Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

Seorang muslim yang paripurna adalah yang nalar dan hatinya bersinar,
pandangan akal dan hatinya tajam, akal piker dan nuraninya berpadu dalam
berinteraksi dengan Allah dan dengan sesama manusia, sehingga sulit diterka
mana yang lebih dahulu berperan kejujuran jiwanya atau kebenaran akalnya.
Sifat kesempurnaan ini merupakan karakter Islam, yaitu agama yang membangun
kemurnian akidah atas dasar kejernihan akal dan membentuk pola piker teologis
yang menyerupai bidang-bidang ilmu eksakta, karena dalam segi akidah, Islam
hanya menerima hal-hal yang menurut ukuran akal sehat dapat diterima sebagai
ajaran akidah yang benar dan lurus. Pilar akal dan rasionalitas dalam akidah
Islam tercermin dalam aturan muamalat yang ditawarkan pada manusia dan
dalam memberikan solusi serta terapi bagi persoalan yang dihadapi yang
senantiasa muncul dari waktu ke waktu. Selain itu Islam adalah agama ibadah.
Ajaran tentang ibadah didasarkan atas kesucian hati yang dipenuhi dengan
keikhlasan, cinta, serta dibersihkan dari dorongan hawa nafsu, egoisme, dan
sikap ingin menang sendiri. Agama seseorang tidak sempurna, jika kehangatan
spiritualitas yang dimiliki tidak disertai dengan pengalaman ilmiah dan
ketajaman nalar. Pentingnya akal bagi iman ibarat pentingnya mata bagi orang
yang sedang berjalan.
Makalah ini kami buat berdasarkan konseptual yang ada berdasarkan pada
suatu pembuktian nyata dan real yang ada di kehidupan sekitar. Sebagai aspek
keimanan dan ketaqwaan kita kepada Tuhan Yang Maha Esa, diperlukan kajian
yang intensif. Dari sudut pandang aspek yang dikaji, kami mengambil sudut
pandang aspek kejiwaan, kerohanian, dan psikologis yang berpengaruh terhadap
invidu masing-masing. Dikarenakan banyaknya perbedaan setiap invidu,
diperlukanlah suatu perhatian ntuk menyempurnakan setiap cabang dan akar dari
sebuah masalah yang ada, dimana nantinya akan tertuang hasil yang berupa nilainilai yang berguna bagi setiap individu.
Sesungguhnya amalan lahiriah berupa ibadah mahdhah dan muamalah
tidak akan mencapai kesempurnaan, kecuali jika di dasari dan diramu dengan nilai
keutamaan tersebut. Sebab nilai-nilai tersebut senantiasa mengalir dalam hati dan
tertuang dalam setiap gerak serta perilaku keseharian.
Pendidikan modern telah menyerbu dari berbagai arah dan pengaruhnya
telah sedemikian merasuki jiwa generasi penerus. Jika tidak pandai membina jiwa
dan akal budi mereka, maka mereka tidak akan selamat dari pengaruh negative
pendidikan modern. Mungkin mereka meresakan ada yang kurang dalam

spiritualitasnya dan berusaha menyempurnakan dari sumber-sumber lain. Bila ini


terjadi, maka perlu segera diambil tindakan, agar pintu spiritualitas yang terbuka
tidak diisi oleh ajaran lain yang bukan berasal dari ajaran spiritualitas Islam.

Akhlak dalam ajaran agama tidak dapat disamakan dengan etika, jika
etika dibatasi pada sopan santun antar sesama manusia, serta hanya berkaitan
dengan tingkah laku lahiriah. Akhlak lebih luas maknanya daripada yang telah
dikemukakan terdahulu serta mencakup pula beberapa hal yang tidak
merupakan sifat lahiriah. Misalnya yang berkaitan dengan sikap
batin maupun pikiran. Akhlak diniah (agama) mencakup berbagai aspek, dimulai
dari akhlak terhadap Allah, hingga kepada sesama makhluk (manusia,
binatang, tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda tak bernyawa). Berikut upaya
pemaparan sekilas beberapa sasaran akhlak
Islamiyah.

