Anda di halaman 1dari 7

12

BAHAN DAN METODE


Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai bulan Nopember 2009 sampai Maret
2010. Pengambilan sampel dilakukan di lima lokasi pantai di Jawa Barat yaitu:
Anyer, Carita, Pelabuhan Ratu, Ujung Genteng, dan Pangandaran (Gambar 2).
Pemeriksaan spesimen dilakukan di Laboratorium Taksonomi Tumbuhan
Departemen Biologi FMIPA-IPB Bogor.

Gambar 3 Lokasi pengambilan sampel ganggang merah di perairan pantai Jawa


Barat
Deskripsi masing-masing lokasi penelitian adalah sebagai berikut:
a. Anyer terletak pada 6o3.5324.9LS dan 105o5348.82BT. Pengambilan
sampel dilakukan tanggal 19 Januari 2010 dan tanggal 4 Juli 2010. Pantai
Anyer memiliki daerah intertidal berkarang dan berpasir dengan lebar sekitar
4-8 meter, kedalaman sampai 88 cm. Ganggang bentik menempel pada batuan
karang, karang berpasir, celah-celah karang, dan rataan karang terendam pada
zona pecahan ombak. Pantai Anyer termasuk dalam perairan selat Sunda.

13

Menurut Rasyid (1996), tipe pasang surut di perairan selat Sunda adalah
pasang surut campuran cenderung semi diurnal, dalam satu hari terjadi dua
kali air naik dan dua kali air turun dengan perbedaan tinggi 1 meter.
b.

Carita terletak pada 6o1739.923LS dan 105o4951.243BT. Pengambilan


sampel dilakukan tanggal 22-23 Nopember 2010. Pantai relatif landai dengan
kedalaman 60-106 cm, terlindung dari pecahan ombak dan tergenang saat air
surut. Substrat dasar perairan berupa rataan karang, masih terdapat karang
hidup di beberapa tempat, daerah pinggir berpasir dan terdapat tumbuhan
lamun. Di lokasi tersebut ditemukan ganggang coklat tumbuh melimpah.
Pantai Carita termasuk dalam perairan selat Sunda dengan tipe pasang surut
campuran cenderung semi diurnal, dalam satu hari terjadi dua kali air naik
dan dua kali air turun dengan perbedaan tinggi 1 meter ( Rasyid 1996).

c. Pelabuhan Ratu terletak pada 6o851.40LS dan E106o3159.809BT.


Pengambilan sampel dilakukan tanggal 2 Februari 2010 dan tanggal 19-20
Nopember 2010. Pantai dengan substrat dasar berkarang dan berpasir, dengan
lebar daerah intertidal 2-15 meter, kedalaman 28-72 cm. Ganggang bentik
menempel pada karang dan batuan pantai yang terekspos dan terendam oleh
pasang surut. Ganggang tumbuh mengelompok dan rapat pada batu karang
membentuk tutupan seperti sabuk selebar 1-4 meter pada karang sepanjang
daerah pecahan ombak atau menyebar pada rataan karang dan pada batuan
pantai. Terdapat muara kali kecil. Menurut Hartami (2008), tipe pasang surut
di pantai Pelabuhan Ratu sama dengan pasang surut di perairan selatan Jawa
Barat yaitu pasang surut campuran semi diurnal dengan dua kali pasang dan
dua kali surut dalam satu hari dengan ketinggian 0.9-2.5 meter.
d. Ujung

Genteng

terletak

pada

7o2254.2LS

dan

106o2425.2BT.

Pengambilan sampel tanggal 30 Mei 2010 dan tanggal 30-31 Oktober 2010.
Pantai relatif landai dan terlindung dari pecahan ombak dengan daerah
intertidal yang luas dengan lebar sampai sekitar 150 meter ke tengah,
kedalaman sampai 85 cm. Substrat dasar berpasir dan berkarang. Pantai
Ujung Genteng memiliki beragam hbitat antara lain hamparan padang
lamun, lekukan-lekukan karang di daerah pinggir, dan rataan karang pada
daerah intertidal tengah dekat zona pecahan ombak. Ganggang laut tumbuh

14

menyebar pada padang lamun, lekukan-lekukan karang tergenang, dan


mengelompok pada rataan karang pada zona pecahan ombak. Dalam satu hari
terjadi dua kali air pasang dan dua kali surut.
e. Pangandaran terletak pada 7o4115.8LS dan 108o3933.2BT. Pengambilan
sampel tanggal 7 Juli 2010. Pantai Pangandaran terdiri dari 2 lokasi pantai
yaitu pantai barat menghadap ke teluk Parigi, relatif landai dengan kedalaman
15-40 cm dan terlindung dari pecahan ombak. Substrat dasar perairan terdiri
dari rataan karang mati, batuan karang, dan substrat berpasir dengan
tumbuhan lamun di beberapa tempat. Ganggang bentik tumbuh mengelompok
pada batuan karang pada pantai yang berbatasan dengan cagar alam.
Sedangkan ke arah utara pantai berpasir dan merupakan daerah wisata dan
pelabuhan penangkapan ikan. Pantai timur menghadap ke teluk Pangandaran,
merupakan pantai berpasir, terdapat pelabuhan penangkapan ikan dan bagan
apung. Menurut Prasetyani (2001), tipe pasang surut di pantai Pangandaran
adalah pasang surut campuran dominasi ganda, artinya dalam 24 jam terjadi
dua kali pasang tinggi dan dua kali surut rendah.

