merumuskannya sampai dengan melaporkan
perolehan belajarnya pada seluruh kelas. Dengan demikian siswa akan mempunyai ketrampilan
menemukan atau discovery dengan meng-gunakan kegiatan what and how.
Teknologi penerapan dalam pembelajaran ini bahwa metodenya tergolong dalam technologyassisted sehingga bentuk dan susunan kelompoknya akan selalu terlihat: (1) Siswa ditempatkan dalam
kelompok kecil, (2) Sistem interaksi guru dengan siswa bersifat coaching atau pelatih dan yang dilatih,
(3) Perhatian guru lebih terpusat pada siswa yang lemah, (4) Guru lebih mengikutsertakan siswa dalam
proses belajar, (5) Susunan cooperative dengan menekankan kemampuan akademis siswa secara
heterogin, dengan harapan siswa yang pandai membimbing siswa yang kurang, (6) Siswa dalam
kelompok yang berbeda mempelajari materi yang berbeda.
Banyak sekali komponen lain yang dapat diidentifikasi tetapi jika ingin membelajarkan siswa
dengan pembelajaran ini hendaknya selalu mengingat hal-hal seperti berikut; (1) Interdependensi atau
ketergantungan yang poisitif, (2) Interaksi face to face atau tatap muka, (3) Tanggungjawab individu

11

dalam kelompok, (4) Ketrampilan kelompok kooperatif yang terlihat ketika memberi kritikan, saran,
sanggahan tanpa mengkritik orangnya, (5) Proses kerjasama kelompok.
Teknik teknik membelajarkan Cooperative Learning banyak sekali antara lain; jigsaw, number
head

together,

think

pair

share,

pelaporan

dll.

Setiap

teknik

mempunyai

ciri

dan

pengoperasioanalannya amat sangat tergantung pada kepiawian/kepandaian guru, sebagai contoh


jigsaw akan efektif jika digunakan untuk kelas yang mempunyai jumlah siswa sedikit, sedangkan teknik
pelaporan sangat cocok untuk kelas besar.Berikut ini beberapa langkah pembelajaran cooperative
learning yang dapat diakses untuk melaksanakan pembelajaran. Akan tetapi, untuk keseluruhan teknik,
terdapat perumpamaan yang selalu mengiringi pola pembelajaran cooperative learning yaitu berenang
bersama atau tenggelam bersama.
Cooperative learning sangat cocok digunakan untuk menerapkan prinsip-prinsip pelaksanaan
Kurikulum 2013 karena jika dilihat dampak pembelajarannya secara menyeluruh adalah meningkatkan
rasa percaya diri siswa serta berfikir lebih kritis dimana Johnson (1989), Slavin (1990), serta Sharan
(1980, 1990) dalam Davidson and Worsham (1992:XVII), telah membuktikan hasil riset mereka bahwa
dampak positif pembelajaran cooperative learning adalah: (1) pencapaian hasil belajar yang dapat
dipertanggungjawabkan, (2) mengembangkan daya pikir yang tinggi, (3) mengembangkan rasa
percaya diri siswa, (4) meningkatkan hubungan inter kelompok, (5) mengembangkan ketrampilan sosial
siswa, (6) mengembangkan kemampuan menerima perspektif orang lain. Cooperative learning
seringkali dimaknai sebagai bagian dari colaborative teaching.

2. Pembelajaran Kolaboratif (Colaborative Learning)


Pembelajaran kolaboratif merupakan suatu filsafat personal. Kolaborasi merupakan filsafat
interaksi dan gaya hidup manusia yang menempatkan dan memaknai kerjasama sebagai struktur
interaksi yang dirancang secara baik dan disengaja rupa untuk memudahkan usaha kolektif dalam
rangka mencapai tujuan bersama.
Pada pembelajaran kolaboratif kewenangan guru lebih bersifat direktif atau manajer belajar,
sebaliknya, peserta didiklah yang harus lebih aktif. Dalam situasi kolaboratif itu, peserta didik
berinteraksi dengan empati, saling menghormati, dan menerima kekurangan atau kelebihan masingmasing. Dengan cara semacam ini akan tumbuh rasa aman, sehingga memungkinkan peserta didik
menghadapi aneka perubahan dan tuntutan belajar secara bersama-sama.