Akhlak terhadap Allah

Titik tolak akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran


bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji; demikian
agung sifat itu, yang jangankan manusia, malaikat pun tidak akan mampu
menjangkau hakikat-Nya. Mahasuci engkau --Wahai Allah-- kami tidak mampu
memuji-Mu; Pujian atas-Mu, adalah yang Engkau pujikan kepada diri-Mu.
Rumusan Masalah

Bagaimanakah kita mengetahui keabsahan Tuhan yang sebenar-benarnya


dalam kehidupan sehari-hari?

Bagaimana pembuktian bahwa Allah itu Absah di mata hati kita?

Tujuan
Ingin mengetahui keabsahan Tuhan yang sebenar-benarnya dalam
kehidupan sehari-hari.
Ingin mengetahui pembuktian Allah itu Absah di mata hati kita.

BAB II
ISI
Konsep Ketuhanan dalam Islam
1. Sejarah Pemikiran Manusia tentang Tuhan
a. Pemikiran Barat
Yang dimaksud konsep ketuhanan menurut pemikiran manusia adalah konsep
yang didasarkan atas hasil pemikiran baik melalui pengalaman lahiriah
maupun batiniah, baik yang bersifat penelitian rasional maupun pengalaman
batin. Dalam literatur sejarah agama, dikenal teori Evolusionisme, yaitu teori
yang menyatakan adanya proses dari kepercayaan yang amat sederhana, lamakelamaan meningkat menjadi sempurna. Teori tersebut mula-mula
dikemukakan oleh Max Muller, kemudian dikemukakan oleh EB Taylor,
Robertson Smith, Lubbock dan Jevens. Proses perkembangan pemikiran
tentang Tuhan menurut teori Evolusionisme adalah sebagai berikut :
Dinamisme
Menurut paham ini, manusia sejak zaman primitive telah mengakui adanya
kekuatan yang berpengaruh dalam kehidupan. Mula-mula sesuatu yang
berpengaruh tersebut ditujukan pada benda. Setiap benda mempunyai
pengaruh pada manusia, ada yang berpengaruh positif dan ada pula yang
berpengaruh negate. Kekuatan yang ada pada benda disebut dengan nama
yang berbeda-beda, seperti mana (Melanesia), tuah (Melayu), syakti (India),
dan kami dalam bahasa Jepang.Mana adalah kekuatan gaib yang tidak dapat
dilihat atau diindera dengan pancaindera. Oleh karena itu dianggap sebagai
sesuatu yang misterius. Meskipun mana itu tidak dapat diindera, tetapi ia
dapat dirasakan pengaruhnya.
Animisme
Di samping kepercayaan dinamisme, masyarakat primitif juga
mempercayai adanya peran roh dalam hidupnya. Setiap benda yang dianggap
benda baik, mempunyai roh. Oleh masyarakat primitive, roh dipercayai
sebagai sesuatu yang aktif sekalipun bendanya telah mati. Oleh karena itu, roh
dianggap sebagai sesuatu yang selalu hidup, mempunyai rasa senang, rasa
tidak senang, serta mempunyai kebutuhan-kebutuhan. Roh akan senang
apabila kebutuhannya dipenuhi. Menurut kepercayaan ini, agar manusia tidak
terkena efek negative dari roh-roh tersebut, manusia harus berusaha memenuhi
atau menyediakan kebutuhan roh. Saji-sajian yang sesuai dengan advis dukun
adalah salah satu usaha untuk memenuhi kebutuhan roh.
Politeisme