Metode Penelitian
Untuk mengungkap keanekaragaman taksa dilakukan eksplorasi dan
koleksi gangggang merah. Kemudian dilakukan pemeriksaan spesimen meliputi
pengamatan morfologi, anatomi, dan struktur reproduksi. Untuk mengetahui
sebaran dan kondisi ekologi ganggang merah dilakukan dengan menginventarisasi
jenis di masing-masing lokasi penelitian, serta mengamati parameter fisik dan
kimia lingkungan. Untuk mengetahui kandungan agar dan karagenan dilakukan
dengan metode ekstraksi.

Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan melakukan eksplorasi dan koleksi.
Metode eksplorasi dan koleksi flora dilakukan dengan menjelajahi setiap sudut
suatu lokasi yang dapat mewakili tipe-tipe ekosistem di kawasan yang diteliti
(Rugayah et al. 2004). Eksplorasi ganggang merah dilakukan pada berbagai tipe
habitat pada zona intertidal yang menjadi tempat tumbuh ganggang merah.
Penjelajahan dilakukan sepanjang perairan pantai meliputi rataan terumbu,

15

cekungan karang, daerah berpasir, tepian daratan, dan di sekitar zona subtidal.
Koleksi ganggang merah dilakukan pada saat air surut. Setiap jenis yang ada
dikoleksi menurut Atmadja (1996), Trono dan Ganzon-Fortes (1988).
Setiap jenis yang ditemukan dikoleksi dengan mengambil seluruh bagian
talus, kemudian dibersihkan dan dimasukkan dalam kantong plastik kecil dan
diberi label. Ganggang merah yang menempel pada batuan diambil dengan
bantuan pisau. Data ekologi seperti tipe habitat, substrat, kedalaman dan asosiasi
dengan organisme lain dicatat dalam buku lapangan. Kantong plastik yang berisi
spesimen ganggang merah diisi dengan formalin 5%,, diberi label, kemudian
diikat dan dimasukkan dalam ember tertutup.

Pengamatan Parameter Lingkungan


Parameter faktor lingkungan yang diukur adalah suhu, kuat arus,
kedalaman, kecerahan, tipe substrat, pH, dan salinitas. Faktor fisik lingkungan
berupa suhu yang diukur dengan menggunakan termometer. Kuat arus diukur
dengan mengapungkan gabus yang diikat dengan benang sepanjang 1 meter.
Waktu yang diperlukan untuk memindahkan gabus sejauh 1 meter dicatat.
Kedalaman perairan diukur dengan bambu berskala. Kecerahan diukur dengan
menggunakan secchi disk. Pengamatan tipe substrat dilakukan secara langsung di
lapangan. Faktor kimia yang diukur yaitu: pH diukur menggunakan pH meter,
salinitas diukur menggunakan refraktometer, kandungan nitrat dan fosfat diukur di
Laboratorium Produktivitas dan Lingkungan Perairan Fakultas Perikanan IPB.

Pembuatan Spesimen Herbarium


Sampel ganggang merah dibersihkan, kemudian diletakkan dalam nampan
plastik berisi air bersih. Spesimen diatur sedemikian rupa di atas kertas herbarium
dalam nampan sehingga menyerupai bentuk asalnya. Kemudian kertas diangkat
dan air ditiriskan. Spesimen diletakkan diantara lipatan kertas kemudian ditutup
dengan kain blacu. Spesimen yang sudah dilapisi tadi disusun dan setelah cukup
banyak dipres dengan sasak kayu dan diikat. Selanjutnya dikeringkan dalam oven
pada suhu 65 oC selama 3-5 hari. Untuk awetan basah dilakukan dengan
menyimpan spesimen dalam larutan formalin 5%.

16

Pengamatan Morfologi
Pemeriksaan spesimen dilakukan terhadap seluruh hasil koleksi. Karakterkarakter morfologi yang diamati antara lain: tipe talus, bentuk, ukuran, struktur
alat pelekat, tekstur, warna talus, dan pola percabangan. Setiap karakter yang
diamati dicatat, diukur, dan dilakukan pengambilan gambar menggunakan kamera
digital.

Pengamatan Anatomi dan Struktur Reproduksi


Pengamatan struktur anatomi dan reproduksi pada ganggang merah
berdaging dan berkapur dilakukan menurut metode Gabrielson yang dimodifikasi
oleh Atmadja (1989). Material yang diawetkan dengan formalin 5% dicuci,
kemudian disayat dengan silet atau mikrotom. Sayatan direndam dalam

zat

pewarna anilin blue 1% selama 15 menit, kemudian dicuci dengan air suling.
Setelah itu sayatan diletakkan dalam gelas preparat dan ditetesi gliserin 30%
sebanyak 1-2 tetes, kemudian ditutup dengan gelas penutup yang dilekatkan
dengan kutek. Pengamatan struktur reproduksi pada ganggang merah tipe filamen
material langsung diberi pewarna kemudian dibuat sediaan. Sediaan diamati di
bawah mikroskop binokuler dengan perbesaran kuat. Karakter struktur reproduksi
yang diamati meliputi bentuk, ukuran, dan letak sistokarp, stichidia, konseptakel,
dan tetrasporangia. Struktur anatomi yang diamati adalah bentuk sel, ukuran,
susunan sel, dan ketebalan lapisan korteks dan medula.