12

Vygotsky menjelaskan bahwa ketika peserta didik


diberi tugas, mereka akan bekerja lebih baik melalui
kerjasama atau kolaborasi dibandingkan secara individu. Vigotsky
merupakan salah satu penggagas teori konstruktivisme sosial.
Pakar ini sangat terkenal dengan teori Zone of Proximal
Development atau ZPD. Istilah Proximal yang digunakan di sini
memiliki makna next. Menurut Vygotsky, setiap manusia
(peserta didik) mempunyai potensi tertentu. Potensi tersebut dapat terwujud melalui cara menerapkan
mastery learning/belajar tuntas, seperti termuat dalam gambar, Vygostsky mengemukakan tiga wilayah
dalam ZPD yang disebut dengan cannot yet do, can do with help, dan can do alone. ZPD
merupakan wilayah can do with help yang sifatnya tidak permanen, proses pembelajaran mampu
menarik pebelajar dari zona tersebut dengan cara kolaborasi atau pembelajaran kolaboratif.
Empat karakteristik kelas dalam pembelajaran kolaboratif. Dua karakteristik berkenaan
dengan perubahan hubungan antara guru dan peserta didik. Karakteristik ketiga berkaitan dengan
pendekatan baru dari penyampaian guru selama proses pembelajaran. Karakteristik keempat
menyatakan isi kelas atau pembelajaran kolaboratif yang mencerminkan:

Guru dan peserta didik saling berbagi informasi. Dengan pembelajaran kolaboratif,
peserta didik memiliki ruang gerak untuk menilai dan membina ilmu pengetahuan,
pengalaman personal, bahasa komunikasi, strategi dan konsep pembelajaran sesuai
dengan teori, serta menautkan kondisi sosiobudaya dengan situasi pembelajaran. Di sini,
peran guru lebih banyak sebagai pembimbing dan manajer belajar, bukan pemberi instruksi.

Berbagi tugas dan kewenangan. Pada pembelajaran atau kelas kolaboratif, guru berbagi
tugas dan kewenangan dengan peserta didik, khususnya untuk hal-hal tertentu. Cara ini
memungkinan peserta didik menimba pengalaman mereka sendiri, berbagi strategi dan
informasi, menghormati antar sesama, mendorong tumbuhnya ide-ide cerdas, terlibat dalam
pemikiran kreatif dan kritis serta memupuk dan menggalakkan mereka mengambil peran
secara terbuka dan bermakna.

Guru sebagai mediator. Pada pembelajaran atau kelas kolaboratif, guru berperan sebagai
mediator atau perantara. Guru berperan membantu menghubungkan informasi baru
dengan pengalaman yang ada serta membantu peserta didik jika mereka mengalami

13

kebutuan dan bersedia menunjukkan cara bagaimana mereka memiliki kesungguhan untuk
belajar.

Kelompok peserta didik yang heterogen. Sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta
didik yang tumbuh dan berkembang sangat penting untuk memperkaya pembelajaran di
kelas. Pada kelas kolaboratif peserta didik dapat menunjukkan kemampuan dan
keterampilan mereka, berbagi informasi, serta mendengar atau membahas sumbangan
informasi dari peserta didik lainnya.

Macam-macam Pembelajaran Kolaboratif. Di halaman 17 dinyatakan bahwa Cooperative


learning seringkali dimaknai sebagai bagian dari colaborative teaching. Oleh karenanya, teknik-teknik
yang ada di dalam CL dianggap sebagai macam/jenis pembelajaran kolaboratif.