Kepercayaan dinamisme dan kepercayaan animisme lama-lama tidak


memberikan kepuasan, karena terlalu banyaknya yang menjadi sanjungan dan
pujaan. Roh yang lebih dari yang lain kemudian disebut dewa. Dewa
mempunyai tugas dan kekuasaan tertentu sesuai dengan bidangnya. Ada dewa
yang bertanggungjawab terhadap cahaya, ada yang membidangi masalah air,
ada yang membidangi angina dan lain sebagainya.
Semula antara satu dewa dengan dewa yang lain mempunyai kedudukan yang
sama atau sederajat. Lambat-laun dianggap hanya satu dewa yang mempunyai
kelebihan dari dewa yang lain, meskipun dewa-dewa yang ada di bawahnya
tetap mempunyai pengaruh. Pada agama Hindu misalnya, ada tiga dewa yang
dianggap tinggi yaitu : Brahmana, Syiwa, dan Wisnu. Kepercayaan terhadap
tiga dewa senior tersebut dikenal dengan istilah Trimurti (Tiga sembahan). Di
samping trimurti, dikenal pula konsep Tritunggal (trinitas). Pada agam Kristen
yang diartikan Tuhan ialah Allah Bapak, Yesus Kristus, dan Roh Kudus.
4. Henoteisme
Politeisme tidak memberikan kepuasan terutama terhadap kaum
cendekiawan. Oleh karena itu dari dewa-dewa yang diakui diadakan seleksi,
karena tidak mungkin mempunyai kekuatan yang sama. Lama-kelamaan
kepercayaan manusia meningkat menjadi lebih definitif (tertentu). Satu bangsa
hanya mengakui satu dewa yang disebut dengan Tuhan, namun manusia masih
mengakui Tuhan (Allah) dari bangsa lain. Kepercayaan semacam ini yaitu satu
Tuhan untuk satu bangsa disebut dengan henoteisme (Tuhan tingkat Nasional).
5. Monoteisme
Kepercayaan dalam bentuk henoteisme melangkah menjadi monoteisme.
Dalam monoteisme hanya mengakui satu Tuhan untuk seluruh bangsa dan
bersifat internasional. Bentuk monoteisme ditinjau dari filsafat ketuhanan
terbagi dalam tiga paham yaitu : deisme, panteisme, dan teisme.
a) Deisme yaitu suatu paham yang berpendapat bahwa Tuhan sebagai pencipta
alam berada di luar alam. Tuhan menciptakan alam dengan sempurna dank
arena telah sempurna, maka alam bergerak menurut hokum alam. Antara
alam dengan Tuhan sebagai penciptanya tidak tidak lagi mempunyai
kontak. Ajaran Tuhan yang dikenal dengan wahyu tidak lagi diperlukan
manusia. Dengan akal manusia mampu menanggulangi kesulitan
hidupnya.
b) Panteisme berpendapat bahwa Tuhan sebagai pencipta alam ada bersama alam.
Di mana adal alam di situ ada Tuhan. Alam sebagai ciptaan Tuhan
merupakan bagian daripada-Nya. Tuhan ada di mana-mana, bahkan setiap
bagian dari alam adalah Tuhan.

c) Teisme (eklektisme) berpendapat bahwa Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta
alam berada di luar alam. Tuhan tidak bersama alam dan Tuhan tidak ada
di alam. Namun Tuhan selalu dekat dengan alam. Tuhan mempunyai
peranan terhadap alam sebagai ciptaan-Nya. Tuhan adalah pengatur alam.
Tak sedikit pun peredaran alam terlepas dari control-Nya. Alam tidak
bergerak menurut hokum alam, tetapi gerak alam diatur oleh Tuhan.

Evolusionisme dalam kepercayaan terhadap Tuhan sebagaimana


dinyatakan oleh Max Muller dan EB. Taylor (1877), kemudian ditentang oleh
Andrew Lang (1898) yang menekankan adanya monoteisme dalam masyarakat
primitif. Dia mengemukakan bahwa orang-orang yang berbudaya rendah juga
sama monoteismenya dengan orang-orang Kristen. Mereka mempunyai
kepercayaan pada ujud yang Agung dan sifat-sifat yang khas terhadap Tuhan
mereka, yang tidak mereka berikan kepada wujud yang lain.
Dengan lahirnya pendapat Andrew Lang, maka berangsur-angsur golongan
evolusionisme menjadi reda dan sebaliknya sarjana-sarjana agama terutama di
Eropa Barat, mulai menantang Evolusionisme dan memperkenalkan teori baru
untuk memahami sejarah agama. Meraka menyatakan bahwa ide tentang Tuhan
tidak datang secara evolusi, tetapi dengan relevasi atau wahyu. Kesimpulan
tersebut diambil berdasarkan pada penyelidikan bermacam-macam kepercayaan
yang dimiliki oleh kebanyakan masyarakat primitif. Dalam penyelidikan itu
didapatkan bukti-bukti bahwa asal-usul kepercayaan masyarakat primitif adalah
monoteisme dan monoteisme adalah berasal dari ajaran wahyu Tuhan.
Wilhelm Schmidt dalam mengungkapkan hasil penyelidikannya tidak
mendasarkan, atau terpengaruh oleh fasal-fasal dalam Bible. Ia menulis dari segi
Antropologi dan mendasarkan alasannya pada data yang dikumpulkan oleh
berpuluh-puluh peneliti dan sarjana yang meng-alami hidup bersama-sama dengan
masyarakat primitif. Penelitian itu dilakukan antara lain terhadap suku Negritos
dari kepulauan Philipina, pelbagai suku dari Micronesia dan Polynesia, dan suku
Papua dari Irian.
Berdasarkan penelitian terhadap pelbagai masyarakat primitive tersebut, ia
mengambil kesimpulan bahwa kepercayaan tentang Tuhan Yang Maha Agung dan
Esa adalah bentuk tertua, yang ada sebelum kepercayaan lain seperti dinamisme,
animisme, dan politeisme.
b. Pemikiran Umat Islam
Pemikiran terhadap Tuhan yang melahirkan ilmu Tauhid, Ilmu Kalam, atau
Ilmu Ushuluddin di kalangan umat Islam, timbul sejak wafatnya Nabi Muhammad
SAW. Secara garis besar, ada aliran yang bersifat liberal, tradisional, dan ada pula

