Anda di halaman 1dari 5

Baja Tulangan Beton

Baja tulangan beton adalah baja yang berbentuk batang yang digunakan untuk
penulangan beton, dalam perdagangan juga disebut besi beton.
Berdasarkan bentuknya ada 2 jenis baja tulangan, yaitu tulangan polos (plain bar) dan
tulangan ulir (deformed bar), yaitu :
a. Tulangan ulir (Deform)
Berdasarkan SNI digunakan simbol D untuk menyatakan diameter tulangan ulir. Sebagai
contoh, D-10 dan D-19 menunjukkan tulangan ulir berdiameter 10 mm dan 19 mm.
Tulangan ini tersedia mulai dari diameter 10 hingga 32 mm, meskipun ada juga yang lebih besar,
tetapi umumnya diperoleh melalui pesanan khusus.
Bedasarkan ketentuan SNI T-15-1991-03 pasal 3.5 baja tulangan ulir lebih diutamakan
pemakaiannya untuk batang tulangan. Salah satu tujuan dari ketentuan ini adalah agar struktur
beton bertulang tersebut memiliki keandalan terhadap efek gempa, Karena antara lain terdapat
lekatan yang lebih baik antara beton dengan tulangannya.
Persyaratan yang harus dipenuhi oleh baja tulangan ulir antara lain :

Mutu dan cara uji harus sesuai dengan SII-0136-86 atau ekivalen JLS. G. 3112

Baja tulangan ulir mempunyai kuat leleh lebih besar dari 400 KN/cm 2 boleh dipakai asalkan fy
adalah tegangan yang memberikan regangan 0,30 %.

Baja tulangan beton yang dianyam harus memilih ASTM AIG4 Spesification For Fabricated
Deform Steel Bar Mats For Concrete Reinforcement.
Tabel. 1 Dimensi Nominal Tulangan Ulir
Diameter

Berat

Keliling

Luas Penampang

(mm)
10
13
16
19
22
25
32
36
40

(kg/m)
0,67
1,04
1,58
2,23
2,98
3,85
6,31
7,99
9,87

(cm)
3,14
4,08
5,02
5,96
6,91
7,85
10,05
11,30
12,56

(cm2)
0,785
1,33
2,01
2,84
3,80
4,91
8,04
10,20
12,60

b. Tulangan polos (Plain)


Baja tulangan ini tersedia dalam beberapa macam diameter tetapi karena ketentuan SNI
hanya memperkenankan pemakaiannya untuk sengkang dan tulang spiral, pemakiannya terbatas.
Saat ini tulangan polos yang mudah dijumpai adalah hingga diameter 16mm, dengan panjang
standar 12 meter.
Table 2 Dimensi Efektif Tulangan Polos
Diameter

Berat

Keliling

Luas penmpang

(mm)
6
8
10
12
16

(kg/m)
0,222
0,395
0,617
0,888
1,58

(cm)
1,88
2,51
3,14
3,77
5,02

(cm2)
0,283
0,503
0,785
1,13
2,01

Untuk melindungi tulangan terhadap bahaya kebakaran dan korosi disebelah luar tulangan harus
diberi tebal minimum beton. Tebal selimut beton bervariasi tergantung pada tipe konstruksi dan
kondisi lingkungan.

Baja Profil (Gelagar)

Baja profil adalah baja yang terbentuk dari pabrik dengan bentuk profil, misalnya I, L, T,
C, H, U dan sebagainya. Baja profil untuk kontruksi baja misalnya sebagai kuda-kuda, balok,
kolom.

PENCEGAHAN KOROSI
Perubahan logam menjadi bentuk oksida akibat reaksi dengan udara bebas disebut korosi.
Salah satu kelemahan bahan logam adalah mudah berkarat (korosi), yang dapat dicegah atau
diperlambat proses pengkaratannya. Pencegahan korosi dapat dibedakan sebagai berikut.
Pencegahan terhadap korosi secara nonlogam: dicat dengan oli atau dengan gemuk, dicat,
dilapisi dengan bahan sintetis atau dilapisi dengan email. Pencegahan terhadap korosi secara
logam: menyepuh/melapisi dengan seng (Zn), timah (Sn), emas (Au), atau perak (Ag), melapisi
secara galvanis dengan seng (Zn), krom (Cr), nikel (Ni), atau kadmium.
1. Tarring : permukaan baja dilapisi dengan gas batu bara (coal tar) yang diproses dengan
temperature tinggi dan dengan bantuan sikat. Gas batu bara ini akan sedikit meresap di
permukaan baja.
2. Galvanizing : permukaan baja yang sudah dibersihkan direndam dalam cairan seng
sehingga permukaan baja terlapisi seng.
3. Metal spraying : permukaan baja disemprotkan dengan gas/cairan seng, aluminium atau
timah.
4. Elektroplanting : permukaan baja dilapisi dengan perak, tembaga, nikel dan sebagainya,
dengan proses yang disebut electrolysis.

Baja sering digunakan sebagai struktur utama bangunan karena memiliki beberapa keunggulan:
1. Mempunyai kekuatan yang tinggi meski berukuran lebih ringkas daripada beton. Sehingga
dapat mengurangi ukuran struktur, serta mengurangi beban sendiri struktur. Baja sangat
cocok diterapkan pada struktur jembatan. Beton jauh lebih berat dibandingkan baja.
2. Homogenitas tinggi. Baja bersifat homogen, sehingga kekuatannya merata. Beda dengan
beton yang merupakan campuran dari beberapa material penyusun, tidak mudah mengatur
agar kerikil dan pasir bisa merata ke semua bagian beton.
3. Keawetan tinggi. Baja akan tahan lama bila perawatan yang dilakukan terhadapnya sangat
baik. Misalnya, rutin mengecat permukaan baja agar terhindar dari korosi.
4. Bersifat elastis. Baja berperilaku elastis sampai tingkat tegangan yang cukup tinggi. Baja
akan kembali ke bentuk semula asalkan gaya yang terjadi tidak melebihi batas elastisitas
baja.
5. Daktilitas baja cukup tinggi. Selain mampu menahan tegangan tarik yang cukup tinggi, baja
juga akan mengalami regangan tarik yang cukup besar sebelum runtuh. Seperti yang saya
jelaskan diatas.
6.

Kemudahan pemasangan dan pengerjaan. Penampang baja bisa dibentuk sesuai yang
dibutuhkan. Penyambungan antar elemen pada struktur baja juga mudah, hanya tinggal
memasangkan baut atau bisa menggunakan las, sehingga akan mempercepat kegiatan proyek.

Meski demikian, baja juga memiliki kelemahan sebagai struktur:

1. Pemeliharaan rutin. Baja membutuhkan pemeliharaan khusus agar mutunya tidak berkurang.
Konstruksi baja yang berhubungan langsung dengan udara atau air harus dicat secara
periodik.
2. Baja akan mengalami penurunan mutu secara drastis bahkan kerusakan langsung karena
temperatur tinggi. Misalnya saat terjadi kebakaran.
3. Baja memiliki kelemahan tekuk pada penampang langsing.
Sekarang ini, banyak juga yang memanfaatkan baja ringan sebagai sistem rangka atap. Selain
murah, ringan, dan pengerjaannya mudah, baja juga lebih awet.
Baja sudah banyak menggantikan peran kayu dalam konstruksi. Jaman kayu sebagai atap
mungkin sudah hampir punah. Mengingat hutan-hutan di seluruh Indonesia sudah dibabat habis
oleh para penebang kayu. Bisa-bisa hutan kita akan gundul semua bila kita terus menggunakan
kayu sebagai bahan bangunan

Anda mungkin juga menyukai