JP = Jigsaw Proscedure. Pembelajaran dilakukan dengan cara peserta didik sebagai


anggota suatu kelompok diberi tugas yang berbeda-beda mengenai suatu pokok bahasan.
Karakteristik teknik ini adalah mempersiapkan siswa untuk menjadi ahli informasi. Agar
masing-masing anggota kelompok dapat memahami keseluruhan bahasan, perhatikan
langkah berikut:
(a) Siswa dibagi berkelompok dengan anggota 4-6 siswa (kelompok awal/serangkai)
(b) Setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari bagian tertentu dari
tugas/permasalahan yang diberikan
(c) Anggota kelompok yang mendapat tugas sama berkumpul dan berdiskusi tentang
topik tersebut (kelompok ahli)
(d) Kelompok ahli kembali ke kelompok awal untuk menerangkan hasil diskusi kepada
anggota kelompok secara bergilir, sehingga semua mendapatkan informasi dari
masing-masing ahli.
(e) Guru mempersilahkan kelompok untuk melaporkan hasil diskusinya dan dilengkapi
oleh kelompok lain.
(f) Klarifikasi guru dengan merujuk pandangan siswa
(g) Kesimpulan

14

STAD = Student Team Achievement Divisions. Peserta didik dalam suatu kelas dibagi
menjadi beberapa kelompok kecil. Anggota-anggota dalam setiap kelompok bertindak
saling membelajarkan. Fokusnya adalah keberhasilan seorang akan berpengaruh terhadap
keberhasilan kelompok dan demikian pula keberhasilan kelompok akan berpengaruh
terhadap keberhasilan individu peserta didik lainnya. Karakteristik dari teknik ini adalah
pemberian kuis di akhir pembelajaran. Penilaian didasari pada pencapaian hasil belajar
individual maupun kelompok peserta didik.Perhatikan langkah-langkah berikut:
(a) Siswa dikelompokkan dengan anggota 4-5 orang dengan kempuan Heterogen
(b) Anggota tim menggunakan lembar kegiatan atau perangkat tugas yang lain
(c) Setiap anggota saling membantu memahami bahan pelajaran
(d) Secara individu tiap 1 atau 2 minggu diberi kuis
(e) Kuis di skor, dan tiap individu diberi skor perkembangan

CI = Complex Instruction.Titik tekan metode ini adalam pelaksanaan suatu proyek yang
berorientasi pada penemuan, khususnya dalam bidang sains, matematika, dan ilmu
pengetahuan sosial. Fokusnya adalah menumbuhkembangkan ketertarikan semua peserta
didiksebagai anggota kelompok terhadap pokok bahasan. Metode ini umumnya digunakan
dalam pembelajaran yang bersifat bilingual (menggunakan dua bahasa) dan di antara para
peserta didik yang sangat heterogen. Penilaian didasari pada proses dan hasil kerja
kelompok.

TAI = Team Accelerated Instruction, merupakan kombinasi antara pembelajaran


kooperatif/kolaboratif dengan pembelajaran individual. Secara bertahap, setiap peserta
didik sebagai anggota kelompok diberi permasalahan yang harus mereka kerjakan sendiri
terlebih dulu. Setelah itu dilaksanakan penilaian bersama-sama dalam kelompok. Jika
permasalahan tahap pertama telah diselesaikan dengan benar, setiap peserta didik
mengerjakan permasalahan berikutnya. Namun jika seorang peserta didik belum dapat
menyelesaikan permasalahan tahap pertama dengan benar, ia harus menyelesaikan
permasalahan lain pada tahap yang sama. Setiap tahapan permasalahan disusun
berdasarkan tingkat kesukaran HOT / higher level of thinking. Penilaian didasari pada hasil
belajar individual maupun kelompok

CLS = Cooperative Learning Stuctures. Pada penerapan pembelajaran ini setiap


kelompok dibentuk dengan anggota dua peserta didik (berpasangan). Seorang peserta
15

didik bertindak sebagai tutor dan yang lain menjadi tutee. Tutor mengajukan
/permasalahan atau dapat berupa pertanyaan yang harus diselesaikan atau dijawab oleh
tutee. Bila jawaban tutee benar, ia memperoleh poin atau skor yang telah ditetapkan
terlebih dulu. Dalam selang waktu yang juga telah ditetapkan sebelumnya, kedua peserta
didik yang saling berpasangan itu berganti peran.