yang bersifat di antara keduanya. Ketiga corak pemikiran ini telah mewarnai
sejarah pemikiran ilmu ketuhanan dalam Islam.
Satu hal yang perlu diingat, bahwa masih-masing menggunakan akal
pikiran atau logika dalam mempertahankan pendapat mereka. Hal ini perlu
ditekankan, sebab satu hal pokok yang menyebabkan kemunduran umat Islam
ialah kurangnya penggunaan kemampuan akal pikirannya dalam mengkaji nilainilai yang menurut pemikiran manusia atau nilai yang murni bersumber dari
ajaran Islam yakni al-Quran dan Sunnah Rasul. Di antara aliran pemikiran
tentang Tuhan adalah :
1. Aliran Mutazilah yang merupakan kum rasionalis di kalangan muslim,
serta menekankan pemakaian akal pikiran dalam memahami semua
ajarandan keimanan dalam Islam. Orang Islam yang berbuat dosa besar,
tidak kafir dan tidak mukmin. Ia berada di antara posisi mukmin dan kafir
(manzilah bainal manzilatain).
Dalam menganalisis ketuhanan, mereka memakai bantuan ilmu logika
Yunani, satu sistem teologi untuk mempertahankan kedudukan keimanan.
Hasil dari paham Mutazilah yang bercorak rasional ialah muncul abad
kemajuan ilmu pengetahuan dalam Islam. Namun kemajuan ilmu
pengetahuan akhirnya menurun dengan kalahnya mereka dalam
perselisihan dengan kaum Islam ortodoks. Mutazilah lahir sebagai
pecahan dari kelompok Qadariah, sedang Qadariah adalah pecahan dari
Khawariji.
2. Qadariah yang berpendapat bahwa manusia mempunyai kebebasan dalam
berkehendak atau berbuat. Manusia sendiri yang menghendaki apakah ia
akan kafir atau mukmin dan hal itu yang menyebabkan manusia harus
bertanggungjawab atas perbuatannya.
3. Berbeda dengan Qadariah, kelompok Jabariah yang merupakan pecahan
dari Murjiah berteori bahwa manusia tidak mempunyai kemerdekaan
dalam berkehendak dan berbuat. Semua tingkah laku manusia ditentukan
dan dipaksa oleh Tuhan.
4. Kelompok yang tidak sependapat dengan Mutazilah mendirikan
kelompok sendiri, yakni kelompok Asyariyah dan Maturidiniayah yang
pendapatnya berada di antara Qadariah dan Jabariah.
Semua kelompok itu mewarnai kehidupan pemikiran ketuhanan dalam
kalangan umat Islam periode masa lalu. Menghadapi situasi dan
perkembangan ilmu pengetahuan sekarang ini, tiada lain bagi kita untuk
mengadakan koreksi yang berdasarkan Al-Quran dan Sunnah Rasul, tanpa
dipengaruhi oleh kepentingan politik tertentu. Di antara aliran tersebut yang