Potensi Ganggang Merah Sebagai Sumber Agar dan Karagenan


Untuk mengetahui potensi ganggang merah sebagai sumber agar dan
karagenan dilakukan ekstraksi pada tujuh jenis ganggang merah yaitu:
Acanthophora spicifera, Gelidiella acerosa, Gelidium spinosum, Gracilaria
corticata, Gracilaria salicornia, Gracilaria coronopifolia, dan Hypnea pannosa.
Sampel ganggang dibersihkan, kemudian dikeringkan di panas matahari. Sampel
dibawa ke laboratorium untuk dikeringkan dengan oven pada suhu 50 oC selama 12 hari atau sampai bobot konstan.

17

Analisis Kandungan Karagenan


Penentuan kandungan karagenan dilakukan menggunakan metode yang
dikembangkan oleh Bawa et al. (2007). Sebanyak 100 gram sampel kering
dipotong kecil-kecil lalu dihaluskan dengan blender. Sebanyak 3 gram sampel
yang sudah dihaluskan diambil lalu ditambah 200 ml air suling dan larutan
natrium hidroksida (NaOH) 0,1 N sampai didapatkan pH 8,5. Selanjutnya
campuran dipanaskan dalam penangas air sampai temperatur 80 oC, temperatur
dipertahankan dan campuran diaduk selama 90 menit. Campuran kemudian
disaring dalam keadaan panas melalui kertas saring Whatman No.41 dengan
bantuan pompa vakum. Selanjutnya ditambahkan etanol sebanyak 300 ml ke
dalam filtrat sambil diaduk lalu didiamkan semalam. Setelah terbentuk endapan,
seluruh endapannya disaring dengan kertas saring. Ke dalam endapan tersebut
ditambahkan etanol sebanyak 200 ml sambil diaduk kemudian didiamkan
semalam. Selanjutnya disaring melalui kertas saring Whatman No.41 yang telah
diketahui bobotnya. Kemudian kertas saring dikeringkan beserta endapan di
dalam desikator. Setelah beberapa jam, endapan

tersebut ditimbang sampai

diperoleh bobot yang konstan.

Analisis Kandungan Agar


Ekstraksi agar dilakukan menurut Rasyid (2004). Sebanyak 10 gram
sampel ganggang dimasukkan ke dalam labu alas bulat, lalu ditambahkan 100 ml
NaOH 4%. Labu alas bulat dilengkapi dengan pendingin untuk melakukan refluks
di atas pemanas listrik pada suhu 90o selama 1-2 jam. Contoh disaring dan dibilas
lagi dengan air destilata, lalu ditambahkan beberapa tetes HCl 0,1 M untuk
menetralkan kelebihan basa sampai pH=7. Contoh dimasukkan ke labu alas bulat
volume 1 liter berisi 500 ml H2O, kemudian diekstrak selama 2 jam pada suhu
100oC menggunakan pemanas listrik. Selesai diekstrak, segera dilakukan
penyaringan dalam keadaan panas dan filtrat ditampung dalam cawan petri
kemudian dibekukan dalam lemari pendingin selama satu malam. Gel yang
terbentuk dibilas kemudian dikeringkan dengan oven pada suhu 60 oC selama 1
hari. Bobot kering agar kemudian ditimbang.
Persentase kandungan agar dan karagenan dihitung dengan rumus sebagai

18

berikut:
Bobot ekstrak (g)
Rendemen (%) =

x 100%
Bobot sampel (g)

Analisis Data
a. Data taksonomi
Dari hasil pemeriksaan morfologi, anatomi, dan struktur reproduksi
dilakukan penyusunan pertelaan setiap jenis yang diamati

dengan

memasukkan data-data ekologi. Kemudian dilakukan penyelesaian


masalah yang berkaitan dengan tata nama dan penyusunan kunci
pengenalan taksa. Identifikasi spesimen dilakukan di Laboratorium
Taksonomi Tumbuhan Departemen Biologi IPB. Identifikasi dilakukan
menurut Trono dan Ganzon-Fortes (1988), Atmadja (1996), Reine dan
Trono (2002), Wei dan Chin (1983), Hatta dan Reine (1991), Verheij dan
Reine (1993), dan Jaasund (1976).

b. Kesamaan komunitas ganggang merah di lokasi yang disurvei dihitung


dengan indeks similaritas Jaccard (Magurran 1988).

j
Cj =
(a+b)-j

a = jumlah jenis di lokasi A


b = jumlah jenis di lokasi B
j = jumlah jenis yang sama pada kedua lokasi
Cj = Indeks similaritas

Anda mungkin juga menyukai