LT = Learning Together. Pada teknik ini kelompok-kelompok sekelas beranggotakan


peserta didik yang beragam kemampuannya. Tiap kelompok bekerjasama untuk
menyelesaikan permasalahn/tugas yang diberikan oleh guru. Satu kelompok hanya
menerima dan mengerjakan satu set lembar tugas. Penilaian didasarkan pada hasil kerja
kelompok.

TGT = Teams-Games-Tournament. Pada teknik ini, setelah belajar bersama kelompoknya


sendiri, para anggota suatu kelompok akan berlomba dengan anggota kelompok lain
sesuai dengan tingkat kemampuan masing-masing. Penilaian didasari pada jumlah nilai
yang diperoleh kelompok peserta didik.

GI = Group Investigation. Pada teknik ini semua anggota kelompok dituntut untuk
merencanakan suatu penelitian beserta perencanaan pemecahan masalah yang dihadapi.
Kelompok menentukan apa saja yang akan dikerjakan dan siapa saja yang akan
melaksanakannya berikut bagaimana perencanaan penyajiannya di depan forum kelas.
Penilaian didasari pada proses dan hasil kerja kelompok.

(a)

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan tugas kelompok

(b)

Guru memanggil ketua kelompok dan memberi tugas yang berbeda

(c)

Masing2 kelompok membahas materi secara kooperatif berisi penemuan

(d)

Setelah diskusi selesai, juru bicara menyampai kan hasil temuannya

(e)

Guru memberi penjelasan singkat dan memberi kesimpulan

AC = Academic-Constructive Controversy. Pada teknik ini setiap anggota kelompok


dituntut kemampuannya untuk berada dalam situasi konflik intelektual yang dikembangkan
berdasarkan hasil belajar masing-masing, baik bersama anggota sekelompok maupun
dengan anggota kelompok lain. Kegiatan pembelajaran ini mengutamakan pencapaian dan
16

pengembangan kualitas pemecahan masalah, pemikiran kritis, pertimbangan, hubungan


antarpribadi, kesehatan psikis dan keselarasan. Penilaian didasarkan pada kemampuan
setiap anggota maupun kelompok mempertahankan posisi yang dipilihnya.

CIRC = Cooperative Integrated Reading and Composition. Pada teknik pembelajaran


ini mirip dengan TAI. Teknik ini menekankan kemampuan membaca, menulis dan tata
bahasa. Dalam pembelajaran ini, para peserta didik saling menilai kemampuan membaca,
menulis dan tata bahasa, baik secara tertulis maupun lisan di dalam kelompoknya.

Think- pair-share, memiliki prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi
siswa waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab dan membantu satu sama lain
(a) Thinking (berpikir), guru mengajukan pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan
pelajaran. Siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara
mandiri beberapa saat
(b) Pairing, guru meminta siswa berpasangan untuk mendiskusikan apa yang telah
dipikirkan
(c) Sharing (berbagi), guru meminta kepada pasangan untuk berbagi apa yang telah
mereka bicarakan.
Catatan: (1) awalnya siswa disuruh berpikir sendiri, (2) kemudian berpikir berpasangpasangan, (3) kemudian sharing dengan teman terdekat, formasinya meningkat menjadi
ber-empat,(4) setelah berempat, formasi meningkat menjadi lebih besar lagi, (5) teknik ini
sangat efektif bila dilakukan secara bergilir

Numbered heads together, teknik ini melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah
materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap
isi pelajaran
(a) Penomoran, guru membagi siswa ke dalam kelompok (3-5 orang) dan setiap anggota
diberi nomor
(b) Mengajukan pertanyaan atau permasalahan dapat bervariasi dan spesifik, sesuai
dengan materi yang dibahas
(c) Berpikir bersama, siswa menyatukan pendapat terhadap jawaban pertanyaan atau
masalah yang diajukan dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya untuk mengetahui
jawaban itu

17

(d) Guru memanggil siswa satu nomor tertentu untuk menjawab pertanyaan/masalah yang
dibahas
(e) Pembenaran dan dilanjutkan pada masalah yang lain

Problem based introduction /Pembelajaran Berdasarkan Masalah,


(a) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, sarana yang dibutuhkan & memotivasi siswa
unt terlibat dlm aktivitas pemecahan masalah yang dipilih
(b) Guru membantu siswa merumuskan & mengorganisasikan tugas yg dipilih (penetapan
topik, tugas, jadwal dll)
(c) Guru

memantau

siswa

untuk

mengumpulkan

informasi,

melaksanakan

eksperimen/penelitian, pengumpulan data, analisa data, mendes kripsikan temuan.