nampaknya lebih dapat menunjang perkembangan ilmu pengetahuan dan


meningkatkan etos kerja adalah aliran Mutazilah dan Qadariah.
2. Pembuktian Adanya Tuhan
a. Metode Pembuktian Ilmiah
Persoalan tantangan zaman modern terhadap agama terletak dalam masalah
metode pembuktian. Metode ini menganal hakekat melalui percobaan dan
pengamatan, sedang akidah agama berhubungan dengan alam di luar indera,
yang tidak mungkin dilakukan percobaan (agama didasarkan pada analogi dan
induksi). Hal inilah yang menyebabkan menurut metode ini agama batal,
sebab agama tidak mempunyai landasan ilmiah.
Sebenarnya problema zaman modern ini juga batal, sebab juga tidak
mempunyai landasa ilmiah. Metode baru tidak mengingkari wujud sesuatu,
walaupun berlum diuji secara empiris. Di samping itu metode ini juga tidak
menolak analogi antara sesuatu yang tak terlihat dengan sesuatu yang telah
diamati secara empiris. Inilah yang disebut dengan analogi ilmiah dan
dianggap sama dengan percobaan empiris.
Suatu percobaan tidak dipandang sebagai kenyataan ilmiah hanya karena
percobaan itu dapat diamati secara langsung. Demikian pula suatu analogi
tidak dapat dianggap salah, hanya karena dia analogi. Kemungkinan benar dan
salah dari keduanya berada pada tingkat yang sama.
Kita mengetahui bahwa percobaan dan pengamatan bukanlah metode sains
yang pasti. Ilmu pengetahuan tidaklah terbatas pada persoalan yang dapat
diamati dengan hanya penelitian secara empiris saja. Teori yang disimpulkan
dari pengamatan merupakan hal-hal yang tidak punya jalan untuk
mengobservasinya. Orang yang mempelajari ilmu pengetahuan modern
hanyalah merupakan interpretasi terhadap pangamatan dan pandangan tersebut
belum dicoba secara empiris. Oleh karena itu banyak sarjana percaya adanya
hakekat yang tidak dapat diindera secara langsung. Sarjana manapun tidak
mampu melangkah lebih jauh tanpa memegangi kata-kata seperti : Gaya
(force), energy, alam (nature), dan hokum alam. Padahal tidak ada
seorang sarjana pun mengenal apa itu : Gaya, energi, alam dan hokum alam.
Sarjana tersebut tidak mampu memberikan penjelasan terhadap kata-kata
tersebut secara sempurna, sama seperti ahli theology yang tidak mampu
memberikan penjelasan tentang sifat Tuhan. Keduanya percaya sesuai dengan
bidangnya pada sebab-sebab yang tidak diketahui.
b. Keberadaan Alam Membuktikan Adanya Tuhan
Bukti yang paling jelas adanya Allah adalah ciptaan-Nya, serta hal itu
merupakan pengetahuan yang paling mantap. Bukti ini mendorong kita untuk

beriman bahwa tidak diragukan lagi alam ini mempunyai Tuhan. Kita tidak
mampu memahami diri kita dan memberikan penafsiran tentang kenyataan
alam tanpa adanya iman kepada Allah.
Adanya alam serta organisasinya yang menakjubkan dan rahasia-rahasianya
yang pelik, tidak boleh tidak semuanya memberikan penjelasan bahwa ada
sesuatu kekuatan yang telah menciptakannya, suatu Akal yang tidak ada
batasnya. Setiap manusia normal percaya bahwa dirinya ada dan percaya
pula bahwa ala mini ada. Dengan dasar itu dan dengan kepercayaan inilah
dijalani setiap bentuk kegiatan ilmiah dan kehidupan.
Jika kita percaya tentang eksistensi alam, secara logika kita harus percaya
tentang adanya pencipta alam. Pernyataan yang mengatakan : Percaya adanya
makhluk, tetapi menolak adanya Khaliq, adalah suatu pernyataan yang tidak
benar. Kita belum pernah mengetahui adanya sesuatu yang berasal dari tidak
ada tanpa diciptakan. Segala sesuatu bagaimana pun ukurannya, pasti ada
penyebabnya. Oleh karena itu bagaimana kita akan percaya bahwa alam
semesta yang demikian luasnya, ada dengan sendirinya tanpa pencipta?

Pembuktian adanya Tuhan memberikan pendapat tersendiri dari manusia


tentang bagaimana Tuhan tersebut, maka banyak yang membuat rupa Tuhan
menjadi bentuk patung (berhala). Allah menberikan jawaban bahwasanya
berhala tersebut tidak patut untuk disembah karena tidak dapat menolong
manusia, jawaban tersebut terdapat pada Surat Al-Araaf ayat 197 Dan
berhala-berhala yang kamu seru selain Allah tidaklah sanggup menolongmu,
bahkan tidak dapat menolong dirinya sendiri.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari makalah yang kami tulis, kami dapat menyimpulkan bahwa :
1. Kita dapat mengetahui bahwa Allah itu Absah adalah melalui perkenalan
diri kita secara personal kepada Dirinya yang sebenar-benarnya, dengan
jalan dirasakan dalam hati, di ucapkan dalam lisan, dan di amalkan dalam
perbuatan, itu jika di tinjau dari segi kerohanian. Kita juga bisa
meninjaunya dengan jalan jasmaniah, yakni pemberian Allah atas
penciptaan-Nya, yakni diri kita sebagai khalifah dan makhluk yang paling
sempurna, alam semesta dan seisinya, keajaiban-keajaiban yang tidak
terkira, bahkan sampai yang paling kecil seperti kita menikmati hidup
tanpa kita sadari.
2.

Allah SWT merupakan satu-satunya Tuhan yang patut kita sembah,


sesuai pada firmannya pada surat Al-Ikhlas ayat 1 Katakanlah : Dialah
Allah yang Maha Esa.. Keabsahan adanya Allah terbkti dengan adanya
Alam semesta beserta isinya, secara logika suatu benda tidak aka nada
sendiri tanpa ada yang menciptakan, maka dari itu pasti ada yang
menciptakan alam semeta ini, yakni Allah SWT. Sesuai dengan firmannya
pada surat An-Nahl ayat 3 Dia menciptakan langit dan bumi dengan
haq. Maha Tinggi Allah daripada daripada apa yang mereka
persekutukan. Jadi salah apabila ada yang menganggap Allah sebagai
patung, karena patung merupakan buatan manusia, dan seharusnya Tuhan
itu dapat menolong manusia apabila manusia dalam kesusahan, namun
jika Tuhan diibaratkan dengan patung, seara logika patung tersebut tidak
dapat menolng manusia, bahkan menolong dirinya sendiri pun tidak bisa

Saran
Bagi umat islam khusunya dan seluruh manusia pada umunya, pembuktian adanya
Allah itu sangat jelas dengan adanya alam semesta. Maka sebagai manusia kita
harus mengakui adanya Allah. Allah berfirman dalam Al-Quran surah Muhammad
ayat 7-12 yang artina Hai orang-orang yang beriman, jika kau menolong
(agama) Allah, niscaya Dia akan menolngmu. Dan orang-orang yang kafir maka
kecelakaanlah baggi mereka dan Allah menghapus amal-amal mereka. Yang
demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka benci kepada apa yang
diturunkan Allah (Al-Quran) lalu Allah menghapuskan (pahala-pahala) amalamal mereka. Maka apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi
sehingga mereka dapat memperhatikan bagaimana kesudahan orang-orang yang
sebelum mereka; Allah telah menimpakan kebinasaan atas mereka dan orang-

orang kafir akan menerima (akibat-akibat) seperti itu. Yang demikian itu karena
sesungguhnya Allah adalah pelindung orang-orang yang beriman dan karena
sesungguhnya orang-orang kafir itu tiada mempunyai pelindung. Sesungguhnya
Allah memasukkan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh
kedalam surge yang mengalir di bawahna sungai-sungai, dan orang-orang kafir
itu bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya binatangbinatang, dan neraka adalah tempat tinggal mereka. Dari ayat tersebut dapat
kita simpulkan bahwasanya sebagai manusia kita harus menegakkan agama Allah,
dan jangan sampai menjadi orang kafir, karena sudah jelas bagaimana balasan
bagi orang mukmin dan bagaimana balasan kepada orang yang kafir. Allah
berirman dalam Al-Quran surat Al-Anfaal ayat 2-4 tentang bagaimana sifat-sifat
orang mukmin Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka
yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan
kepada mereka ayat-ayatNya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan
kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (yaitu) orang-orang yang mendirikan
sholat dan menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.
Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan
memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta
rezeki (nikmat) yang mulia. Dari ayat ini kita harus belajar bagaiman menjadi
orang mukmin, karena begitu banyak nikmat yang diperoleh apabila menjadi
orang mukmin.

Anda mungkin juga menyukai