(d) Guru membantu siswa menyusun laporan dan pembagian tugas siswa

Cross over group discussion (Diskusi Silang Kelompok)


(a) Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok, masing-masing kelompok 6 orang
(b) Guru menetapkan waktu diskusi misal 60
(c) 10 pertama, masing2 klp memilih topik
(d) 10 kedua s.d. 10 keenam, berturut - turut seorang peserta dari setiap kelompok
pindah ke kelompok lain searah jarum jam, sampai setiap kelompok hanya ada 1
orang anggota asli dan 5 anggota berasal dari klp lain, setiap anggota klp baru
memberi pendapat
(e) Anggota klp asli berperan sebagai pemimpin diskusi

C. Penutup
Ruh Kurikulum 2013 adalah penerapan pendekatan ilmiah atau scientific approach pada
proses pembelajaran. Pendekatan scientific

termasuk pembelajaran inkuiri yang bernafaskan

konstruktivisme didukung tiga model pembelajaran yang mendukungnya, yakni: project-based learning,
problem-based learning dan discovery-learning, serta terintegrasinya stategi pembelajaran cooperative dan collaborative learning dalam pelaksanaan tiga model di atas. Pendekatan, model dan
strategi pembelajaran dilaksanakan secara berkelindan. Pendekatan bersifat axiomatic. Hal ini
bermakna bahwa pembelajaran harus memiliki landasan teori dan asumsi tentang pembelajaran dan
pengajaran bahasa. Misalnya, pembelajaran bahasa adalah untuk komunikasi. Model pembelajaran
bersifat procedural. Model pembelajaran mencakupi sintaks-sintaks (langkah pembelajaran) yang
harus dilalui. Model harus mengacu pada pendekatan. Sedangkan strategi pembelajaran sifatnya
18

implementational (classroom activities). Strategi belajar mengajar adalah memanfaatkan segala daya
dan sumber yang dimiliki untuk dikerahkan dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan
sebelumnya (induktif, deduktif, campuran).
Pendekatan, model dan strategi pembelajaran dilaksanakan pada hakikatnya untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan
yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Ketiga ranah kompetensi tersebut memiliki lintasan
perolehan (proses) psikologis yang berbeda.

Daftar Pustaka
Costa and Oleary. 1992. Co-Cognition.The Cooperative Development of the Intellect. New York:
Teachers College.
Davidson & Worsham, 1992. Enhancing Thinking Through Cooperative Learning, New York: Teacher
College.
Douglas, Martin. 1998. An Article on A Journey Into Constructivism.

Johnson & Johnson. 1975, 1991, Learning Together and Alone. Englewood Cliffs-New Jersey: Prentice
Hall and Boston: Allyn & Bacon.
Joyce &Weil, 1980. Models of Teaching. Prentice-Hall, New Jersey.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013.
SMP Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta: Pusbangprodik.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan no
65 tentang Standar Proses. Jakarta: Kemdikbud
Muhammad Nuh. 2013. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan no 81a. Jakarta: Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan PemerintahNomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan: Jakarta.
Pusat Kurikulum. 2013. Kurikulum 2013. Jakarta: Depdikbud.
Siberman, Mel.. 2002. 101 Macam Pembelajaran Aktif. Bandung : Kaifa.
Sudibyo, Bambang.2006. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang
Sisdiknas. Depdiknas: Jakarta.
Zemelman. 1998. Best Practice: New Standards for Teaching and Learning in Americas Schools.
Heinemann: Portsmouth.

19

Anda mungkin juga menyukai